Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA KEHAMILAN

"Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi Semester 4C"

Dosen Pengampu :

Ns. Ikha Ardianti, S. Kep.,M. Kep

Nama Kelompok 7 :
1. Ana Mustika Asri (22142097)
2. Riska Aulia Oktaviani (22142130)
3. Siti Maghfirotin (22142134)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
ISTeK ICsada BOJONEGORO
2023/2024
1. Definisi

Anemia merupakan kondisi dimana kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia pada kehamilan disebut "potential
danger tomather and child" (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itu anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang berkaitan dalam pelayanan kesehatan
pada lini terdepan (Martini et al, 2023).

Menurut WHO dalam Dai (2021), anemia pada kehamilan adalah bila kadar
hemoglobin (Hb) 11 g/dl. Menurut Aritonang (2015), anemia kehamilan merupakan kondisi
tubuh dengan kadar Hb dalam darah < 11 gr pada trimester I yaitu 3 bulan awal kehamilan
atau kadar Hb < 10,5 gr pada trimester II yaitu 4-6 bulan usia kehamilan (Kurniasih, 2022).

2. Etiologi

Penyebab anemia antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum
tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam
folat.

Penyebab utama anemia adalah gizi dan infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan
anemia adalah kekurangan zat besi. Hal tersebut karena mengkonsumsi makanan yang tidak
beragam atau cenderung monoton dan kaya akan zat yang dapat menghambat penyerapan zat
besi (phytates) sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan zat besi
juga dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan dengan
kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber penghambat
penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status anemia. Sumber makanan
yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor) atau yang mengandung tanin dan
oksalat adalah kacang-kacangan, pisang, bayam, kopi, teh, dan coklat (Padmi, 2018).

3. Manifestasi Klinis

Keluhan biasa yang dialami oleh ibu hamil pada waktu kehamilan. adalah badan terasa
lemah, muka pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu
dicurigai anemia defesiensi besi. Apabila terjadi anemia kerja jantung akan menjadi lebih
cepat untuk menyampaikan oksigen ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering
berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain yang dapat dilihat adalah lemas, cepat lelah,
letih, mata berkunang- kunang dan kuku kelihatan pucat. Penderita juga boleh mengalami
gangguan pencernaan dan kehilangan nafsu makan. Palpitasi, dispnea, pusing, dan pada kasus
yang berat juga boleh menyebabkan gagal jantung kongestif (Sellayah, 2017).

Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejala anemia seperti:

a. Kelelahan.

b. Penurunan energy.
c. Sesak nafas.

d. Tampak pucat dan kulit dingin.

e. Tekanan darah rendah.

f. Frekuensi pernapasan cepat.

g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah.

h. Sakit kepala.

i. Tidak bisa berkonsentrasi.

j. Rambut rontok.

k. Malaise

4. Klasifikasi

Klasifikasi anemia menurut Chrisna Phaksi (2014) dalam Rahmi (2019), yaitu

1. Tidak anemia apabila kadar hemoglobin 11 g/dl.


2. Anemia ringan apabila kadar hemoglobin 9-10 g/dl.
3. Anemia sedang ringan apabila kadar hemoglobin 7-8 g/dl., dan
4. Anemia berat apabila kadar hemoglobin <7 g/dl. (Rahmi, 2019).

Klasifikasi anemia dilihat dari trimester kehamilan yaitu trimester I dan trimester III apabila
<11 gr/dl dan pada trimester II apabila <10,5 gr/dl (Rahmi, 2019).

5. Patofisiologi

Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih
95%. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi. Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah karena menstruasi dan
diet yang buruk.

Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat.
Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah merah. ekstra, untuk enzim tertentu yang
dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta, dan untuk mengganti peningkatan kehilangan
harian yang normal. Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat minggu
terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan mengorbankan
kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi sebagian karena tidak
terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari diet oleh mukosa usus walaupun
juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu. Zat besi yang terkandung dalam makanan
hanya diabsorbsi kurang dari 10%, dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi
ibu hamil. Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan
konsekuensi anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu
maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan
(Padmi, 2018).

6. Bagan Patofisiologi
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Putri & Hasnita (2020) untuk diagnosa anemia antara lain :

1. Jumlah darah lengkap (JDL): Hemoglobin dan hematokrit menurun


2. Jumlah eritrosit: Menurun (A /aplastik), menurun berat MCV (mean corpuskuler
volum) dan MCH (meancorpuskuler hemoglobin) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokromik (DB/ defisiensi besi), peningkatan (AP) pansitopenia(aplastik).
3. Jumlah retikulosit: Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (responsumsum tulang
terkadang kehilangan darah (hemolisis).
4. Pewarnaan SDM: Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapatmengidentifikasi
tipe khususanemia).
5. LED: Peningkatan kerusakan SDM atau penyakitmalignasi.
6. Masa hidup SDM: Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal: pada tipe
anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.
7. Jumlah trombosit: Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau tinggi
(hemolitik).
8. Hemoglobin elektroforesis: Mengidentifikasi tipe strukturHb.
9. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): Meningkat (APHemolitik)
10. Folat serum dan vitamin B12: Membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
diferensimasukan/absorbs.
11. Besi serum: Tak ada (DB), tinggi (hemolitik).
12. Masa perdarahan: Memanjang(aplastik).
13. LDH serum: Mungkin meningkat(AP).

8. Komplikasi

Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama,
retensio plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum
maupun postpartum. Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Akibat anemia terhadap janin dapat menyebabkan
terjadinya kematian janin intrauterin, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan,
bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal (Manuaba, 2012).

Ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb) <8 g/dL. dikaitkan dengan peningkatan
risiko berat lahir rendah dan bayi kecil untuk usia kehamilan. Anemia defisiensi besi selama
kehamilan diketahui menjadi faktor risiko kelahiran prematur, meningkatkan risiko terjadinya
perdarahan postpartum dan kematian perinatal. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
risiko kematian ibu dan anak dan memiliki konsekuensi negatif pada kognitif dan fisik
pengembangan anak-anak dan produktivitas kerja. Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan
hasil kehamilan yang merugikan (Padmi, 2018).

Menurut Pratami (2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan janin
yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun kedalam tubuh janin
sehingga dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko
terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan
resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.
9. Penatalaksanaan Medis

Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk mengatasi anemia pada
awal untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius perdarahan. Penanganan
anemia secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama
kehamilan dan memperoleh pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang arman dan
efektif akan memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah
pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi darah telah
ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi beresiko menimbulkan
masalah yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri.

Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan peningkatan kadar Hb
ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu, tindakan tersebut juga mengurangi resiko
anemia yang berkepanjangan. Ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat,
baik harian maupun intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi
zat besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi meningkatkan kadar
Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali menimbulkan efek samping mual dan
sembelit. (Pratami, 2016).

Menurut Saputra (2018), menjelaskan bahwa penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk


mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.

a. Transpalasi sel darah merah.

b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

10. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi
menurun, pernapasan lambat.
b) Kepala : rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah.
c) Mata : konjungtiva dan sklera, yang menunjukkan pucat, ikterus, perdarahan
sempalan dan petechiae
d) Mulut : biasanya bibirnya pucat dan membran mukosa kering.
e) Abdomen : Inspeksi: pembesaran perut tidak sesuai usia kehamilan. Palpasi: tidak
teraba jelas bagian janinnya. Auskultrasi: denyut jantung janin antara 120-130
kali/menit
f) Ekstremitas : CRT>2 detik, terdapat varises dikaki, tidak ada udema, dan akral
biasanya dingin.
g) Edema bilateral : berguna dalam mengungkapkan jantung yang mendasarinya, ginjal
atau penyakit hati, sedangkan edema unilateral mungkin menandakan obstruksi
limfatif akibat keganasan yang tidak dapat diamati atau teraba. Secara hati-hati
mencari hepatomegali dan splenomegali, tidaknya mereka adalah penting seperti
ukuran, kelembutan, ketegasan dan kehadiran atau tidak adanya nodul.Pada pasien
dengan gangguan kronis organ-organ ini tegas, tidak nyeri tekan, dan nonnodular
h) Pada pasien dengan karsinoma, mereka mungkin sulit dan nodular.Pasien dengan
infeksi akut biasanya memiliki organ lembut dengan jelas lebih lembut.
i) Pemeriksaan dubur dan panggul : tidak dapat diabaikan, karena tumor atau infeksi
organ-organ ini dapat menjadi penyebab anemia. Pemeriksaan neurologis harus
meliputi tes sensasi posisi dan rasa getaran, pemeriksaan saraf kranial, dan pengujian
untuk reflex tendon
j) Jantung : tidak boleh diabaikan, karena pembesaran dapat memberikan bukti durasi
dan tingkat keparahan anemia, dan murmur mungkin bukti dari endocarditis bakteri
yang boleh menjelaskan sebab anemia Investigasi untuk anemia yang umum dan
khusus.

11. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan


darah, suplai oksigen berkurang (D.0015).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056).
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi (D. 0111)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D. 0019)
5. Resiko syok berhubungan dengan hipoksia (D. 0039)
6. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan. respon inflamasi)
(D. 0142).

12. Perencanaan dan Rasionalisasi

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Intervensi : Perawatan sirkulasi (I. 02079)

Observasi : Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, warna, suhu)

Rasional : Untuk mengetahui sirkulasi perifer

Terapeutik : Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area


keterbatasan perfusi

Rasional : Untuk mencegah kekurangan atau perubahan sirkulasi perifer

Edukasi : Anjurkan berhenti meroko, anjurkan berolahraga rutin


Rasional : Merokok merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan perfusi
perifer

2. Intoleransi Aktivitas

Intervensi : Manajemen Energi (I.05178)

Observasi : Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

Rasional : Untuk mengetahui gangguan fungsi tubuh yang dialami pasien


akibat kelelahan

Terapeutik : Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,


suara, kunjungan)

Rasional : Untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien

Edukasi : Anjurkan tirah baring

Rasional : Untuk memberikan kenyamanan pasien saat beristirahat

Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan.

Rasional : Untuk memaksimalkan proses penyembuhan pasien

3. Defisit pengetahuan

Intervensi : Edukasi Kesehatan (I. 12383)

Observasi : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Rasional : Untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan pasien dalam


menerima informasi

Terapeutik : Sediakan materi pendidikan kesehatan

Rasional : materi dan media pendidikan untuk membantu mempermudah


pasien dalam menerima informasi kesehatan

Edukasi : Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan

Rasional : Untuk meningkatkan pemahaman ibu hamil pada hal apa saja yang
mempengaruhi

4. Defisit Nutrisi

Intervensi : Manajemen nutrisi (I. 03119)

Observasi : Identifikasi status nutrisi

Rasional : Dapat mengetahui status nutrisi pasien


Terapeutik : Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi makanan

Edukasi : Jelaskan tentang penanganan dan pencegahan anemia

Rasional : Agar pasien memahami tentang penanganan dan pencegahan


anemia

Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlak kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jila perlu

Rasional : Agar dapat mengetahui berapa kalori dan jenis nutrient yang sesuai

5. Resiko syok

Intervensi : Pencegahan syok (I. 02068)

Observasi : Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,


frekuensi nafas, TD)

Rasional : Mengetahui fungsi dan status organ vital pasien

Terapeutik : Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Rasional : Kebutuhan oksigen yang tercukupi dalam mencegah terjadinya


syok

Edukasi : Jelaskan penyebab atau faktor resiko syok

Rasional : Menambah pengetahuan mengenai syok

Kolaborasi : Kolaborasi pemberian IV, jika perlu.

Rasional : Mengontrol kebutuhan sirkulasi darah

6. Resiko infeksi

Intervensi : Pencegahan infeksi (I. 14539)

Observasi : Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Rasional : Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat

Terapeutik : Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Rasional : Agar tidak membahayakan nyawa pasien

Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Rasional : Untuk mengetahui keadaan yang dapat menyebabkan infeksi

Kolaborasi : Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu


Rasional : Untuk meningkatkan sistem imun tubuh pasien

DAFTAR PUSTAKA
Dai, N. F. (2021). Anemia Pada Ibu Hamil. Penerbit NEM,
https://www.google.co.id/books/edition/ANEMIA PADA IBU HAMIL/nX4xE
AAAQBAJ?hl=id&gbpv-0

Kurmiasih, D. (2022). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Anemia. Penerbit
NEM https://www.google.co.id/books/edition/Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III
tent/pPp7EAAAQBAJ?hl=id&gbpv-0

Martini, S. Rosmala, K, D. Mingle, A, P. (2023). Anemia Kehamilan Asuhan dan


Pendokumentasian. Penerbit NEM.
https://www.google.co.id/books/edition/Anemia_Kehamilan/KDimEAAAQBA

Padmi, D. R. K. N. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada


Ibu Hamil Di Puskesmas Tegalrejo Tahun 2017. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan.

Sellayah, H. A. L. (2017). Gambaran Anemia Pada Ibu-Ibu Hamil Yang Datang Pada
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2014-2015. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Proverawati. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pratami. (2016). Evidence-Based dalam Kebidanan. Jakarta: ECG.

Saputra, A. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ny.Y Dengan Anemia Di Ruang Rawat
Inap Ambun Suri Lantai III Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018. KTI.
Diakses pada tanggal 26 Januari 2021, dari http://repo.stikesperintis.ac.id.

Manuaba, 1. B. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluara Berencana.


Jakarta: EGC.

Putri, Y. R. & Hastina, E. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus


Komplikasi Kehamilan, Persalinan Dan Nifas. Purwokerto CV Pena Persada.

Anda mungkin juga menyukai