Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA NARAPIDANA : HARGA

DIRI RENDAH
D

OLEH

NAMA : FEBI SYAHFITRI HASIBUAN

NIM : 180204005

KELAS : D 3.1 ( PSIK )

DOSEN PENGAJAR

Ns.JEK AMIDOS PARDEDE, M.Kep, Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Narapidana : Harga Diri Rendah”. Dalam penulisan makalah ini penulis
banyak mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada dosen pembimbing Bapak Ns. Jek Amidos Pardede,M.Kep.,
Sp.Kep.J.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I S1-Keperawatan di USM
Indonesia dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Batam , 05 Desember 2020

FEBI SYAHFITRI HASIBUAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini mengakibatkan persaingan


dalam dunia kerja semakin ketat, sehingga berdampak pada banyaknya pengangguran.
Berdasarkan data dari badan pusat statistik (2020), tingkat pengangguran setiap bulan adalah
sekita 5,92% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 121,2 juta orang.
Banyaknya pengangguran tersebut menyebabkan beberapa dari mereka menghalalkan segala
cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya
adalah kebutuhan dasar yang dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu
kebutuhan untuk makan. Seseorang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah akan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Tingkat
ekonomi menengah kebawah tersebut merupakan suatu hal yang mendasari perbuatan
seseorang untuk memenuhi dorongan social yang memerlukan dukungan finansial sehingga
berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari (Afrinanda, 2009).
Untuk bisa memenuhi kebutuhan dasarnya demi meneruskan kebutuhan hidup, maka
mereka menghalalkan segala cara, seperti pencurian, pengeroyokan, dan pembunuhan. Pelaku
kejahatan pasti akan dijatuhi hukuman yang sesuai dengan berat atau ringannya suatu
pelanggaran yang dilakukan. Pelaku kejahatan yang telah menjalani persidangan dan divonis
hukuman pidana disebut dengan narapidana.
Harsono (Siahaan,2008) mengatakan bahwa narapidana adalah seseorang yang telah
dijatuhi vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman atau sanksi, yang
kemudian akan ditempatkan di dalam sebuah bangunan yang disebut rutan, penjara atau
lembaga pemasyarakatan.
Narapidana yang sedang menjalani hukuman pidana tidak hanya akan mengalami
hukuman secara fisik, tetapi juga mengalami hukuman secara psikologis seperti kehilangan
kebebasan dan kasih sayang dari pasangan, anak, maupun orang tuanya. Frank (Siahaan,
2008) menambhakan bahwa dampak fisik dan psikologis yang dialami narapidana dapat
membuat narapidana merasakan perasaan tidak bermakna yang ditandai dengan perasaan
hampa, gersang, bosan dan penuh dengan keputusasaan.
Rahmawati (Shofia, 2009) melalui penelitiannya tentang kepercayaan diri narapidana
pasca hukuman pidana menyatakan bahwa pada dasarnya mantan narapidana memiliki harga
diri rendah dan konsep diri yang negative. Secara garis besar hal ini disebabkan karena
masyarakat cenderung menolak kehadiran mereka dalam kehidupan yang normal. Penolakan
masyarakat terhadap narapidana dianggap sebagai masalah yang harus diwaspadai.

B. Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien narapidana dengan masalah harga diri
rendah

1.2 Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui tentang definisi narapidana dan harga diri rendah


b. Etiologi harga diri rendah
c. Tanda & gejala harga diri rendah
d. Mampu melakukan pengkajian pasien narapidana dengan masalah harga diri
rendah
e. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pasien narapidana dengan masalah
harga diri rendah
f. Mampu menyusun intervensi , Strategi Pelaksanaan (SP) dan rasional pasien
narapidana dengan masalah harga diri rendah
g. Mampu melakukan evaluasi pasien narapidana dengan masalah harga diri rendah
BAB II
HARGA DIRI RENDAH

A.    PENGERTIAN

Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 2002 ). Harga diri rendah adalah evaluasi diri
dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak
langsung di ekspresikan. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen,
2005). Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan
yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002). Dari pengertian diatas
dapat disimpulakan bahwa harga diri rendah adalah sebagai perasaan negative terhadap diri
sendiri dalam kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.

B.     FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

1.      Faktor Predisposisi

a.       Faktor yang mempengaruhi harga diri.

Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat
penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa
anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak
sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan
anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak
merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.

Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir
untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan
rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak
penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak
masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.

Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah,
dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan
perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat
dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia
gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang
mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.

Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu
yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab
diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya
bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak
sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan.
Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil
ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.

b.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran

Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat,
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang
rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif
dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti
lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya
wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk
mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak
sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.

c.       Faktor yang mempengaruhi identitas diri

Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang
selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah
yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah.
Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan
bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya
merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,
diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.

2.      Faktor Presipitasi

a.       Trauma

Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak
mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi
dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.

b.      Ketegangan peran

Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran.

-          Transisi perkembangan

Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan pertumbuhan. Setiap


perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus
dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini
dapat merupakan stressor bagi konsep diri.

-          Transisi situasi

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau
berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.

-          Transisi sehat sakit


Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa stressor
pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep
diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis,
sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap
ancaman.
perilaku.
C.    MANIFESTASI KLINIK

Menurut L. J Carpenito dan Keliat , perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
antara lain :

Data Subjektif:

         Mengkritik diri sendiri atau orang lain

         Perasaan tidak mampu

         Pandangan hidup yang pesimis

         Perasaan lemah dan takut

         Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

         Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

         Hidup yang berpolarisasi

         Ketidakmampuan menentukan tujuan

         Mengungkapkan kegagalan pribadi

         Merasionalisasi penolakan


Data Objektif:

         Produktivitas menurun

         Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain

         Penyalahgunaan zat

         Menarik diri dari hubungan social

         Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

         Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

         Tampak mudah tersinggung /mudah marah

D.    PSIKOPATOLOGI

Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender,
tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas
pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan
struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma
seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam
kehidupan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi.

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan
rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain.

Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu
mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri
secara realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998,
hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan
menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial
(menarik diri) dan resiko terjadi amuk.

E.     PENATALAKSANAAN

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :

a.             Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :

         Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.

         Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.

         Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia.
         Tidak menyebabkan kantuk

         Memperbaiki pola tidur

         Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.

b.           Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)

c.             Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

d.            Therapy Modalitas

Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang


ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata.

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari
empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN

1. Identias Pasien

Nama : Ny. t

U : 39 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Tanjung balai karimun, Kepulauan Riau

