DIRI RENDAH
D
OLEH
NIM : 180204005
DOSEN PENGAJAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Narapidana : Harga Diri Rendah”. Dalam penulisan makalah ini penulis
banyak mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada dosen pembimbing Bapak Ns. Jek Amidos Pardede,M.Kep.,
Sp.Kep.J.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I S1-Keperawatan di USM
Indonesia dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
A. LATAR BELAKANG
B. Tujuan
Memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien narapidana dengan masalah harga diri
rendah
A. PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 2002 ). Harga diri rendah adalah evaluasi diri
dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak
langsung di ekspresikan. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen,
2005). Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan
yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002). Dari pengertian diatas
dapat disimpulakan bahwa harga diri rendah adalah sebagai perasaan negative terhadap diri
sendiri dalam kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat
penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa
anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak
sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan
anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak
merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir
untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan
rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak
penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak
masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah,
dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan
perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat
dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia
gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang
mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu
yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab
diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya
bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak
sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan.
Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil
ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat,
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang
rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif
dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti
lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya
wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk
mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak
sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang
selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah
yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah.
Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan
bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya
merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,
diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.
a. Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak
mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi
dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran.
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau
berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Menurut L. J Carpenito dan Keliat , perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
antara lain :
Data Subjektif:
D. PSIKOPATOLOGI
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender,
tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas
pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan
struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma
seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam
kehidupan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan
rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu
mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri
secara realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998,
hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan
menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial
(menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
E. PENATALAKSANAAN
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia.
Tidak menyebabkan kantuk
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari
empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identias Pasien
Nama : Ny. t
U : 39 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No. RM : 11.963
2. Alasan Masuk :
Klien merasa tertekan
3. Faktor Predisposisi
a. Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSJ dan klien tidak pernah mengalami
gangguan jiwa sbelumnya.
b. Klien mengatakan pernah melakukan tindakan pencurian dan di penjara dikarenakan
klien dan keluarga klien mengalami ekonomi yang susah.
c. Klien mengatakan malu karena menganggap dirinya tidak berguna, tidak berarti dan
harga diri rendah
4. Faktor Presipitasi
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
a. Masa anak-anak
Klien tidak pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan
b. Masa remaja
Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan sesuai
perkataan klien “saya dulu pernah melakukan pencurian dan dipenjara dikarenakan
mengalami ekonomi yang susah”
c. Masa sekarang
Klien mengatakan “malu karena dirinya tidak berguna”
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : 138/89 mmHg
N : 90 x/mnt
S : 37,3oC
P : 24 x/mnt
b. Ukur
TB : 170 cm
BB : 89 kg
c. Keluhan fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa-apa, tidak ada kelainan fisik.
6. Psikososial
a. Genogram
Klien belum menikah dan klien tinggal bersama ayah, ibu dan kedua adiknya.
pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah, yang dipimpin oleh ayahnya.
Pola asuh klien keras, penuh dengan kedisiplinan, klien merasa dirinya tidak berguna
b. Konsep diri
- Gambaran diri
Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
- Identitas diri
Klien seorang wanita berusia 20 tahun, masih tinggal dengan ibu dan ayah
kandungnya. Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
- Peran
Klien berperan sebagai anak dan kakak, yang harus berbakti dan menuntun adik-
adik, belum menikah dan belum mempunyai pekerjaan
- Harga diri
Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain ibu dan
adiknya, klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang interaksi
social karena statusnya sebagai mantan narapidana
c. Hubungan sosial
- Orang terdekat
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya
- Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan dahulu pernah ikut mengaji bersama teman-teman, tetapi
semenjak kejadian itu klien merasa malu dan tidak berguna dan lebih banyak
menghabiskan waktu sendirian
d. Status mental
- Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, klien menggunakan baju yang
disediakan di lapas
- Pembicaraan
Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami
- Aktivitas motoric
Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan
- Alam perasaan
Klien tampak sedih, karena klien merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya, klien
merasa putus asa dan tidak berharga dalam hidup ini
- Afek
Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
- Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien menengadah,selalu menjawab
jika ditanya
- Persepsi
Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
- Pola Fikir
Tidak ada waham.
- Tingkat kesadaran
Klien sadar sepenuhnya, ditandai klien tidak tampak bingung klien bisa
menyebutkan Namanya dengan benar, juga bisa membedakan waktu pagi, siang dan
malam serta dapat menyebutkan tempat di mana klien berada
- Memori
Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung sederhana, klien mampu menyebutkan angka, klien juga
mampu menjawab 3 dikurangi 1, klien menjawab 2
- Daya Tilik Diri
Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Makan
Klien makan 3x sehari, mampu menghabiskan 1 porsi makan dengan menu seimbang
yang sudah disiapkan dari instalasi gizi (nasi, lauk, sayur, buah- buahan), klien makan
pagi pukul 07.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, makan malam jam pukul 19.00
WIB, setelah makan klien merapikannya sendiri
b. BAB/ BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri
c. Mandi
Klien mandi di kamar mandi 2x sehari tanpa bantuan orang lain dan tidak lupa
menggosok gigi, mencuci rambut 1 minggu sekali.
d. Berpakaian/ berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
e. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang pukul 11.00- 12.00 WIB dan tidur malam pukul 20.00- 05.00 WIB,
aktivitas sebelum tidur klien adalah melamun dan diam, tapi tidak lupa untuk membaca
doa sebelum tidur. Setelah bangun klien langsung mandi.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak mengetahui obat apa yang klien minum dan tidak mengetahui
efek samping dan manfaat dari obat tersebut, minum obat 2x sehari dengan bantuan
dari perawat, setelah minum obat merasa ngantuk dan lemas.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien tidak mengetahui akan berobat kemana jika telah keluar dari tumah sakit.
h. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan ketika di rumah klien tidak suka melakukan kegiatan apapun, seperti
kegiatan rumah tangga sehari-hari. Klien tidak ikut dalam mengatur keuangan untuk
kebutuhan seharinya.
i. Aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan jarang keluar rumah, tidak suka berbelanja atau melakukan
perjalanan.
8. Mekanisme kopping
a. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
b. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
c. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan tidak mengenal semua teman dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan.
10. Aspek medik
a. Diagnosa Medis : Schizofrenia
b. Terapi
- Haloperidol 2x5 mg
- Trihexiperidine 2x2 mg
c. Masalah Keperawatan
- Harga Diri Rendah
- Menarik Diri
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah b/d koping individu tidak efektif
D. INTERVENSI
5. Dorong untuk
menyatakan secara
verbal perasaan-
perasaan yang
berhubungan dengan
ketidak mampuannya.
TUK 3 - Klien dapat 1. Diskusikan masalah
mengidentifikasi yang dihadapi klien
Klien dapat
pemikiran yang dengan memintanya
memodifikasi pola
negative untuk
kognitif yang negative
- Klien dpat menyimpulkannya
menurunkan 2. Identifikasi pemikiran
penilaian yang negatif klien dan bantu
negatifpada untuk menurunkan
dirinya. melalui interupsi dan
substitusi
3. Evaluasi ketetapan
persepsi logika dan
kesimpulan yang dibuat
klien
4. Kurangi penilaian klien
yang negatif terhadap
dirinya
4. Berikan reinsforcement
posotif tentang
pencapaian kegiatan
yang telah sesuai
dengan keputusan yang
ditentukannya
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada narapidana : harga diri rendah
berkenalan dan cara berbincang bincang , maka penulis mendapatkan data sebagai berikut :
Klien bercerita terkadang sedih karena ia berbeda dengan teman-temannya. Dari data tersebut
penulis menyimpulkan bahwa klien mengalami harga diri rendah.