PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Selesai melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia postpartum, penulis
berharap mendapatkan gambaran umum,, menerapkan asuhan kebidanan dan mampu mendeteksi
sedini mungkin masalah atau kompilkasi yang mungkin terjadi pada ibu nifas terutama terkait
dengan masalah anemia postpartum dan pernulis berharap agar dapat mengembangkan
kemampuan berfikir dalam menemukan masalah dan mencari pemecahan masalah tersebut.
b. Tujuan Khusus
Penulis berharap mampu memberikan asuhan kepada ibu nifas yang mengalami anemia
(anemia postpartum).
1.3. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
2.3. Etiologi
Adanya perdarahan sewaktu / sehabis melahirkan.
Adanya anemia sejak dalam kehamilan yang disebabkan oleh factor nutrisi dan
hipervolemi.
Adanya gangguan pembekuan darah.
Kurangnya intake zat besi ke dalam tubuh
Kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan
Adanya gagguan absorbsi di usus
Pendarahan akut maupun kronis
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia postpartum yang
disebabkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama kehamilan dan
persalinan. Anemia postpartum behubungan dengan lamanya perawatan dirumah sakit, depresi,
kecemasan, dan pertumbuhan janin terhambat.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kurangnya defisiensi zat
besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai
dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan
jenuh transferin menurun, kapasitas besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang
serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Rukiyah, 2010).
Kehilanga darah adalah penyebab lain dari anemia. Kehilangan darah yang signifikan
setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum. Banyaknya
cadangan hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko terjadinya anemia
berat dan mempercepat pemulihan.
2.4. Patofisiologi
Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi
Kebutuhan zat besi meningkat, dengan adanya perdarahan, gemeli, multiparitas, makin
tuanya kehamilan
Absorbsi tidak normal / saluran cerna terganggu, misal defisiensi vitamin C sehingga
absorbsi Fe terganggu.
Intake kurang misalnya kualitas menu jelek atau muntah terus.
2.6. Diagnosis
Besi merupakan salah satu komponen kunci dari hemoglobin, oleh karena itu tubuh yang
kekurangan besi akan berdampak pada system transformasi oksigen yang akan mengakibatkan
gejala sepert nafas pendek dan lemas yang merupakan dua gejala klasik dari anemia.
Normal kadar hemoglobin pada hari keempat postpartum adalah lebih dari 10 g/dl dengan
kadar eritrosit paling sedikit 3,5 juta/ml. ketika kadar hemoglobin di bawah 10g/dl dan akadar
eritrosit kurang dari 3,5 juta/ml maka dapat didiagnosis anemia, jika kadar hemoglobin diatas 8
g/dl disebut anemia ringan dan jika berada pada level dibawahnya maka disebut anemia berat.
2.7. Pencegahan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, anda dapat membantu menghindari
anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi
makanan, termasuk:
Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang
kayazat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau
tua, buah kering, selai kacang.
Folat dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua,
kacang polong ,roti, sereal dan pasta.
Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu
meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang
yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama
ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.
2.8. Penanganan
Pada anemia ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan
asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan. Bila
anemi berat dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu tranfusi disamping obat-obatan diatas.
Pengobatan terhadap anemia postpartum tergantung dari derajat anemia dan faktor risiko
maternal atau faktor komorbiditas. Wanita muda yang sehat dapat mengkompensasi kehilangan
darah yang banyak lebih baik dibandingkan wanita nifas dengan gangguan jantung meskipun
dengan kehilangan darah yang tidak terlalu banyak.
Sebagai tambahan, kehilangan darah perlu dilihat dalam hubungannya dengan IMT dan
estimasi total blood volume (TBV). Pertimbangan yang lain yaitu kesalahan yang dilakukan
ketika melakukan estimasi jumlah kehilangan darah. Kehilangan darah selalu sulit untuk
diprediksi, yang mana bisa dibuktikan dengan membandingkan Hb pre-partum dan Hb
postpartum.
Pengobatan terhadap anemia meliputi pemberian preparat besi secara oral, besi
parenteral, transfusi darah, dan pilihan lain yaitu rHuEPO (rekombinan human erythropoietin).
