Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE DENGAN ANEMIA


Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

PUTRI INDAH PRAMESTI


NIM.18.042

Tingkat 3A

PRODI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AHMAD


DAHLAN CIREBON

TAHUN 2021
A. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal.Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki

laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar

hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang

dari 12,0 gram/100ml.Anemia merupakan kondisi kadar hemoglobin dalam darah ibu

hamil tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Standar

untuk menetapkan anemia berbeda-beda antar kelompok, pada wanita usia subur Hb

<12,0 g/dl dikatakan anemia, sedangkan pada ibu hamil dikatakan anemia apabila Hb

<11,0 g/Dl. Anemia kehamilann merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama

kehamilan mengencerkan darah (hemodilusi) yang dapat tercermin sebagai anemia.

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini

disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan absorbsi,

gangguan penggunaan atau perdarahan (Rizka Angrainy, 2017)

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb (Hemoglobin),

hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau bisa disebut juga

penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar hemoglobin

(Hb) dibawah batas normal. Menurut American Society of Hematology, anemia adalah

menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat memenuhi

fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.

Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu sering lesu, lemah, pusing, mata

berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini dapat berdampak pada penurunan daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan mengakibatkan menurunnya aktivitas dan

kurang konsentrasi (Ristica, 2013).

Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh asupan makanan sumber zat

besi yang tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu seperti

keluhan mual dan muntah pada trimester I serta interaksi zat gizi dari makanan yang di

konsumsi ibu yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat besi seperti teh dan

kopi. Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan oleh kehilangan

darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. Anemia

adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan

hemoglobin sel darah merah, atau keduanya. Anemia secara fungsional dapat

didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak

dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke

jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity) (Putri & Bunga, 2015).

B. ETIOLOGI

Menurut Daflapurkar (2014), mengatakan bahwa ada beragam etiologi di balik

anemia pada kehamilan. Umumnya, kadar hemoglobin menurun sepanjang kehamilan

dan kemudian meningkat secara drastis pada bulan terakhir kehamilan. Hal ini

menyebabkan anemia fisiologis kehamilan, berikut ini tabel penyebab anemia pada

kehamilan.
Tabel 2.1

Penyebab Anemia pada Kehamilan

No. Kategori Anemia Etiologi Anemia


1. Anemia Gizi Anemia defisiensi zat besi
Defisiensi asam folat
Defisiensi vitamin B12
Kekurangan mikronitrien lainnya

2. Penyebab Infeksi Cacing tambang


Malaria
HIV
3. Hemoglobinopati Thalassemia
Anemia sel sabit

4. Kegagalan sumsum tulang Anemia aplastik


Sumber : Daflapurkar (2014)

Anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil merupakan problema kesehatan yang

dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang seperti Indonesia.

WHO melaporkan bahwa prevalensi perempuan hamil yang mengalami defisiensi zat

besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan (Yeyeh, 2010).

Kekurangan zat besi akibat faktor defisiensi diet, malabsorbsi, meningkatnya

kebutuhan zat besi, infeksi dan kehilangan darah. Defisiensi diet zat besi yang buruk

karenakan asupan yang kurang. Kemiskinan, kurangnya pengetahuan tentang

makanan kaya zat besi dan asupan makanan vegetarian kaya asam fitat dan senyawa

fenolik hal ini merupakan penghambat penyerapan zat besi. Absorbsi zat besi

terhambat jika ibu hamil menderita infeksi cacing tambang, amoebiasis, tuberkulosis,

malaria, dll. Kehilangan darah yang berlebihan selama menstruasi dan komplikasi
perdarahan pada kehamilan sebelumnya dapat menyebabkan kekurangan zat besi.

lebih dari 50% wanita dari negara berkembang memiliki keseimbangan zat besi

negatif dalam keadaan tidak hamil. Ketika mengalami kehamilan simpanan zat besi

perempuan semakin berkurang. Dengan demikian, terlalu banyak dan terlalu cepat

kehamilan mengakibatkan tingginya tingkat anemia defisiensi besi di negara-negara

berkembang (Trivedi, Puri, & Agrawal, 2016)

C. PATOFISIOLOGI

Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan, di jaringan tubuh besi berupa

senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin, dan enzim-enzim, senyawa besi

trasportasi yaitu dalam bentuk transferin dan senyawa besi cadangan seperti ferritin dan

hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan

bersifat mereduksi sehingga mudah diabsorbsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak

dapat bebas tetapi berikatan dengan molekul protein membentuk ferritin, komponen

proteinnya disebut apoferritin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk

ferro berikatan dengan protein membentuk transferin, komponen proteinnya disebut

apotrasferin, dalam plasma darah disebut serotransferin. Jika asupan zat besi menurun

maka produksi hemoglobin (Tarwoto, 2007).

Asupan zat besi dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja,

air kencing, dan kulit. Kehilangan basis ini diperkirakan sebanyak 14 µg/kg BB/hari. Jika

dihitung berdasarkan kelamin kehilangan basis zat besi untuk perempuan dewasa sekitar

0,8 mg. Kebutuhan akan zat besi meningkat selama kehamilan. Peningkatan ini
dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin untuk bertumbuh, pertumbuhan plasenta

dan peningkatan volume darah ibu (Arisman, 2009).

Sekitar 600 mg zat besi diperlukan untuk peningkatan massa sel darah merah

selama kehamilan dan 300 mg lebih lanjut untuk janin. Asupan harian yang

direkomendasikan dari besi untuk paruh akhir kehamilan adalah 30 mg. Penyerapan besi

meningkat tiga kali lipat pada trimester ketiga, dengan kebutuhan zat besi meningkat dari

1 - 2 mg sampai 6 mg per hari. Kedua massa sel darah merah dan volume plasma

berkembang dari trimester pertama kehamilan. Ekspansi 30 - 40% dalam volume plasma

melebihi 20 - 25% peningkatan massa sel darah merah Sebagai konsekuensinya terjadi

penurunan konsentrasi hemoglobin, sehingga menciptakan keadaan viskositas rendah

untuk mendorong pengangkutan oksigen ke jaringan termasuk plasenta. Hal ini terkait

dengan peningkatan fisiologis dalam volume corpuscular rata-rata (MCV) meningkat

rata-rata 4 fl. Kebutuhan zat besi fisiologis 3 kali lebih tinggi pada kehamilan daripada

pada wanita yang sedang menstruasi (South Australian Perinatal Practice Guidelines,

2016).

Anemia defisiensi besi ditandai dengan defek sintesis hemoglobin,

mengakibatkan sel darah merah yang abnormal kecil (mikrositik) dan mengandung

penurunan kadar hemoglobin (hipokromik). Kapasitas darah untuk mengantarkan oksigen

ke sel tubuh dan jaringan berkurang. Zat besi (Fe) terlibat dalam metabolisme energi,

regulasi gen, pertumbuhan sel dan diferensiasi, pengikatan dan pengangkutan oksigen,

penggunaan dan penyimpanan oksigen otot, reaksi enzim, sintesis neurotransmiter, dan

sintesis protein. Zat besi yang dibutuhkan digunakan untuk memperluas massa eritrosit
ibu hamil, memenuhi kebutuhan zat besi janin, mengkompensasi kerugian zat besi (yaitu

kehilangan darah) pada saat persalinan (Prakash & Yadav, 2015).

D. MANEFESTASI KLINIS

Menurut Hollingworth (2016), mengatakan bahwa berbagai tanda dan gejala

yang dapat terjadi pada anemia selama kehamilan sama dengan anemia secara umumnya.

Terkadang sering tidak jelas, namun perlu dicatat bahwa tanda dan gejala ini mungkin

tidak ada, terutama pada anemia ringan sampai sedang. Tanda: pucat, glositis, stomatitis,

edema, hypoproteinemia, murmur sistolik lembut di daerah mitral karena sirkulasi

hiperdinamik, krepitasi halus pada basis paruparu karena kongesti (kasus berat). Gejala:

kelemahan, kelelahan, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, palpitasi, dispnea

(sesak napas), pusing, swelling (perifer), anasarca umum (pengumpulan cairan umum di

rongga peritoneal dan toraks), gagal jantung kongestif terjadi pada anemia yang berat.

E. DAMPAK ANEMIA PADA KEHAMILAN


Menurut Arulkumaran, Regan, Papageorghiou, Aris & Farquharson (2011),

mengatakan bahwa efek anemia ringan pada kehamilan tidak mengakibatkan janin

kekurangan zat besi hal ini, karena transportasi zat besi aktif plasenta ke janin. Namun,

anemia berat pada ibu dikaitkan dengan penurunan volume cairan ketuban, vasodilatasi

serebral janin, dan pola denyut jantung janin yang tidak menentu, peningkatan risiko

prematuritas, aborsi spontan, berat badan lahir rendah, dan kematian janin.

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut penelitian, tingginya angka

kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi
dari keluhan yang sangat ringan hingga berat terjadinya gangguan kelangsungan

kehamilan, gangguan proses persalinan, dan gangguan pada janin (Yeyeh, 2010).

Menurut Marmi, Suryaningsih, dan Fatmawati (2011), pengaruh anemia pada

kehamilan, persalinan dan nifas adalah ibu lemah, keguguran, partus prematurus, inersia

uteri, partus lama, atonia uteri menyebabkan perdarahan, syok, afibrinogenemia,

hipofibrinogenemia, infeksi intrapartum dan dalam nifas, serta bila terjadi anemia berat

(Hb <4 gr%) hal ini dapat menyebabkan payah jantung dan bahkan bersifat fatal.

Pengaruh anemia terhadap janin adalah kematian janin dalam kandungan, kematian janin

waktu lahir dan dapat terjadi cacat bawaan.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Hollingworth (2016) dan Trivedi, Puri, & Agrawal (2016),

mengatakan bahwa diagnosis anemia defisiensi besi sebagian besar didasarkan pada

laporan hitung darah lengkap, indeks sel darah merah dan apusan perifer. Berikut ini

tabel diagnosis anemia defisiensi zat besi dalam kehamilan.

Tabel 2.2

Diagnosis Anemia Zat Besi dalam Kehamilan

Karakteristik Kalkulasi Batas Normal Anemia Zat Besi


Hemoglobin (Hb, g/dL) Metode sahli 11-15 <11
Rata-rata volume Corpuscular (fL) PCV/RBC 75-96 <75
Rata-rata Hb corpuscular (ug) Hb/RBC 27-33 <27
Rata-rata konsentrasi Hb corpuscular (g/dL) Hb/PVC 32-35 <32
Distribusi sel darah merah (%) 11,5-14,5% >14,5%
Apusan darah tepi Normocytic Microcytic
normochromic hypochromic
Serum besi (ug/dL) 60-120 <60
Total kapasitas pengikat beso (TBC, g/dL) 300-400 >350
Saturasi transferrin (%) 30-50% <15%
Serum ferritin (ug/dL) 13-27 <12
Protoporfirin eritrosit bebas (FEP, ug/dL) <35 >50
Reseptor transferrin serum (ug/dL) 5-9 Meningkat
Besi sumsum tulang Ada Tidak ada
Sumber : Hollingworth (2016) dan Trivedi, Puri & Agrawal (2016)
G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Kemenkes RI (2013), adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan

untuk anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Penatalaksanaan umum

a. Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan

darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.

b. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi

dan asam folat. Tablet yang saat ini bayak tersedia di Puskesmas adalah tablet

tambah darahyang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat. Pada

ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila

dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari

pascasalin. Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar

hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih

tinggi untuk mencari penyebab anemia.

2) Penatalaksanaan khusus

a. Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia

berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi.

b. Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:

➢ Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukankadar

ferritin < 15 ng/ ml, maka berikan terapi besi dengan dosis setara 180

mg besi elemental perhari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan

pemeriksaan SI (Serum iron) dan TIBC (Transferin Iron Binding

Capacity).
➢ Thalasemia: jika pasien dicurigai menderita thalasemia perlu

dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk

perawatan yang lebih spesifik.

c. Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:

➢ Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola,

kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan. \

➢ Infeksi kronik.

d. Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan: Defisiensi

asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x

250 -1000 µg.

e. Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut:

➢ Kadar Hb < 7 g/dl atau kadar hematokrit 7 g/dl dengan gejala klinis:

pusing, pandangan berkunang-kunang, atau takikardia (frekuensi nadi

>100 x per menit).

f. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau


pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa

denyut jantung janin secara berkala.


H. KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MEMPENGARUHI ANEMIA

Menurut Nasyidah (2011); Prakash, Yadav, Bhardwaj, & Chaudhary (2015) dan

Savadogo, Salimata, Tamini, & Kinda (2014), karakteristik ibu hamil yang

mempengaruhi anemia seperti;

1) Umur

Umur ibu hamil dengan rentang (< 20 thn - > 35 thn) masuk pada kategori berisiko

tinggi, usia < 20 tahun belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan janin. Organ reproduksi dianggap belum terlalu mature untuk

tumbuh kembang janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin

dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan

hormonal yang terjadi selama kehamilan. Umur > 35 tahun cenderung mengalami

anemia, hal ini disebabkan adanya pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh

akibat masa fertilisasi.

2) Pendidikan

Pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih mengetahui, memahami

pentingnya pemeriksaan dan menjaga selama masa kehamilan serta mengetahui

aturan-aturan yang harus dilakukan untuk merawat kehamilan dan persalinan, asupan

nutrisi ibu dan janinnya terpenuhi dengan tepat.

3) Pekerjaan

Status pekerjaan yang padat akan mempengaruhi kesempatan ibu untuk

memeriksakan kehamilan atau kunjungan ANC. Akibat status pekerjaan yang padat

menyebabkan ibu tidak memperhatikan tentang kondisi tubuh apabila kelelahan,


asupan nutrisi dan istirahat yang harus terpenuhi setiap harinya maka berisiko

mengalami anemia.

4) Gravida

Seorang ibu yang sering hamil mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan

berikutnya apabila tidak memperhatikankebutuhan nutrisi. Sementara ibu yang hamil

pertama kali berisiko pula karena belum memiliki pengalaman sehingga berdampak

pada perilaku yang berkaitan dengan asupan nutrisi.

5) Paritas

Paritas memberi pengaruh pada kehamilan sebab pada kehamilan memerlukan

tambahan zat besi yang banyak untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Pada ibu

yang melahirkan > 4 kali terjadi penurunan fungsi organ reproduksi sehingga

mengalami kehamilan risiko tinggi.


I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. KEMUNGKINAN DIAGNOSA
✓ Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (D.0056).

✓ Kesiapan peningkatan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang kurang, anoreksia (D.0026).

✓ Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak

adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon

inflamasi) (D. 0142)

✓ Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan

darah, suplai oksigen berkurang (D.0015).

2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Kode Diagnosa Intervensi
1. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan 1. Manajemen energy
dengan ketidakseimbangan antara 2. Edukasi latihan fisik
suplai dan kebutuhan oksigen 3. Edukasi terapi aktivitas
4. Manajemen program
latihan
5. Promosi latihan fisik
6. Dukungan tidur
2. D.0026 Kesiapan peningkatan nutrisi dari 1. Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan 2. Pemantauan nutrisi
dengan intake yang kurang, 3. Pemberian makanan
anoreksia 4. Edukasi berat badan
efektif
5. Edukasi diet
6. Koseling nutrisi
7. Edukasi nutrisi
3. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan 1. Pencegahan infeksi
pertahanan tubuh sekunder yang 2. Manajeman lingkungan
tidak adekuat (mis: penurunan 3. Pemantauan elektrolit
hemoglobin, eukopenia, 4. Pemantauan tanda vital
supresi/penurunan respon 5. Dukungan perawatan diri
inflamasi)
4. D.0015 Ketidakefektifan perfusi jaringan 1. Perawatan sirkulasi
perifer berhubungan dengan 2. Manajemen sensasi
konsentrasi Hb dan darah, suplai perifer
oksigen berkurang 3. Pemantauan cairan
4. Pemberian produk darah
5. Pemantauan hasil
laboratorium
6. Manajemen cairan
7. Edukasi diet
J. DAFTAR PUSTAKA

Putri, Reni Yelmi dan Evi Hastina. 2020. Tanggal akses 25 Januari 2021. ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS PADA KASUS KOMPLIKASI KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN NIFAS. Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah: CV. Pena Persada

Arisman. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Arulkumaran, Sabaratnam., Regan, Lesley., Papageorghiou, Aris T., Monga, Ash., &
Farquharson, David M.I. (2011). Obstetrics and Gynaecology. United States: Oxford
University Press.

Daflapurkar, Bangale S. (2014). High Risk Cases In Obstetrics. New Delhi: Jaypee
Brotherd Medical Publishers.

Hollingworth, T. (2016). Differential Diagnosis in Obstetrics and Gynaecology: An A-Z.


Second Edition. United States: CRC Press.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi Pertama. Diunduh 25/01/2021, dari
http://www.searo.who.int/indonesia/documents/976-602-235-265-5-bukusaku-pelayanan-
kesehatan-ibu.pdf?ua=1

Marmi., Suryaningsih, Retno M A., & Fatmawati, Ery. (2011). Asuhan Kebidanan
Patologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Nasyidah. 2011. Hubungan Anemia dan Karakteristik Ibu Hamil Di Puskesmas


Alianyang Pontianak. Thesis. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Prakash, S., & Yadav, K. (2015). Maternal Anemia in Pregnancy: An Overview.


International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Research. October 2015 vol.4,
issue: 3. ISSN: 2349-7203. Diunduh 25/01/2021, dari
http://www.ijppr.humanjournals.com
Savadogo, Blaise G L., Salimata, Ouedraogo., Tamini, Cecile., & Kinda, Maurice.
(2014). Characteristics of Severely Anemic Pregnant Women and Perinatal Outcomes in
Banfora Regional Hospital, Burkina Faso: An Epidemiological Study. Diunduh
25/01/2021, dari http://www.scirp.org/journal/ojog

Angrainy Rizka. 2017/2/9. Diakses pada tanggal 25/01/2021. Hubungan Pengetahuan


dengan Sikap Ibu Hamil dalam Pencegahan Anemia Pada Kehamilan Di Puskesmas
Rumbai Bukit Tahun 2016. Jurnal endurance :kajian Ilmiah Problema Kesehatan jilid 2
Tarwoto. (2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep Dan Penatalaksanaan.
Jakarta: TIM.

Trivedi, Sagar S., Puri, Manju., & Agrawal, Swati. (2016). Management of HighRisk
Pregnancy A Practical Approach. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brotherd Medical
Publishers.

Yeyeh, A. (2010). Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: TIM.

Anda mungkin juga menyukai