Disusun oleh :
Tingkat 3A
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal.Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki
laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang
dari 12,0 gram/100ml.Anemia merupakan kondisi kadar hemoglobin dalam darah ibu
hamil tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Standar
untuk menetapkan anemia berbeda-beda antar kelompok, pada wanita usia subur Hb
<12,0 g/dl dikatakan anemia, sedangkan pada ibu hamil dikatakan anemia apabila Hb
<11,0 g/Dl. Anemia kehamilann merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini
disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan absorbsi,
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau bisa disebut juga
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar hemoglobin
(Hb) dibawah batas normal. Menurut American Society of Hematology, anemia adalah
menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu sering lesu, lemah, pusing, mata
berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini dapat berdampak pada penurunan daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan mengakibatkan menurunnya aktivitas dan
Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh asupan makanan sumber zat
besi yang tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu seperti
keluhan mual dan muntah pada trimester I serta interaksi zat gizi dari makanan yang di
konsumsi ibu yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat besi seperti teh dan
kopi. Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan oleh kehilangan
darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. Anemia
adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan
hemoglobin sel darah merah, atau keduanya. Anemia secara fungsional dapat
didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity) (Putri & Bunga, 2015).
B. ETIOLOGI
dan kemudian meningkat secara drastis pada bulan terakhir kehamilan. Hal ini
menyebabkan anemia fisiologis kehamilan, berikut ini tabel penyebab anemia pada
kehamilan.
Tabel 2.1
Anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil merupakan problema kesehatan yang
dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang seperti Indonesia.
WHO melaporkan bahwa prevalensi perempuan hamil yang mengalami defisiensi zat
besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia
kebutuhan zat besi, infeksi dan kehilangan darah. Defisiensi diet zat besi yang buruk
makanan kaya zat besi dan asupan makanan vegetarian kaya asam fitat dan senyawa
fenolik hal ini merupakan penghambat penyerapan zat besi. Absorbsi zat besi
terhambat jika ibu hamil menderita infeksi cacing tambang, amoebiasis, tuberkulosis,
malaria, dll. Kehilangan darah yang berlebihan selama menstruasi dan komplikasi
perdarahan pada kehamilan sebelumnya dapat menyebabkan kekurangan zat besi.
lebih dari 50% wanita dari negara berkembang memiliki keseimbangan zat besi
negatif dalam keadaan tidak hamil. Ketika mengalami kehamilan simpanan zat besi
perempuan semakin berkurang. Dengan demikian, terlalu banyak dan terlalu cepat
C. PATOFISIOLOGI
Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan, di jaringan tubuh besi berupa
trasportasi yaitu dalam bentuk transferin dan senyawa besi cadangan seperti ferritin dan
hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan
bersifat mereduksi sehingga mudah diabsorbsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak
dapat bebas tetapi berikatan dengan molekul protein membentuk ferritin, komponen
proteinnya disebut apoferritin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk
apotrasferin, dalam plasma darah disebut serotransferin. Jika asupan zat besi menurun
Asupan zat besi dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja,
air kencing, dan kulit. Kehilangan basis ini diperkirakan sebanyak 14 µg/kg BB/hari. Jika
dihitung berdasarkan kelamin kehilangan basis zat besi untuk perempuan dewasa sekitar
0,8 mg. Kebutuhan akan zat besi meningkat selama kehamilan. Peningkatan ini
dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin untuk bertumbuh, pertumbuhan plasenta
Sekitar 600 mg zat besi diperlukan untuk peningkatan massa sel darah merah
selama kehamilan dan 300 mg lebih lanjut untuk janin. Asupan harian yang
direkomendasikan dari besi untuk paruh akhir kehamilan adalah 30 mg. Penyerapan besi
meningkat tiga kali lipat pada trimester ketiga, dengan kebutuhan zat besi meningkat dari
1 - 2 mg sampai 6 mg per hari. Kedua massa sel darah merah dan volume plasma
berkembang dari trimester pertama kehamilan. Ekspansi 30 - 40% dalam volume plasma
melebihi 20 - 25% peningkatan massa sel darah merah Sebagai konsekuensinya terjadi
untuk mendorong pengangkutan oksigen ke jaringan termasuk plasenta. Hal ini terkait
rata-rata 4 fl. Kebutuhan zat besi fisiologis 3 kali lebih tinggi pada kehamilan daripada
pada wanita yang sedang menstruasi (South Australian Perinatal Practice Guidelines,
2016).
mengakibatkan sel darah merah yang abnormal kecil (mikrositik) dan mengandung
ke sel tubuh dan jaringan berkurang. Zat besi (Fe) terlibat dalam metabolisme energi,
regulasi gen, pertumbuhan sel dan diferensiasi, pengikatan dan pengangkutan oksigen,
penggunaan dan penyimpanan oksigen otot, reaksi enzim, sintesis neurotransmiter, dan
sintesis protein. Zat besi yang dibutuhkan digunakan untuk memperluas massa eritrosit
ibu hamil, memenuhi kebutuhan zat besi janin, mengkompensasi kerugian zat besi (yaitu
D. MANEFESTASI KLINIS
yang dapat terjadi pada anemia selama kehamilan sama dengan anemia secara umumnya.
Terkadang sering tidak jelas, namun perlu dicatat bahwa tanda dan gejala ini mungkin
tidak ada, terutama pada anemia ringan sampai sedang. Tanda: pucat, glositis, stomatitis,
hiperdinamik, krepitasi halus pada basis paruparu karena kongesti (kasus berat). Gejala:
(sesak napas), pusing, swelling (perifer), anasarca umum (pengumpulan cairan umum di
rongga peritoneal dan toraks), gagal jantung kongestif terjadi pada anemia yang berat.
mengatakan bahwa efek anemia ringan pada kehamilan tidak mengakibatkan janin
kekurangan zat besi hal ini, karena transportasi zat besi aktif plasenta ke janin. Namun,
anemia berat pada ibu dikaitkan dengan penurunan volume cairan ketuban, vasodilatasi
serebral janin, dan pola denyut jantung janin yang tidak menentu, peningkatan risiko
prematuritas, aborsi spontan, berat badan lahir rendah, dan kematian janin.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut penelitian, tingginya angka
kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi
dari keluhan yang sangat ringan hingga berat terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan, gangguan proses persalinan, dan gangguan pada janin (Yeyeh, 2010).
kehamilan, persalinan dan nifas adalah ibu lemah, keguguran, partus prematurus, inersia
hipofibrinogenemia, infeksi intrapartum dan dalam nifas, serta bila terjadi anemia berat
(Hb <4 gr%) hal ini dapat menyebabkan payah jantung dan bahkan bersifat fatal.
Pengaruh anemia terhadap janin adalah kematian janin dalam kandungan, kematian janin
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
mengatakan bahwa diagnosis anemia defisiensi besi sebagian besar didasarkan pada
laporan hitung darah lengkap, indeks sel darah merah dan apusan perifer. Berikut ini
Tabel 2.2
1) Penatalaksanaan umum
b. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi
dan asam folat. Tablet yang saat ini bayak tersedia di Puskesmas adalah tablet
tambah darahyang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat. Pada
ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila
pascasalin. Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar
2) Penatalaksanaan khusus
berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi.
ferritin < 15 ng/ ml, maka berikan terapi besi dengan dosis setara 180
Capacity).
➢ Thalasemia: jika pasien dicurigai menderita thalasemia perlu
➢ Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola,
➢ Infeksi kronik.
asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x
➢ Kadar Hb < 7 g/dl atau kadar hematokrit 7 g/dl dengan gejala klinis:
Menurut Nasyidah (2011); Prakash, Yadav, Bhardwaj, & Chaudhary (2015) dan
Savadogo, Salimata, Tamini, & Kinda (2014), karakteristik ibu hamil yang
1) Umur
Umur ibu hamil dengan rentang (< 20 thn - > 35 thn) masuk pada kategori berisiko
tinggi, usia < 20 tahun belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan janin. Organ reproduksi dianggap belum terlalu mature untuk
tumbuh kembang janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin
dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan
hormonal yang terjadi selama kehamilan. Umur > 35 tahun cenderung mengalami
anemia, hal ini disebabkan adanya pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh
2) Pendidikan
aturan-aturan yang harus dilakukan untuk merawat kehamilan dan persalinan, asupan
3) Pekerjaan
memeriksakan kehamilan atau kunjungan ANC. Akibat status pekerjaan yang padat
mengalami anemia.
4) Gravida
Seorang ibu yang sering hamil mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
pertama kali berisiko pula karena belum memiliki pengalaman sehingga berdampak
5) Paritas
tambahan zat besi yang banyak untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Pada ibu
yang melahirkan > 4 kali terjadi penurunan fungsi organ reproduksi sehingga
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Kode Diagnosa Intervensi
1. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan 1. Manajemen energy
dengan ketidakseimbangan antara 2. Edukasi latihan fisik
suplai dan kebutuhan oksigen 3. Edukasi terapi aktivitas
4. Manajemen program
latihan
5. Promosi latihan fisik
6. Dukungan tidur
2. D.0026 Kesiapan peningkatan nutrisi dari 1. Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan 2. Pemantauan nutrisi
dengan intake yang kurang, 3. Pemberian makanan
anoreksia 4. Edukasi berat badan
efektif
5. Edukasi diet
6. Koseling nutrisi
7. Edukasi nutrisi
3. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan 1. Pencegahan infeksi
pertahanan tubuh sekunder yang 2. Manajeman lingkungan
tidak adekuat (mis: penurunan 3. Pemantauan elektrolit
hemoglobin, eukopenia, 4. Pemantauan tanda vital
supresi/penurunan respon 5. Dukungan perawatan diri
inflamasi)
4. D.0015 Ketidakefektifan perfusi jaringan 1. Perawatan sirkulasi
perifer berhubungan dengan 2. Manajemen sensasi
konsentrasi Hb dan darah, suplai perifer
oksigen berkurang 3. Pemantauan cairan
4. Pemberian produk darah
5. Pemantauan hasil
laboratorium
6. Manajemen cairan
7. Edukasi diet
J. DAFTAR PUSTAKA
Putri, Reni Yelmi dan Evi Hastina. 2020. Tanggal akses 25 Januari 2021. ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS PADA KASUS KOMPLIKASI KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN NIFAS. Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah: CV. Pena Persada
Arulkumaran, Sabaratnam., Regan, Lesley., Papageorghiou, Aris T., Monga, Ash., &
Farquharson, David M.I. (2011). Obstetrics and Gynaecology. United States: Oxford
University Press.
Daflapurkar, Bangale S. (2014). High Risk Cases In Obstetrics. New Delhi: Jaypee
Brotherd Medical Publishers.
Marmi., Suryaningsih, Retno M A., & Fatmawati, Ery. (2011). Asuhan Kebidanan
Patologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Trivedi, Sagar S., Puri, Manju., & Agrawal, Swati. (2016). Management of HighRisk
Pregnancy A Practical Approach. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brotherd Medical
Publishers.