Anda di halaman 1dari 31

ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DAN GANGGUAN

CITRA TUBUH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

IKA NAMIRA TANJUNG (180204068)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah“ASKEP GANGGUAN KONSEP
DIRI: HARGA DIRI RENDAH DAN GANGGUAN CITRA TUBUH” Dengan
baik.Selesainya penyusunan ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dorongan,
dan bantuan moril maupun material dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimaksih kepada :
1. Bapak PARLINDUNGAN PURBA, SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Ibu Dr.IVAN ELISABETH PURBA, M.KES, selaku Rector Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Ibu TARULI SINAGA, SP. M. KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
4. Ibu Ns. RINCO SIREGAR, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
5. Bapak Ns. JEK AMIDOS PARDEDE, M.Kep Sp.KepJ, selaku Dosen Pengajar yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan makala ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari isi maupun susunannya, untuk tim penulis akan membuka diri terhadap kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khusunya dibidang keperawatan. Akhir kata tim penulis mengucapkan terimaksih.

Medan, 14 April 2020


Penulis

Ika Namira Tanjung


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1).
Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat
kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010. (http//www.pikiran
rakyat.com)
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari
jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan
ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut
diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam,
diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di
Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya
tingkat persaingan antar individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi.
Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk
meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh
dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk
tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya.
Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya
tidak sedikit yang memilih kabur.

B.     Tujuan penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian
prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu
yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya
lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan
diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C,
1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet,
2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
a.    Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b.    Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c.    Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
d.   Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e.    Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.
C.       FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1.      Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a.       Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b.      Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
c.       Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d.      Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2.      Faktor predisposisi gangguan harga diri
a.       Penolakan dari orang lain
b.      Kurang penghargaan
c.       Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut
dan tidak konsisten
d.      Persaingan antar saudara
e.       Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f.       Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3.      Faktor predisposisi gangguan peran
a.       Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat sakit
b.      Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara
terus menerus yang tidak terpenuhi
c.       Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d.      Peran yang terlalu banyak
4.      Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a.       Ketidak percayaan orang tua pada anak
b.      Tekanan dari teman sebaya
c.       Perubahan dari struktur sosial
D.    FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a.       Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
b.      Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c.       Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d.      Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
e.       Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran,
panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal. Prosedur medis keperawatan.
E.     POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

F.      TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi
1.      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar
matahari.
2.      Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera ke
rumah sakit.
3.      Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4.      Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain dan lebih suka sendiri.
5.      Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6.      Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
7.      SUMBER KOPING
a.       Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b.      Hobi dan kerajinan tangan
c.       Seni yang ekpresif
d.      Kesehatan dan kerawatan diri
e.       Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f.       Bakat tertentu
g.      Kecerdasan
h.      Imaginasi dan kreativitas
i.        Hubungan interpersonal
G.      MEKANISME KOPING
1.      Jangka pendek
a.       Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser
musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b.      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam
aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c.       Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif,
pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d.      Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).
2.      Jangka panjang
a.       Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.
b.      Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
c.       Mekanisme pertahanan ego:
1.      Penggunaan fantasi
2.      Disosiasi
3.      Isolasi
4.      Projeksi
5.      Pergeseran ( displasement )
6.      Peretakan ( splitting )
7.      Berbalik marah pada diri sendiri
8.      Amuk
H.    PERILAKU
1.      Mengkritik diri sendiri
2.      Penurunan produktivitas
3.      Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4.      Gangguan dalam berhubungan
5.      Rasa penting yang berlebihan
6.      Perasaan tidak mampu
7.      Rasa bersalah
8.      Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9.      Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10.  Ketegangan peran yang dirasakan
11.  Pandangan hidup pesimis
12.  Penolakan tewrhadap kemampuan personal
13.  Destruktif terhadap diri sendiri
14.  Pengurangan diri
15.  Menarik diri secara social
16.  Penyalahgunaan zat
17.  Menarik diri dari realitas
18.  Khawatir
( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)
C.    Konsep Psikofarmaka
1)      Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg
a)      Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
b)      Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
c)      Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat,
penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.
d)     Efek samping
(1)   Sedasi
(2)   Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung).
(3)   Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom parkinsontremor,
bradikinesia rigiditas ).
(4)   Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
(5)   Metabolik ( Jaundice )
(6)   Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan
2)      Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a)      Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b)      Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan
efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di
samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem
dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%,
kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol
ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama
urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c)      Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap
halloperidol, dan keadaan koma.
d)     Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal seperti
hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan
hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi
ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio
urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi
3)      Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a)      Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan obat-
obatan antipsikotik.
b)      Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua neurotransmiter mayor
secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin,
ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum.
Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c)      Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus peptik stenosis,
hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d)     Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, konfusi,
hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler
seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit,
urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres
epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan
seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan
ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A.   Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1.     Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data
yang didapat.
2.     Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.
3.     Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan
kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada
klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4.     Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.
5.     Psikososial
a.     Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh
b.     Konsep diri
c.      Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap
bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d.     Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya,
kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.
e.      Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f.       Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g.     Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran
tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan /
penghargaan orang lain.