Pekerjaan : -

Tanggal masuk RS : 27 September 2020

Tanggal pengkajian : 17 September 2020

No. RM : 11.963

2. Alasan Masuk :
Klien merasa tertekan
3. Faktor Predisposisi
a. Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSJ dan klien tidak pernah mengalami
gangguan jiwa sbelumnya.
b. Klien mengatakan pernah melakukan tindakan pencurian dan di penjara dikarenakan
klien dan keluarga klien mengalami ekonomi yang susah.
c. Klien mengatakan malu karena menganggap dirinya tidak berguna, tidak berarti dan
harga diri rendah
4. Faktor Presipitasi
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
a. Masa anak-anak
Klien tidak pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan
b. Masa remaja
Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan sesuai
perkataan klien “saya dulu pernah melakukan pencurian dan dipenjara dikarenakan
mengalami ekonomi yang susah”
c. Masa sekarang
Klien mengatakan “malu karena dirinya tidak berguna”
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : 138/89 mmHg
N : 90 x/mnt
S : 37,3oC
P : 24 x/mnt
b. Ukur
TB : 170 cm
BB : 89 kg
c. Keluhan fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa-apa, tidak ada kelainan fisik.
6. Psikososial
a. Genogram
Klien belum menikah dan klien tinggal bersama ayah, ibu dan kedua adiknya.
pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah, yang dipimpin oleh ayahnya.
Pola asuh klien keras, penuh dengan kedisiplinan, klien merasa dirinya tidak berguna
b. Konsep diri
- Gambaran diri
Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
- Identitas diri
Klien seorang wanita berusia 20 tahun, masih tinggal dengan ibu dan ayah
kandungnya. Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
- Peran
Klien berperan sebagai anak dan kakak, yang harus berbakti dan menuntun adik-
adik, belum menikah dan belum mempunyai pekerjaan
- Harga diri
Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain ibu dan
adiknya, klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang interaksi
social karena statusnya sebagai mantan narapidana
c. Hubungan sosial
- Orang terdekat
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya
- Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan dahulu pernah ikut mengaji bersama teman-teman, tetapi
semenjak kejadian itu klien merasa malu dan tidak berguna dan lebih banyak
menghabiskan waktu sendirian
d. Status mental
- Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, klien menggunakan baju yang
disediakan di lapas
- Pembicaraan
Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami
- Aktivitas motoric
Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan
- Alam perasaan
Klien tampak sedih, karena klien merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya, klien
merasa putus asa dan tidak berharga dalam hidup ini
- Afek
Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
- Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien menengadah,selalu menjawab
jika ditanya
- Persepsi
Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
- Pola Fikir
Tidak ada waham.
- Tingkat kesadaran
Klien sadar sepenuhnya, ditandai klien tidak tampak bingung klien bisa
menyebutkan Namanya dengan benar, juga bisa membedakan waktu pagi, siang dan
malam serta dapat menyebutkan tempat di mana klien berada
- Memori
Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung sederhana, klien mampu menyebutkan angka, klien juga
mampu menjawab 3 dikurangi 1, klien menjawab 2
- Daya Tilik Diri
Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Makan
Klien makan 3x sehari, mampu menghabiskan 1 porsi makan dengan menu seimbang
yang sudah disiapkan dari instalasi gizi (nasi, lauk, sayur, buah- buahan), klien makan
pagi pukul 07.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, makan malam jam pukul 19.00
WIB, setelah makan klien merapikannya sendiri
b. BAB/ BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri
c. Mandi
Klien mandi di kamar mandi 2x sehari tanpa bantuan orang lain dan tidak lupa
menggosok gigi, mencuci rambut 1 minggu sekali.
d. Berpakaian/ berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
e. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang pukul 11.00- 12.00 WIB dan tidur malam pukul 20.00- 05.00 WIB,
aktivitas sebelum tidur klien adalah melamun dan diam, tapi tidak lupa untuk membaca
doa sebelum tidur. Setelah bangun klien langsung mandi.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak mengetahui obat apa yang klien minum dan tidak mengetahui
efek samping dan manfaat dari obat tersebut, minum obat 2x sehari dengan bantuan
dari perawat, setelah minum obat merasa ngantuk dan lemas.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien tidak mengetahui akan berobat kemana jika telah keluar dari tumah sakit.
h. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan ketika di rumah klien tidak suka melakukan kegiatan apapun, seperti
kegiatan rumah tangga sehari-hari. Klien tidak ikut dalam mengatur keuangan untuk
kebutuhan seharinya.
i. Aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan jarang keluar rumah, tidak suka berbelanja atau melakukan
perjalanan.
8. Mekanisme kopping
a. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
b. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
c. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan tidak mengenal semua teman dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan.
10. Aspek medik
a. Diagnosa Medis : Schizofrenia
b. Terapi
- Haloperidol 2x5 mg
- Trihexiperidine 2x2 mg
c. Masalah Keperawatan
- Harga Diri Rendah
- Menarik Diri
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds : Koping Harga diri rendah
1. Klien mengatakan teman individu
berkurang semenjak di lapas tidak
2. Klien malu dengan teman efektif
karena klien merasa tidak
pantas diantara mereka
3. Klien mengatakan malu
untuk jika keluar dari lapas
karena statusnya napi
Do :
1. Klien tampak malu saat
berbicara

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah b/d koping individu tidak efektif

D. INTERVENSI

No Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Harga Diri Rendah TUM - Klien mampu duduk 1. Lakukan pendekatan
berhubungan dengan Klien dapat melakukan berdampingan dengan baik, menerima
koping individu tidak keputusan yang efektif dengan perawat klien apa adanya dan
efektif untuk mengendalikan - Klien mampu bersikap empati
situasi kehidupan yang berbincang-bincang 2. Cepat mengendalikan
demikian menurunkan dengan perawat perasaan dan reaksi
perasaan rendah diri - Klien mampu perawatan diri sendiri
merespon Tindakan misalnya rasa marah,
TUK 1 perawat empati
Klien dapat membina 3. Sediakan waktu untuk
hubungan teraupetik berdiskusi dan bina
dengan perawat hubungan yang sopan
4. Berikan kesempatan
kepada klien untuk
merespon
TUK 2 - Klien dapat 1.  Tunjukan emosional
mengungkapkan yang sesuai
Klien dapat mengenali
perasaannya 2.   Gunakan tekhnik
dan mengekspresikan
- Klien mampu komunikasi terapeutik
emosinya
mengenali terbuka,
emosinya dan dapat 3.    Bantu klien
mengekspresikan mengekspresikan
nya perasaannya
4.   Bantu klien
mengidentifikasikan
situasi kehidupan yang
tidak berada dalam
kemampuan dan
mengontrolnya

5.  Dorong untuk
menyatakan secara
verbal perasaan-
perasaan yang
berhubungan dengan
ketidak mampuannya.
TUK 3 - Klien dapat 1.  Diskusikan masalah
mengidentifikasi yang dihadapi klien
Klien dapat
pemikiran yang dengan memintanya
memodifikasi pola
negative untuk
kognitif yang negative
-  Klien dpat menyimpulkannya
menurunkan 2.   Identifikasi pemikiran
penilaian yang negatif klien dan bantu
negatifpada untuk menurunkan
dirinya. melalui interupsi dan
substitusi
3.   Evaluasi ketetapan
persepsi logika dan
kesimpulan yang dibuat
klien
4.   Kurangi penilaian klien
yang negatif terhadap
dirinya

5.   Bantu klien menerima


nilai yang dimilikinya atau
perilakunya atau
perubahan yang terjadi
pada dirinya.
TUK 4 - Klien mampu 1.   Libatkan klien dalam
menentukan menetapkan tujuan
Klien dapat
kebutuhan untuk yang ingin dicapai
berpartisipasi dalam
perawatan pada 2.   Motivasi klien untuk
mengambil keputusan
dirinya membuat jadwal
yang berkenan dengan
- Klien dapat aktivitas perawatan
perawatan dirinya
berpartisipasi dirinya
dalam 3.   Berikan privasi sesuai
pengambilan kebutuhan yang
keputusan ditentukan

4.  Berikan reinsforcement
posotif tentang
pencapaian kegiatan
yang telah sesuai
dengan keputusan yang
ditentukannya

E. IMPLEMENTASI & EVALUASI


Tanggal/Ja No Implementasi Evaluasi
m
16 Oktober 1. Bina hubungan saling percaya S :
2020 dengan : Klien menjawab salam dan
Jam 14.00 - Menyapa klien dengan mengatakan selamat pagi,
ramah menyebutkan nama dan alamat
- Memperkenalkan diri O :
dengan sopan - Klien mau berjabat tangan
- Menanyakan nama lengkap - Klien mau duduk berdampingan
serta alamat klien dengan perawat
- Menunjukkan sikap empati, - Klien mau mengutarakan
jujur dan menempati janji masalahnya
- Menanyakan masalah yang A :
dihadapi SP 1 tercapai
P:
- Lanjutkan SP 2 adakan kontrak
waktu pertemuan berikutnya
- Anjurkan klien untuk dapat
menyapa perawat jika bertemu dan
percaya jika perawat akan
membantu masalah yang dihadapi
17 Oktober 2. Bina hubungan terapeutik S :
2020 dengan perawat dengan : Klien mau duduk berdampingan
Jam 14.00 - Pendekatan dengan baik dengan perawat
,menerima klien apa adanya
O:
- Mengidentifikasi perasaan
- Klien mampu berbincang –
dan reaksi perawatan diri
bincang dengan perawat
sendiri
- Klien mampu merespon tindakan
- Menyediakan waktu untuk
perawat.
bina hubungan yang sopan
- Menberikan kesempatan A :
untuk merespon SP 2 tercapai
P:
- Lanjutkan SP 3 adakan kontrak
waktu pertemuan berikutnya.
- Anjurkan klien mampu
berkomunikasi,mampu memulai
berbicara dan tidak janggung.

18 Oktober 3. Mengidentifikasi kemampuan S :


2020 dan aspek positif yang Klien mengatakan cara penilaian
Jam 14.00 dimiliki dengan : positif tidak boleh berfikir jelek
- Membantu terhadap orang lain, sopan santun
mengidentifikasi dengan dan ramah yang diutamakan.
aspek yang positif
O:
- Mendorong agar
Klien dapat mengungkapkan
berpenilaian positif
perasaannya
- Membantu mengungkapkan
perasaannya A:
SP 3 teratasi sebagian
P:
- lanjutkan SP 1 keluarga
- Anjurkan klien untuk
mempertahankan hubungan saling
percaya berinteraksi secara
terarah.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada narapidana : harga diri rendah
berkenalan dan cara berbincang bincang , maka penulis mendapatkan data sebagai berikut :
Klien bercerita terkadang sedih karena ia berbeda dengan teman-temannya. Dari data tersebut
penulis menyimpulkan bahwa klien mengalami harga diri rendah.

Setelah penulis melakukan pengkajian, intervensi dan implementasi, hasilnya masalah


keperawatan dengan harga diri rendah pada An. R dihentikan karena klien sudah percaya diri
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta :


Rineka cipta
Daryo, Agoes, 2011, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Refika Aditama
Riyadi, S. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Simanjuntak, J. 2012 Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme (membedakan
Gangguan Jiwa dan Kerasukan Setan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Utomo, T. 2010. Mencegah dan Mengatasi krisis Anak Melalui Perkembangan Sikap
Mental Orang Tua. Jakarta : Grasindo
Sugiyono, D. 2010 Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sumantri, Sujati, 2012. Psikologi Luar Biasa, Bandung : PT Refika
Sugiyanto, 2009. Analisis Statika Sosial, Malang : Bayumedia Publillsing

Anda mungkin juga menyukai