ANEMIA
Dosen Pengampu:
Oleh:
NIM. 402020033
2020/2021
A. DEFINISI
Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah
merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia
merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut
oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh
Menurut Adriyani (2012) anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang
lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah
merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari
10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2016). Menurut Irianto (2014) selama kehamilan, wanita
hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Namun CDC (Centers for Desease Control and Prevention /
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) membuat nilai batas khusus berdasarkan
trimester kehamilan, yaitu kadar Hb kurang dari 11.0 g/dl pada trimester I dan III dan kurang
Menurut Mochtar (2012) pada umumnya, penyebab anemia pada kehamilan adalah:
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari mengkonsumsi
makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik ketersediaan
zat besi yang tinggi. Peningkatan kebutuhan zat besi meningkat karena kehamilan. Sebagian
kebutuhan zat besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan presentase zat besi yang
diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi yang diserap sedikit maka
diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil tidak mengalami anemia.
Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu gangguan
kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan darah
Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan dapat
mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil dengan penyakit kronis lebih
berisiko mengalami anemia akibat inflamasi dan infeksi akut (Bothamley & Maureen, 2013).
Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan merupakan
penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah yang abnyak, tubuh segera
menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah agar darah dalam pembuluh darah tetap
tersedia. Banyak kehilangan darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia. Dibutuhkan
waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu dan memenuhi cadangan zat besi ibu hamil
4. Jarak kehamilan
Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak
kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat dapat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu
dekat dapat menyebabkan resiko terjadi anemia dalam kehamilan. Dibutuhkan waktu untuk
memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun. Karena cadangan zat besi ibu hamil
belum pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya (Manuaba &
Dkk, 2010).
5. Paritas
Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan salah satu faktor penting
dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko
lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar dari pada
hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius dan besar.
Peningkatan volume darah juga lebih besar pada kehamilan ini. Rata-rata kehilangan darah
C. PATOFISIOLOGI
Anemia dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain malnutrisi, kurang zat besi
dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang berlebihan, kehamilan, proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi akibat infeksi
kronis atau infeksi akut yang berulang, serta kondisi kronis seperti infeksi TB, malaria, atau
cacing usus. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap.
Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan besi. Lambat laun hal tersebut
mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Didalam tubuh, sebagian zat besi dalam bentuk
ferritin di hati. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, ferritin inilah yang diambil.
Sayangnya, daya serap zat besi dari makanan sangat rendah. Zat pangan dari hewani lebih
tinggi penyerapannya, yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1- 6%. Bila terjadi
anemia, kerja jantung akan dipicu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen kesemua
organ tubuh. Akibatnya penderita sering berdebar-debar dan jantung lekas lelah. Gejala
lainnya, lemas-lemas, cepat lelah, cepat letih, mata sering berkunang-kunang, dan sering
mengantuk. Wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku tampak pucat. Anemia
sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung (Pratami, 2016).
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga. Karena, pada masa ini
janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
setelah lahir (Sinsin, 2008). Menurut penelitian Azra & Rosha (2015), ibu hamil yang
mengalami anemia sebesar hampir 70 persen dan lebih banyak terjadi pada ibu hamil
trimester II dan III. Hal ini dikarenakan pada kehamilan sering terjadi hemodilusi atau
pengenceran darah. Prawirohardjo (2013) menjelaskan, pada kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritopoietin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
Volume darah mulai meningkat pada trimester I, yang kemudian mengalami percepatan
selama trimester II, dan untuk selanjunya melambat pada trimester III. Bila hemoglobin ibu
sebelum hamil sekitar 11 gr%, dengan terjadinya hemodilusi, Hb ibu hamil akan menjadi 9.5
akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis. Pada proses hemodilusi volume darah akan
meningkat secara progresif mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada
minggu ke 32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada
ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas apabila kadar
hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-
kunang, pucat, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah,
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lelah, letih, lesu, nafas pendek, muka
pucat, susah berkosentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlevuhan. Gejala ini
disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam
darah. Denyut jantung biasanya kebih cepat karena berusaha untuk mengkompensasi
kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan
kebugaran tubuh akan berkurang. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi
palpitasi,tampak pucat
2) Anemia sedang : lesu, pucat, lidah bibir dan kuku pucat, mudah mengantuk, cepat
3) Anemia berat: perubahan warna tinja, denyut jantung cepat, tekanan darah cepat,
frekuensi pernafasan cepat, pucat atau kulit dingin, nyeri dada, pusing atau kepala
terasa ringan, sesak nafas, tidak bisa berkonsentrasi, pingsan (Proverawati, 2011).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
golongkan sebagai berikut : Hb 11g% tidak anemia, 9- 10g% anemia ringan, 7- 8g% anemia
sedang, <7g% anemia berat. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. (Manuaba, 2010; 239).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi adalah mengatasi
penyebab anemia seperti perdarahan, cacingan dan pemberian nutrisi yang banyak
mengandung unsur zat besi, pemberian tablet besi selama kehamilan minimal 90 tablet
sampai masa nifas selesai. Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan
Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan memastikan
ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah pelaksanaan tindakan tranfusi
darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi darah telah ditentang selama dekade terakhir.
Selain itu, tindakan tranfusi beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi
virus dan bakteri (Pratami, 2016). WHO merekomendasikan pemberian suplemen zat besi
tambahan sekitar 2-3 mg/hari kepada ibu hamil sehingga tetap memenuhi kebutuhan ibu
dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta (Kemenkes RI, 2015).
Program pemerintah dalam upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan
mulai dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester II, karena pada trimester ini peningkatan
volume plasma darah yang signifikan. Selain itu, jika diberikan mulai pada trimester I,
maka akan membuat ibu hamil semakin mual dan muntah, melihat dampak dari tablet Fe
yang membuat ibu hamil mual. Tablet sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk
yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan zat besi. Teh, susu, dan
kopi tidak boleh diminum bersamaan dengan tablet Fe, karena merupakan faktor
penghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya tablet Fe diminum pada malam hari sebelum
tidur, karena mengurangi efek mual yang akan timbul setelah ibu meminumnya (Ani,
L.S, 2013).
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil,
makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging
merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh
menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemberian
vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi
dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu
dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati,
2011).
G. KOMPLIKASI
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil sejak
a. Abortus
Pada ibu hamil dengan anemia, kadar Hb yang rendah akan mempengaruhi
kemampuan sistem maternal untuk memindahkan oksigen dan nutrisi yang cukup ke
2. Trimester kedua
a. Persalinan premature
asupan nutrisi ke janin dan hal ini menyebabkan terjadinya kelahiran premature.
b. Perdarahan antepartum
Pada ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan terhadap
mangganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sehingga pada saat
palpasi TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan (Manuaba, 2010 ; h. 240).
Pada ibu hamil dengan anemia mempengaruhi kemampuan sistem maternal untuk
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Pengkajian identitas ibu hamil dengan anemia meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis. wanita
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan keluhan cepat lelah,
sering pusing, dan mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi hilang,
nafas pendek (pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda, dan palpitasi
c. Riwayat Kesehatan
saat beraktivitas maupun istirahat, permukaan kulit dan wajah pucat, dan mudah
Riwayat kesehatan dahulu pada ibu hamil dengan anemia biasanya riwayat
seperti TB, cacing usus, dan malaria yang dapat memungkinkan terjadinya anemia
(Pratami, 2016).
Anggota keluarga biasanya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama.
Biasanya anggota keluarga cenderung menganggap gejala yang ada pada ibu
hamil dengan anemia merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu hamil. Hal ini
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan kehamilan pada usia muda dan
makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan
b) Pola aktivitas/istirahat
Ibu hamil dengan anemia mudah kelelahan, keletihan, malaise, sehingga
kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak (Wagiyo dan Putrono, 2016).
6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum Ibu hamil dengan anemia akan terlihat lemah, lesu, dan
b) Head to Toe Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), pemeriksaan head to toe
Kepala : Rambut ibu hamil dengan anemia biasanya tidak ada masalah
Mata : Ibu hamil dengan anemia ditemukan konjungtiva anemis dan skelera
tidak ikterik.
Mulut : Bibir ibu hamill dengan anemia ditemukan pucat dan membran
mukosa kering.
Payudara Inspeksi : Pada areola mammae dan puting susu ibu hamil akan
agak putih seperti air susu yang sangat encer, dan dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir cairan yang keluar lebih kental, berwarna
Timbul linia alba atau nigra dan strie gravidarum. Palpasi : Leopold 1 : (a)
apabila kepala janin dibagian fundus, yang akan teraba adalah keras,
bundar, dan melenting. (b) apabila bokong janin teraba dibagian fundus,
yang terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. (c) apabila
posisi janin melintang pada reahim, maka pada fundus teraba kosong.
Leopold II : (a) bagian punggung : akan teraba jelas, rata, cembung, kaku /
tidak dapat digerakkan. (b) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) : akan
teraba kecil, bentuk atau posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan
teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif. Leopold III : (a)
bagian keras, bulat, dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah bokong. (b) apabila bagian terbawah
janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang sudah tidak
kali/menit.
sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering trejadi edema
pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
pervagina.
gejala seperti pucat, joundice (pada anemia hemolitik), kulit kering, kuku
janin.
jantung.
sistem persarafan : ibu hami dengan anemia akan mengeluh nyeri kepala,
b. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis pada ibu hamil (anemia dalam
kehamilan)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
anemia
No Tujuan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
3. Ketidakmampuan Terapeutik
mengabsorbsi 1. Lakukan oral hygiene sebelum
jika mampu
Objektif:
4. Membran mukosa
pucat
5. Sariawan
Bihan
8. Diare
2 Keletihan Setelah dilakukan tindakan Observasi
membaik,
Penurunan kapasitas kerja fisi dengan kriteria kelelahan
panjang Edukasi
mengurangi kelelahan
Tidur
3. Mengeluh lelah
Objektif:
Tahankan aktivitas
Rutin
2. Tampak lesu
Subjektif:
1. Merasa bersalah akibat
2. Libido menurun
Objektif:
1. Kebutuhan istirahat
Meningkat
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
menenangkan
mengurangi kelelahan
aktivitas makanan
3. Merasa lemah
Objektif:
istirahat
setelah aktivitas
njukkan iskemia
4. Sianosis
4 Risiko cedera pada janinSetelah dilakukan tindakan Pemantauan denyut jantung janin
persalinan
14. Kelelahan
15. Merokok
sehat
membaik,
Ketiadaan atau kurangnya dengan kriteria kemampuan menerima informasi
Subjektif:
1. Menanyakan masalah
yang dihadapi
Objektif:
1. Menunjukkan perilaku
2. Menunjukkan persepsi
masalah
Objektif:
1. Menjalani pemeriksaan
2. Menunjukkan perilaku
berlebihan.
6 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
Kolaborasi
1. Merasa bingung
Yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif:
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor:
Subjektif:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
Objektif:
ngkat
ngkat
ngkat
4. Diaforesis
5. Tremor
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
masa lalu
7 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
Definisi: jam tingkat infeksi menurun, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
ltik Kolaborasi
3) Perubahan sekresi
pH
4) Penurunan kerja
siliaris
5) Ketuban pecah
lama
6) Ketuban pecah
sebelum waktunya
7) Merokok
Under:
1) Penurunan hemo
globin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
Adekuat
4. Implementasi Keperawatan
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan
yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan pasien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu tinjau ulang pengetahuan tentang status terbari dari
kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah
terpenuhi, bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan
Azra, P.A., & Rosha, B.C. ( 2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status Anemia Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 20 Juli
2017. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=434777&val=4886&titl
e=faktorfaktor%20yang%20berhubungan%20dengan%20status%20anemia%20ibu %20hamil
%20di%20wilayah%20kerja%20puskesmas%20air%20dingin%2 0kecamatan%20koto
%20tangah,%20kota%20padang
Herlina, Nina, dkk, 2009, faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil
Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung :Penerbit Alfabeta
Kementrian kesehatan RI (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Prawirohardjo, S. (2013). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjdo. Jakarta : Pt. Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjdo
Riasmini, N.M, dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan
Komunitas dengan Modifikasi NANDA, INCP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat.
Jakarta : UI-Press
Sinsin, Iis. (2008). Anak Masa Kehamilan dan persalinan. Jakarta : PT Elex Media komput indo
Sulistiyanti, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran I Sragen. 20 Juli 2017
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir
Fisilogis dan Patologis. Yogyakarta : ANDI