Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

ILMU KEPERAWATAN JIWA 1

HARGA DIRI RENDAH

DI SUSUN OLEH :

1. Riza Shilviyah (201501119)

2. Sylvia Putri Ayu Lestari (201501126)

3. Candra Reta Fransiska (201501124)

4. Wahyu Riska Fitra Sari (201501131)

5. Nadia Anita Rosalina (201501112)

6. Muhammad Fiqrul Riyadi (201501121)

7. Panud Wicaksono (201501108)

S1 – KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2014/2015

JalanJabon Km.6 MojokertoTelp/Fax. (0321)3902032

www.stikes.ppni.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga “Harga Diri Rendah” dapat terselesaikan

dengan baik. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan saya

2. Bu Lilik Ma’rifatul Azizah selaku dosen pembimbing mata kuliah

3. Serta kelompok Harga Diri Rendah yang meluangkan waktunya untuk

menyelesaikan makalah ini

Saya menyadari bahwa LP dan ASKEP ini terdapat berbagai kekurangan,

maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya butuhkan

untuk perbaikan selanjutnya.

Saya berharap semoga LP dan ASKEP ini dapat bermanfaat, khususnya

bagi kami dan mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Saya mengucapkan terimakasih dan wassalamualaikum wr.wb

Mojokerto, Maret 2017


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari harga diri rendah?

2. Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah?

3. Bagaimana etiologi dari harga diri rendah?

4. Apa saja tanda dan gejala dari harga diri rendah?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah

1.3 Tujuan

6. Untuk mengetahui pengertian dari harga diri rendah

7. Untuk mengetahui proses terjadinya harga diri rendah

8. Untuk mengetahui etiologi dari harga diri rendah

9. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari harga diri rendah

10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah

1
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Harga Diri Rendah (Self Esteem)

self esteem adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain(Stuart dan Sundeen, 1998). Termasuk persepsi

individu akan sifat dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan,

nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek tujuan serta keinginan

(Tarwoto& wartonah, 2003). Self esteem dipelajari melalui kontak sosial dan

pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya

dipengaruhi oleh bagainiana individu mengartikan pandangan orang lain tentang

dirinya(Stuart dan Sunden, 1993: Kelliat, 1994)

Branden(2001) mendefinisikan self esteem sebagai cara pandang individu

terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan menghargainya

sebagai individu yang utuh. Nilai yang kita taruh atas diri kita sendiri berdasar

penilaian kita sejauhmana memenuhi harapan diri. Harga diri yang tinggi

merupakan nilai positif yang kita lekatkan pada diri yang berakar dari penerimaan

diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan

kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai seorang yang penting dan

berharga(Dariuszky 2004)

Peplau dan Sulivan dalam keliat (1999) mengtakan bahwa pengalaman

interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia yan
tidak menyenangkan seperti good me, bad me, not me, merasa sering

dipermasalahkan, atau merasa tertekan kelak, akan menimbulkan perasaan aman

yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh

lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif dapat menyebablan

harga diri rendah kronis.

Caplan (dalam keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,

pengalaman individu, dan adanya perbuhana sosial seperti perasaan dikucilkan,

ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu. Keadaan seperti ini

dapat menyebabkan stres dan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti harga

diri rendah.

Self-esteem adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisi

sejauh mana perilaku memenuhi ideal self. Frekuensi mencapai tujuan

mempengaruhi self esteem. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga

dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal, cenderung harga diri menjadi

rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah

dicintai, kasih sayang dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat 1994).

Centi Paul(993) menggambarkan self esteem sebagai penilaian diri terhadap

sejauhmana self-image kita mencapai ideal self. Semakin lebar jarang antara self

image dengan ideal self maka semakin rendah penilaian terhadap diri sendiri dan

menimbulakan penolakan diri(self rejection). Menuru maslow (maramis,2004),

self esteem merupakan salah satu kebutuhan dari setiap individu yang yang harus

dipenuhu untuk mencapai aktualisasu diri sebagai puncak kebutuhan individu.


HARGA DIRI RENDAH

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak

berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa(Depkes RI, 2000).Gangguan

harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang

negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Harga

diri rendah adalah evaluasi diri perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang

negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah

diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena

karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri(Keliat, 2001). Harga

diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang

negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Jadi harga diri rendah adalah

suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal

mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupu tidak langsung,

penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

Kata kunci : harga diri rendah, kehilangan rasa percaya diri,

penilaian negati pada diri sendiri

Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang

diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan


ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan berakar dalam penerimaan diri

sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan kekalahan, dan kegagalan,

tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri

dapat terjadi secara:

Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi,

kecelakaan, di cerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada

pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang

kurang di perhatikan seperti pemeriksaan fisik yang sembarangan

pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi

tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas

yang tidak menghargai.

Maturasional

Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah:

(a) Bayi/usia bermain/pra sekolah berhubungan dengan kurang stimulasi

atau kedekatan perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang

tua, tidak adekuat dukungan orang tua ketidakmampuan mempercayai

orang terdekat.

(b) Usia sekolah; Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau

peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative

berulang
(c) Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah jenis kelamin,

gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah

masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.

(d) Usia sebaya; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan

penuaan.

(e) Lansia; Berhubungan dengan kehilangan(orang, financial, pensiun)

Kronik

Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit/di rawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.

Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap

dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini

dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau ada pasien

gangguan jiwa.