h.     Hubungan sosial


Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan
bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan
atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i.       Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan.
j.       Status mental
1.     Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien
dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status
psikologis klien.
2.     Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking,
apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3.     Aktivitas motorik
a.    Lesu, tegang, gelisah.
b.   Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c.    Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d.   Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e.    Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-
jari
f.     Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4.     Alam perasaan
a.     Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b.     Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c.      Khawatir : objeknya belum jelas
5.     Afek
a.     Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
b.     Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c.      Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d.     Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6.     Interaksi selama wawancara
a.     Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b.     Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c.      Mudah tersinggung
d.     Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
e.      Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f.       Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang
lain.
g.     Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
7.     Proses pikir
a.     Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b.     Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c.      Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya
d.     Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e.      Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali
f.       Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g.     Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8.     Isi fikir
a.     Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b.     Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c.      Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak
ada.
d.     Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
e.      Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang
bermakna yang terkait pada dirinya.
f.       Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil atau diluar kemampuannya.
g.     Waham :
1.     Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2.     Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan keyakinan
3.     Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4.     Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai
dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5.     Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang
dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6.     Waham yang bizar
a.     Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b.     Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun
klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan
tidak sesuai kenyataan
c.      Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6.  Tingkat kesadaran
a.     Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b.     Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c.      Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang
terjadi dilingkungannya
d.     Orientasi : waktu, tempat dan orang
e.      Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f.       Memori
1.     Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2.     Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu
terakhir.
3.     Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4.     Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang
tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5.     Tingkat konsentrasi
a.     Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b.     Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c.      Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada
benda-benda yang nyata
d.     Daya tilik diri
1.     Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan
fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2.     Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
3.     Kebutuhan persiapan pulang
a.     Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b.     Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK),
pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c.      Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting
kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d.     Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dandanan klien.
e.      Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan
aktivitas sesudah tidur.
f.       Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g.     Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.
h.     Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i.       Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang
dilakukan di luar rumah.
j.       Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.

4.        Aspek medis

Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini,

baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.

5.        Masalah Keperawatan

Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1.      Isolasi sosial : menarik diri

2.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional

3.      Gangguan citra tubuh

6.        Pohon masalah

Bagan 1

Pohon masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

                  i.      Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup

baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen,

1998 : 41)

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan

spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E. Doenges,

1999 : 8 )

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara

mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon

terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta

stresor yang menunjang.

Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah

adalah :

a.       Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1)      Definisi

Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami

perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.

2)      Batasan karakteristik

a)      Mayor

(1)   Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian

kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.

(2)   Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )

b)      Minor

(1)           Pengungkapan diri yang negatif

(2)           Ekpresi malu

(3)   Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian


(4)           Kesukaran mengambil keputusan Gelisah

(5)           Pengabaian diri

(6)           Isolasi sosial

(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )

b.      Isolasi sosial : menarik diri

1)      Definisi

Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan

yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan, perubahan ).

2)      Batasan karakteristik

a)      Mayor

Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon terhadap

peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang dirinya

(putus asa, tidak berguna).

b)      Minor

(1)   Pernyataan negatif atas dirinya

(2)   Mengekspresikan rasa malu, bersalah.

(3)   Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi

(4)   Kesulitan membuat keputusan

(5)   Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)

(6)   Mengisolasi diri

( Carpenito .L.J, 1998 : 853)

c.       Gangguan citra tubuh

1)      Definisi

Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara

penerapan citra diri seseorang.


2)      Batasan karakteristik

a)      Mayor

Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan /

atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)

b)      Minor

(1)       Tidak terlihat pada bagian tubuh

(2)       Tidak menyentuh bgian tubuh

(3)       Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan

(4)       Perubahan dalam keterlibatan sosial

(5)       Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada

kekuatan, kerentanan

(6)       Larut dalam perubahan atau kehilangan

(7)       Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual

(8)       Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan

(9)       Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang

makan)

3.      Rencana Tindakan Keperawatan

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
D keperawatan
X
1. I TUM :

Isolasi Klien dapat Setelah ... kali


a.       Beri salam atau panggil
sosial :
menarik diri berhubungan pertemuan / lebih nama sebutkan nama perawat
berhubungan
dengan (b.d) dengan orang lain hubungan saling sambil berjabat tangan
harga diri
rendah secara optimal percaya dapat
b.      Jelaskan maksud hubungan

TUK 1 : dibina : interaksi

Klien dapat
a.       Ekspresi wajah
c.       Jelaskan kontrak yang harus
membina
hubungan saling yang bersahabat dibuat
percaya
b.      Hubungan
d.      Beri rasa aman dan sikap

terapeutik dapat empati

terealisasi dengan
e.       Lakukan kontak singkat tapi

menunjukan rasa sering

senang

c.       Ada kontak mata

d.      klien mau berjabat

tangan

e.       Klien mau

menjawab salam

f.       Klien mau

mengungkapkan

perasaannya.

g.      Klien mau


bercerita
mengenai masalah
yang dihadapinya.
TUK 2 :
Klien dapat Setelah ... kali a.       Diskusikan kemampuan dan
mengidentifikasi pertemuan, klien
kemampuan dan dapat aspek positif yang dimiliki
aspek positif yang mengidentifikasik
dimiliki an aspek positif klien
klien, keluarga
dan kemampuan b.      Hindari memberi penilaian
yang dimiliki negatif, utamakan memberi
klien pujian yang realistis
TUK 3 :

Klien dapat Setelah ... kali


a.       Diskusikan dengan klien
menilai pertemuan, klien
kemampuan yang menilai kemampuan yang digunakan
digunakan kemampuan yang
digunakan b.      Diskusikan kemampuan
minimal 3 yang dapat dilanjutkan.
kemampuan /
kegiatan.
TUK 4 :

Klien dapat Setelah ... kali


a.       Rencana bersama klien
menetapkan pertemuan, klien
(merencanakan) membuat rencana aktivitas yang dapat
kegiatan sesuai kegiatan
dengan dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan yang
dimiliki kemampuan

b.      Tingkatkan kegiatan sesuai

dengan toleransi

c.       Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan yang
dapat dilakukan sesuai
kemampuan
TUK 5 :

Klien dapat Setelah 1 kali a.       Beri kesempatan untuk


melaku-kan pertemuan, klien
kegiatan sesuai melakukan sesuai melakukan kegiatan sesuai
dengan kondisi kondisi sakit dan
sakit dan kemampuanya rencana
kemampuannya
b.      Beri pujian atas keberhasilan

klien melakukan tindakan

c.       Diskusikan kemampuan


pelaksanaan kegiatan di
rumah
TUK 6

Klien dapat Setelah dua kali


a.       Beri pendidikan kesehatan

memanfaatkan interaksi klien pada keluarga tantang cara

sistem pendukung memanfaatkan merawat lien dengan harga

yang ada. sistem pendukung diri rendah

yang ada di
b.      Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di
keluarga rumah
2 II TUM :

Kurang Klien dapat Setelah ... kali Bina hubungan saling


motivasi
perawatan mearawat dirinya interaksi klien percaya dengan
diri b.d
defisit sendiri menunjukkan menggunakan prinsip
perawtan diri
TUK 1 : tanda-tanda komunikasi terapeutik :

Klien dapat percaya kepadaa.     Sapa klien dengan ramah

membina perawat : baik verbal maupun non

hubungan salinga.    Ekspresi wajah verbal

percaya. bersahabat b.    Perkenalkan nama, nama

b.    Ada kontak mata panggilan dan tujuan perawat

c.    Mau menyebutkan berkenalan

nama c.     Tanyakan nama lengkap dan

d.   Mau menjawab nama panggilan yang disukai

salam klien

e.   Mau dudukd.    Buat kontrak yang jelas

berdampingan e.     Tunjukkan sikap jujur dan

dengan perawat menepati janji setiap kali

f.   Bersedia interaksi


mengungkapkan f.     Tunjukkan sikap empati dan
masalah yang
dihadapi menerima apa adanya

g.     Beri perhatian kepada klien

dan perhatikan kebutuhan

dasar klien

h.    Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dihadapi klien

i.      Dengarkan dengan penuh


perhatian ekspresi perasaan
klien
TUK 2 :
Dalam tiga kali Diskusikan dengan klien:
Klien pertemuan klien a.   Penyebab klien tidak
dapat merawat diri
mengetahui menyebutkan: b.  Manfaat menjaga pearawatan
a.    Penyebab tidak diri untuk keadaan fisik,
pentingnya merawat diri mental, dan sosial
b.    Manfaat menjaga c.   Tanda-tanda perawatan diri
perawatan diri pearawatan diri yang baik
c.    Tanda-tanda d.  Penyait atau gangguan
bersih dan rapih keseahatan yang dialami oleh
d.   Gangguan yang klien jika perawatan diri
dialami jika tidak adekuat
perawatan diri
tidak diperhatikan
3. Klien mengetahui
a.       Dalam tiga kali a.       Diskusiakan frekuensi
cara-cara
melakukan pertemuan klien menjaga perawatan diri
perawatan diri
menyebutkan selama ini:

frekuensi menjaga
1)      Mandi

perawatan diri: 2)      Gosok gigi

        Frekunsi mandi 3)      Keramas

        Frekunsi gosok


4)      Ganti pakaian

gigi 5)      Berhias


        Frekunsi keramas6)      Gunting kuku

        Frekunsi ganti


b.      Diskusiakan cara praktek

pakaian perawatan diri yang baik dan

        Frekunsi berhias benar:

        Frekunsi gunting


1)      Mandi

kuku 2)      Gosok gigi

b.      Dalam tiga kali


3)      Keramas

interaksi klien
4)      Ganti pakaian

menjelaskancara 5)      Berhias

menjaga 6)      Gunting kuku

kebersihan diri: c.       Berikan pujian untuk setiap


respon klien yang positif
1)      Cara mandi

2)      Cara gosok gigi

3)      Cara keramas

4)      Cara ganti

pakaian

5)      Cara berhias

6)      Cara gunting


kuku
4.      Klien dapat Dalam dua kalia.     Bantu lien saat perawatan
melaksanakan
perawatan dengan interaksai klien diri:
bantuan perawat
mempraktekn 1)      Mandi

keperawatan diri
2)      Gosok gigi

dengan dibantu
3)      Keramas

oleh perawat 4)      Ganti pakaian

a.   Mandi 5)      Berhias


b.  Gosok gigi 6)      Gunting kuku

c.   Keramas b.     Beri pujian setelah klien


melaksanakan perawatan diri
d.  Ganti pakaian

e.   Berhias

f.   Gunting kuku


5.      Klien dapat Dalam tiga kali a.       Pantau klien dalam
melaksanakan
perawatan diri interaksi klien melaksanakan perawatan
secara mandiri
melaksanakan diri:

praktek perawatan
1)      Mandi

diri yang mandiri:2)      Gosok gigi

a.   Mandi dua kali


3)      Keramas

sehari 4)      Ganti pakaian

b.  Gosok gigi setelah


5)      Berhias

makan 6)      Gunting kuku

c.   Keramas dua kali


b.      Beri pujian setelah klien
melaksanakan perawatan diri
seminggu secara mandiri.

d.  Ganti pakaian satu

kali sehari

e.   Berhias sehabis

mandi

f.   Gunting kuku


setelah mulai
panjang
6.      Klien
a.       Dalam tiga kalia.       Diskusikan dengan keluarga:
mendapatkan
dukungan interaksi kelurga
1)      Penyebab klien tidak
keluarga untuk
meningkatkan menjelasakan cara meaksanakan perawatan diri
perawatan diri
membantu klien2)  Tindakan yang btelah
dalam memenuhi dilakukan klien selama

kebutuhan dirumah sakit dalam menjaga

perawatan diri perawatan diri dan kemajuan

b.    Dalam dua kali yang telah dialami klien

interaksi keluarga3)  Dukungan yang bisa

menyiapkan diberikan oleh keluarga

sarana perawatan untuk meningkatkan

diri klien: sabun kemampuan klien dalam

mandi, shampo, perawatan diri

pasta gigi, sikat


b.      Diskusikan dengan keuarga

gigi, handuk, tentang:

pakaian bersih,
1)      Sarana yang dipelukn klien

sandal dan alat untuk menjaga perawatan

berhias. diri klien

c.     Keluarga
2)       Anjurkan kepada keluarga
mempraktekan
perawatan diri menyiapkan sarana tersebut
pada klien
c.       Diskusikan dengan keluarga

hal-hal yang perlu dilakukan

keluarga dalam perawatan

diri:

1)      Anjurkan keluarga untuk

mempraktekan perawatan

diri (mandi, gosok gigi,

keramas, ganti baju, dan

gunting kuku)
2)      Ingatkan klien waktu mandi,

gosok gigi, keramas, ganti

baju, dan gunting kuku

3)      Bantu jika klien mengalami

hambatan dalam perawatan

diri

4)      Berikan pujian atas


keberhasilan klien

4.  Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien.
Petunjuk dalam implementasi :
a.       Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b.      Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien

dalam situasi yang tepat.

c.       Dokumentasi intrvensi dan respon klien.

(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)

Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi


terapeutik yang terdiri dari :
1)      Fase Pra Interaksi

Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2)      Fase Perkenalan

Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan
klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat
dengan klien.

3)      Fase Orientasi

a)      Memberi salam terapeutik

b)      Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa

keperawatan.

c)      Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan

kontrak sebelumnya.

4)      Fase Kerja

Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan
perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini
perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5)      Fase Terminasi

Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik
yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a)      Terminasi sementara

Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.

b)      Terminasi Akhir


(1)   Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.

(2)   Merencanakan tindak lanjut.

(3)   Mengeksplorasi perasaan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.       Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil

tindakan yang telah dilakukan.

b.      Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang

dilakukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

masalah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang

ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon

klien.

Rencana tindak lanjut berupa :


1)      Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.

2)      Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil

tidak memuaskan.

3)      Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah

yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.


4)      Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah

memelihara dan mempertahankan kondisi baru.

Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.

Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.

Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien

akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.

Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :

Pada akhir keperawatan diharapkan :

a)      Klien mampu :

1)      Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang

dimiliki klien.

2)      Klien menilai kemampuan yang digunakan.

3)      Klien membuat rencana kegiatan

4)      Klien membuat rencana kegiatan

5)      Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya

6)      Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

7)      Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.

8)      Meminta bantuan keluarga

9)      Melakukan follow up secara teratur

b)      Keluarga mampu :

1)      Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

2)      Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.

3)      Menolong klien menggunakan obat dan follow up.

Anda mungkin juga menyukai