Anda di halaman 1dari 6

MATERI PENYULUHAN

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Pembimbing : Tri Peni,S.Kep.Ns., M.Kes

Disusun oleh :
1. Tri Yuliani (201501091)
2. Maristanna Millatal (201501094)
3. Armila Yustikawati (201501096)
4. M. Dani Setiawan (201501098)
5. M. Ardi Kurniawan (201501102)
6. Angga Triyatama (201501109)
7. Novi Ratna Sari (201501113)
8. M. Khoirul Umami (201501120)
9. Candra Reta (201501124)
10. Yesy Novitasari (201501130)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

A. Definisi Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada
trimester II. Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
B. Ciri-Ciri Ibu Hamil Dengan Anemia
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciri-ciri
dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah. Ciri-ciri
tersebut antara lain :
1. Konsentrasi hilang
2. Lemah, letih, lesu, dan lunglai
3. Mual dan muntah
4. Nafas terengah-engah dan nyeri dada
5. Nafsu makan turun
6. Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.
7. Pusing atau sakit kepala
8. Pandangan mata berkunang- kunang
C. Macam-Macam Anemia Pada Ibu Hamil
1. Anemia Defisiensi Besi atau Karena Kekurangan Zat Besi
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi
besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena
pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan
terkurasnya simpanan besi pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting
anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya. Status gizi yang kurang sering
berkaitan dengan anemia defisiensi besi.
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua,
maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi
hemoglobin. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak
terlalu besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa
hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin.
Karena jumlah besi tidak jauh berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan,
neonatus dari ibu dengan anemia berat tidak menderita anemia defisiensi besi.

2. Anemia Karena Perdarahan


Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat
menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada
awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi
segera untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun
jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat
perdarahan secara tuntas.
Secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan
hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk
wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya
stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan
tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3
bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi darah.
3. Anemia Karena Radang atau Keganasan
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak
jaman dulu dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi
kronik dan neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat,
biasanya dengan eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi
khususnya tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab,
tetapi terapi antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakit-
penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus
imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab
tersering anemia bentuk ini.
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia.
Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan
usus (inflammatory bowel disease), lupus eritematosus sistemetik, infeksi
granulomatosa, keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat
seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah
merah. Wanita dengan pielonfritis akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini
tampaknya terjadi akibat meningkatnya destruksi eritosit dengan produksi
eritropoietin normal.

4. Anemia Aplastik Karena Kerusakan Sumsum Tulang


Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu
penyulit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai
trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler. Pada
sekitar sepertiga kasus, anemua dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim,
leukemia, dan gangguan imunologis.
Kelainan fungsional mendasar tampaknya adalah penurunan mencolok sel
induk yang terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit
ini diperantarai oleh proses imunologis. Pada penyakit yang parah, yang didefinisikan
sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25 persen, angka
kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 persen.
5. Anemia Hemolitik Karena Usia Sel Darah Merah Yang Pendek
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
a. Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia,
anemia sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal
hemoglobinuria
b. Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.
6. Anemia Megaloblastik Karena Gangguan Pencernaan
Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama
kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12
karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat
jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil
lebih mungkin dijumapai pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau
total. Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri
berlebihan di usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama
kehamilan, kadar nonhamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12
transkobalamin. Wanita yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg
sianokobalamin (vitamin B12) intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani
gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan
kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk menunda pemberian asam
folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran bahwa akan terjadi gangguan
integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara bersamaan mengidap
anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak diobati).
7. Anemia Karena Penyakit Keturunan Misalnya Anemia Sel Sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang
ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik.
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut
oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam
sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil
dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat
melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah,
kerusakan organ dan mungkin kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi
berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa
lubang (lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka
melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian
tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh
darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah
ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan
organ tubuh.
D. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi.
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
E. Akibat Anemia Pada Ibu Hamil
1. Abortus
2. Persalinan preterm/sebelum waktunya
3. Proses persalinan lama
4. Perdarahan setelah persalinan
5. Syok
6. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
7. Payah jantung
8. Bayi lahir prematur
9. Bayi cacat bawaan
10. Kekurangan cadangan besi
11. Kematian janin
12. Kematian ibu
13. Rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen
F. Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil
Penatalaksanaan yang umum dilakukan adalah dengan pemberian suplemen zat besi
sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan. Pemeriksaan
kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan pada minggu ke-
28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe 2-3 kali 1 tablet perhari
dan disarankan untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
Pada ibu hamil trimester 3 dengan anemia perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM
dan disarankan untuk bersalin di rumah sakit.
G. Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan
asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga
dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis,
kacang polong, serta kacang-kacangan.
Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap
tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang
diperkuat dengan zat besi.
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi.
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal,
maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar
kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

H. Menjelaskan Cara Minum Tablet Zat Besi Yang Benar


1. Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa mual
2. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya dengan jus
jeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.
3. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena dapat
menghambat proses penyerapan.

Anda mungkin juga menyukai