Rentang Respon Konsep Diri

Individu dengan kepribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang

positif/sesuai, ideal iri yang realistik, konsep diri positif, harga diri tinggi,

penampilan peran yang memuaskan dan identitas yang jelas. Respon konsep diri

sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari status ktualisasi diri(paling adaptif)

sampai pada keracunan identitas/depersonalisasi(maladaptif) ang digambarkan

sebagai berikut:

Gambar :
Respons Mal adaptif

Aktualisasi Diri Konsep diri Harga diri rendah Kerancuan identitas Dipersonalisasi

Keterangan:

1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu

masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:

a) Aktualisasi diri

Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi

masalalu akan diri dan perasaannya.

b) Konsep diri positif Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi

masalah

2. Respon mal adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana

individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut, Respon maladaptive

gangguan konsep diri adalah:

a) Harga diri rendah

Transisi antara respon konsep diri positif dan mal adaptif

b) Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan

dalam mencapai tujuan.

c) Depersonalisasi(tidak mengenal diri)

Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak

berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau

tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang melatar

belakangi pengalaman nyata yang sukses dan diterima, ditandai dengan citra

tubuh positve dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga

diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang

dalam dan rasa identitas yang jelas.

Konsep diri yang positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman

positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan

mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan

yang tinggi. Tanda-tanda individu yanv memiliki konsep diri yang positif adalah:

yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa

percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang

dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada

jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri tidak

sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.

Menerina pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa

menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak


membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap

orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak

seharusnya disetujui oleh masyarat. la peka terhadap perasaan orang lain

sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui

oleh masyarakat. mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan

kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya dirinya sendiri sebelum

mengubahnya. Ia mampu untuk mwngintrospeksi dirinya sendiri sebelum

menginstrospeksi orang lain, dan mampu mengubahnya menjadi lebih baik agar

diterima di lingkungannya.

Konsep diri negatif ditandai dengan masalah soaial dan ketidakmampuan

untuk melakukan dengan penyesuaian diri Harga diri (maladjustment). Harga diri

adalah penila pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa

jauh memenuhi ideal diri (stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian

tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika

individu sering gagal. Maka cenderung Harga diri rendah. harga diri yang

diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang

dan penerimaan. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja

dan usia lanjut. Daru hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik

mengakibatkan harga diri rendahbergantung pa diri rendah.

2.2 Etiologi

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang

tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system

pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang


negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan

awal(Townsend, M.C. 1998: 366). Menurut Carpenito, individu tidak efektif

adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami

suatu ketudakmampuan dalam mengalami stessor internal atau atau lingkungan

dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku

atau kognitif).

Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini

mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang

rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan

penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali penyebab terjadinya harga

diri rendah adalah pada masa kecil sering salahkan, jarang di beri pujian atas

keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang di

hargai dan tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal

sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul

saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.

2.2.1 Faktor Predisposisi

A. Faktor biologis

a. Kerusakan lobus frontal

b. Kerusakan hipotalamus

c. Kerusakan system limbic

d. Kerusakan neurotransmitter
B. Faktor psikologis

a. penolakan orang tua

b. harapan orang tua tidak realistis

c, orang tua yang tidak percaya pada anak

d. tekanan teman sebaya

e. kurang reward systems

f. dampak penyakit kronis

C. Faktor sosial .

a. Kemiskinan

b. Terisolasi dari lingkungan

c. Interaksi kurang baik dalam keluarga

D. Faktor cultural

a. Tuntutan peran orangtua yang

b. Perubahan kultur

Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang

tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung

jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak reallistis.
2.2.2 Faktor Presipitasi

Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,

kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri

harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara

situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus

di operasi, kecelakaan, perkosaan atau di penjara termasuk di rawat di rumah

sakit bisa menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena penyakit

fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.

Penyebab lainnya dalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta

perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga

diri rendah kronik biasanya di rasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat

klien sudah memilki pikiran negatif dan meningkat saat di rawat. Dipengaruhi

oleh factor Internal dan eksternal.


2.3 Rentan Respon Pathway

Perubahan Faktor predisposisi :

penampilan:
a. Faktor biologis

1. Kehilangan b. Faktor psikologis

bagian tubuh c. Faktor sosial

2. Bentuk badan d. Faktor cultural

berbah e. Faktor precipitasi

Harapan yang tidak sesuai

dengan kenyataan

Equilibrium (keseimbangan)

terganggu
Kecewa/stress

Positif POSITIF

Ada faktor penyeimbang Tidak ada faktor penyeimbang

Realitas terhadap kejadian Tidak ada realitas terhadap kejadian

Dorongan situasi kuat Dorongan situasi tidak kuat

Mekanisme pertahanan kuat Equilibrium tidak seimbang

KRISIS
Problema terpecah
-perasaan malu thd diri karena penyakit,
Equilibrium seimbang
kuarang percaya diri, perasaan tidak mampu,
TIDAK ADA KRISIS
pandangan hidup yang pesimis
HARGA DIRI RENDAH
2.4 Tanda Dan Gejala

Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut Carpenito,Ll(2003: 352)

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan

terhadap penyakit misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak

setelah mendapat terapi sinar pada kanker

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya

segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.

3. Martabat. Misalnya saya tidak bisa,saya tidak mampu, saya orang bodoh dan

tidak tau apa-apa

4. Percaya diri kurang Misalnya klien sukar mengambil keputusan, misalnya

tentang memilih alternatif tindakan

5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.

6. Perasaan tidak mampu.

7. Pandangan hidup yang pesimistis,

8. Tidak berani menatap lawan bicara.

9. Lebih banyak menunduk.

10. Penolakan terhadap kemampuan diri

11. Kurang memperhatikan perawatan diri(Kuku panjang dan kotor, rambut

panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor)


12. Data Obyektif

a) Produktivitas menurun.

b) Perilaku distruktif pada diri sendiri.

c) Perilaku distruktif pada orang lain.

d) Penyalahgunaan zat

e) Menarik diri dari hubungan sosial

f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah

g) Menunjukkan tanda depresi(sukar tidur dan sukar makan)

h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah

tanda dan gejala harga diri rendah kronis:

a). Mengkritik diri sendiri

b). Perasaan tidak mampu

c). Pandangan hidup yang pesimistis

d). Tidak menerima pujian

e). Penurunan produktivitas

f). Penolakan terhadap kemampuan diri

g). Kurang memperhatikan perawat diri


h). Berpakaian tidak rapi

i). Selera makan berkurang

j). Tidak berani menatap lawan bicara

k).Lebih banyak menunduk

l). Bicara lambat dengan nada suara lemah

2.5 Masalah Keperawatn Yang Mungkin Muncul

a. Harga diri rendah kronis

b. Koping individu tidak efektif

c. Isolasi social

d. Perubahan presepsi sensori: halusinasi

e. Risti perilaku kekerasan

2.6 Penatalaksanaan

Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :

a. Memberi kesempatan untuk berhasil

b. Menanamkan gagaasan

c. Mendorong aspirasi

d. Membantu membentuk koping


Penatalaksanaan medis:

1) Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg

Indikasi : Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai

realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,

berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan

dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi

kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan

kegiatan rutin.

Cara kerja: Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya

sistem ekstra piramidal.

Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,

ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS

Depresi.

Efek samping: Sedasi, Gangguan otonomik, Gangguan ekstra piramidal,

Gangguan endokrin Metabolik

Nb: Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang

2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg

Indikasi: Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia,

pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.


Cara kerja: Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai

antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif,

skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga mempunyai

daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus.

Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak

dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol

ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar

diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.

Kontra indikasi: Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang

hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.

Efek samping : Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi

reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi

gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia,

takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati,

reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia,

gangguan akomodasi.

3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg

Indikasi : Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal

berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.

Cara kerja : Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua

neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat

asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan


asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps

untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.

Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain,

glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung

kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.

Efek samping : Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan

kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan,

amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi,

takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada

gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi,

dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti retensi

urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi.

Pada psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.

c. Terapi okupasi / rehabilitasi

Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan

aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang

direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 )

d. Psikoterapi

Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan

individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk

mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 )


e. Terapi psikososial

Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus

ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu

dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi

penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam

aktivitas.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian

terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data

yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social spiritual.

masalah keperawatan Data yang perlu dikaji

Harga diri rendah Subjektif

kronis Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna

Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu

Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja

Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,

berhias, makan, atau toileting).

Objektif

Mengkritik diri sendiri

Persaan tidak mampu

Pandangan hidup pesimistis


Tidak menerima pujian

Penurunan produktivitas

Penolakan terhadap kemampuan diri

Berpakaian tidak rapi

Nerkurang selera makan

Tidak berani menatap lawan bicara

Lebih banyak menunduk

Bicara lambat dengan nada suara lemah


Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:

3.1.1 Identitas klien

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama

mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan,

waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat

usia klien dan No RM, tanggal pengka dan sumber data yang didapat.

3.1.2 Alasan masuk

Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di

rumah sakit apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah

dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga

diri rendah klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa

tidak mampu.

3.1.3 Faktor predisposisi

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana

hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga, dan tindakan kriminal Menanyakan kepada klien dan keluarga

apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien

tentang pengalaman yang tidak menyenangkan Pada klien dengan perilaku

kekerasan faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa

lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang

gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.


Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang

tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab

personal ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

3.1.4 Pemeriksaan fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan

tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah

ada kekurangan pada kondisi harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan

darah, peningkatan fisiknya. Pada klien frekuensi nadi.

3.1.5 Psikososial

a. Genogram

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari

pola komunikasi pengambilan keputusan dan pola asuh. Penelusiran

genetic yang menyebabkan/ menurunkan gangguan jiwa merupakan hal

yang sulit dilakukan hingga saat ini.

b. Konsep diri

 Gambaran diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh

yang disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai

dan bagian yang disukai. Pada klien harga diri rendah klien cenderung

merendahkan dirinya sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa

bersalah terhadap diri sendiri.


 Identitas diri

Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien

terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau

perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelam dan

posisinya.Klien dengan harga diri rendah klien lebih banyak

menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan

bicara.

 Fungsi peran

Tugas atau peran klien dalam keluarga pekerjaan/kelompok

masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau

perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat

bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut Pada klien HDR

tidak mampu melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai

dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari individu

tersebut.

 Ideal diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,

tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien

terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana

jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya Pada klien dengan

harga diri rendah klien cenderung percaya diri kurang, selalu

merendahkan martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.


 Harga diri

Yaitu pnilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan

menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal

dirinya, pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap

dirinya sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang pesimis,

penlakan terhadap kemampuan diri, dan percaya diri kurang

3.1.6 Hubungan sosial

Tanya orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya

yang dilakukan bila ada masalah, tanyakan apa saja yang diikuti dalam

masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan hambatan dalam

berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan arang lain.

Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah cenderung menarik

diri dari lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu.

3.1.7 Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan menjalankan keyakinan, kepuasan

dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah cenderung

berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.

3.1.8 Status mental

 Penampilan

Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki

apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam

berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian

terhadap status psikologis klien.Pada klien dengan harga diri rendah

klien kurang memperhatikan perawatan diri, klien dengan harga diri

rendah rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam,

kulit kotor dan gigi kuning.

 Pembicaraan

Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap,

sering terhenti/bloking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak

mampu memulai pembicaraan.

 Aktivitas motorik

Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering

menunduk, tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.

 Klien dan Emosi

klien cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada

saat ada Afek cederung yang menyenangkan atau menyedihkan).

 Interaksi selama wawancara

Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang (tidak

mau menatap lawan bicara).


 Proses Pikir

a. Arus fikir

Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking

(pembicaraan te tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian

dilanjutkan kembali).

b. Bentuk Pikir

otistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia tau lamunan

untuk memuaska keinginan yang tidak dapat dicapainya.

c. Isi fikir

- Pikian rendah diri: selalu merasa bersalah pada dirinya dan

penolakan terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan,

menghina dirinya terhadap hal-hal yang pernah dilakukan

ataupun belum pernah lakukan.

- Rasa bersalah: pengungkapan diri negatif.

- Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang

suram tent banyak hal di dalam kehidupannya.

 Tingkat kesadaran

Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarannya

composmentis, namun ada gangguan orientasi terhadap orang lain.


 Memori

Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori

jangka panjang atau jangka pendek.

Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran dirinya

sendiri yang merasa tidak mampu.

3.1.9 Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan

Klien harga diri rendah sulit mementukan tujuan dan mengambil keputusan

karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.

a. Daya Tilik

Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit

(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta

pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita

tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang

lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah

sekarang.

-Kebutuhan Perencanaan Pulang

-Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

-Kegiatan hidup sehari-hari(ADL)

- Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalah

apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain,

mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga,

dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol, me

reaksi lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya pada proses

pengkajian, data penting dan masalah yang perlu di kaji adalah:

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Objektif

1 Masalah utama : Mengungkapkan Merusak diri

ingin diakui jati seendiri maupun


Gangguan konsep diri : harga
dirinya. orang lain.
diri rendah

Mengungkapkan Ekspresi malu.

tidak ada lagi yang


Menarik diri dari
peduli.
hubungan social.

Mengungkapkan
Tampak mudah
tidak bisa apa-apa.
tersinggung

Mengungkapkan
Tidak mau makan
dirinya tidak
dan tidak tidur
berguna.

Mengkritik diri

sendiri, perasaan
tidak mampu.

2 Masalah keperawatan : koping Mengungkapkan Tampak

individu tidak efektif ketidak mampuan ketergantungan

dan meminta terhadap orang

bantuan orang lain. lain.

Mengungkapkan Tampak sedih dan

malu dan tidak bisa tidak melakukan

ketika diajak aktivitas yang

melakukan sesuatu. seharusnya dapat

dilakukan.
Mengungkapkan

tidak berdaya dan Wajah tampak

tidak ingin hidup murung.

lagi.

3 Masalah keperawatan : Mengungkapkan Ekspresi wajah

menarik diri : isolasi sosial enggan bicara kosong tidak ada

dengan orang lain. kontak mata.

Klien mengatakan Ketika diajak

malu bertemu dan bicara suara pelan

berhadapan dengan dan tidak jelas

orang lain. hanya memberi

jawaban singkat
(ya/tidak).

Menghindari

ketika didekati.

Pohon masalah :

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif

3.3 PERENCANAAN

Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Perencanaan Intervensi Rasional

Tujuan Kriteria evaluasi


Tujuan

umum :

Klien mampu

meningkatkan

harga diri

Tujuan Kriteria evaluasi : 1. bina hubungan 1. Hubungan

khusus : saling percaya saling percaya


Klien dapat
2. sapa klien dengan akan
Klien dapat mengungkapkan
ramah, baik menimbulkan
membina perasaannya
verbal maupun kepercayaan
hubungan
Ekspresi wajah
non verbal klien pada
saling percaya
bersahabat
3. perkenalkan diri perawat

Ada kontak mata dengan sopan sehingga akan

4. tanya nama memudahkan


Menunjukan rasa
lengkap klien dan dalam
senang
nama panggilan pelaksanaan
Mau berjabat yang disukai klien tindakan
tangan 5. jelaskan tujuan selanjutnya.

Mau menjawab pertemuan, jujur 2. Agar klien

salam dan menepati janji merasa

6. tunjukan sikap dihargai dan


Klien mau duduk
emapati dan klien merasa
berdampingan menerima klien lebih senang

apa adanya 3. Ketika kita


Klien mau
7. beri perhatian memepekenal
mengutarakan
pada klien kan diri mka
masalah yang
8. beri kesempatan klien akan
dihadapi
untuk mengenal kita

mengungkapkan dan tidak

perasaan tentang ragu-ragu

penyakit yang dengan kita

dideritanya

9. sediakan waktu

untuk

mendengarkan

klien

10. katakan pada

klien bahwa

adalah seorang

yang berharga dan

bertanggungjawab

serta mampu

menolong dirinya

sendiri
Perencanaan Intervensi Rasional

Tujuan Kriteria evaluasi

Tujuan khusus Kriteria evaluasi : 1.diskusikan 1. Pujian akan

2: kemampuan dan meningkatkan


klien mampu
aspek positif yang harga diri
Klien dapat mempertahankan
dimiliki klien dan klien
mengidentifikasi aspek yang positif
beri pujian / 2. Agar klien
kemampuan dan
reinforcement atas idak lagi
aspek positif
kemampuan minder dan
yang dimiliki
mengungkapkan lebih optimis

perasaan lagi

2. saat bertemu

klien, hindarkan

member penilaian

negatif, utamakan

member pujian

yang realistis.
Tujuan khusus Kriteria evaluasi : 1.diskusikan 1. Peningkatan

3: kemampuan yang kemampuan


kebutuhan klien
masih dapat mendorong klien
Klien dapat terpenuhui
digunakan selama untuk mandiri
menilai
klien dapat
sakit.
kemampuan yang 2. agar klien
melakukan
dapat digunakan 2 diskusikan juga tetap
aktivitas terarah
kemampuan yang menjalankan

dapat dilanjutkan kemapuan yang

pengunaan di dimilikinya

rumah sakit dan di bukan hanya di

rumah nanti rumah sakit tapi

dilakukan juga

dalam ADLnya

sehari-hari

Tujian khusus 4 : Kriteria evaluasi : 1 rencanakan 1. Pelaksanaan

bersama klien kegiatan secara


Klien dapat klien mampu
aktivitas yang mandiri modal
menetapkan dan beraktivitas sesuai
dapat dilakukan awal untuk
merencanmakan
kegiatan sesuai kemampuan setiap hari sesuai meningkatkan

dengan kemampuan : harga diri.


klien mengikuti
kemampuan yang kegiatan mandiri,
tetapi aktivitas 2. meningkatkan
dimiliki kegiatan dengan
kelompok kegiatan adalah
bantuan minimal,
wujud bahwa
kegiatan dengan
klien sudah
bantuan total.
mersa tidak

2. tingkatkan minder lagi dan

kegiatan sesuai klien tidak

dengan toleransi merasa malu

kondisi klien dalam

melakukan
3. beri contoh cara
sesuatu
pelaksanaan

kegiatan yang 3. ketika klien

boleh klien lakukan merasa takut itu

sering klien takut berarti ada

melaksanakannya) sesuatu yang

tidak diketahui

sehingga

mencontohkan

adalah salah satu

cara klien agar


lebih mengerti

sehingga tidak

malu takut atau

pun ragu dalam

melakukan suatu

hal

Tujuan khusus Kriteria evaluasi : 1 beri kesampatan 1.Dengan

5: klien untuk aktivitas klien


klien mampu
mencoba kegiatan akan
Klien dapat beraktivitas sesuai
yang direncanakan mengetahui
melakukan kemampuan
kemampuanya
kegiatan sesuai 2 beri pujian atas
2.Pujian adalah
kondisi sakit dan keberhasilan klien
salah satu
kemampuannya
3 diskusikan
apresiasi
kemungkinan
positif agar
pelaksanaan
klien lebih
dirumah
optimis

3.Agar klien

dapat

beraktivitas

juga di rumah

bukan hanya
di rumah sakit

Tujuan khusus 6 Kriteria evaluasi : 1 beri pendidikan 1. Perhatihan

kesehatan pada keluarga dan


Klien dapat klien mampu
keluarga tentang pengertian
memanfaatkan melakukan apa
cara merawat klien keluarga
system yang diajarkan
harga diri rendah akan dapat
pendukung yang
klien mau
membantu
ada 2 bantu keluarga
memberikan
meningkatka
memberi dukungan
dukungan
n harga diri
selama klien di
klien
rawat
2. Keluarga
3 bantu keluarga
sangat
menyiapkan
berperan
lingkungan di
penting pada
rumah
pasien HDR

karena

keluarga

adalah orang

yang sehrai-

hari dekat

dengannya
3. Lingkungan

pada klien

HDR juga

sangat

berpengaruh

karena klien

akan merasa

lebih

terhormat jika

lngkungannya

menerimanya

dengan baik,

atau

sebaliknya

3.4 IMPLEMENTASI

Perawat melakukan tindakan keparawatan kepada pasien untuk memecahkan

masalah keperawatan

Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan

SP 1 Pasien
Mengidentivikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini

Memilih kemampuan yang akan dilatih

Melatih kemampuan pertama yang dipilih

Memasukan dalam jadwal kegiatan klien

SP 2 Pasien

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1)

Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien

Melatih kemampuan yang dipilih

Memasukan kedalam jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien

Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)

Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakuakan

Melatih kemampuan ketiga yang dipilih

Masukkan dalam kegiatan jadwal klien

SP 1 Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien


Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses terjadinya

Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah

Bermain peran dalam mefrawat pasien HDR

Menyusun RTI, keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien

SP 2 Keluarga

Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)

Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah

Menyusun RTI, keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien

SP 3 Keluarga

Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)

Evaluasi kemampuan klien

Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, bantu pasien

menilai kemampuan yang masih dapat digunakan bantu pasien

memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, latih kemampuan yang


sudah dipilih dan susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam

rencana harian

a. Fase Orientasi:

"Selamat pagi, bagaimana keadaan T hari ini? terlihat segar".

Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang

pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang dapat T lakukan.

Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.

"Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama?

Bagaimana kalau 20 menit?"

Fase Kerja:

T, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!

Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan

merapika kamar? Menyapu? Mencuci piring... dst. Wah, bagus sekali ada lima

kemampuan dan kegiatan yang T miliki.

T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan?

Coba kita lihat, yang pertama dapatkah, yang kedua... sampai 5(misal, ada 3

yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih dapat

dikerjakan."

"Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih dapat dikerjakan" "O yang

nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapikan tempat tidur T" Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat,

sudah rapikah tempat tidurnya?"

"Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan

selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.

"Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!

Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.

Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita

lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah kaki. Bagus!"

"T sudah dapat merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan

bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus!".

"Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di jadwal harian an

hurufM(mandiri) kalau Tlakukan tanpa disuruh, tulis jika diingatkan dapat

melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi:

"Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat

tidur? Yah, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di

rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah Tpraktikkan

dengan baik sekali."

"Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian T. Mau berapa kali sehari

merapikan tempat tidur Bagus, dua kali yaitu pagi-pagipukul berapa? Lalu

sehabis istirahat, pukul 4 sore"


"Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa

lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapikan tempat tidur? Ya bagus,

cuci piring kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok pukul 8 pagi di

dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya.

Tindakan Keperawatan pada Keluarga

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan

menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

Tujuan:

1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.

2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.

3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan

memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

Tindakan keperawatan:

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien

3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki memuji pasien pasien

dan atas kemampuannya.

4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah


5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.

6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien

dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya.

7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di ruma

Contoh 2

Orientasi

“Assalamu’alaikum selamat pagi N. Saya suster....., panggil saja suster.... saya

mahasiswa fakultas ilmu keperawatan yang akan bertugas di sini dari jam 08.00-

12.00 siang nanti Apa yang menyebabkan N dibawa ke sini? Apakah N masih

mengingatnya? Bagaimana kalau kita membicarakan tentang alasan N tidak mau

bergaul dengan orang lain dan terus menyendiri saja di dalam kamar? Di mana

kita membicarakannya? Bagaimana kalau di luar saja? Berapa lama? 20 menit

saja?"

Kerja

"Coba N ceritakan apa yang menyebabkan N tidak mau bergaul dengan orang

lain? Apa yang menyebabkan N merasa bersalah? Apa yang menyebabkan N

merasa sangat bodoh? Bagaimana dengan kemampuan lain seperti kemampuan

akademik lainnya selain komputer?"

Jika klien diam saja atau menggeleng, maka katakan: "Suster yakin N pasti

memilikinya, atau N memiliki hobi yang N sukai?"


Jika klien mengangguk, maka katakan:

"Nah, apa saja? Coba ceritakan ke suster. Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya

ya. Apalagi kegiatan lain? Menyanyi misalnya? Atau mengaji Wah bagus sekali

ada enam kemampuan yang N miliki. N, dari enam kemampuan yang dimiliki

mana yang masih bisa dilakukan di rumah sakit? Coba kita lihat yang pertama

bisakah, yang kedua... (misalnya ada tiga kemampuan yang bisa

dilakukan), wah, bagus sekali masih ada tiga kemampuan yang bisa dilakukan di

rumah sakit. Sekarang coba N pilih salah satu yang mampu dilakukan di rumah

sakit. Bagussekali, sekarang kita coba latih kemampuan N dalam membaca

Alquran. N pernah mengaji selama di rumah sakit ini? Bagus sekali. Biasanya

Alquran-nya didapatdari siapa? Baiklah, sekaran suster pinjamkan Alquran, dan

coba N membaca ayat yang N inginkan Bagus sekali bacaan N, pembacaan juga

tepat. Sekarang dilanjut ke ayat yang berikutnya. Nah, sekarang kita sudah

selesai mengaji, N tutup saja Alqur’annya”.

Terminasi

Bagaimana perasaan N setelah kita bercakap-cakap dan latihan mengaji

tadi? Ternyata masih banyak kemampuan N yang bisa dilakukan dirumah sakit

ini yang sudah N praktikkan dengan baik sekali Bagaimana kalau kita masukkan

kegiatan ini di dalam jadwal harian N. Menurut N berapa mau

dimasukkan? Bagus sekali. berarti jam 05.30 setelah salat 18.30 setelah salat

Maghrib ya. Baiklah, bagaimana kalau dua jam lagi saya datang dan kita melatih

N yang kedua yaitu menanam bunga. Tempatnya di sini saja ya N.”


3.5 EVALUASI

Kemampuan pasien dan keluarga evaluasi yang dilakukan untuk menilai sejauh

mana keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan

gangguan harga diri rendah lalu untuk menilai factor penghambat dan pendukung

serta alternatif masalah

Penilaian perawat dalam merawat pasien dengan harga diri rendah.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Y DENGAN GANGGUAN HARGA

DIRI RENDAH

Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2017

Tanggal Masuk : 31 Januari 2017

Ruang : HDR
4.1 PENGKAJIAN

4.1.1 Identitas

a) Identitas Klien

Nama : Tn. Y

Umur : 31 Tahun

Alamat : Mojokerto

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidika : SMP

Pekerjaan : Petani

No. RM : 03xxxx

b) Penanggung Jawab

Nama : Ny. P

Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung

Alamat : Mojokerto

4.1.2 KELUHAN UTAMA

Keluarga klien mengatakan sering menyendiri dikamar


4.1.3 ALASAN MASUK

2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membakar


barang, bicara sedikit, sulit kominikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.

4.1.4 FAKTOR PREDISPOSISI

1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah


rawat jalan di RSJD.MENOR
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
yaitu ia jatuh dari sepeda.

4.1.5 PEMERIKSAAN FISIK

A. Tanda – tanda vital :


Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
PernafasaN : 26 x/menit

B. Ukuran
Tinggi badan : 179 cm
Berat badan : 62 Kg
C. Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

4.1.6 PSIKOSOSIAL

A. Genogram
B. Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai
adalah mata karena bisa melihat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah
sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang,
merasa bosan dan ingin bekerja lagi.
Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan
orang lain selain ibu dan adiknya,klien merasa tidak
pantas jika berada diantara orang lain, kurang interaksi
sosial.
C. Hubungan Sosial
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.
Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering
mengikuti gotong royong didesanya.
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan
/ berobat jalan temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri
D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis
sholat klien berdoa agar cepat sembuh.

