KEPERAWATAN JIWA I
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang
suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari
akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Konsep Harga Diri Rendah ’ ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I. Pada makalah ini diuraikan apa itu
Harga diri rendah.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik
dan saran.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi............................................................................................................2
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian
prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu yang
mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih
rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan diri
yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai
diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Depersonalisasi
positif
Kerancuan identitas
Aktuallisasi diri
(suliswati dkk,2005:91)
a. Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-
kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain.
2.3. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau
penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan
tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan
sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus
menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik
dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial
2.4 FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran,
panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Prosedur medis keperawatan.
. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri:
2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan
efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di
samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem
dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%,
kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol
ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama
urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap
halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal
seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan
hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik,
gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine,
hiperpireksia, gangguan akomodasi.
2.7 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data
yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah
tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien
dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik
yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap
bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya,
kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan
atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana
jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak
sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan
orang lain.
2.11 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang
telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah
tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak
memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang
ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara dan
mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah
klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki
klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian prilaku
dengan ideal diri sedangkan Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif
dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah Dengan Menggunakan
Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners Muda, 1(1), 18-22.
Suerni, T., Keliat, B. A., & CD, N. H. (2013). Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga
pada Klien Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 1(2).
SAFITRI, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita Skizofrenia Dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).
Atmojo, B. S. R., & Purbaningrum, M. A. (2021). Literature Review: Penerapan Latihan
Kemampuan Positif Terhadap Peningkatan Harga Diri Rendah Pada Klien Yang Mengalami
Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah. Nursing Science Journal (NSJ),
2(1), 55-62.
Wakhid, A., Hamid, A. Y. S., & CD, N. H. (2013). Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial
Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan Model Hubungan
Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ):
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 1(1).
Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk Meningkatkan
Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Puskesmas Sruweng. Proceeding of The
URECOL, 630-636.