Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KONSEP HARGA DIRI RENDAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Jiwa


Dosen Mata Ajar : Ns. Nanang Khasim Azhari., M. Kep

Disusun Oleh :

IXROFIATUL MUARIFAH
20101440117041

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO
SEMARANG
2019
PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen
Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan
bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010. (http//www.pikiran rakyat.com)
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari
jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan
ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut
diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam,
diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di
Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya
tingkat persaingan antar individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi.
Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk
meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh
dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk
tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya.
Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya
tidak sedikit yang memilih kabur.
KONSEP TEORI HARGA DIRI RENDAH

A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian
prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu
yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya
lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,2011).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan
diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 2008)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2010)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2010)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

B. RENTANG RESPON

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

(suliswati dkk,2010:91)
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan
atau penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut
dan tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara
terus menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur social

D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk,
ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh
kembang normal. Prosedur medis keperawatan.
E. POHON MASALAH

Resiko isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Berduka disfungsional

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar matahari.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera ke
rumah sakit.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain dan lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.

G. SUMBER KOPING
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekpresif
d. Kesehatan dan kerawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal

H. MEKANISME KOPING
1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal
: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut
serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang
kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal :
penyalahgunaan obat ).
2. Jangka panjang
a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan
potensi diri individu tersebut.
b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai dan harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego:
1) Penggunaan fantasi
2) Disosiasi
3) Isolasi
4) Projeksi
5) Pergeseran ( displasement )
6) Peretakan ( splitting )
7) Berbalik marah pada diri sendiri
8) Amuk
I. PERILAKU
a. Mengkritik diri sendiri
b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa penting yang berlebihan
f. Perasaan tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
j. Ketegangan peran yang dirasakan
k. Pandangan hidup pesimis
l. Penolakan tewrhadap kemampuan personal
m. Destruktif terhadap diri sendiri
n. Pengurangan diri
o. Menarik diri secara social
p. Penyalahgunaan zat
q. Menarik diri dari realitas
r. Khawatir
ii. ( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)

J. Konsep Psikofarmaka
1) Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
a) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
b) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem ekstra
piramidal.
c) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat,
penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.
d) Efek samping
(1) Sedasi
(2) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung).
(3) Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom parkinsontremor,
bradikinesia rigiditas ).
(4) Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
(5) Metabolik ( Jaundice )
(6) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan

2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan
efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di
samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat
sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih
60–70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam.
Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap
halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal
seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan
perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah,
hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi,
oedem, retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.

3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan
obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua neurotransmiter
mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin,
ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus
striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik
berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus peptik
stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun,
kolitis ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi,
konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit
seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering,
mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis
supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan
mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu,
halusinasi, dan paranoid.
K. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Berduka disfungsional.
2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
KONSEPASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data
yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah
tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan
kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada
klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap
bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya,
kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak
sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan /
penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan
bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan
atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan.
j. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien
dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status
psikologis klien.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking,
apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c. Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari
f. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g. Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna
yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil
atau diluar kemampuannya.
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun
klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan
tidak sesuai kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang
terjadi dilingkungannya
d. Orientasi : waktu, tempat dan orang
e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang
tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-
benda yang nyata
d. Daya tilik diri
1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
3. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK),
pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting
kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan
aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang
dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
4. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini,
baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
5. Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
3. Gangguan citra tubuh
6. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart &
Sundeen, 1998 : 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E.
Doenges, 2009 : 8 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta
stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah adalah :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
2. Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )
b) Minor
1. Pengungkapan diri yang negatif
2. Ekpresi malu
3. Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
4. Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
5. Pengabaian diri
6. Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )
b. Isolasi sosial : menarik diri
1) Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-
perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan,
perubahan ).
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon
terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang
dirinya (putus asa, tidak berguna).
b) Minor
(1) Pernyataan negatif atas dirinya
(2) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
(3) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4) Kesulitan membuat keputusan
(5) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6) Mengisolasi diri
( Carpenito .L.J, 1998 : 853)
c. Gangguan citra tubuh
1) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara
penerapan citra diri seseorang.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan /
atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
b) Minor
(1) Tidak terlihat pada bagian tubuh
(2) Tidak menyentuh bgian tubuh
(3) Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
(4) Perubahan dalam keterlibatan sosial
(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan
(6) Larut dalam perubahan atau kehilangan
(7) Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual
(8) Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan
(9) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang
makan)
( Carpenito. L.J, 2001:348)
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
DX keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. I TUM :
Isolasi sosial : Klien dapat Setelah ... kali pertemuana./ Beri salam atau panggil nama
menarik diri berhubungan lebih hubungan saling sebutkan nama perawat sambil
berhubungan dengan orang lain percaya dapat dibina : berjabat tangan
dengan (b.d) secara optimal a. Ekspresi wajah yang
b. Jelaskan maksud hubungan
harga diri TUK 1 : bersahabat interaksi
rendah Klien dapat
b. Hubungan terapeutik
c. Jelaskan kontrak yang harus
membina dapat terealisasi dengan dibuat
hubungan saling menunjukan rasa senang d. Beri rasa aman dan sikap
percaya c. Ada kontak mata empati
d. klien mau berjabat tangane. Lakukan kontak singkat tapi
e. Klien mau menjawab sering
salam
f. Klien mau
mengungkapkan
perasaannya.
g. Klien mau bercerita
mengenai masalah yang
dihadapinya.
TUK 2 :
Klien dapat Setelah ... kali pertemuan,
a. Diskusikan kemampuan dan
mengidentifikasi klien dapat aspek positif yang dimiliki
kemampuan dan mengidentifikasikan aspek klien
aspek positif positif klien, keluarga dan
b. Hindari memberi penilaian
yang dimiliki kemampuan yang dimiliki negatif, utamakan memberi
klien pujian yang realistis
TUK 4 :
Klien dapat Setelah ... kali pertemuan,
a. Rencana bersama klien
menetapkan klien membuat rencana aktivitas yang dapat dilakukan
(merencanakan) kegiatan setiap hari sesuai kemampuan
kegiatan sesuai b. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan dengan toleransi
kemampuan yang c. Beri contoh cara pelaksanaan
dimiliki kegiatan yang dapat dilakukan
sesuai kemampuan
TUK 5 :
Klien dapat Setelah 1 kali pertemuan,
a. Beri kesempatan untuk
melaku-kan klien melakukan sesuai melakukan kegiatan sesuai
kegiatan sesuai kondisi sakit dan rencana
dengan kondisi kemampuanya b. Beri pujian atas keberhasilan
sakit dan klien melakukan tindakan
kemampuannya c. Diskusikan kemampuan
pelaksanaan kegiatan di rumah
TUK 6
Klien dapat Setelah dua kali interaksi
a. Beri pendidikan kesehatan
memanfaatkan klien memanfaatkan pada keluarga tantang cara
sistem sistem pendukung yang merawat lien dengan harga diri
pendukung yang ada di keluarga rendah
ada. b. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di
rumah
2 II TUM :
Kurang Klien dapat Setelah ... kali interaksi Bina hubungan saling percaya
motivasi mearawat dirinya klien menunjukkan tanda- dengan menggunakan prinsip
perawatan diri sendiri tanda percaya kepada komunikasi terapeutik :
b.d defisit TUK 1 : perawat : a. Sapa klien dengan ramah baik
perawtan diri Klien dapata. Ekspresi wajah bersahabat verbal maupun non verbal
membina b. Ada kontak mata b. Perkenalkan nama, nama
hubungan salingc. Mau menyebutkan nama panggilan dan tujuan perawat
percaya. d. Mau menjawab salam berkenalan
e. Mau duduk berdampinganc. Tanyakan nama lengkap dan
dengan perawat nama panggilan yang disukai
f. Bersedia mengungkapkan klien
masalah yang dihadapi d. Buat kontrak yang jelas
e. Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
interaksi
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien

h. Tanyakan perasaan klien dan


masalah yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
TUK 2 :
Klien mengetahui Dalam tiga kali pertemuan Diskusikan dengan klien:
pentingnya klien dapat menyebutkan: a. Penyebab klien tidak
perawatan diri a. Penyebab tidak merawat diri
merawat diri b. Manfaat menjaga
b. Manfaat menjaga pearawatan diri untuk keadaan
pearawatan diri fisik, mental, dan sosial
c. Tanda-tanda bersih c. Tanda-tanda perawatan diri
dan rapih yang baik
d. Gangguan yang d. Penyait atau gangguan
dialami jika perawatan diri keseahatan yang dialami oleh
tidak diperhatikan klien jika perawatan diri tidak
adekuat
3. Klien a. Dalam tiga kali a. Diskusiakan frekuensi
mengetahui cara- pertemuan klien menjaga perawatan diri selama
cara melakukan menyebutkan frekuensi ini:
perawatan diri menjaga perawatan diri: 1) Mandi
1) Frekunsi mandi 2) Gosok gigi
2) Frekunsi gosok 3) Keramas
gigi 4) Ganti pakaian
3) Frekunsi keramas 5) Berhias
4) Frekunsi ganti 6) Gunting kuku
pakaian b. Diskusiakan cara praktek
5) Frekunsi berhias perawatan diri yang baik dan
6) Frekunsi gunting benar:
kuku 1) Mandi
b. Dalam tiga kali 2) Gosok gigi
interaksi klien 3) Keramas
menjelaskancara menjaga 4) Ganti pakaian
kebersihan diri: 5) Berhias
1) Cara mandi 6) Gunting kuku
2) Cara gosok gigi c. Berikan pujian untuk
3) Cara keramas setiap respon klien yang positif
4) Cara ganti pakaian
5) Cara berhias
6) Cara gunting kuku
4. Klien dapat Dalam dua kali interaksai a. Bantu lien saat perawatan
melaksanakan klien mempraktekn diri:
perawatan keperawatan diri dengan 1) Mandi
dengan bantuan dibantu oleh perawat 2) Gosok gigi
perawat a. Mandi 3) Keramas
b. Gosok gigi 4) Ganti pakaian
c. Keramas 5) Berhias
d. Ganti pakaian 6) Gunting kuku
e. Berhias b. Beri pujian setelah klien
f. Gunting kuku melaksanakan perawatan diri
5. Klien dapat Dalam tiga kali interaksi a. Pantau klien dalam
melaksanakan klien melaksanakan melaksanakan perawatan diri:
perawatan diri praktek perawatan diri 1) Mandi
secara mandiri yang mandiri: 2) Gosok gigi
a. Mandi dua kali sehari 3) Keramas
b. Gosok gigi setelah 4) Ganti pakaian
makan 5) Berhias
c. Keramas dua kali 6) Gunting kuku
seminggu b. Beri pujian setelah klien
d. Ganti pakaian satu kali melaksanakan perawatan diri
sehari secara mandiri.
e. Berhias sehabis mandi
f. Gunting kuku setelah
mulai panjang
6. Klien a. Dalam tiga kali a. Diskusikan dengan
mendapatkan interaksi kelurga keluarga:
dukungan menjelasakan cara 1) Penyebab klien tidak
keluarga untuk membantu klien dalam meaksanakan perawatan diri
meningkatkan memenuhi kebutuhan 2) Tindakan yang btelah
perawatan diri perawatan diri dilakukan klien selama
b. Dalam dua kali dirumah sakit dalam menjaga
interaksi keluarga perawatan diri dan kemajuan
menyiapkan sarana yang telah dialami klien
perawatan diri klien: sabun 3) Dukungan yang bisa
mandi, shampo, pasta gigi, diberikan oleh keluarga untuk
sikat gigi, handuk, pakaian meningkatkan kemampuan
bersih, sandal dan alat klien dalam perawatan diri
berhias. b. Diskusikan dengan
c. Keluarga keuarga tentang:
mempraktekan perawatan 1) Sarana yang dipelukn
diri pada klien klien untuk menjaga perawatan
diri klien
2) Anjurkan kepada
keluarga menyiapkan sarana
tersebut
c. Diskusikan dengan
keluarga hal-hal yang perlu
dilakukan keluarga dalam
perawatan diri:
1) Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas,
ganti baju, dan gunting kuku)
2) Ingatkan klien waktu
mandi, gosok gigi, keramas,
ganti baju, dan gunting kuku
3) Bantu jika klien
mengalami hambatan dalam
perawatan diri
4) Berikan pujian atas
keberhasilan klien
Tim Keperawatan (2006) Standar Rencana Keperawatan RSMM Bogor, Bogor : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan
klien. Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien
dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi
terapeutik yang terdiri dari :
1) Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah
alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara
perawat dengan klien.

3) Fase Orientasi
a) Memberi salam terapeutik
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa
keperawatan.
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan
kontrak sebelumnya.
4) Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan
pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim
terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi
menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan
yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A :Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P :Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah
yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang
positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif
adalah klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi
dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. (2008). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot-
Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (2011). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven
Publisher: philadelphia.
Keliat, Budi Anna dll. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (2010). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend. (2009). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai