Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Anemia adalah suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin
(Hb), hematokrit atau jumlah sel darah merah. Kadar Hb dan sel darah sangat bervariasi tergantung
pada usia, jenis kelamin, ketinggian suatu tempat, serta keadaan fisiologi tertentu (Sudoyo, 2013).
Menurut Depkes (2009) anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau<10,5 gr% pada trimester II. Anemia pada umumnya
terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, pada kelompok sosial ekonomi rendah,
meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Pada kelompok dewasa terjadi pada wanita usia
reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita menyusui karena banyak mengalami defisiensi Fe.

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,jenis anemia yang
pengobatannya relatifmudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut
“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada ini terdepan. Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%
sampai 87% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di
Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi, Hoo SwieTjiong menemukan angka
anemia kehamilan 13,6% pada trimester II. Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi zat besi, dan perdaraahan akut, bahkan jarak keduanya saling
berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di
negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan
yang disebabkan karena anemia di 2 Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya
pravelensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi
pemerintah Indonesia (Yuliandani,Dewi& Ratry,2017).

Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh asupan makanan sumber zat besi yang
tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu seperti keluhan mual
dan muntah pada trimester I serta interaksi zat gizi dari makanan yang di konsumsi ibu
yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat besi seperti teh dan kopi. Anemia
adalah kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan oleh kehilangan darah yang
terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah .Anemia adalah
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan
hemoglobin sel darah merah, atau keduanya . Anemia secara fungsional dapat
didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer (penurunan oxygen carrying capacity) (Putri &Bunga,2015).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN TERKAIT

Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan komplikasi


akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan
fisiologis yang terjadi adalah perubahan hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri atas
cairan dan sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan trombosis
jika terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis (Prawirohardjo,
2013).

Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresifmulai minggu ke 6 - 8
kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah
minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%.Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin -angiotensin dan aldosteron.
Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2013).
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30%,tetapi tidak
sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan
penurunan konsentrasi hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa
mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih
berhubungan dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh
biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi
dan asam folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 - 7 mg/hari. Volume darah ini akan kembali
seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2013). Selama kehamilan
jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara 5.000-12.000/ul dan mencapai
puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 -16.000/ul.Penyebab peningkatan
ini belum diketahui. Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan
latihan yang berat (Prawirohardjo, 2013).

Selama kehamilan juga sirkumferensia torak akan bertambah lebih kurang 6 cm, tetapi tidak
mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diagfragma yang naik lebihkurang 4 cm selamakehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami
sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37
dan akan kembali hamper seperti sediakala dalam minggu ke 24 minggu setelah persalinan
(Prawirohardjo,2013).

C. ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Disebabkan karena :

1. Diet yang tidak mencukupi


2. Absorbsi yang menurun
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/lantasi
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, dan donor darah
5. Hemoglobinuaria
6. Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru

D. TANDA DAN GEJALA ANEMIA DALAM KEHAMILAN


1. Tanda-tanda
a. Pucat
b. Takikardia
c. Tekanan nadi yang melebar dengan pulsasi kapiler
d. Murhoemik, tanda-tanda jantung kongestif
e. Perdarahan
f. Penonjolan retina
g. Demam ringan
h. Gangguan fungsi ginjal ringan
2. Gejala
a. Mudah lelah,dispnea
b. Palpitasi,angina
c. Sakit kepala, vertigo, kepala terasa ringan
d. Gangguan penglihatan,perasaan mengantuk
e. Anoreksia nausea,gangguan pencernaan
f. Hilangnya lipidos
3. Gejala umum anemia adalah rasa lemah, lesu, cepat lelah,telinga mendenging (tinitus), mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia, serta konjungtiva anemis.
4. Gejala khas masing-masing anemia, meliputi:
a. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku
sendok(koilonychia).
b. Anemia megaloblastik:glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12.
c. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali, dan hepatomegali.
d. Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

E. DAMPAK ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus


lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri,syok, infeksi
intrapartum maupun postpartum.Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Akibat anemia terhadap janin dapat
menyebabkan terjadinya kematian janin intrauterin, kelahiran dengan anemia, 14 dapat
terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal. Ibu hamil
dengan kadar hemoglobin (Hb)<8 g/dL dikaitkan dengan peningkatan risiko berat lahir
rendah dan bayi kecil untuk usia kehamilan.Anemia defisiensi besi selama kehamilan
diketahui menjadi faktor risiko kelahiran premature.meningkatkan risiko terjadinya
perdarahan postpartum dan kematian perinatal. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
risiko kematian ibu dan anak dan memiliki konsekuensi negatif pada kognitif dan fisik
pengembangan anak-anak dan produktivitas kerja.Anemia pada kehamilan dikaitkan
dengan hasil kehamilan yang merugikan.Manifestasi klinisnya meliputi pembatasan
pertumbuhan janin,persalinan prematur,berat lahir rendah, gangguan laktasi, interaksi
yang buruk ibu atau bayi,depresi post partum, dan meningkatkan kematian janin dan
neonatal (Desia, 2018).

F. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Klasifikasi anemia ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:

1.Tidak anemia : >11 Hb(g/dl)

2.Anemia ringan : 9-10 Hb(g/dl)

3.Anemia sedang :7-8 Hb(g/dl)

4. Anemia berat :<7 Hb(g/dl)

(sumber:Irianto K,2014)
G. PATOFISIOLOGI
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih
95%.Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoietin.Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah(eritrosit)
meningkat.Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat
rendah karena menstruasi dan diet yang buruk.Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan
zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat.Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah
merah ekstra, untuk enzim tertentu yang dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta,
dan untuk mengganti peningkatan kehilangan harian yang normal. Kebutuhan zat besi
janin yang paling besar terjadi selama empat minggu terakhir dalam kehamilan, dan
kebutuhan ini akan terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan tercukupi sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi
peningkatan absorbsi besi dari diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya
pada cadangan besi ibu.Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi
kurang dari 10%, dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu.
hamil.Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan
konsekuensi anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu
maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan
persalinan.

H. KOMPLIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi antara lain berupa
gangguan fungsi kognitif, penurunan daya tahan tubuh, tumbuh kembang yang terlambat,
penurunan aktivitas, dan perubahan tingkah laku. Oleh karena itu masalah ini memerlukan cara
penanganan dan pencegahan yang tepat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala pucat
menahun tanpa disertain perdarahan maupun organomali.

I. PENATALAKSANAAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN

1. Penatalaksanaan Secara Medis


Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan
memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah pelaksanaan
tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi darah telah ditentang
selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi beresiko menimbulkan masalah
yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri (Pratami, 2016).

WHO merekomendasikan pemberian suplemen zat besi tambahan sekitar 2-3


mg/hari kepada ibu hamil sehingga tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai
makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta (Kemenkes RI, 2015). Program
pemerintah dalam upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan pemberian
tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Sulistiyanti, 2015).Tablet Fe mulai
dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester II, karena pada trimester ini peningkatan
volume plasma darah yang signifikan. Selain itu, jika diberikan mulai pada trimester I,
maka akan membuat ibu hamil semakin mual dan muntah, melihat dampak dari tablet
Fe yang membuat ibu hamil mual. Tablet sebaiknya diminum dengan air putih atau air
jeruk yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan zat besi.Teh, susu,
dan kopi tidak boleh diminum bersamaan dengan tablet Fe, karena merupakan faktor
penghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya tablet Fe diminum pada malam hari
sebelum tidur, karena mengurangi efek mual yang akan timbul setelah ibu
meminumnya(Ani,L.S,2013).

Anemia Defisiensi Besi

Mengatasi penyebab pendarahan kronik misalnya pada ankilostomiasis diberikan


antelmintik yang sesuai. Pemberian preparat Fe:

a. Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan peruț kosong, dapạt dimulai dengan
dosis yanġ rendåh dan dinaikkan bertahap padå pasien yang tidak kuat dapat diberikan
bersamamakanan.19
b. Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap
pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral,
dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB). Untuk tiap gram
% penurun kadarHb dibawah normal.
c. Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/1, diberikan secara intra muskular mula-mula 50 mg,
kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan dapat pula
dibẹrikan intravena, mulamula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit
menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500 mg.

2. Perawatan di Rumah

Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil,
makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau,
daging merah,sereal,telur,dan kacang tanah) yang dapat membantu memastikan
bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.
Selain itu pemberian vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh
memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27
mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi
kandungan zat besi (Proverawati,2011).

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien

Pengkajian identitas ibu hamil dengan anemia meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis. wanita usia <20 tahun
atau >35 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya anemia selama kehamilan (Wagiyo
dan Putrono, 2016).

b. Keluhan Utama
Keluhan utama ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan keluhan cepat lelah, sering
pusing, dan mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi hilang, nafas pendek
(pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda,dan palpitasi (Wagiyo dan Putrono,
2016).

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan mudah lelah, lesu, dan sesak napas saat
beraktivitas maupun istirahat, permukaan kulit dan wajah pucat,dan mudah pusing
(Lutfiatus, 2016).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada ibu hamil dengan anemia biasanya riwayat kehamilan
yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi seperti TB, cacing
usus, dan malaria yang dapat memungkinkan terjadinya anemia (Pratami, 2016).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga biasanya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama. Biasanya
anggota keluarga cenderung menganggap gejala yang ada pada ibu hamil dengan anemia
merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu hamil. Hal ini merupakan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal resiko anemia pada ibu hamil. Sehingga, biasanya anggota
keluarga kurang memperhatikan gizi anggota keluarganya walaupun sedang hamil
(Riasmini, dkk, 2017).
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan kehamilan pada usia muda dan kehamilan yang
berdekatan (Wagiyo dan Putrono, 2016).

5) Pola Aktivitas Sehari-hari


a) Pola makan

Ibu hamil dengan anemia biasanya kurang mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi
seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak mengkonsumsi tablet Fe(Wagiyo
dan Putrono, 2016).

b) Pola aktivitas/istirahat
Ibu hamil dengan anemia mudah kelelahan, keletihan, malaise, sehingga kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak (Wagiyo dan Putrono, 2016).

d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum

Ibu hamil dengan anemia akan terlihat lemah, lesu, dan pucat (Wagiyo dan Putrono,2016).

2. Head to Toe

Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), pemeriksaan head to toe pada ibu hamil dengan
anemia, didapatkan:

1)Kepala:

Rambut ibu hamil dengan anemia biasanya tidak ada masalah

2)Wajah:

Pada wajah ibu hamil biasanya terdapat chloasma gravidarum karena terjadi
hiperpigmentasi.

3)Mata:

Ibu hamil dengan anemia ditemukan konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik.

4)Mulut:

Bibir ibu hamill dengan anemia ditemukan pucat dan membran mukosa kering.
5)Payudara

Inspeksi:

Pada areola mammae dan puting susu ibu hamil akan menghitam. Biasanya

payudara akan membesar, tegang dan sakit.

Palpasi:

Apabila di pijat, biasanya pada kehamilan 16 minggu cairan yang dikeluarkan


jernih, kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu warna cairan agak putih seperti air
susu yang sangat encer, dan dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir cairan
yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak atau
disebut kolostrum.

6) Abdomen

Inspeksi:

Hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan.Setelah


kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut
menjadi tegang dan pusat meninjol keluar. Timbul linia alba atau nigra dan strie
gravidarum

Palpasi:

Leopold 1:

(a) apabila kepala janin dibagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bundar,
dan melenting.

(b) apabila bokong janin teraba dibagian fundus, yang terasa adalah lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting.

(c) apabila posisi janin melintang pada reahim, maka pada fundus teraba kosong.

Leopold II:

(a) bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakkan.

(b) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) : akan teraba kecil, bentuk atau
posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara
aktif maupun pasif.

Leopold III:

(a) bagian keras, bulat, dan hampir homogeny adalah kepala sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah bokong.

(b) apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah
digoyang sudah tidak bisa.

Leopold IV:

(a) apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen), berarti bagian
terendah janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua
tangan pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu

(divergen), maka bagian terendah janin sudah memasuki PAP.

Auskultrasi:

Normalnya denyut jantung janin antara 120-160 kali/menit

7) Ekstremitas:

Pada ekstremitas ibu hamil biasanya timbul varisespada sebelah atau kedua belah
tungkai.Pada hamil tua, sering trejadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi
karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

8) Genitalia:

Pada ibu hamil dengan anemia dapat terjadi perdarahan pervagina.

9) Sistem Integumen:

Ibu hamil dengan anemia ditemukan menngalami gejala seperti pucat, joundice
(pada anemia hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, clubbing finger.

10)Sistem pernapasan :

Ibu hamil dengan anemia akan mengalami nafas pendek saat istirahat maupun
beraktivitas karena desakan diafragma oleh janin.

11)Sistem Pencernaan:
Biasanya alat pencernaan lebih kendur, peristaltic kurang baik, terjadi hipersekresi
kelenjar dalam alat pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah,
hipersalivasi, dan lain-lain. Peristaltik yang kurang baik dapat menimbulkan
konstipasi atau obstipasi.

12) Sistem kardiovaskular:

Pada ibu hamil dengan anemia ditemukan takikardia, palpitasi, murmur, angina,
hipotensi, kardiomegali, dan gagal jantung.

13) Sistem muskuloskletal:

Ibu hamil dengan anemia akan mengeluh nyeri pinggang, nyeri sendi, tenderness
sterna

14)Sistem persarafan:

Ibu hamil dengan anemia akan mengeluh nyeri kepala, bingung, dan cemas.

e. Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium


Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), hasil pemeriksaan laboratorium pada ibu
hamil yang biasanya didapatkan, yaitu :

a) Pemeriksaan Hb : kadar Hb <11g/dl pada trimester I dan II atau <10.5 g/dl pada
trimester II

b) Pemeriksaan Ht :kadar Ht menurun(normal 37%-41%)

c) Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)

d) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (kehamilan)


b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
c. Defisit Pengetahuan tentang Kehamilan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
d. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan kadar Hemoglobin
e. Risiko Pendarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
f. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakeimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

DAFTAR PUSTAKA

Ani, L.S. (2013). Anemia Defisiensi Besi. Jakarta:EGC

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta:Nuha Medika

Putri, Yelmi Reni. Hasnita, Evi.(2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus
Komplikasi Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Banyumas : CV. Pena Persada.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim PokJa SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

Tim PokJa SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir
Fisilogis dan Patologis. Yogyakarta:ANDI

Anda mungkin juga menyukai