Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANEMIA KEHAMILAN

Disusun oleh:
Rizka Berliana Anggrainy 191166

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA


JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan melalui proses
ovulasi, migrasi spermatozoa menuju ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai waktunya dilahirkan. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan
pertama yaitu usia 0 sampai 12 minggu pertama, triwulan kedua 13 minggu sampai 28
minggu, dan triwulan ketiga 29 minggu sampai 42 minggu (Manuaba,2012).
Kehamilan diiringi dengan perubahan tubuh, baik secara anatomis, fisiologis,
maupun biokimiawi. Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan zat besi pada masa
kehamilan. Peningkatan kebutuhan ini untuk memenuhi kebutuhan janin guna
bertumbuh karena pada pertumbuhan janin memerlukan zat besi, pertumbuhan
plasenta dan peningkatan volume darah ibu. Kebutuhan zat besi selama trimester I
atau pada 3 bulan awal kehamilan relatif sedikit yaitu 0,8 mg/hari, kemudian
mengalami meningkatan selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg/hari (Arisman,
2010). Selama kehamilan, wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga
30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%. Sehingga frekuensi anemia
pada kehamilan cukup tinggi.

2.1.2 Definisi Anemia

Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan
III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang
dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi.
(Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb)
yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh
kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia
defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama
kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
2
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan
merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah (Manuaba,
2010).

2.2 Jenis-jenis Anemia


1. Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan pembentukan


hemosiderin yang sulit dimobilisasi untuk membebaskan zat besi bila diperlukan oleh
tubuh. Vitamin C berperan dalam memindahkan zat besi dari transferin di dalam
plasma ke feritin hati. Sebagian besar transferin darah membawa zat besi ke sumsum
tulang dan bagian tubuh lainnya. Di dalam sumsum tulang zat besi digunakan untuk
membentuk hemoglobin. Sumsum tulang memerlukan prekursor seperti zat besi,
vitamin C, vitamin B12, kobalt dan hormon untuk pembentukan sel darah merah dan
hemoglobin. Zat besi (Fe) dan vitamin C merupakan faktor yang berhubungan dengan
pembentukan sel darah merah dan hemoglobin dalam darah.

2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia karena kerusakan sintesis DNA yang


mengakibatkan tidak sempurnanya sel darah merah. Anemia ini disebabkan karena
kurangnya asam folat, umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi, jarang
dijumpai kasus anemia megaloblastik saja.

3. Anemia hipoplastik

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan.
Penyebab terjadinya anemia hipoplastik sampai sekarang belum diketahui secara jelas,
kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan, dalam hal
terakhir anemia dianggap hanya sebagai komplikasi kehamilan.

4. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah


berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar

3
menjadi hamil, sebab apabila ia hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat.
Sebaliknya mungkin kehamilan dapat menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak mengalami anemia.

2.3 Etiologi Anemia


Menurut Irianto (2014) etiologi anemia pada kehamilan merupakan gangguan
pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, yang dapat menyebabkan terjadinya
pengenceran darah, kebutuhan zat besi meningkat, dan kurangnya zat besi dalam
makanan, serta pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga terjadi
pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan sel-sel darah
tidak sebanding dengan pertambahan plasma darah. Berikut adalah perbandingannya.
1) Plasma darah bertambah 30%.
2) Sel-sel darah bertambah 18%.
3) Hemoglobin bertambah 19%.

Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja
jantung (Pranoto, 2013).

Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat menstruasi, atau
parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta schistosomiasis yang dapat
menurunkan konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk
malaria, kanker, TBC, dan HIV juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan
mikronutrien lain, termasuk vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga
dapat meningkatkan risiko anemia.

2.4 Patofisiologi Anemia


Anemia Fisiologi pada Ibu Hamil Perubahan fisiologis alami yang terjadi
selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah merah normal pada
kehamilan, peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma,
bukan akibat peningkatana sel darah merah, walaupun ada peningkatan jumlah sel
darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan
volume plasma, ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar
hemoglobin (Hb).

4
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan
peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah merah 18%-30% dan
hemoglobin 19%, secara fisiologi hemodilusi membantu meringankan kerja jantung.
Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai maksimum pada usia
kehamilan 24 minggu atau trimester II dan terus meningkat hingga usia kehamilan di
trimester ke III (Reeder, dkk, 2014).
Anemia pada ibu hamil dapat berdampak terganggunya kesehatan pada ibu
hamil maupun janin yang sedang dikandungnya. Permasalahan kesehatan pada janin
dan ibu hamil dari dampak anemia dapat berupa abortus, persalinan prematur, infeksi,
dan perdarahan saat persalinan. Bahaya lainnya dapat menimbulkan resiko terjadinya
kematian intra-uteri, abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan,
peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal atau tingkat intilegensi
bayi rendah (Pratami, 2016).
Ibu hamil dengan anemia biasannya muncul keluhan ibu hamil dengan anemia
merasa lemah, lesu, letih, pusing, tenaga berkurang, pandangan mata berkunang-
kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, melalui pemeriksaan fisik akan di
temukan tanda-tanda pada ibu hamil seperti: pada wajah di selaput lendir kelopak
mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Bahkan pada penderita anemia yang
berat dapat berakibat penderita sesak napas atau pun bisa menyebabkan lemah jantung
(Syaftrudin, 2011).

5
Pathway Anemia

2.5 Menifestasi Klinis


Gajala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik ( misalnya, kelelahan,
kelemahan, pusing, dipnea ringan dengan tenaga ). Gejala dan tanda lain mungkin
termasuk pucat jika terjadi anemia berat, akan mengalami takikardi atau hipotensi
anemia meningkatkan risiko kelahiran prematur dan infeksi ibu postpartum. Banyak
gejala anemia selama kehamilan juga gejala anda mungkin mengalami bahkan jika
anda tidak anemia, ini meliputi :
a. Merasa lelah atau lemah;
b. Kulit pucat progresif dari kulit;
c. Denyut jantung cepat;
d. Sesak napas;
e. Konsentrasi terganggu.

6
( Atikah Proverawati,Anemia dan Kehamilan :134-135,2011).

Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala:

a. letih, sering mengantuk, malaise;


b. pusing, lemah;
c. nyeri kepala;
d. luka pada lidah;
e. kulit pucat;
f. membran mukosa pucat (misal, konjungtiva);
g. bantalan kuku pucat;
h. tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah.
(Rukiyah, 2010).

2.6 Komplikasi Anemia


Anemia ringan pada ibu hamil tidak secara langsung berdampak pada
kehamilan dan persalinankecuali cadangan besi dalam tubuh ibu semakin berkurang
sehingga anemia berubah menjadi tingkat sedang atau berat. Anemia sedang
menyebabkan kelelahan, kekurangan energi, keletihan dan kinerja yang buruk.
Anemia berat berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk, misalnya terjadi :
a. Palpitasi;
b. Takikardi;
c. Sesak napas;
d. Meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan dekompensasi;
e. Gagal jantung yang berakibatkan fatal;
f. Peningkatan insiden persalinan preterm;
g. Preeklamsia; dan
h. Sepsis. (Milman, 2015)

Anemia selama kehamilan mempunyai implikasi yang negatif pada janin


karena anemia dikaitkan dengan kerusakan perkembangan otak, BBLR komplikasi
bayi lahir preterm, KMK (kecil masa kehamilan), dan IUGR (Masukume et al, 2015;
Milman, 2015; Viteri, 2011).

7
2.7 Pemeriksaan Diagnosa
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemeriksaan Hb (Hb Sahli). Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut
(Manuaba, 2010).
Hb 11 g% tidak anemia
Hb 9 – 10 g% anemia ringan
Hb 7 – 8 g% anemia sedang
Hb <7g% anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada
ibu-ibu hamil di puskesmas (Manuaba, 2010).
Pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa pada kehamilan terjadi
anemia adalah : Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan vitamin D, dan uji ferritin.
Semua pemeriksaan darah lengkap dilakukan menggunakan penganalisis
hematologi otomatis dengan metode pengukuran impedansi (Sysmex XP-100,
Jepang). Alat ini dapat mengukur setidaknya delapan parameter, termasuk Hb, Mean
Corpuscular Volume (MCV), dan jumlah sel darah merah (red blood cell count atau
RBC). Pengukuran vitamin D dan ferritin dilakukan oleh ELISA.
Anemia didefinisikan oleh kadar Hgb dan trimester sebagai berikut: (1) kadar
Hgb di bawah 11 g/dl pada trimester pertama; (2) Hgb di bawah 10,5 g/dl pada
trimester kedua; dan (3) Hgb di bawah 11 g/dl pada trimester ketiga. Kami juga
mengkalkulasikan indeks Mentzer untuk mendeteksi wanita dengan β-thalassemia dan

mengeksklusi satu kasus.


Wanita hamil dengan simpanan zat besi rendah (hipoferritinemia)
didefinisikan sebagai ferritin serum yang di bawah 30 ng/mL dan normal apabila 30
ng/mL atau lebih.

8
2.8 Penatalaksanaan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian
Perawatan kehamilan (antenatal care/ANC) adalah perawatan
selama kehamilan. Ibu yang datang ke Puskesmas atau ke pelayanan
kesehatan, maka Anda harus melakukan pengkajian pada ibu hamil
tersebut. Beberapa tujuan dari perawatan ibu hamil antara lain (Reeder, Martin,
Griffin, 2011) adalah:
a. Pemeliharaan kesehatan janin
b. Penentuan akurat usia kehamilan
c. Penilaian berkelanjutan status risiko dan penerapan manajemen
risiko intervensi yang tepat
d. Rujukan ke sumber daya yang tepat
Pengkajian pada kehamilan terdiri atas pengkajian riwayat
kehamilan secara menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium (Reeder, Martin, Griffin, 2011).
2.8.2 Riwayat kehamilan secara menyeluruh pengkajian riwayat klien meliputi
(Reeder, Martin, Griffin, 2011) :
a. Karakteristik pribadi (usia, pekerjaan, suku, agama, anggota keluarga
di rumah, Berat badan, tinggi badan).
b. Riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan (seperti
penyakit yang dapat diturunkan secara genetik).
c. Riwayat menstruasi/haid terkait penentuan Hari pertama haid
terakhir (HPHT).
d. Riwayat kehamilan sebelumnya termasuk komplikasi kehamilan,
e. persalinan, neonatal, dan post partum/nifas.
f. Riwayat kehamilan saat ini (apakah ada penyakit sejak awal
kehamilan).
g. Kebiasaan penggunaan penggunaan obat–obatan, merokok dan kafein
(minum kopi dan teh).
h. Sikap terhadap kehamilan ini (apakah positif atau negatif).
i. Rencana persalinan
2.8.3 Pemeriksaan fisik

9
Pemeriksaan fisik Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda
sebagai perawat dianjurkan untuk mengukur tanda - tanda vital (TTV)
meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Pemeriksaan fisik pada
ibu hamil yang dilakukan meliputi pemeriksaan (Reeder, Martin, Griffin,
2011):
a. Kepala dan leher lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva
dan mulut. Lalu palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
b. Dada dan jantung lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan
stetoskop daerah jantung dan paru–paru.
c. Payudara inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak,
palpasi area payudara dan axilla di seluruh kuadran.
d. Kulit Inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
e. Ekstremitas lakukan pemeriksaan reflex patella dengan
menggunakan reflex hammer.
f. Abdomen lakukan pengukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU), lakukan
palpasi abdomen, auskultasi denyut jantung janin. Denyut jantung
janin yang diauskultasi dengan USG Doppler dalam trimester pertama,
biasanya antara kehamilan sekitar 10 dan 12 minggu. Denyut
jantung janin normal berada antara 120 x/menit sampai 160
x/menit.
g. Vagina vulva lakukan pemeriksaan area vulva apakah tampak warna
kebiruan pada mukosa vagina, terjadi peningkatan leukorhea/
keputihan.
h. Panggul komponen bimanual pemeriksaan panggul memungkinkan
pemeriksa untuk meraba dimensi pembesaran rahim internal. Informasi
ini membantu memperkirakan usia kehamilan, baik mengkonfirmasikan
Taksiran Persalinan (TP) berdasar HPHT atau menyediakan
informasi dalam HPHT tertentu. Hal ini penting untuk menentukan TP
akurat sedini mungkin dalam kehamilan karena banyak keputusan
intervensi yang berkaitan dengan waktu dan pengelolaan kehamilan
didasarkan pada usia kehamilan yang ditentukan oleh TP tersebut.
Pelvimetri klinis (pengukuran dimensi dari tulang panggul melalui
palpasi selama pemeriksaan panggul internal) dapat dilakukan
selama pemeriksaan awal panggul. Tujuannya adalah untuk

10
mengidentifikasi setiap variasi dalam struktur panggul yang mungkin
menghambat atau menghalangi janin melewati panggul tulang selama
kelahiran vagina.
2.8.4 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan di awal kehamilan untuk
memberikan data tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan untuk
mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi (Reeder, Martin, Griffin, 2011).
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan antara lain pemeriksaan
golongan darah, ultrasonografi (USG), pemeriksaan urin (apakah terdapat
proteinuri atau glukosuria), pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan
hematocrit, pemeriksaan eritrosit, dan pemeriksaan trombosit.
2.8.5 Diagnosa
Dagnosa keperawatan merupakan suatu penialian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
 Defisit pengetahuan b.d kurang minat untuk belajar
 Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia)
 Defisit perawatan diri b.d kelemahan
 Resiko pendarahan f.r penurunan kadar hemoglobin
 Resiko Jatuh f.r anemia
(PPNI SDKI, 2017)
2.8.6 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala tretment yang dipekerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan keperawatan adalah
prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (PPNI SIKI, 2018).
 Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia)
(Manajemen Nutrisi) Programkan diet
Observasi

11
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Teraupetik

 Fasilitasi menentukan pedoman diet (piramida makanan)


 Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi kalori, tinggi protein dan tinggi serat
 Berikan suplemen makanan

Edukasi

 Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
(Manajemen Energi) Anjurkan tirah baring
Observasi
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor kelelahan fisik

Teraupetik

 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus


 Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

12
Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan.

 Defisit pengetahuan b.d kurang minat untuk belajar


(Edukasi Kesehatan) Edukasi Pola Hidup Sehat
Observasi
 Edukasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi prilaku hidup bersih dan sehat

Teraupetik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untk bertanya

Edukasi

 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


 Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

 Resiko Jatuh f.r anemia


(manajemen keselamatan lingkungan)
Observasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan (anemia)
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Teraupetik

 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan


 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (pegangan tangan)
 Gunakan perangkat pelindung

2.8.7 Implementasi
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku,atau daro perseps pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan
(Germini et al, 2010;ICNP, 2015).

13
14
DAFTAR PUSTAKA

SUPRAPTO, E. C. (2020). ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN KASUS


ANEMIA RINGAN DI KLINIK HANIFA DESA RAMAN UTARA LAMPUNG TIMUR
(Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Nurhidayah, N., & Khotimah, N. K. (2020). Pengaruh Latihan Prenatal Gentle Yoga Terhadap
Kestabilan Tekanan Darah Ibu Hamil Berbasis Teori Self Care Orem. JIKP Jurnal
Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 9(01), 36-42.

Rahmawati, R., & Umar, S. (2020). HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSKD IBU DAN ANAK
SITI FATIMAH MAKASSAR. Media Kebidanan, 1(1), 20-26.

Rauf, R. A. (2021). PENGUATAN KADER KESEHATAN MELALUI EDUKASI GIZI


DALAM MENGATASI ANEMIA PADA IBU HAMIL.

Setiawati, I., Rosidah, I. F., & Syahroh, H. (2019). GAMBARAN USIA, PARITAS DAN
ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN IUFD DI PUSKESMAS PADEMAWU
KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN. JURNAL ILMIAH
OBSGIN: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN:
2685-7987, 11(1).

Judistiani, R. T. D., Gumilang, L., Nirmala, S. A., Irianti, S., Wirhana, D., Permana, I., ... &
Setiabudiawan, B. Asosiasi kolekalsiferol, ferritin, dan anemia dengan wanita hamil:
hasil dari penelitian kohort mengenai status vitamin D dan dampaknya pada kehamilan
dan masa kecil di Indonesia.

Rudiyanti, N. R. (2021). Efektifitas Prenatal Yoga dalam Penanganan Kehamilan Sungsang.


Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 14(1), 30-37.

PPNI (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2019). Standart luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

15

Anda mungkin juga menyukai