Anda di halaman 1dari 6

KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

(Clinical Pathway Anemia Pada Kehamilan)

Disusun Oleh :

Nurul Ainun (1910104078)


Wulandari (1910104079)
Fitri Rahayu (1910104080)
Fitri Handriani (1910104081)
Rahmawati Duwila (1910104082)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
A. LATAR BELAKANG
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar
nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar
nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai
batas diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi. Pada kehamilan
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam
proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematocrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ekspansi
volume plasma dimulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat
sampai minggu ke 37. Penurunan hemaktokrit, konsentrasi hemoglobin, dan
hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan,
dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai ke 22 ketika titik
keseimbangan tercapai. Sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang
terus menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin
sehingga menurunkan kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit
dibawah batas normal, timbulah anemia. Umumnya ibu hamil dianggap
anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl atau hemaktokrit kurang
dari 33%.
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sekitar
75% anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang
memperlihatkan gambaran eritrosit mikro sitikhipokrom pada apusan darah
tepi.
Badan Kesehatan Dunia melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil
yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat
seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Berdasarkan data WHO angka
kejadian anemia pada ibu hamil secara global sebanyak 28-36 juta orang,
sedangkan jumlah anemia tertinggi berada di Asia, yaitu sebanyak 12-22
juta orang, dan yang terendah berada di Oceania atau kawasan di Samudera
Pasifik sekitar 100-200 orang.
Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%
(Riskesdas, 2013). Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85%, prevalensi ini mengalami peningkatan dibanding pada tahun
2011 sebesar 83,3% (Kemenkes RI, 2013).
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dan motivasi
merupakan suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan
sesuatu, dan juga sebagai pemberiarah dalam tingkah lakunya, salah satunya
dengan dorongan seseorang untuk belajar.
Upaya untuk menanggulangi permasalah tersebut perlu diberikan
dukungan kepada ibu hamil dengan cara diberikan poster agar bisa
mengurangi terjadinya anemia pada kehamilan. Keberadaan poster sangat
menarik karena memadukan unsur kata yang singkat dan gambar dalam satu
tempat, sehingga memungkinkan untuk para pembaca agar mudah
membacanya.
B. Anemia Menurut Guidelines
1. Definis anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah defisiensi besi.
Kekurangan zat besi membatasi produksi sel darah merah dan
menyebabkan peningkatan kosentrasi erthyicyte protoporfirin. Dalam
anemia defisiensi besi, bentuk anemia yaitu kekurangan produksi zat
besi, kurangnya transportasi zat besi sehingga mengurangi hemoglobin
(Hb), serum ferritin rendah, saturasi transferin rendah dan peningkatan
konsentrasi eritrosit protoporfirin. Anemia didefinisikan <2 standar
defiasi dibawah rata-rata, namun dalam kehamilan adalah konsentrasi
hemoglobin kurang dari <110 g/l.
Defisiensi besi adalah penyebab paling umum dan bahkan
dinegara maju diperkirakan 30-40% dari anak-anak pra sekolah dan
wanita hamil memiliki deplesi besi. Kerusakan jaringan enzim bahkan
terjadi pada tahap awal dari efek defisiensi besi eritropoiesis dan
signifikan dari defisiensi besi anemia telah dijelaskan pada morbiditas
ibu dan mortalitas, perkembangan janin dan bayi dan hasil kehamilan.
Defisiensi besi dapat menyebabkan morbiditas maternal melalui
efek pada fungsi kekebalan tubuh dengan meningkatkan kerentanan atau
keparahan infeksi.
2. Efek pada janin dan bayi
Janin relatif terlindungi dari efek defisiensi besi oleh peningkatan
regulasi plasenta protein transport besi. Tetapi bukti menunjukkan bahwa
deplesi besi pada ibu meningkatkan resiko defisiensi besi ditiga bulan
pertama kehidupan janin dengan berbagai mekanisme. Gangguan
psikomotor dan atau perkembangan mental pada bayi dengan anemia
defisiensi besi.
3. Efek pada hasil kehamilan
Ibu hamil dengan anemia dapat menyebabkan kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah, plasenta abrubtion dan peningkatan kehilangan
darah peripartum.
4. Diagnosis defisiensi besi
a. Gejala klinis dan tanda-tanda
Gejala klinis dan tanda-tanda anemia pada kehamilan
biasanya non spesifik, kecuali anemia parah. Kelelahan adalah gejala
yang paling umum, pasien nampak pucat, lemah, dan merasakan
sakit kepala, jantung berdebar, pusing, dyspnoea, dan mudah
tersinggung. Defisiensi anemia juga merusak pengaturan suhu dan
menyebabkan wanita hamil merasa lebih dingin dari biasanya.
b. Uji laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dimulai secara rutin dalam
kehamilan dan dapat menunjukkan hb rendah. Untuk menilai
kecukupan zat besi ke jaringan :
1) Serum ferritin
Adalah glikoprotein stabil yang akurat dengan tidak adanya
perubahan inflamasi. Hal ini umumnya dianggap tes terbaik
untuk menilai defisiensi besi pada kehamilan, meskipun ini
adalah fase reaktan akut dan akan naik jika ada infeksi atau
peradangan selama kehamilan. Pada wanita dengan produksi besi
yang memadai pada saat pembuahan, konsentrasi ferritin serum
awalnya naik, diikuti dengan penurunan progresif dengan 32
minggu untuk tingkat sebelum hamil sekitar 50%. Hal ini
disebabkan hemodilusi dan mobilisasi besi. Terjadi peningkatan
pada trimester ketiga. Meskipun tingkat ferritin mungkin
dipengaruhi oleh dilusi plasma kemudian dalam kehamilan,
konsentrasi <15lg/l menunjukan deplesi besi disemua tahap
kehamilan.
2) Serum besi(fe) dan jumlah zat besi yang meningkat (TIBC)
Adalah indikator yang tidak dapat diandalkan ketersediaan zat
besi untuk jaringan karena resiko fluktuasi luas dan factor-faktor
lain seperti : infeksi, transferrin saturasiberfluktuasikarena fariasi
zat besi serum dan dipengaruhi oleh status gizi.
3) Zinc protoporphyrin (ZPP) meningkat ketika ketersediaan zat
besi dan zinc berkurang. Hal ini memberikan indikasi
ketersediaan zat besi untuk jaringan. Serum ZPP memiliki
keuntungan karena tidak dipengaruhi oleh dilusi plasma dan
meningkat pafda trimester ketiga.
4) Larut transferrin reseptor (sTfR) adalah protein transmembren
yang mengangkut zat besi kedalam sel. Konsentrasi yang beredar
dari sTfR sebanding dengan ekspresi seluler dari TFR
membraneassociated dan karena itu memberikan perkiraan yang
akurat dari defisiensi besi. Ada sedikit perubahan dalam tahap
awal produksi zat besi, tetapi sekali defisiensi besi didirikan
konsentrasi sTfR meningkat.
5) Retikulosit konten hemoglobin dan retikulosit. Defisiensi besi
menyebabkan penurunan jumlah retikulosit dan konsentrasi
retikulosit hemoglobin, penggunaan karakteristik seluler
retikulosit memungkinkan sangat awal dan informasi yang
obyektif yang akan dikumpulkan pada aktivitas erythropoietic
pada anemia.
5. Manajemen defisiensi besi
a. Saran diet
Rata-rata asupan zat besi setiap hari dari makanan untuk perempuan
di Inggris sekitar 15% dari zat besi yang diserap. Persyaratan besi
fisiologi 3 kali lebih tinggi pada kehamilan dari pada mereka pada
wanita menstruasi, dengan meningkatnya permintaan seiring
kemajuan kehamilan. Asupan harian yang direkomendasikan (RDA)
dari zat besi untuk kehamilan adalah 30 mg. penyerapan zat besi
meningkatkan tiga kali lipat pada trimester ketiga, dengan
persyaratan besi meningkat 1-2 mg sampai 6 mg per hari. Jumlah
penyerapan zat besi tergantung pada jumlah zat besi dalam diet,
bioavailabilitas dan persyaratan fisiologis. Sumber utama diet zat
besi adalah hemoglobin dan myoglobin dari daging merah, ikan dan
unggas.
b. Suplemen zat besi oral
Zat besi oral adalah cara paling efektif, murah dan aman untuk
menggantikan zat besi. Dosis yang dianjurkan untuk pengobatan
defisiensi besi adalah 100-200 mg sehari. Dosis yang lebih tinggi
tidak harus diberikan, seperti penyerapan jenuh dan efek samping
meningkat. Mengkonsumsi suplemen zat besi per oral dilakukan
pada saat perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan dengan
menambahkan sumber vitamin C seperti jus jeruk untuk
memaksimalkan penyerapan. Resiko terjadi anemia pada ibu hamil
adalah ibu hamil dengan riwayat anemia sebelumnya, kehamilan
ganda, kehamilan berturut-turut dengan interval waktu kurang dari 1
tahun dan vegetarian. Selain itu yang perlu dipertimbangkan
termasuk remaja yang hamil daan wamita yang berisiko tinggi
terjadi perdarahan.
6. Rekomendasi
Semua perempuan harus diberi konseling mengenai diet kehamilan,
termasuk rincian dari besi yang kaya sumber makanan dan factor-faktor
yang dapat menghambat atau mempromosikan penyerapan zat besi dan
mempertahankan zat besi yang memadai dalam kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai