Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT Anemia pada Ibu Hamil

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Maternitas

EMIL NURMILAH
201FK09035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Anemia pada Ibu Hamil

A. PENGERTIAN

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah


(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
(Tarwono, dkk 2007). Sedangkan menurut Pratami (2016)anemia dalam
kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena
ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11
g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl
pada akhir trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga
(Prawirohardjo,2010).

B. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL

Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan


komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh
ibu. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan
hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel-sel darah
berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan trombosis jika terjadi
ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis (Prawirohardjo,
2010).
Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif
mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke
32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan
estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan
aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan
eritrosit (Prawirohardjo, 2010).
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20 - 30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume
plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi
hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa
mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan
biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari
makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu
selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat
membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 – 7 mg/hari. Volume darah
ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan
(Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar
antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan
masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum
diketahui. Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah
melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan juga sirkumferensia torak akan bertambah lebih
kurang 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru-paru karena pengaruh diagfragma yang naik lebih
kurang 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami
sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala dalam minggu
ke 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).

C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Menurut Prawirohardjo (2010) klasifikasi anemia dalam kehamilan sebagai


berikut :
1. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi
berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan
pertumbuhan janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan
besi maternal ke janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat
persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg
atau setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan mengawali kehamilan
dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat
pada defesiensi zat besi.
Pencegahan anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan
suplemen besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg
zat besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis selma
kehamilan. Namun, banyak literatur menganjukan dosis 100 mg besi setiap
hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplemen
sampai 3 minggu postpartum.
2. Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali
lipat karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan dilepasnya
cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena
kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi, adanya nemia hemolitik. Kadar
estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya memeliki
efek penghambat terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam folat sangat umum
terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia megabolik
pada kehamilan.
Anemia tipe megabolik karena defesiensi asam folat merupakan
penyebab kedua terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh
gangguan sitesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang
khas untuk anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan
dengan anomali kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural
(neural tube defects). Selain itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan
kelainan pada jantung, saluran kemih, alat gerak, dan organ lainya.
Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian folat secara
oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya
dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil
sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug folat perhari.
3. Anemia Plastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan
kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus
eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan
hanya membaik setela terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus lainya, aplasia
terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya.
Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum
tulang, tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif,
imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang setelah persalinan.
4. Anemia Penyakit Sel Sabit
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell
anemia) disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infar pulmonal,
pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan kematian janin.
Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan asam folat,
terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Beat lahir
bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan kematian
janin tinggi. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari
sekitar 33% menjadi 1,5% pada masa kini karena perbaikan pelayanan
prenatal. Pemberian tranfusi darah profilaktin belum terbukti efektifnya
walaupun beberapa pasien tampak memberi hasil yang memuaskan.

D. PENYEBAB

Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016)


penyebab anemia dalam kehamilan adalah :
1. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding
dengan peningkatan volume plasma
2. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana
zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
3. Ekonomi: tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan
ketidaktahuan tentang pola makan yang benar
4. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak dan perdarahan akibat luka
5. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
6. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
7. Hamil saat masih remaja

E. TANDA DAN GEJALA

Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil sebagai
berikut:
1. Kelelahan
2. Penurunan energy
3. Sesak nafas
4. Tampak pucat dan kulit dingin
5. Tekanan darah rendah
6. Frekuensi pernapasan cepat
7. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah
8. Sakit kepala
9. Tidak bisa berkonsentrasi
10. Rambut rontok
11. Malas

F. PATOFISIOLOGI
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara
lain; kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit
(Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa
anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal
sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen
serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus
meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar
40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai
ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika
titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.
Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma
akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali
normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang
terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat
sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat.
Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada
trimester III (Pratami, 2016).
PATHWAY
G. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Secara Medis


Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk
mengatasi anemia pada awal untuk mencegah atau meminimalkan
konsekuensi serius perdarahan. Penanganan anemia secara efektif perlu
dilakukan. Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan
memperoleh pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan
efektif akan memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan
mencegah pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui
tranfusi darah telah ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan
tranfusi beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi virus dan
bakteri (Pratami, 2016).
Tinjauan Cochrane terhadap 17 penelitian menemukan bahwa
pemberian zat besi oral dapat menegurangi anemia defesiensi zat besi selama
trimester II kehamilan dan meningkatkan kadar Hb dan firitin seru
dibandingkan dengan pemberian plasebo. Penelitian tersebut diambil dari 101
penelitian yang sebagian besar uji cobanya berfokus pada hasil laboratorium
tentang efek perlakuan berbeda terhadap ibu hamil yang mengalami anemia
defesiensi zat besi, penilaian morbiditas ibu & bayi, parameter faal darah, dan
efek samping pengobatan. Terdapat satu uji acak terkontrol yang menyatakan
bahwa pemberian zat besi oral harian selama empat minggu memiliki hasil
yang lebih baik dalam meningkatkan kadar Hb rata-rata 19,5 g/dl. Zat besi
oral dan iron polymaltose aman diberikan dan dapat meningkatkan kadar Hb
dengan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian zat besi oral secara
terpisah pada anemia defesiensi zat besiyang berkaitan dengan kehamilan
(Pratami, 2016).
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan
peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu, tindakan
tersebut juga mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu yang
mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat, baik harian maupun
intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi zat
besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi
meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang
mengkonsumsi zat besi oral pada dosis pengobatan mengalami efek saamping,
seperti mual, muntah, konstipasi atau diare. Ibu hamil yang menderita anemia
berat mungkin memerlukan tranfusi darah, yang terkadang tidak memberi
peningkatan kondisi yang signifikan. Selain itu, tranfusi darah juga
menimbulkan resiko, baik bagi ibu maupun janin (Pratami, 2016).
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari 10,0
g/dl terbukti memberi dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama hamil
dan enam minggu postpartum berkurang. Efek samping berupa
hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl lebih sering terjadi pada
ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat setiap hari
dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi zat besi
yang tepat akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan mencegah
kebutuhan akan intervensi lebih lanjut (Pratami, 2016).
2. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah
dengan menkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia
jika sedang hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang
dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemebrian vitamin adalah
cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan
folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari,
yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi
(Proverawati, 2011).

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan mata berkunang-
kunang
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan, dan
riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat memungkinkan
terjadinya anemia
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Biasanya ditemukan kehamilan pada usia muda, dan kehamilan yang
berdekatan
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola makan
Ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisis seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak mengkonsumsi tablet Fe
2) Pola aktivitas/istirahat
Biasanya pada ibu hamil yang menderita anemia mudahkelelahan, keletihan,
malaise, sehingga kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi menurun,
pernapasan lambat.
1) Kepala
Rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah,
2) Mata
Biasanya konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik
3) Mulut
Biasanya bibirnya pucat dan membran mukosa kering
4) Abdomen
Inspeksi : pembesaran perut tidak sesuai usia kehamilan
Palpasi : tidak teraba jelas bagian janinya
Auskultrasi : denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit
5) Ekstremitas
CRT>2 detik, terdapat varises dikaki, tidak ada udema, dan
akral biasanya dingin
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dasar
Hb : Biasanya Hb pada trimester pertama daN ke tiga kurang dari 11 g/dl dan
pada timester dua <10,5 g/dl
Hematokrit : <37% (normal 37-41%)
Eritrosit : <2.8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4 juta/mm3)
Trombosit : <200.000 (normal 200.000 – 400.000/mel)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul:


1. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
4. Mual berhubungan dengan rasa makan/minum yang tidak enak
5. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (anemia dalam
kehamilan)
6. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIANOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1. Resiko perdarahan NOC: Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan :
berhubungan dengan kurang keperawatan, 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
pengetahuan tentang pasien mampu mengatasi resiko 2. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
kewaspadaan perdarahan kehilangan darah dengan kriteria hasil : menyebabkan perdarahan
Defenisi : Rentan mengalami 1. Tidak ada kehilangan darah yang 3. Hindari mengangkat benda berat
penurunan volume darah, yang terlihat 4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
dapat mengganggu kesehatan. 2. Tidak ada distensi abdomen makanan yang kaya vitamin K
3. Tidak ada perdarahan pervaginam 5. Cegah konstipasi (misalnya, memotivasi
4. Tidak ada penurunan tekanan darah untuk meningkatkan asupan cairan dan
sistolik mengkonsumsi pelunan feses) jika
5. Tidak ada penurunan tekanan darah diperlukan
diastolik 6. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
6. Tidak ada kehilangan panas tubuh memonitor tanda-tanda perdarahan dan
7. Tidak ada penurunan Hemoglobin (Hb) mengambil tindakan yang tepat jika terjadi
8. Tidak ada penurunan Hematokrit (Ht) perdarahan (misalnya melapor kepada
perawat)
7. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
memonitor tanda perdarahan dan mengambil
tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan
(misalnya, lapor kepada perawat)
2. Intoleran aktivitas NOC: Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Latihan
berhubungan dengan keperawatan, pasien mampu menunjukkan 1. Gali hambatan individu terkait latihan fisik
ketidakseimbangan antara toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria (seperti, senam hamil, dll)
suplai dan kebutuhan oksigen hasil : 2. Dukung ungkapan perasaan mengenai
Defenisi : Ketidakcakupan 1. Frekuennsi nadi saat beraktivitas tidak latihan atau kebutuhan untuk melakukan
energi psikologis atau terganggu (80-100 kali/menit) latihan
fisiologis untuk 1. Tekanan darah sistolik dalam 3. Dukung individu untuk memulai atau
mempertahankan atau 2. beraktivitas tidak terganggu (110- melanjutkan latihan
menyelesaikan aktivitas 140 mmHg) 4. Lakukan latihan bersama individu, jika
kehidupan sehari-hari yang 3. Tekanan darah diastolik dalam diperlukan
harus atau yang ingin beraktivitas tidak terganggu (75-85 5. Libatkan keluarga/orang yang memberikan
dilakukan mmHg) perawatan dalam merencanakan dan
Batasan Karakteristik 4. Frekuensi pernapasan ketika meningkatkan program latihan
a. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas tidak terganggu (12-20 6. Instruksikan individu terkait frekuensi,
beraktivitas kali/menit) durasi dan intensitas prodram latihan yang
b. Keletihan diinginkan
c. Respon tekanan darah 7. Monitor respon individu terhadaap program
abnormal terhadap aktivitas latihan
8. Sediakan umpan balik positif atau usaha
yang dilakukan individu
3. Ketidakseimbangan NOC: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari kebutuhan keperawatan, pasien mampu menunjukkan 1. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
tubuh berhubungan dengan keseimbangan nutrisi tidak terganggu yang dibutuhkan untuk memenuhi
kurang asupan makanan dengan kriteria hasil : persyaratan gizi
Definisi: Asupan nutrisi tidak a. Nafsu Makan : 2. Monitor kalori dan asupan makanan
cukup untuk memenuhi Indikator : 3. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan
kebutuhan metabolik. 1) Keinginan untuk makan tidak dan kenaikan berat badan
Batasan Karakteristik: terganggu 4. Berikan arahan bila diperlukan
a. Bising usus hiperaktif 2) Rangsangan untuk makan tidak Monitor Nutrisi
b. Cepat kenyang setelah terganggu 1. Timbang berat badan pasien
makan b. Status Nutrisi : Asupan makanan & 2. Monitor kecendrungan turun dan naiknya
c. Kurang informasi cairan berat badan
d. Kurang minat pada Indikator : 3. Identifikasi pertumbuhan berat badan
makanan 1) Asupan makanan secara oral tidak terakhir
e. Membran mukosa pucat terganggu 4. Monitor tugor kulit dan mobilitas
f. Nyeri abdomen 2) Asupan cairan secara oral tidak 5. Monitor adanya mual muntah
g. Penurunan berat badan terganggu 6. Monitor adanya (warna) pucat, kemerahan
dengan asupan makanan dan jaringan konjungtiva yang kering
adekuat 7. Lakukan pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht )
4. Mual berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual :
dengan rasa makan/minum keperawatan, pasien mampu mengontrol 1. Dorong pasien untuk memantau pengalaman
yang tidak enak mual & muntah, dibuktikan kriteria hasil : diri terhadap mual
Defenisi: Suatu fenomena 1. Mampu mengenali onset muntah 2. Dorong pasien untuk belajar strategi
subjektif tentang rasa tidak 2. Mampu mengenali pencetus stimulus mengatasi mual sendiri
nyaman pada bagian belakang (muntah) 3. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang
tenggorok atau lambung, yang 3. Mampu menghindari bau yang tidak bersifat personal yang memicu atau
dapat atau tidak dapat menyenangkan meningkatkan mual (kecemasan, takut,
mengakibatkan muntah 4. Melaporkan mual, muntah-muntah dan kelelahan, dan kurangnya pengetahuan)
Batasan karakteristik muntah yang terkontrol 4. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual,
a. Keengganan terhadap termasuk frekuensi, durasi, tingkat
makanan keparahan, dan faktor-faktor pencetus
b. Mual 5. Dorong penggunaan teknik nonfarmakologis
c. Rasa asam didalam mulut sebelum mual
d. Sensasi muntah 6. Monitor asupan makanan terhadap
kandungan gizi dan kalori
7. Timbang berat badan secara teratur
8. Monitor efek dari manajemen mual secara
keseluruhan
9. Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup
untuk pengurangan mual
5. Keletihan berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi :
dengan kelesuan fisiologis keperawatan, pasien mampu mengurangi 1. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang
(anemia dalam kehamilan) tingkat kelelahan dengan kriteria hasil : dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
Defenisi: keletihan 1. Tidak terjadi kelelahan 2. Bantu pasien untuk memilih
terusmenerus dan penurunan 2. Tidak ada kelesuan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan
kapasitas untuk kerja fisik dan 3. Tidak ada kehilangan selera makan 3. Anjurkan tidur siang bila diperlukan
mental pada tingkat yang 4. Tidak ada penurunan motivasi 4. Bantu pasien untuk menjadwalkan priode
lazim 5. Tidak ada sakit kepala istirahat
Batasan Karakteristik : 6. Tidak terjadi nyeri otot 5. Instruksikan pasien/orang yang terdekat
a. Gangguan konsentrasi 7. Kuliatas tidur tidak terganggu dengan pasien mengenai kelelahan (gejala
b. Kelelahan 8. Kualitas istirahat tidak terganggu. yang mungkin muncul dan kekambuhan
c. Kurang energi yang mungkin nanti akan muncul kembali).
d. Mengantuk 6. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
e. Peningkatan kebutuhan mengetahui sumber energi yang adekuat
istirahat Manajemen Nutrisi
f. Peningkatan keluhan fisik 1. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
g. Tidak mampu yang dibutuhkan untuk memenuhi
mempertahankan aktivitas persyaratan gizi
fisik pada tingkat yang 2. Monitor kalori dan asupan makanan
biasanya 3. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan
dan kenaikan berat badan
6. Risiko infeksi NOC: Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
berhubungan dengan keperawatan, pasien mampu mengontrol 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penurunan hemoglobin infeksi , dengan kriteria hasil : tindakan keperawatan
Definisi: Rentan mengalami 1. Mampu mengidentifikasi faktor risiko 2. Tingkatkan intake nutrisi
invasi dan multiplikasi infeksi 3. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
organisme patogenik yang 2. Mengetahui konsekuensi terkait dan local
dapat mengganggu kesehatan. infeksi 4. Inspeksi kulit dan membran mukosa
3. Mampu mengidentifikasi tanda dan terhadap kemerahan, panas, drainase
gejalah infeksi 5. Monitor adanya luka
4. Mempu menunjukan mencuci tangan 6. Dorong masukan cairan
untuk pencegahan infeksi 7. Dorong istirahat
5. Tidak ada kemerahan 8. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
6. Tidak ada demam infeksi
7. Tidak ada hipotermia
8. Tidak ada kestabilan suhu
9. Tidak ada kehilangan nafsu makan
10. Tidak ada malaise
7. Ansietas berhubungan NOC:Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi :
dengan perubahan status keperawatan, pasien menunjukkan tanda- 1. Tentukan apakah ada intervensi relaksasi
kesehatan tanda vital dalam rentang normal dengan dimasa lalu yang sudah memberikan manfaat
Definisi: Perasaan tidak kriteria hasil : 2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi
nyaman atau kekhawatiran 1. Suhu tubuh dalam rentang normal relaksasi yang dipilih
yang samar disertai respon 2. Tingkat pernapasan dalam rentang 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
autonom (sumber sering kai normal distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
tidak spesifik) perasaan takut 3. Tekanan darah sistolik dalam rentang lingkungan yang nyaman, jika
yang disebabkan oleh normal memungkinkan
antisipasi terhadap bahaya. 4. Tekanan darah diastolik dalam 4. Dapatkan perilaku yang menungjukan
Perasaan ini merupakan isyarat rentang normal terjadinya relaksasi, misalnya bernapas
kewaspadaan yang 5. Kedalaman inspirasi dalam rentang dalam, menguap, pernapasan perut, atau
memperingatkan bahaya yang normal banyangan yang menyenangkan
akan terjadi dan memampukan 5. Minta klien untuk rileks dan merasakan
individu melakukan tindakan sensasi yang terjadi
untuk menghadapi ancaman 6. Tunjukan dan praktekan teknik relaksasi
pada pasien
Batasan Karakteristik 7. Evaluasi dan dokumentasikan respon
Perilaku terhadap terapi relaksasi
1. Penurunan produktivitas
2. Mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam peristiwa
hidup
3. Gelisah
4. Kontak mata buruk
Fisiologis
1. Peningkatan keringat
2. Gemetar/tremor
3. Suara bergetar
EVIDENCE BASED PRACTICE

1. EFEKTIFITAS PEMBERIAN EKSTRAK BAYAM TERHADAP


PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA RINGAN
Peneliti : Dheny Rohmatika , Tresia Umarianti
Tahun : 2017
ABSTRAK
Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat
peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk
memenuhi kebutuhan ibu. Salah satu alternatif untuk memenuhi
kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan konsumsi sayuran yang
mengandung zat besi dalam menu makanan. bayam hijau merupakan
salah satu sumber makanan yang mengantung senyawa yang
diperlukan dalam sintesis hemoglobin seperti zat besi dan vitamin B
Komplek. Tujuan Penelitian Membuktikan Pengaruh Pemberian
Ekstrak Bayam Hijau Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Pasien Puskesmas. Metode Penelitian. T-test dependent, T-test
independent. Pengukuran hemoglobin menggunakan alat Hemoglobin
Testing System Quick-Check set. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan
pada 34 responden selama 7 hari. Hasil uji uji paired sample t-test
diperoleh t: 4,716 dan nilai p 0,000 (p< 0,05.Kesimpulan Pemberian
Ekstrak Bayam Hijau secara signifikan mempengaruhi perubahan
kadar Hemoglobin.
Kata Kunci : Bayam Hijau, Kadar Hemoglobin, Ibu Hamil

Dalam memenuhi kebutuhan zat besi, seseorang biasanya


mengkonsumsi suplemen, akan tetapi salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan konsumsi
sayuran yang mengandung zat besi dalam menu makanan. Zat besi
ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus spp.).
Sayuran berhijau daun seperti bayam adalah sumber besi nonheme.
Bayam yang telah dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3 mg/100
gram. menambahkan, kandungan zat besi pada bayam berperan untuk
pembentukan haemoglobin (Fatimah S, 2009).
Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena
merupakan sumber kalsium, vitamin A, vitamin E dan vitamin C,
serat, dan juga betakaroten. Selain itu, bayam juga memiliki
kandungan zat besi yang tinggi untuk mencegah anemia.kandungan
mineral dalam bayam cukup tinggi, terutama Fe yang dapat digunakan
untuk mencegah kelelahan akibat anemia. Karena kandungan Fe dalam
bayam cukup tinggi, ditambah kandungan Vitamin B terutama asam
folat (Rukamana, 2006).
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau
quasy experiment dengan rancangan Randomized pretest and posttest
with control group design. Jumlah populasi 56 orang, jumlah sampel
34 orang. Lokasi penelitian ibu hamil di puskesmas Gambirsari
Surakarta.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan kadar hemoglobin darah sebelum dengan sesudah diberikan
ekstrak bayam hijau dimana dengan menggunakan uji paired sample t-
test diperoleh t: 4,716 dan nilai p 0,000 (p< 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis nol ditolak. Bayam hijau merupakan salah satu
alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan
konsumsi sayuran yang mengandung zat besi dalam menu makanan.
Zat besi ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam
(Amaranthus spp.).
Sayuran berhijau daun seperti bayam adalah sumber besi
nonheme. Bayam yang telah dimasak mengandung zat besi sebanyak
8,3 mg/100 gram. menambahkan, kandungan zat besi pada bayam
berperan untuk pembentukan haemoglobin (Fatimah, 172 Jurnal
Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 2009). Bayam hijau
memiliki manfaat baik bagi tubuh karena merupakan sumber kalsium,
kandungan vitamin pada bayam adalah vitamin A, B2, B6, B12, C, K,
mangan, magnesium, zat besi, kalsium, kalium, dan fosfor. serat, dan
juga betakaroten. Selain itu, bayam juga memiliki kandungan zat besi
yang tinggi untuk mencegah anemia.kandungan mineral dalam bayam
cukup tinggi, terutama Fe yang dapat digunakan untuk mencegah
kelelahan akibat anemia. Bayam hijau mudah diolah menjadi berbagai
macam makanan atau ekstrak herbal yang lebih variatif dibanding
dengan bahan makanan lain mengandung Fe. Kadar besi tersebut dapat
membantu pembentukan hem dan globin dalam tubuh.
2. EFEKTIFITAS TERAPI KOMBINASI JUS BAYAM DAN
TOMAT TERHADAP PENINGKATAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
Peneliti : Novie Merida, Misrawati, Wasisto Utomo
Tahun : 2014
Abstract
The aim of this research is to analize the effectiveness of the
combination of spinach and tomatoes juice therapy towards elevated
levels of hemoglobin for pregnant women with anemia. The research
used quasy experiment design with non-equivalent control group
which is divided into experimental group and control group. The
research was conducted on pregnant women in WKH³3XVNHVPDV
Sail 3HNDQEDUX¥. The sample of this research is taken by using
purposive techniques sampling which is selected based on inclusion
criteria. The instrument of this research used Easy Touch digital levels
of hemoglobin gauges. Data then analyzed into univariate and
bivariate with use independent and dependent sample t test. The results
showed that therapy combination of spinach and tomatoes juice is
effective towards elevated levels of hemoglobin for pregnant women
in anemia with p value (0,013) < . (0,05). The results of this research
recommend every health care to give education and promotion about
complementary therapy for pregnant woment especially combination
therapy of spinach and tomatoes juice.
Key words: anemia, hemoglobin levels, pregnant women, spinach
juice, tomatoes juice.

Anemia pada kehamilan yang paling sering ditemukan adalah


akibat defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berkaitan (Leveno, 2009). Penanganan yang biasanya
2 dilakukan untuk mengatasi anemia pada ibu hamil adalah dengan
memberikan 60 mg tablet Fe dan 50 nanogram asam folat selama
kehamilan (Dinkes Riau, 2011). Terapi zat besi ini dapat
dikombinasikan dengan terapi komplementer yang berasal dari herbal,
dua diantaranya adalah bayam dan tomat.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy
experimental dengan rancangan nonequivalent control-group. Ibu
hamil penderita anemia ringan/sedang yang menyatakan setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini kemudian menjalani screening
untuk menentukan kadar hemoglobin awal, lalu dibagi secara acak
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Sampel pada penelitian ini adalah 30 responden ibu hamil yang
menderita anemia di wilayah kerja Puskesmas Sail Pekanbaru.
Pengambilan sampel 3 menggunakan purposive sampling dengan
kriteria inklusi ibu hamil trimester II dan III yang mengalami anemia
ringan dan sedang dengan kadar hemoglobin 8-10 mg/dl. Responden
juga harus mengonsumsi tablet suplemen besi secara teratur sejak
trimester satu.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
pengukuran langsung kepada responden penelitian untuk melihat
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Kadar hemoglobin pada ibu
hamil diukur berdasarkan pretest dan posttest dengan menggunakan
alat pengukur hemoglobin digital merk Easy Touch. Analisa statistik
yang digunakan melalui dua tahapan yaitu dengan menggunakan
analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji dependent T-
test dan independent T-test.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja
Puskesmas Sail, didapatkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji
t independent diperoleh p (0,013) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean kadar hemoglobin ibu hamil
dengan anemia pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sesudah diberikan terapi kombinasi jus bayam dan tomat sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi kombinasi jus bayam dan
tomat dapat meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil dengan
anemia.

Anda mungkin juga menyukai