Prinsip penatalaksanaan anemia adalah jika di dapatkan hemoglobin kurang dari 10
pertimbangkan adanya defisiensi zat pembentuk hemoglobin, periksa sepintas apakah ada
hemoglobinopati sebelum disingkirkan. Pemberian preparat besi oral sebagai pengobatan lini
pertama untuk anemia akibat defisiensi besi. Besi parenteral diindikasikan jika preparat besi oral
tidak dapat ditolerransi, gangguan absorbsi, dan kebutuhan besi pasien tidak dapat terpenuhi
dengan preparat besi oral.
Penggunaan terapi parenteral biasanya lebih cepat mendapatkan respon dibandingkan
dengan terapi oral. Namun, bagaimanapun hal ini bersifat lebih invasive dan lebih mahal.
Rekombinan Human Eritropoietin (rHuEPO) paling banyak digunakan untuk anemia dengan
penyakit gagal ginjal kronis. Namun rHuEPO tetap dapat diberikan pada anemia dalam
kehamilan maupun postpartum tanpa adanya penyakit gagal ginjal kronis tanpa ada efek samping
pada maternal, fetal ataupun neonatus.
Anemia yang terjadi bukan karena defisiensi (misalnya akibat hemoglobinopati dan
sindrom kegagalan sum-sum tulang) harus diatasi dengan transfusi darah secara tepat dan bekerja
sama dengan seorang ahli hematologi.
Umur
No Type Persalinan BB Waktu Lahir Keadaan Bayi Waktu Lahir
Sekarang
1 Persalinan normal 2,7 kg Baik 19 tahun
2 Persalinan normal 3 kg Baik 12 tahun
1,7 kg Baik
3 Persalinan SC
2 kg Baik
DATA POSTNATAL
Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5 ºC
GCS : 15
1. Rambut dan wajah
Bentuk kepala : Normal
Keadaan rambut : Tidak ada masalah
Distribusi rambut : Merata
Kulit rambut : Bersih
Hidung
Secret hidung : Tidak ada
Perdarahan hidung : Tidak ada
Polip hidung : Tidak ada
Peradangan mukosa Hidung : Tidak ada
Telinga
Kondisi telinga : Normal
Cairan dari telinga :Tidak ada
Rasa penuh di telinga : Tidak ada
Fungsi pendengaran :Normal
Fungsi keseimbangan : Normal
Payudara
Kesan umum : Simetris
Putting susu : Lunak, menonjol keluar, ASI sudah keluar
Lochia
Jumlah : Sedikit, pasien mengatakan ganti pembalut 2x/hari
Warna : Merah kehitaman
Konsistensi : Cair
Bau : Amis
Perineum
Utuh, Episiotomi, Ruptur : Utuh
REEDA Sign :
Keadaan : Utuh
Asuhan Keperawatan
Nama : Ny. G
No. RM : 920980
Catatan Perkembangan
N Diagnose Paraf
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Perawat
1. Jumat Ketidakefektifan Menjelaskan S : Os
20.09.2019 perfusi jaringan pada pasien mengatakann
perifer b.d dan keluarga ya terasa
penurunan alergi lemah
hemoglobin makanan, O : Os tampak
darah makanan yang lemah
harus Konjungtiva
dihindari, anemis
kebutuhan Hb : 6,6
jumlah kalori, TD : 110/60
jenis makanan mmHG
yang N :
dibutuhkan 80x/menit
pasien T : 36,5 ºC
Mengajarkan A :
cara ketidakefektifan
melaksanakan perfusi jaringan
diet sesuai perifer
program P : Menjelaskan
( makanan pada pasien dan
tinggi protein) keluarga alergi
Memantau makanan,
TTV pasien makanan yang
harus dihindari,
kebutuhan jumlah
kalori, jenis
makanan yang
dibutuhkan pasien
Mengajarkan cara
melaksanakan
diet sesuai
program
( makanan tinggi
protein)
Memantau TTV
pasien
Jumat Nyeri b.d post op Pain S : Os
20.09.2019 SC Management mengatakan nyeri
Melakukan pada bagian luka
pengkajian post op SC
nyeri secara O : Os tampak
komprehensif meringis
termasuk Skala nyeri 3
lokasi, A : Nyeri
karakteristik, P : Pain
durasi, Management
frekuensi, Melakukan
kualitas dan pengkajian
factor nyeri secara
presipitasi) komprehensif
Mengobservas termasuk
i reaksi lokasi,
nonverbal dari karakteristik,
ketidaknyama durasi,
nan frekuensi,
Menggunakan kualitas dan