4.1.7 STATUS MENTAL

A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang


disisir, klien menggunakan baju yang disediakan diRSJ.
B. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan
dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien
menyesuaikan.
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat
sembuh dan pulang, klien sedih belum bisa bertemu ibu.
E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien
lambat
F. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena
menunduk,sesekali klien menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Fikir : Tidak ada waham.
I. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat
pengkajian, hari kamis tanggal 2 Maret 2017 jam 16.30 WIB,hari
berikutnya juga klien sadar hari jumat 3 maret 2017
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa
lalunya.
K. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 –
15= 5
L. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar
setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih
membereskan kursi.
M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit
jiwa.
4.1.8 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
2. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
4. Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5. Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB 15.00 WIB,tidur malam
jam 20.00WIB 04.30 WIB.
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan. Haloperidol 2x5 mg,
trihexiperidine 2x2 mg.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien sudah pernah periksa diRSJD MENOR tetapi rawat jalan.
8. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

4.1.9 MEKANISME KOPING

A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu


B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang
lain,lebih suka diam.

4.1.10 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

A. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri


dari lingkungan
B. Masalah dengan kesehatan (-)
C. Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang
tua dan 2 saudaranya.
D. Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh
ibunya.

4.1.11 ASPEK MEDIK

A. Diagnosa Medis
Schizofrenia
B. Terapi
- Haloperidol 2x5 mg
- Trihexiperidine 2x2 mg

4.1.12 MASALAH KEPERAWATAN

A. Harga Diri Rendah


B. Menarik Diri
C. Koping Individu Tidak Efektif

4.1.13 POHON MASALAH

4.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Harga diri Menarik Diri
- Klien mengatakan sering Rendah
menunduk, kurangnya
interaksi sosial
Do “
- Klien tampak menyendiri
2. Ds : Koping Individu Harga Diri
- Klien mengatakan reman Tidak Efektif Rendah
berkurang semenjak sakit
- Klien malu dengan teman
karena klien merasa tidak
pantas diantara mereka
Do :
- Klien tampak malu saat
berbicara

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Harga Diri Rendah dengan menarik diri akut, ditandai


dengan Klien mengatakan sering menunduk, kurangnya interaksi sosial,
klien tampak menyendiri
2. Gangguan Harga Diri Rendah, Koping Individu Tidak Efektif ditandai
dengan Klien mengatakan reman berkurang semenjak sakit, Klien malu
dengan temannya karena klien merasa tidak pantas diantara mereka
4.4 RENCANA KEPERAWATAN

Tgl. Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

14- 01-13 Gangguan Harga TUM


Diri Rendah Klien dapat o Klien ekspresi
1. -Beri salam / panggil
dipengaruhi oleh berhubungan wajah nama yang disukai
perubahan konsep dengan orang lain bersahabat. -Jelaskan BHSP
diri akut, ditandai secara optimal. o Klien dengan komunikasi
dengan Klien TUK 1 menunjukan terapeutik
mengatakan sering Klien dapat rasa senang. Memperkenalkan diri
menunduk, membina o Klien mau dengan sopan
kurangnya hubungan saling kontak mata. -Tanyakan nama
interaksi sosial, percaya o Klien mau lengkap dan
klien tampak berjabat panggilan tujuan
menyendiri tangan. -Jujur dan menepati
o Klien mau janji
membalas -Tunjukan sikap
salam. empati dan menerima
o Klien mau klien apa adanya
duduk -Lakukan kontak
berdampingan singkat tapi sering
dengan
perawat.
o Klien mau
menyebut
nama dan mau
mengutaraka
masalah yang
dihadapi.
TUK 2 · Klien mampu
1. Diskusikan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
mengidentifikasi kemampuan yang aspek positif yang
kemampuan dan dimiliki dimiliki
aspek positif yang
· Aspek positif
2. Hindarkan dari
dimiliki keluarga penilaian yang negatif
· Aspek positif
3. Utamakan
lingkungan yang pemberian pujian
dimilii klien yang realistik
TUK 3 · Klien mampu
1. Diskusikan
Klien dapat menilai kemampuan yang
menilai kemampuan yang dapat digunakan
kemampuan yang dimiliki selama selama sakit
dimiliki sakit 2. Diskusikan
kemampuan yang
dapat ditunjukan
penggunaannya
TUK 4 · Klien dapat
1. Rencanakan
Klien dapat membuat rencana bersama klien
menetapkan kegiatan harian aktifitas yang dapat
perencanaan dilakukan setiap hari
kegiatan sesuai - Kegiatan mandiri
dengan - Dibantu sebagian
kemampuannya - Dengan bantuan
total
2. Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien
3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien
lakukan
TUK 5 · Klien
1. Berikesempatan
Klien dapat melakukan klien untuk mencoba
melakukan kegiatan yang kegiatan yang telah
kegiatan sesuai sesuai direncanakan
kondisi sakit dan dengankondisi 2. Beri pujian atas
kemampuannya sakit dan keberhasilan klien
kemampuannya 3. Diskusikan
kemungkinan
melaksanakan
dirumah.
TUK 6 · Klien dapat
1. Beri pendidikan
Klien dapat memanfaatkan kesehatan cara
memanfaatkan system pendukung perawatan klien
sistem pendukung dikeluarga secara dengan Harga Diri
yang ada optimal Rendah
· Klien daoat
2. Bantu keluarga
memanfaatkan menyiapkan
system pendukung lingkungan di rumah.
dilingkungan
sekitar.
Gangguan Harga TUM
Diri Klien dapat
· Klien mampu
1. Lakukan
Rendah, Koping melakukan duduk pendekatan dengan
Individu Tidak keputusan yang berdampingan baik, menerima klien
Efektif ditandai efektif untuk dengan perawat apa adanya dan
dengan Klien mengendalikan · Klien mampu bersikap empati
mengatakan reman situasi kehidupan berbincang 2.- Cepat
berkurang yang demikian bincang dengan mengendalikan
semenjak sakit, menurunkan perawat perasaan dan reaksi
Klien malu dengan perasaan rendah
· Klien mampu perawatan diri sendiri
temannya karena diri merespon misalnya rasa marah
klien merasa tidak TUK 1 tindakan perawat ,empati.
pantas diantara Klien dapat 3. Sediakan waktu
mereka menbina untuk berdiskusi dan
hubungan bina hubungan yang
terapeutik dengan sopan.
perawat 4. Berikan kesempatan
kepada klien untuk
merespon.
TUK 2 · Klien dapat
1. Tunjukan
Klien dapat mengungkapkan emosional yang
mengenali dan perasaannya sesuai
mengekspresikan · Klien mampu
2. Gunakan tekhnik
emosinya mengenali komunikasi
emosinya dan terapeutik terbuka,
dapat 3. Bantu klien
mengekspresikann mengekspresikan
ya perasaannya
4. Bantu klien
mengidentifikasikan
situasi kehidupan
yang tidak berada
dalam kemampuan
dan mengontrolnya
5. Dorong untuk
menyatakan secara
verbal perasaan –
perasaan yang
berhubungan dengan
ketidak mampuannya.
TUK 3 · Klien dapat
1. Diskusikan masalah
Klien dapat mengidentifikasi yang dihadapi klien
memodifikasi pola pemikiran yang dengan memintanya
kognitif yang negatif untuk
negative · Klien dpat menyimpulkannya
menurunkan 2. Identifikasi
penilaian yang pemikiran negatif
negatifpada klien dan bantu untuk
dirinya. menurunkan melalui
interupsi dan
substitusi
3. Evaluasi ketetapan
persepsi logika dan
kesimpulan yang
dibuat klien
4. Kurangi penilaian
klien yang negatif
terhadap dirinya
5. Bantu klien
menerima nilai yang
dimilikinya atau
perilakunya atau
perubahan yang
terjadi pada dirinya.
TUK 4 · Klien mampu
1. Libatkan klien
Klien dapat menentukan dalam menetapkan
berpartisipasi kebutuhan untuk tujuan yang ingin
dalam mengambil perawatan pada dicapai
keputusan yang dirinya 2. Motivasi klien
berkenan dengan
· Klien dapat untuk membuat
perawatan dirinya berpartisipasi jadwal aktivitas
dalam perawatan dirinya
pengambilan 3. Berikan privasi
keputusan sesuai kebutuhan
yang ditentukan
4. Berikan
reinsforcement
posotif tentang
pencapaian kegiatan
yang telah sesuai
dengan keputusan
yang ditentukannya
4.5 IMPLEMENTASI

Tanggal / No IMPLEMENTASI PARAF


Jam
Kamis, 2 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
maret · Menyapa klien dengan ramah
2017 Jam · Memperkenalkan diri dengan sopan
12.30 · Menanyakan nama lengkap serta alamat
klien
· Menunjukan sikap empati, jujur dan
menempati janji
· Menanyakan masalah yang dihadapi
Jumat 3 2. Bina hubungan terapeutik dengan perawat
maret dengan :
2017 Jam · Pendekatan dengan baik ,menerima klien
15.30 apa adanya
· Mengidentifikasi perasaan dan reaksi
perawatan diri sendiri
· Menyediakan waktu untuk bina hubungan
yang sopan
· Menberikan kesempatan untuk merespon
Sabtu 4 3. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
maret positif yang dimiliki dengan :
2017 Jam · Membantu mengidentifikasi dengan aspek
17.00 yang positif
· Mendorong agar berpenilaian positif
· Membantu mengungkapkan perasaannya
4.6 EVALUASI KEPARAWATAN

TANGGAL EVALUASI PARAF

Kamis, 2 S:

maret 2017 · Klien menjawab salam dan mengatakan selamat


pagi,menyebutkan nama dan alamat
jam 1230
O:
· Klien mau berjabat tangan
· Klien mau duduk berdampingan dengan
perawat
· Klien mau mengutarakan masalahnya
A : SP 1 tercapai
Pp :
Lanjutkan SP 2 adakan kontrak waktu pertemuan
berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk dapat menyapa perawat jika

bertemu dan percaya jika perawat akan membantu

masalah yang dihadapi

Jumat 3 maret S :
2017 Jam
· Klien mau duduk berdampingan dengan
15.30 perawat
O:
· Klien mampu berbincang – bincang dengan
perawat
· Klien mampu merespon tindakan perawat.
A : SP 2 tercapai
Pp :
Lanjutkan SP 3 adakan kontrak waktu pertemuan
berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien mampu berkomunikasi,mampu
memulai berbicara dan tidak janggung.

Sabtu 4 maret S :
2017 Jam
· Klien mengatakan cara penilaian positif tidak
17.00 boleh berfikir jelek terhadap orang lain,sopan
santun dan ramah yang diutamakan.
O:
· Klien dapat mengungkapkan perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian
Pp :
lanjutkan SP 1 keluarga
Pk :
Anjurkan klien untuk mempertahankan hubungan
saling percaya berinteraksi secara terarah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).

Dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling

percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis

(dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat)

terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang

merawat tercapai.

5.2 Saran

1. Klien

Libatkan klien dalam aktivitas positif

Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B

Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya

Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain

2. Keluarga

Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien


Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif

Menerima klien apa adanya

Hindari pemberian penilaian negative

3. Perawat

Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien

Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah

Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien

Memberi reinforcement
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :


Graha Ilmu .

Fitria, N. (2009). Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan . Dalam N.


Fitria, Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan (hal. 5-19).
Jakarta : Salemba Medika .

Keliat, at all. (1998). Proses Keperawatan Jiwa . Jakarta : Egc.

Keliat, Budi Ana. . (1992). Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien
Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.

Lilik Ma'riatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .


Yogyakarta : Indomedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai