1. Anemia
1.1 Anemia pada Ibu Hamil
Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam darah
dibawah normal. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh
kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
member sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Sahli. Hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan Sahli dapat digolongkan sebagai
berikut:
Tabel.1 penggolongan status anemia ibu hamil
e.Anemia Sel Sabit: Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan
pembesaran limpa akibat molekul Hb.
1.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang
berumur 20-35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil, karena
akan membahayakan kesehatan ibu hamil maupun janinnya beresiko mengalami
perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
b. Usia Kehamilan
Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum
berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa
pertumbuhan sehingga rahim dan panggul masih kecil. Disamping itu, usia diatas
35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti
preeklamsi, eklamsi, DM, dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto,
2004).
c. Jarak Kelahiran
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada ibu
hamil adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang
merupakan mekanisme biologis dan pemulihan faktor hormonal dan adanya
kecenderungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia. Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan
mempengaruhi kesehatan dan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh
kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang
(Depkes, 2003).
d. Tingkat Pendidikan.
Seseorang yang hanya lulusan Sekolah dasar belum tentu kurang mampu
menyususn makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang
lain yang pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah
kalau orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi maka pengetahuan
gizinya akan lebih baik, hanya saja memang perlu dipertimbangkan bahwa faktor
tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bias dijadikan
landasan untuk membedakan metode penyuluhan gizi yang tepat (Soehardjo,
2003)..
e. Jenis Pekerjaan.
menjadi dua kategori yaitu “pekerja” dan “bukan pekerja”. Dari ketentuan
tersebut, pekerjaan sering didefenisikan sebagai jenis tugas-tugas yang dilakukan
oleh laki-laki, sehingga pekerjaan diluar rumah tangga dianggap bukan suatu
pekerjaan. Ibu yang mempunyai kegiatan diluar rumah tangga disebut wanita
pekerja.
f. Tingkat Pendapatan
kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan
ekonomi ini berpengaruh terhadap ketersediaan pangan dirumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi akan dapat meningkatkan pendapatan, dengan
meningkatnya pendapatan maka persoalan gizi terutama pada ibu hamil akan
teratasi. Tingkat pendapatan juga menentukan jenis pangan apa yang dibeli.
Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentasi perbelanjaan termasuk
untuk buah-buahan, sayur sayuran dan jenis makanan lain, tetapi walaupun
makanan yang berkualitas tinggi masuk ke dalam suatu rumah tangga tidak ada
jaminan apakah makanan ini akan sampai kepada mereka yang sangat
membutuhkan terutama pada ibu hamil .( Suhardjo, 2003).
2. Zat besi
2.1 Definisi zat besi
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan dalam proses biologi
didalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin,
produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang
digunakan untuk poses produksi adenosine trifosfat yang terlibat dalam
respirasi sel. Zat besi atau Ferum (Fe) disimpan dalam hepar, lien dan
sumsum tulang belakang. Sekitar 70% zat besi yang ada di dalam tubuh
berada dalam hemoglobin dan sisanya berfungsi sebagai simpanan oksigen
intramuskuler (Jordan, 2004).
2.2 Manfaat tablet zat besi
Zat besi atau Ferum (Fe) merupakan mineral mikro yang banyak
ditemui dalam tubuh, yaitu didalam tubuh manusia dewasa terdapat 3-
5 gram. Zat besi sangat berpengaruh saat aktivitas kerjanya. Zat besi
juga berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan,
alat angkut electron pada metabolism energi serta bagian dari enzim
pembentuk kekebalan tubuh dan pelarut pada obat-obatan. Makanan
yang mengandung zat besi biasanya dapat memenuhi kecukupan
vitamin A (Waryana, 2010).
2.3 Sumber zat besi
Dalam memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh melalui
konsumsi makanan. Berikut ini makanan yang baik sumber zat besi
antara lain daging, ayam, ikan, telur, serealia tumbuk, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan pisang ambon. Zat besi yang berasal dari
12
makanan hewani lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat besi
yang berasal dari makanan nabati (Waryana, 2010).
2.4 Kebutuhan zat besi
Menurut Jordan (2004), kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan
janin tunggal :
1. 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah
merah.
2. 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya.
3. 150-200 mg untuk kehilangan eksternal.
4. 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta.
5. 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat
melahirkan.
Menurut Wasnidar (2007), kebutuhan zat besi pada ibu hamil
menurut usia kehamilan :
1. Trimester I (umur kehamilan 0-12 minggu) : kebutuhan zat besi
relative ± 50 mg/hari
2. Trimester II (umur kehamilan 13-24 minggu) : kebutuhan zat
besi ± 50 mg/hari
3. Trimester III (umur kehamilan 25-40 minggu) : kebutuhan zat
besi ± 60 mg/hari
Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan
berkisar antara 540-1340 mg dan 440-1050 mg diantaranya akan
hilang pada saat ibu melahirkan. Secara umum anemia untuk wanita
tidak hamil mempunyai kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100
mililiter (12 gram/ desiliter) dan untuk wanita hamil mempunyai
kadar Hb kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/ desiliter)
(Varney, 2007).
2.5 Peranan zat besi
Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam
tubuh, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa. Fe
sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas
kerjanya. Didalam tubuh peran tablet Fe sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru kejaringan, sebagai alat angkut elektron pada
metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan
tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan (Waryana, 2010).