teknik factor
komunikasi presipitasi)
terapeutik Mengobservas
untuk i reaksi
mengteahui nonverbal dari
pengalaman ketidaknyama
nyeri pasien nan
Mengurangi Menggunakan
factor teknik
presipitasi komunikasi
nyeri terapeutik
Memberikan untuk
analgetik mengteahui
untuk pengalaman
mengurangi nyeri pasien
rasa nyeri Mengurangi
Meningkatkan factor
istirahat presipitasi
Berkolaborasi nyeri
dengan dokter Memberikan
jika nyeri analgetik
tidak berhasil untuk
Memonitor mengurangi
penerimaan rasa nyeri
pasien tentang Meningkatkan
manajemen istirahat
nyeri Berkolaborasi
Analgesic dengan dokter
Administration jika nyeri
Menentukan tidak berhasil
lokasi, Memonitor
karateristik, penerimaan
kualitas, dan pasien tentang
derajat nyeri manajemen
sebelum nyeri
pemberian Analgesic
obat Administration
Mengecek Menentukan
intruksi dokter lokasi,
tentang jenis karateristik,
obat, dosis kualitas, dan
dan frekuensi derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
Mengecek
intruksi dokter
tentang jenis
obat, dosis
dan frekuensi
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eristrosit lebih rendah
dari harga normal (Arif Mansjoer, 2001).Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hemotokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapsitas pengangkutan
oksigen oleh darah (NANDA, NIC-NOC 2015). Sedangkan anemia postpartum didefinisikan
sebagai kadar hemoglobin < 10 g/dl, hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang
obstetric.
Anemia dibagi menjadi 3 yaitu :
Anemia ringan Hb : 8 – 10gr%
Anemia sedang Hb : 6 – 8 gr%
Anemia berat Hb : Kurang dari 6 gr%
Pengaruh anemia pada ibu nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Praktik ASI tidak eksklusif
diperkirakan menjadi salah satu prediktor kejadian anemia setelah melahirkan (Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Setelah membahas secara keseluruhan dari uraian mengenai asuhan keperawatan klien
Ny. G dengan anemia post partum di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi dari tanggal 20 s/d 22 September 2019, serta membahas permasalahan yang ada,
maka dapat beberapa diagnose selama melakukan pengkajian, antara lain :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan hemoglobin darah ditandai dengan
klien mengatakan badannya terasa lemah, klien tampak lemah, konjungtiva anemis, Hb : 6,6
gr%, TD : 110/60 mmHg, N : 80x/menit, T : 36.5 ºC.
2. Nyeri b.d post op SC ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada luka post op SC, klien
tampak meringis, skala nyeri 3
Rencana keperawatan di prioritaskan kepada masalah yang ditemui pada klien dengan anemia
post partum.
Pelaksanaan tindakan keperawatan berpedoman pada rencana tindakan keperawatan dengan
mendahulukan kebutuhan klien dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Evaluasi pada klien berdasarkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. G hanya teratasi
sebagian.
B. Saran
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, diharapkan adanya
kolaborasi antara tim kesehatan yaitu dokter, paramedic, tim analis dan ahli gizi serta
memandang manusia sebagai makhluk holistic.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dalam memberikan materi pendidikan dan praktik keperawatan diharapkan lebih
ditingkatkan lagi, sehingga tercapai oleh mahasiswa di luar praktik.
3. Bagi Mahasiswa
Asuhan keperawatan yang dilakukan perlu adanya penerapan ilmu yang telah diperoleh
dan penelitian yang berkesinambungan sebagai pengembangan ilmu keperawatan.