CITRA TUBUH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian
prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu
yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya
lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan
diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C,
1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet,
2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
a. Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut
dan tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara
terus menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran,
panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal. Prosedur medis keperawatan.
E. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini,
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri
Bagan 1
Pohon masalah
baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen,
1998 : 41)
spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E. Doenges,
1999 : 8 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah
adalah :
1) Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
a) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
b) Minor
1) Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan
yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan, perubahan ).
a) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon terhadap
peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang dirinya
b) Minor
1) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara
a) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan /
atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
b) Minor
(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan
(9) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang
makan)
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
D keperawatan
X
1. I TUM :
Klien dapat
a. Ekspresi wajah
c. Jelaskan kontrak yang harus
membina
hubungan saling yang bersahabat dibuat
percaya
b. Hubungan
d. Beri rasa aman dan sikap
terealisasi dengan
e. Lakukan kontak singkat tapi
senang
tangan
menjawab salam
mengungkapkan
perasaannya.
dengan toleransi
yang ada di
b. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di
keluarga rumah
2 II TUM :
salam klien
dasar klien
frekuensi menjaga
1) Mandi
interaksi klien
4) Ganti pakaian
pakaian
keperawatan diri
2) Gosok gigi
dengan dibantu
3) Keramas
e. Berhias
praktek perawatan
1) Mandi
kali sehari
mandi
pakaian bersih,
1) Sarana yang dipelukn klien
c. Keluarga
2) Anjurkan kepada keluarga
mempraktekan
perawatan diri menyiapkan sarana tersebut
pada klien
c. Diskusikan dengan keluarga
diri:
mempraktekan perawatan
gunting kuku)
2) Ingatkan klien waktu mandi,
diri
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien.
Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan
klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat
dengan klien.
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa
keperawatan.
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan
kontrak sebelumnya.
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan
perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini
perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik
yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
dilaksanakan.
masalah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang
ada.
klien.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien
akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis