Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu:

Ariani Fatmawati, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp. Kep. Mat

Oleh:

Nden Ayu Pratiwi

NIM. 402020033

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

2020/2021
A. DEFINISI

Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah

merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia

merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut

oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh

(Kemenkes RI, 2013).

Menurut Adriyani (2012) anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin

(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur

dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang

lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah

merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.

Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga

pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.

Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar

hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari

10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2016). Menurut Irianto (2014) selama kehamilan, wanita

hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya

bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.

Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau

hematokrit kurang dari 33%. Namun CDC (Centers for Desease Control and Prevention /

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) membuat nilai batas khusus berdasarkan

trimester kehamilan, yaitu kadar Hb kurang dari 11.0 g/dl pada trimester I dan III dan kurang

dari 10.5 g/dl pada trimester II (Prawirohardjo, 2013).


B. ETIOLOGI

Menurut Mochtar (2012) pada umumnya, penyebab anemia pada kehamilan adalah:

1. Kurang zat besi

Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari mengkonsumsi

makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik ketersediaan

zat besi yang tinggi. Peningkatan kebutuhan zat besi meningkat karena kehamilan. Sebagian

kebutuhan zat besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan presentase zat besi yang

diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi yang diserap sedikit maka

diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil tidak mengalami anemia.

Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu gangguan

pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah,

kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan darah

tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

2. Ibu yang mempunyai penyakit kronik

Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan dapat

mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil dengan penyakit kronis lebih

berisiko mengalami anemia akibat inflamasi dan infeksi akut (Bothamley & Maureen, 2013).

3. Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya

Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan merupakan

penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah yang abnyak, tubuh segera

menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah agar darah dalam pembuluh darah tetap

tersedia. Banyak kehilangan darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia. Dibutuhkan
waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu dan memenuhi cadangan zat besi ibu hamil

(Manuaba & Dkk, 2010).

4. Jarak kehamilan

Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian terbanyak terjadi pada ibu

dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak

kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang

terlalu dekat dapat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi

rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu

dekat dapat menyebabkan resiko terjadi anemia dalam kehamilan. Dibutuhkan waktu untuk

memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun. Karena cadangan zat besi ibu hamil

belum pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya (Manuaba &

Dkk, 2010).

5. Paritas

Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan salah satu faktor penting

dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko

lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya

kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi

angka kejadian anemia.

6. Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion

Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar dari pada

dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemeli yang dikomplikasikan dengan

hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius dan besar.
Peningkatan volume darah juga lebih besar pada kehamilan ini. Rata-rata kehilangan darah

melalui persalinan pervaginam juga lebih banyak (Wiknjosastro, 2010).

C. PATOFISIOLOGI

Anemia dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain malnutrisi, kurang zat besi

dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang berlebihan, kehamilan, proses penghancuran

eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi akibat infeksi

kronis atau infeksi akut yang berulang, serta kondisi kronis seperti infeksi TB, malaria, atau

cacing usus. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap.

Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan besi. Lambat laun hal tersebut

mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Didalam tubuh, sebagian zat besi dalam bentuk

ferritin di hati. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, ferritin inilah yang diambil.

Sayangnya, daya serap zat besi dari makanan sangat rendah. Zat pangan dari hewani lebih

tinggi penyerapannya, yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1- 6%. Bila terjadi

anemia, kerja jantung akan dipicu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen kesemua

organ tubuh. Akibatnya penderita sering berdebar-debar dan jantung lekas lelah. Gejala

lainnya, lemas-lemas, cepat lelah, cepat letih, mata sering berkunang-kunang, dan sering

mengantuk. Wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku tampak pucat. Anemia

sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung (Pratami, 2016).

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga. Karena, pada masa ini

janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama

setelah lahir (Sinsin, 2008). Menurut penelitian Azra & Rosha (2015), ibu hamil yang

mengalami anemia sebesar hampir 70 persen dan lebih banyak terjadi pada ibu hamil

trimester II dan III. Hal ini dikarenakan pada kehamilan sering terjadi hemodilusi atau
pengenceran darah. Prawirohardjo (2013) menjelaskan, pada kehamilan kebutuhan oksigen

lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritopoietin. Akibatnya, volume plasma

bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma

terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit

sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi.

Volume darah mulai meningkat pada trimester I, yang kemudian mengalami percepatan

selama trimester II, dan untuk selanjunya melambat pada trimester III. Bila hemoglobin ibu

sebelum hamil sekitar 11 gr%, dengan terjadinya hemodilusi, Hb ibu hamil akan menjadi 9.5

– 10 gr%. Penurunan ini mencerminkan keadaan hemodilusi, dengan terjadinya hemodilusi

akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis. Pada proses hemodilusi volume darah akan

meningkat secara progresif mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada

minggu ke 32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan

meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada

ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah

ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2013).

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas apabila kadar

hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-

kunang, pucat, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah,

lelah, disphagia, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, gangguan

penyembuhan luka, dan pembesaran kelenjar limpa (Irianto, 2014).

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lelah, letih, lesu, nafas pendek, muka

pucat, susah berkosentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlevuhan. Gejala ini
disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam

darah. Denyut jantung biasanya kebih cepat karena berusaha untuk mengkompensasi

kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan

kebugaran tubuh akan berkurang. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi

Menurut Lutfiatus (2016) anemia terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

1) Anemia ringan : kelelahan, penurunan energi, kelemahan, sesak nafas, ringan,

palpitasi,tampak pucat

2) Anemia sedang : lesu, pucat, lidah bibir dan kuku pucat, mudah mengantuk, cepat

letih, mata berkunang –kunang.

3) Anemia berat: perubahan warna tinja, denyut jantung cepat, tekanan darah cepat,

frekuensi pernafasan cepat, pucat atau kulit dingin, nyeri dada, pusing atau kepala

terasa ringan, sesak nafas, tidak bisa berkonsentrasi, pingsan (Proverawati, 2011).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan Hb sahli. Hasil pemeriksaan Hb dapat di

golongkan sebagai berikut : Hb 11g% tidak anemia, 9- 10g% anemia ringan, 7- 8g% anemia

sedang, <7g% anemia berat. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama

kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. (Manuaba, 2010; 239).

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi adalah mengatasi

penyebab anemia seperti perdarahan, cacingan dan pemberian nutrisi yang banyak

mengandung unsur zat besi, pemberian tablet besi selama kehamilan minimal 90 tablet

sampai masa nifas selesai. Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan

dimana lambung tidak banyak makanan sehinga mudah diserap.


1. Penatalaksanaan Secara Medis

Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh

pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan memastikan

ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah pelaksanaan tindakan tranfusi

darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi darah telah ditentang selama dekade terakhir.

Selain itu, tindakan tranfusi beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi

virus dan bakteri (Pratami, 2016). WHO merekomendasikan pemberian suplemen zat besi

tambahan sekitar 2-3 mg/hari kepada ibu hamil sehingga tetap memenuhi kebutuhan ibu

dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta (Kemenkes RI, 2015).

Program pemerintah dalam upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan

pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Sulistiyanti, 2015). Tablet Fe

mulai dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester II, karena pada trimester ini peningkatan

volume plasma darah yang signifikan. Selain itu, jika diberikan mulai pada trimester I,

maka akan membuat ibu hamil semakin mual dan muntah, melihat dampak dari tablet Fe

yang membuat ibu hamil mual. Tablet sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk

yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan zat besi. Teh, susu, dan

kopi tidak boleh diminum bersamaan dengan tablet Fe, karena merupakan faktor

penghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya tablet Fe diminum pada malam hari sebelum

tidur, karena mengurangi efek mual yang akan timbul setelah ibu meminumnya (Ani,

L.S, 2013).

2. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah

Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan

mengonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil,
makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging

merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh

menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemberian

vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi

dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu

dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati,

2011).

G. KOMPLIKASI

Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil sejak

awal kehamilan hingga masa nifas.

1. Pada trimester pertama

a. Abortus

Pada ibu hamil dengan anemia, kadar Hb yang rendah akan mempengaruhi

kemampuan sistem maternal untuk memindahkan oksigen dan nutrisi yang cukup ke

janin. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya abortus.

2. Trimester kedua

a. Persalinan premature

Ibu yang menderita anemia, status gizinya kurang, sehingga mempengaruhi

asupan nutrisi ke janin dan hal ini menyebabkan terjadinya kelahiran premature.

b. Perdarahan antepartum

Pada ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan terhadap

infeksi dan perdarahan walaupun perdarahan hanya sedikit. Pengalaman


membuktikan bahwa kematian ibu karena perdarahan lebih sering terjadi pada ibu

yang menderita anemia kehamilan sebelumnya.

3. Gangguan pertumbuhan janin dalam Rahim

Pada ibu dengan anemia, kemampuan metabolismetubuh ke janin berkurang sehingga

mangganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sehingga pada saat

palpasi TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan (Manuaba, 2010 ; h. 240).

4. Berat badan lahir rendah

Pada ibu hamil dengan anemia mempengaruhi kemampuan sistem maternal untuk

memindahkan nutrisi yang cukup ke janin sehingga menyebabkan BBLR.

H. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien

Pengkajian identitas ibu hamil dengan anemia meliputi nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis. wanita

usia 35 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya anemia selama kehamilan

(Wagiyo dan Putrono, 2016).

b. Keluhan Utama

Keluhan utama ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan keluhan cepat lelah,

sering pusing, dan mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi hilang,

nafas pendek (pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda, dan palpitasi

(Wagiyo dan Putrono, 2016).

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan mudah lelah, lesu, dan sesak napas

saat beraktivitas maupun istirahat, permukaan kulit dan wajah pucat, dan mudah

pusing (Lutfiatus, 2016).

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu pada ibu hamil dengan anemia biasanya riwayat

kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi

seperti TB, cacing usus, dan malaria yang dapat memungkinkan terjadinya anemia

(Pratami, 2016).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga biasanya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama.

Biasanya anggota keluarga cenderung menganggap gejala yang ada pada ibu

hamil dengan anemia merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu hamil. Hal ini

merupakan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal resiko anemia pada ibu

hamil. Sehingga, biasanya anggota keluarga kurang memperhatikan gizi anggota

keluarganya walaupun sedang hamil (Riasmini, dkk, 2017).

4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan kehamilan pada usia muda dan

kehamilan yang berdekatan (Wagiyo dan Putrono, 2016).

5) Pola Aktivitas Sehari-hari

a) Pola makan Ibu hamil dengan anemia biasanya kurang mengkonsumsi

makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan

tidak mengkonsumsi tablet Fe (Wagiyo dan Putrono, 2016).

b) Pola aktivitas/istirahat
Ibu hamil dengan anemia mudah kelelahan, keletihan, malaise, sehingga

kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak (Wagiyo dan Putrono, 2016).

6) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum Ibu hamil dengan anemia akan terlihat lemah, lesu, dan

pucat (Wagiyo dan Putrono, 2016).

b) Head to Toe Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), pemeriksaan head to toe

pada ibu hamil dengan anemia, didapatkan :

 Kepala : Rambut ibu hamil dengan anemia biasanya tidak ada masalah

 Wajah : Pada wajah ibu hamil biasanya terdapat chloasma gravidarum

karena terjadi hiperpigmentasi.

 Mata : Ibu hamil dengan anemia ditemukan konjungtiva anemis dan skelera

tidak ikterik.

 Mulut : Bibir ibu hamill dengan anemia ditemukan pucat dan membran

mukosa kering.

 Payudara Inspeksi : Pada areola mammae dan puting susu ibu hamil akan

menghitam. Biasanya payudara akan membesar, tegang dan sakit. Palpasi :

Apabila di pijat, biasanya pada kehamilan 16 minggu cairan yang

dikeluarkan jernih, kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu warna cairan

agak putih seperti air susu yang sangat encer, dan dari kehamilan 32

minggu sampai anak lahir cairan yang keluar lebih kental, berwarna

kuning, dan banyak mengandung lemak atau disebut kolostrum.

 Abdomen Inspeksi : Hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut

belum kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan


membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat meninjol keluar.

Timbul linia alba atau nigra dan strie gravidarum. Palpasi : Leopold 1 : (a)

apabila kepala janin dibagian fundus, yang akan teraba adalah keras,

bundar, dan melenting. (b) apabila bokong janin teraba dibagian fundus,

yang terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. (c) apabila

posisi janin melintang pada reahim, maka pada fundus teraba kosong.

Leopold II : (a) bagian punggung : akan teraba jelas, rata, cembung, kaku /

tidak dapat digerakkan. (b) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) : akan

teraba kecil, bentuk atau posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan

teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif. Leopold III : (a)

bagian keras, bulat, dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan

yang lunak dan kurang simetris adalah bokong. (b) apabila bagian terbawah

janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang sudah tidak

bisa. Leopold IV : (a) apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu

(konvergen), berarti bagian terendah janin belum memasuki pintu atas

panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa membentuk jarak atau

tidak bertemu (divergen), maka bagian terendah janin sudah memasuki

PAP. Auskultrasi : Normalnya denyut jantung janin antara 120-160

kali/menit.

 Ekstremitas : Pada ekstremitas ibu hamil biasanya timbul varises pada

sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering trejadi edema

pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang

membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.


 Genitalia : Pada ibu hamil dengan anemia dapat terjadi perdarahan

pervagina.

 Sistem Integumen : Ibu hamil dengan anemia ditemukan menngalami

gejala seperti pucat, joundice (pada anemia hemolitik), kulit kering, kuku

rapuh, clubbing finger.

 Sistem pernapasan : Ibu hamil dengan anemia akan mengalami nafas

pendek saat istirahat maupun beraktivitas karena desakan diafragma oleh

janin.

 Sistem Pencernaan: Biasanya alat pencernaan lebih kendur, peristaltik

kurang baik, terjadi hipersekresi kelenjar dalam alat pencernaan sehingga

menimbulkan rasa mual, muntah, hipersalivasi, dan lain-lain. Peristaltik

yang kurang baik dapat menimbulkan konstipasi atau obstipasi.

 sistem kardiovaskular : pada ibu hamil dengan anemia ditemukan

takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kardiomegali, dan gagal

jantung.

 sistem muskuloskletal : ibu hamil dengan anem ia akan mengeluh nyeri

pinggang, nyeri sendi, tenderness sternal

 sistem persarafan : ibu hami dengan anemia akan mengeluh nyeri kepala,

bingung, dan cemas.

2. Diagnosa yang mungkin muncul:

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

b. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis pada ibu hamil (anemia dalam

kehamilan)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan suplai oksigen

d. Risiko cedera terhadap janin

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai

anemia

f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

g. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin


3. Intervensi Keperawatan

No Tujuan
Diagnosa Keperawatan Intervensi

1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi

keperawatan selama 3X24 Observasi:

Definisi: jam status nutrisi meningkat, 1. Identifikasi status nutrisi

Asupan nutrisi tidak cukup


dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi

untuk memenuhi kebutuhan1. Porsi makanan yang makanan

metabolisme. dihabiskan (5) 3. Identifikasi makanan disukai

4. Identifikasi kebutuhan kalori dan

Penyebab: jenis nurien

1. Ketidakmampuan 5. Monitor asupan makanan

menelan 6. Monitor berat badan

2. Ketidakmapuan 7. Monitor hasil pemeriksaan

Mencerna makanan laboratorium

3. Ketidakmampuan Terapeutik
mengabsorbsi 1. Lakukan oral hygiene sebelum

makanan makan, jika perlu

Faktor ekonomi 2. Fasilitasi menentukan pedoman

(finansial tidak diet

Mencukupi) 3. Sajikan makanan secara menarik

4. Faktor psikologis dan suhu yang sesuai

(stress, keenggenan 4. Berikan makanan tinggi serat

untuk makan) untuk mencegah konstipasi

5. Berikan makanan tinggi kalori

Gejala dan Tanda Mayor: dan tinggi protein

Subjektif: (tidak tersedia) 6. Berikan suplemen makanan, jika

Objektif: Berat badan menurun pelu

Minimal 10% di bawah rentang Edukasi

Ideal 1. Ajarkan diet yang diprogramkan,

jika mampu

Gejala dan Tanda Minor: Kolaborasi

Subjektif: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


1. Cepat kenyang menentukan jumlah kalori dan

setelah makan jenis nutrien yang dibutuhkna,

2. Kram/Nyeri abdomen jika perlu

3. Nafsu makan menurun

Objektif:

1. Bising usus hiperaktif

2. Otot pengunyah lemah

3. Otot menelan lemah

4. Membran mukosa

pucat

5. Sariawan

6. Serum albumin turun

7. Rambut rontok berle

Bihan

8. Diare
2 Keletihan Setelah dilakukan tindakan Observasi

keperawatan selama 3X24 1. Identifikasi gangguan fungsi


Definisi: jam tingkat keletihan tubuh yang mengakibatkan

membaik,
Penurunan kapasitas kerja fisi dengan kriteria kelelahan

K dan mental yang tidakhasil:


pulih 2. Monitor kelelahan fisik dan

Dengan istirahat 1. Tenaga meningkat (5) emosional

2. Kemampuan 3. Monitor pola dan jam tidur

Penyebab: melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan

1. Gangguan tidur rutin meningkat (5) ketidaknyamanan selama

2. Gaya hidup monoton melakukan aktivitas

3. Kondisi fisiologis Terapeutik

(anemia, malnutrisi, 1. Sediakan lingkungan nyaman dan

Kehamilan) rendah stimulus

4. Program perawatan/ 2. Berikan aktivitas distraksi yang

pengobatan jangka menenangkan

panjang Edukasi

5. Peristiwa hidup negati 1. Anjurkan tirah baring

f 2. Anjurkan melakukan aktivitas

6. Stress berlebihan secara bertahap


7. Depresi 3. Ajarkan strategi koping untuk

mengurangi kelelahan

Gejala dan tanda mayor: Kolaborasi

Subjektif: 1. Kolaborasi dengan ahli gizi

1. Merasa energi tidak tentang cara meningkatkan asupan

Pulih walaupun telah makanan

Tidur

2. Merasa kurang tenaga

3. Mengeluh lelah

Objektif:

1. Tidak mampu memper

Tahankan aktivitas

Rutin

2. Tampak lesu

Gejala dan tanda minor:

Subjektif:
1. Merasa bersalah akibat

Tidak mampu menjala

Nkan tanggung jawab

2. Libido menurun

Objektif:

1. Kebutuhan istirahat

Meningkat
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi

keperawatan selama 3X24 Observasi

Definisi: jam toleransi aktivitas 5. Identifikasi gangguan fungsi

Ketidakcukupan energi meningkat,


untuk dengan kriteria tubuh yang mengakibatkan

melakukan aktivitas sehari-


hasil: kelelahan

hari. 1. Frekuensi nadi 6. Monitor kelelahan fisik dan

meningkat (5) emosional

Penyebab: 2. Saturasi oksigen 7. Monitor pola dan jam tidur

1. Ketidakseimbangan meningkat (5) 8. Monitor lokasi dan

antara suplai dan kebu 3. Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama


tuhan oksigen melakukan aktivitas melakukan aktivitas

2. Tirah baring sehari- hari Terapeutik

3. Kelemahan meningkat (5) 3. Sediakan lingkungan nyaman dan

4. Imobilitas rendah stimulus

5. Gaya hidup monoton 4. Berikan aktivitas distraksi yang

menenangkan

Gejala dan tanda mayor: Edukasi

Subjektif: 1. Mengeluh lelah 4. Anjurkan tirah baring

Objektif: 1. Frekuensi jantung 5. Anjurkan melakukan aktivitas

Meningkat >20% dari kondisi secara bertahap

Istirahat 6. Ajarkan strategi koping untuk

mengurangi kelelahan

Gejala dan tanda minor: Kolaborasi

Subjektif: 1. Kolaborasi dengan ahli gizi

1. Dipsnea saat/setelah tentang cara meningkatkan asupan

aktivitas makanan

2. Merasa tidak nyaman


setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Objektif:

1. Tekanan darah beruba

h >20% dari kondisi

istirahat

2. Gambaran EKG men

Unjukkan aritmia saat/

setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menu

njukkan iskemia

4. Sianosis
4 Risiko cedera pada janinSetelah dilakukan tindakan Pemantauan denyut jantung janin

keperawatan selama 3X24 Observasi

Definisi: jam stingkat cedera 1. Identifikasi status obstetrik

Berisiko mengalami bahaya


menurun, dengan kriteria 2. Identifikasi riwayat obstetrik

atau kerusakan fisik pada


hasil:
janin 3. Identidikasi adanya pengunaan
1. Toleransi
selama proses kehamilan dan aktivitas obat, diet dan merokok

persalinan. meningkat (5) 4. Identifikasi pemeriksaan

2. Nafsu makan kehamilan sebelumnya

Faktor Risiko: meningkat (5) 5. Periksa denyut jantung janin

1. Besarnya ukuran janin 3. Toleransi makanan selama 1 menit

2. Malposisi janin meningkat (5) 6. Monitor denyut jantung janin

3. Induksi persalinan 4. Kejadian cedera 7. Monitor tanda vital ibu

4. Persalinan lama kala I, menurun (5) Terapeutik

II dan III 1. Atur posisi pasien

5. Disfungsi uterus 2. Lakukan manuver Leopoid untuk

6. Kecemasan yang berle menentukan posisi janin

bihan tentang proses Edukasi

persalinan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur

7. Riwayat persalinan pemantauan

sebelumnya 2. Informasikan hasil pemantauan,

8. Usia ibu (<15 tahun jika perlu

atau >35 tahun)


9. Paritas banyak

10. Efek metode/ intervensi

bedah selama persalinan

11. Nyeri pada abdomen

12. Nyeri pada jalan lahir

13. Penggunaan alat bantu

persalinan

14. Kelelahan

15. Merokok

16. Efek agen farmakologis

17. Pengaruh budaya

18. Pola makan yang tidak

sehat

19. Faktor ekonomi

20. Konsumsi alkohol

21. Terpapar agen teratogen


5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakanEdukasi Kesehatan
keperawatan selama 3X24 Observasi

Definisi: jam tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan

membaik,
Ketiadaan atau kurangnya dengan kriteria kemampuan menerima informasi

Informasi kognitif yanghasil:


berka 2. Identifikasi faktor- faktor yang

Itan dengan topik tertentu. 1. Perilaku sesuai dapat meningkatkan dan

anjuran meningkat (5) menurunkan motivasi perilaku

Penyebab: 2. Verbalisasi minat hidup bersih dan sehat

1. Keteratasan kognitif dalam belajar Terapeutik

2. Gangguan fungsi meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media

kognitif 3. Kemampuan pendidikan kesehatan

3. Kekeliruan mengikuti menjelaskan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan

anjuran pengetahuan tentang sesuai kesepakatan

4. Kurang terpapar infor suatu topik meningkat 3. Berikan kesempatan untuk

masi (5) bertanya

5. Kurang minat dalam Edukasi

belajar 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat

6. Kurang mampu mengi mempengaruhi kesehatan


ngat 2. Aajrkan perilaku hidup bersih dan

7. Ketidaktahuan mene sehat

mukan sumber infor 3. Ajarkan strategi yang dapat

masi digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

Gejala dan tanda mayor:

Subjektif:

1. Menanyakan masalah

yang dihadapi

Objektif:

1. Menunjukkan perilaku

tidak sesuai anjuran

2. Menunjukkan persepsi

yang keliru terhadap

masalah

Gejala dan tanda minor:


Subjektif: (tidak tersedia)

Objektif:

1. Menjalani pemeriksaan

yang tidak tepat

2. Menunjukkan perilaku

berlebihan.
6 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas

keperawatan selama 3X24 Observasi

Definisi: jam tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietas

Kondisi emosi dan pengalam


menurun, dengan kriteria berubah

an subyektif individu terhada


hasil: 2. Identifikasi memampuan

p objek yang tidak jelas dan1. Verbalisasi mengambil keputusan

spesifik akibat antisipasi ba kebingungan 3. Monitor tanda- tanda ansietas

haya yang memungkinkan menurun (5) Terapeutik

individu melakukan tindakan


2. Verbalisasi khawatir 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk

untuk menghadapi ancaman. akibat kondisi yang menumbuhkan kepercayaan

dihadapi menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi


Penyebab: 3. Perilaku gelisah kecemasan, jika memungkinkan

1. Krisis situasional menurun (5) 3. Pahami situasi yang membuat

2. Kebutuhan tidak terpe 4. Perilaku tegang asnietas dengarkan dengan penuh

nuhi menurun (5) perhatian

3. Krisis maturasional 4. Gunakan pendekatan yang tenang

4. Ancaman terhadap dan meyakinkan

konsep diri 5. Tempatkan barang pribadi yang

5. Ancaman terhadap memberikan kenyamanan

kematian 6. Motivasi mengidentifikasi situasi

6. Kekhawatiran mengal yang memicu kecemasan

ami kegagalan Edukasi

7. Disfungsi sistem kelu 1. Jelaskan prosedur, termasuk

arga sensasi yang mungkin dialami

8. Hubungan orang tua- 2. Informasikan secara faktual

anak tidak memuaskan mengenai diagnosis, pengobatan,

9. Faktor keturunan prognosis

10. Penyalahgunaan zat 3. Anjurkan keluarga untuk tetap


11. Terpapar bahaya ling bersama pasien, jika perlu

Kungan 4. Anjurkan mengungkapkan

12. Kurang terpapar infor perasaan dan persepsi

Masi 5. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

Gejala dan tanda mayor: 1. Kolaborasi pemberian obat

Subjektif: antiansietas, jika perlu

1. Merasa bingung

2. Merasa khawatir deng

An akibat dari kondisi

Yang dihadapi

3. Sulit berkonsentrasi

Objektif:

1. Tampak gelisah

2. Tampak tegang

3. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor:

Subjektif:

1. Mengeluh pusing

2. Anoreksia

3. Palpitasi

4. Merasa tidak berdaya

Objektif:

1. Frekuensi nafas meni

ngkat

2. Frekuensi nadi meni

ngkat

3. Tekanan darah meni

ngkat

4. Diaforesis

5. Tremor

6. Muka tampak pucat

7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk

9. Sering berkemih

10. Berorientasi pada

masa lalu
7 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi

keperawatan selama 3X24 Observasi

Definisi: jam tingkat infeksi menurun, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi

Berisiko mengalami peningk


dengan kriteria hasil: lokal dan sistemik

Atan terserang organisme 1. Demam menurun (5) Terapeutik

Patogenik 2. Kemerahan menurun 1. Batasi jumlah pengunjung

(5) 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah

Faktor risiko: 3. Nyeri menurun (5) kontak dengan pasien dan

1. Penyakit kronis 4. Bengkak menurun (5) lingkungan pasien

2. Efek prosedur invasif 3. Pertahankan teknik aseptik pada

3. Malnutrisi pasien berisiko tinggi

4. Peningkatan paparan Edukasi

organisme patogen 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


lingkungan 2. Ajarkan cara mencuci tangan

5. Ketidakadekuatan per dengan benar

tahanan tubuh primer: 3. Anjurkan meningkatkan asupan

1) Gangguan perista nutrisi

ltik Kolaborasi

2) Kerusakan integri 1. Kolaborasi pemberian imunisasi,

tas kulit jika perlu

3) Perubahan sekresi

pH

4) Penurunan kerja

siliaris

5) Ketuban pecah

lama

6) Ketuban pecah

sebelum waktunya

7) Merokok

8) Statis cairan tubuh


6. Ketidakadekuatan

pertahanan tubuh sek

Under:

1) Penurunan hemo

globin

2) Imununosupresi

3) Leukopenia

4) Supresi respon

inflamasi

5) Vaksinasi tidak

Adekuat
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan

yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana

keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat

mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status

kesehatan klien (Padila, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan

kontak dengan pasien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan

objektif dari klien, keluarga. Selain itu tinjau ulang pengetahuan tentang status terbari dari

kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah

terpenuhi, bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan

keperawatan (Perry & Potter, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Ani, L.S. (2013). Anemia Defisiensi Besi. Jakarta : EGC

Arisman 2004, Gizi dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta.

Azra, P.A., & Rosha, B.C. ( 2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status Anemia Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 20 Juli
2017. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=434777&val=4886&titl
e=faktorfaktor%20yang%20berhubungan%20dengan%20status%20anemia%20ibu %20hamil
%20di%20wilayah%20kerja%20puskesmas%20air%20dingin%2 0kecamatan%20koto
%20tangah,%20kota%20padang

Herlina, Nina, dkk, 2009, faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil

Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung :Penerbit Alfabeta

Kementrian kesehatan RI (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI

Lutfiatus, H. (2016). Panduan Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta : DIVA Press

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan KBuntuk


Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

MochtarR. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Pratami, E. (2016). Evidence-Based dalam Kebidanan. Jakarta : ECG

Prawirohardjo, S. (2013). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjdo. Jakarta : Pt. Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjdo

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika

Riasmini, N.M, dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan
Komunitas dengan Modifikasi NANDA, INCP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat.
Jakarta : UI-Press

Sinsin, Iis. (2008). Anak Masa Kehamilan dan persalinan. Jakarta : PT Elex Media komput indo

Sulistiyanti, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran I Sragen. 20 Juli 2017
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir
Fisilogis dan Patologis. Yogyakarta : ANDI

Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai