Anda di halaman 1dari 13

JAWABAN HASIL DISKUSI KELOMPOK

PATOFISIOLOGI
“Anemia Defisiensi Besi”

KELAS:
S1 GIZI NONREGULER
JAWABAN KELOMPOK 3 PERTANYAAN DARI
KELOMPOK 1
a. Mengapa anemia pada remaja masih sering terjadi padahal pemerintah telah
gencar melakukan pemberian tablet TTD ke sekolah untuk rematri
Jawaban:
Program TTD pada rematri merupakan sebuah inovasi yang sangat diperlukan,
untuk mengurangi angka anemia pada remaja putri. Pola makan remaja putri
saat ini menyebabkan mereka kekurangan asupan zat besi dan asam folat,
sehingga banyak ditemukan kasus remaja putri yang anemia. Indikator
keberhasilan (outcome) dari program pelaksanaan pemberian TTD yaitu
menurun- nya prevalensi anemia pada kelompok sasaran. Indikator yang dapat
digunakan untuk menilai ke- berhasilan suatu program yakni peningkatan kadar
Hb dan perubahan status anemia.
Namun pada nyatanya, keberhasilan program TTD rematri belum sepenuhnya
dikatakan berhasil di seluruh daerah. Hal ini sejalan dengan hasil riskesdas 2018
rematri anemia mengalami peningkatan menjadi 48.9% dari sebelumnya 37.1%
pada riskesdas tahun 2013. Beberapa kendala yang ditemui diantaranya adalah
pihak sekolah yang menolak pemberian ttd rematri, persetujuan orang tua siswa
yang memperbolehkan anaknya memdapatkan TTD, pemberian TTD yang tidak
terpantau, serta efek samping seperti mual dan tinja berwarna hitam yang
membuat panik rematri. Oleh karena itu, pemberian TTD ini, tidak bisa berjalan
hanya dengan satu pihak saja, namun membutuhkan dukungan dan peran serta
pihak sekolah dan orangtua.

b. Apakah hubungan antara terjadinya kelahiran dini dengan bumil yang anemia
dan kenapa pada trimester 3 hb bumil sering mengalami penurunan
Jawaban:
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-<37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Sampai saat ini mortalitas dan
morbiditas persalinan prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan
maturitas organ pada bayi baru lahir seperti paru, otak, dan gastrointestinal.
Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur diantaranya
faktor ibu, dimana ibu hamil dengan anemia berpotensi mengalami persalinan
prematur.
Anemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kematian ibu melahirkan.
Angka anemia ibu hamil di Provinsi DIY sebesar 20,95%,. Berdasarkan kondisi
pada kabupaten/kota, angka anemia bumil tertinggi yaitu Kabupaten
Kulonprogo 27,58%. Prevalensi ibu hamil anemia di Provinsi DIY ini masih berada
di atas 20%, yang artinya masih di atas nilai ambang batas masalah gizi sebagai
masalah kesehatan masyarakat.
Pada trimester 3 yang terjadi pada umumnya Kurang zat besi, asam folat,
dan vitamin B12 bisa menjadi penyebab rendahnya kadar Hb saat hamil. Hal ini
karena ketiga nutrisi tersebut dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi, asam folat, dan vitamin B12 biasanya disebabkan oleh diet
dan pola makan yang kurang sehat selama kehamilan.
Pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr/dl pada trimester II
( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun
atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50
sampai dengan 11,00 gr/d.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irmawati menunjukkan bahwa ibu hamil
dengan anemia berisiko sebesar empat kali untuk melahirkan prematur. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi dan hipoksia kronis yang dapat
menginduksi stress pada maternal dan janin. Respon stres ini memicu pelepasan
hormon kortisol. Kortisol akan mengaktifkan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal
maternal ataupun janin. Melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal janin, maka
Corticotropin Releasing Hormon (CRH) akan terbentuk lebih banyak. CRH
memegang peranan dalam jalur persalinan secara umum. Semua mekanisme ini
akan menyebabkan pendataran serviks, kontraksi miometrium, sehingga akan
menginduksi persalinan dini atau prematur.
JAWABAN KELOMPOK 4 PERTANYAAN DARI
KELOMPOK 2

a. Pada penderita apa suplemen Fe tidak boleh diberikan dan sebutkan alasannya
Jawaban:
Pada pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi
COVID-19, disebutkan bahwa ibu hamil yang terkonfirmasi positif COVID 19 atau
pasien PDP, tidak diberikan obat tambah darah/Fe dikarenakan dapat
memperburuk komplikasi akibat COVID-19. Salah satunya penyebabnya adalah
adanya disregulasi zat besi yang terjadi saat terinfeksi SARS CoV-2 penyebab
COVID-19.

b. Berapa lama proses pembentukan hemoglobin dari asupan Fe dan berapa lama
hemoglobin berfungsi dalam tubuh, jelaskan!
Jawaban:
Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah atau eritrosit yang berfungsi
untuk memberi warna pada eritrosit dan mengikat oksigen di dalam darah. Kadar
hemoglobin pada setiap orng berbeda-beda, pada laki-laki kadar Hb sekitar 14
hingga 18 dan perempuan 12 hingga 16.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya Hb dalam tubuh,


diantaranya perdarahan, kurangnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Ada
pula keadaan yang membuat Hb menjadi tinggi, diantaranya penyakit paru,
pebyakit jantung, dehidrasi dan penyakiit sumsum tulang belakang.

Untuk pembentukan Hb tergantung dari pembentukan sel darah merah,


pembentukan sel darah merah berada di daerah sumsung tulang belakang.
Apabila tulang belakang berfungsi baik maka pembentukan sel darah merah dan
eritrosit membutuhkan waktu sekitar 5-9 hari, dan umur sel arah merah dan Hb
adalah sekitar 120 hari.

Ada beberapa jenis makanan untuk membantu proses pembentukan sel darah
merah dan Hb, yaitu :

1. Daging sapi
2. Daging ayam
3. Hati
4. Kedelai
5. Nasi merah
6. Gandum
7. Jeruk
8. Strawberry
JAWABAN KELOMPOK 5 PERTANYAAN DARI
KELOMPOK 3
a. Pada slide 15, menyatakan pada wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis
dibawah 20 ug/l selama trimester II dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan
suplemen zat besi. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Lalu haruskah setiap ibu hamil
dilakulan venofer setiap hamil saat trimester II dan III karna serum feritinnya pasti
rendah?
Jawab :
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini
diperlukan untuk :
• ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
• ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
• ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal/ sel darah
merah.
• ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
• ± 200 mg lenyap ketika melahirkan Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500
kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg
yang di absorpsi. jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat
besi dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang
diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu. Besarnya
angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II
sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%.4 Hal ini disebabkan karena pada
trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga
ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen
dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah
harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan,
perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan,
wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan
kondisi tidak hamil.
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui
tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 ug per Kg berat badan per
hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa dan 0,8 mg bagi
wanita dewasa. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil berbeda pada setiap umur
kehamilannya, pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada
trimester III.
Kebutuhan akan zat besi sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan
zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun
makanan yang dimakan cukup baik kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi tinggi,
namun zat besi juga harus disuplai dari sumber lain agar supaya cukup.Penambahan
zat besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg, karena mutlak dibutuhkan untuk janin,
plasenta dan penambahan volume darah ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat
dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang
diserap. Tetapi bila simpanan zat besi rendah atau tidak ada sama sekali dan zat besi
yang diserap dari makanan sangat sedikit maka, diperlukan suplemen preparat besi.
Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau
kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :

 Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)


ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
 Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.
 Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah
merah 150 mg dan conceptus 223 mg

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prof. Alfa Kriplani mengenai penggunaan zat
besi sukrosa intravena penelitian prospektif pada wanita hamil dengan anemia
defisiensi besi (hemoglobin antara 5-9 g%) yang menghadiri rumah sakit perawatan
tersier di India utara untuk mengevaluasi respon serta efek dari senyawa intravena
(iv) besi sukrosa (ISC) dalam perbaikan status hemoglobin dan parameter lainnya. Hal
ini menunjukkan kenaikan kadar hemoglobin yang signifikan dan toleransi yang baik
pada ibu hamil (Kriplani, 2012). Dalam penelitian tersebut, untuk menilai dan
membandingkan efikasi dua dan tiga dosis sukrosa besi intravena dengan terapi besi
oral, ada frekuensi yang lebih tinggi dari responden (Hb> 11g%) pada kelompok
intravena (75 vs 80%). Ada perbedaan yang signifikan dari cadangan besi sebelum
melahirkan (feritin> 50 mg / l) dalam kelompok dengan tiga dosis besi intravena
dibandingkan dengan kelompok besi oral .
Infus venofer akan dilakukan apabila sudah harus mengejar HB dalam waktu singkat
agar tidak harus melakukan transfusi darah

b. Pola makan yang seperti apa yang bisa diterapkan untuk ibu hamil agar terhindar
dari anemia?

Jawab :
Pola makan yang baik selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi
permintaan khusus karena hamil, serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan
bayi. Pola makan sehat pada ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil harus memiliki jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air (Manuaba, 2012).
Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebiasaan, kesenangan, budaya,
agama, taraf ekonomi dan alam. Sehingga faktor-faktor yang mengalami pola makan
ibu hamil tersebut berpengaruh pada status gizi ibu.

Ibu hamil juga dianjurkan untuk mengonsumsi beragam makanan yang diolah dari
empat jenis pokok makanan, yaitu: beras atau alternatif penggantinya, buah-buahan,
sayur-mayur, dan daging atau alternatif penggantinya. Makanan yang dikonsumsi
setiap harinya haruslah terdiri dari empat macam panganan ini. Hal ini disebabkan
karena masing-masing golongan makanan ini mengandung nutrisi yang berbeda-
beda, contohnya: daging serta alternatif penggantinya mengandung protein, namun
tidak mengandung vitamin C yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dengan jeli
memilih variasi makanan yang dibutuhkan maka kita dapat memastikan jika
makanan yang kita konsumsi mengandung nutrisi yang seimbang (Keisnawati, dkk,
2015)
JAWABAN KELOMPOK 6 PERTANYAAN DARI
KELOMPOK 4
a. Kekurangan gizi adalah salah satu penyebab umum dari anemia. Jelaskan
kaitannya kekurangan gizi dengan pola makan yang buruk yang memicu
terjadinya anemia?
Jawaban:
Anemia bisa disebabkan oleh berbagai penyebab, antara lain karena perdarahan
hebat, kecelakaan, persalinan, wasir, sampai pembedahan. "Selain itu anemia
bisa juga disebabkan oleh karena kekurangan berbagai vitamin dalam tubuh,".
Kurangnya beberapa kandungan zat gizi mikro dalam tubuh, seperti vitamin B12,
zat besi, asam folat, sampai yodium, juga bisa menjadi penyebab berkembangnya
penyakit anemia. Oleh karena itu, anemia boleh dibilang menjadi pertanda
bahwa Aseseorang menderita kekurangan gizi. Gejala yang ditimbulkan antara
lain rasa lelah, mata berkunang-kunang, pusing, sulit berkonsentrasi, kelopak
mata, bibir, dan kulit menjadi pucat. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan
gizi harus diatasi secepatnya, karena jika tidak, semakin lama gizi yang
dibutuhkan akan semakin bertambah banyak dan terakumulasi semakin besar.
Akibatnya, penyakit ini akan menjadi penyakit kekurangan gizi akut atau bahkan
menjadi gizi buruk. "Jangan sepelekan anemia, sebaiknya atasi sesegera mungkin
sehingga memiliki status gizi dan kecukupan gizi yang baik," dan disarankan
untuk segera memenuhi asupan vitamin yang dibutuhkan, terutama zat besi, dan
asam folat.

b. Apakah ada langkah-langkah terapi atau diet pada kasus anemia?


Jawaban:
untuk diet pada kasus anemia mengggunakan diet TKTP serta mengedukasi gizi
seimbang, berikut Diet Sehat Untuk Penderita Anemia

1. Bayam

Bayam merupakan makanan yang sangat terkenal dapat mencegah anemia.


Bayam kaya akan kalsium, vitamin A, B9, E dan C, zat besi, serat dan beta
carotene. Bayam dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara
keseluruhan. Sekitar ½ cup bayam mengandung 3,2 mg zat besi ( 20% kebutuhan
zat besi pada tubuh wanita).
Tambahkan jumlah bayam dalam salad yang Anda konsumsi, dapat pula
dimakan bersama sayuran hijau lain seperti seledri, brokoli, kale untuk mencegah
anemia. Makan satu mangkuk salad sayuran setiap harinya untuk melawan
anemia.
Bayam juga dapat direbus atau dijadikan sayur bayam.

2. Buah Bit/ Umbi Merah


Buah bit mengandung zat besi yang dapat membantu memperbaiki dan
membuat sel darah merah. Dengan menambahkan buah bit dalam diet Anda
dapat mengatasi anemia.
Buah bit dapat dicampur dengan sayuran lain (baik yang berdaun maupun
tidak seperti wortel, tomat, dan lain sebagainya) untuk membuat salad.
Cara lain untuk menikmati buah bit adalah dengan membuatnya menjadi jus.

3. Daging Merah

Zat besi banyak ditemukan di daging sapi, kambing dan daging merah lainnya. Zat
besi yang dikandung adalah zat besi heme yang mudah sekali diserap oleh tubuh.
Bagian hati pada daging merah mengandung zat besi yang tinggi. Hati sapi
mengandung 600 % kebutuhan harian zat besi. Daging merah juga merupakan
sumber vitamin B12.
Konsumsi daging merah setidaknya 2 hingga 3 kali dalam seminggu untuk
melawan anemia

4. Selai Kacang/ Kacang-kacangan

Selai kacang kaya akan zat besi. Tambahkan selai kacang dalam menu makanan
Anda. Bila Anda tidak menyukai rasa selai kacang, Anda dapat mengonsumsi
kacang-kacangan lainnya dalam bentuk dimasak atau dipanggang untuk melawan
anemia. Dua sendok makan selai kacang mengandung 0,6 mg zat besi. Tapi hati-
hati ya sebelum mengonsumsi kacang pastikan Anda tidak memiliki alergi
terhadap kacang.
Anda dapat mengonsumsi selai kacang saat sarapan di pagi hari bersama
dengan roti. Tambahkan pula jus jeruk agar penyerapan zat besi lebih mudah.

5. Tomat

Vitamin C dan lycopene merupakan kandungan utama dalam tomat. Vitamin C


yang terdapat di dalam tomat dapat membantu penyerapan zat besi. Selain itu
tomat juga kaya akan beta karoten dan vitamin E tang dapat membantu
melembabkan kulit dan rambut, serta menjaga kesehatan mata.

Tomat dapat diikonsumsi mentah, dimasukkan dalam masakan ataupun dibuat


jus.

6. Telur

Terlur kaya akan protein dan antioksidan yang dapat membantu penyimpanan
vitamin di dalam tubuh ketika sedang mengalami anemia. Satu buah telur ukuran
besar mengandung sekitar 1 mg zat besi.
Telur dapat direbus ataupun digoreng. Tambahkan telur dalam menu sarapan
untuk meningkatkan vitamin dalam tubuh.

7. Buah Delima

Buah delima terkenal mengandung zat besi dan vitamin C. Buah delima
membantu memperbaiki aliran darah di dalam tubuh dan juga efektif
mengurangi gejala anemia seperti lemas, pusing, lelah.

8. Kacang Kedelai

Kacang kedelai kaya akan zat besi. Kacang kedelai mengandung rendah lemak
dan tinggi protein, sehingga merupakan salah satu pilihan makanan bagi orang
yang ingin menurunkan berat badan.

9. Roti Gandum

Roti gandum merupakan sumber zat besi non-heme. Sepotong roti gandum
mengandung sekitar 6% kebutuhan harian zat besi. Anda dapat mencoba untuk
mengganti roti putih Anda dengan roti gandum.

10. Hidangan Laut

Ikan juga dapat mencegah anemia karena mengandung zat besi. Salmon, tuna,
kerang kaya akan zat besi.

Konsumsi setidaknya 3x/minggu hidangan laut untuk mencegah anemia

11. Madu

Madu sangatlah bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Madu mengandung zat besi,
sekitar 0,42 mg zat besi dalam 100 gram madu.

Tambahkan satu sendok makan madu ke dalam segelah jus lemon di pagi hari
(saat perut kosong) untuk membantu menambah daya tahan tubuh dan
melawan anemia

12. Kurma, Buah Sitrus, Apel

Kurma, apel dan buah sitrus (jeruk, lemon) mengandung vitamin C yang dapat
membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
JAWABAN KELOMPOK 1 PERTANYAAN DARI
KELOMPOK 5

a. Bagaiamanan kondisi infeksi kronis dapat menyebab kekurangan zat besi


(anemia)?
Jawaban:
Penyakit kronis dapat menyebabkan perubahan sel darah merah, sel darah
pembawa oksigen yang dibuat oleh sumsum tulang. Perubahan ini menyebabkan
sel darah merah lebih cepat mati dan memperlambat produksinya.
Pada anemia penyakit kronis, zat besi yang biasanya didaur ulang dari sel darah
merah lama untuk membantu membuat sel darah merah baru disimpan dalam
sistem sel yang disebut makrofag.
Ini membatasi jumlah zat besi yang tersedia untuk membantu membuat sel
darah merah baru. Selain itu, cara zat besi dimetabolisme (metabolisme adalah
serangkaian reaksi kimia terorganisir yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
bertahan hidup) di dalam sel juga mengalami gangguan.

b. Bagaimana pengaturan pola konsumsi yang tepat pada vegetarian agar tidak
berisiko tinggi terhadap defisieni zat besi ?
Jawaban:
Banyak sayuran yang dapat menggantikan zat besi untuk kebutuhan nutrisi
Beberapa di antaranya:
1. Bayam
Bayam nyatanya mengandung zat besi yang cukup tinggi, sehingga bisa
menggantikan zat besi yang tidak kamu dapatkan dari produk hewani. 100 gram
bayam mengandung 2,7 miligram zat besi.

2. Brokoli

Sayuran lainnya adalah brokoli. Selain mengandung zat besi yang cukup tinggi,
nyatanya brokoli juga mengandung banyak vitamin. Seperti vitamin K,
magnesium, dan vitamin C.

3. Kacang-kacangan
dalam 100 gram kacang-kacangan mengandung 3,3 miligram zat besi. Tidak
hanya mencukupi kebutuhan zat besi , kacang juga memiliki serat yang tinggi
sehingga baik untuk pencernaan Kacang juga mengandung potasium dan protein
yang sangat tinggi.
Penyakit anemia nyatanya bisa dicegah, tapi tergantung penyebab anemia
tersebut. Jika penyebab anemia karena kekurangan zat besi dan kekurangan
nutrisi, asupan nutrisi masih bisa diganti dengan produk lain. Namun, jika
anemia disebabkan oleh penyakit lain atau kelainan darah, tentu hal ini harus
segera didiskusikan dengan dokter.
Bagi yang menjalani gaya hidup vegetarian, perlu diingat, bahwa zat besi yang
berasal dari produk hewani akan lebih cepat diserap oleh tubuh dibandingkan
dengan produk lainnya. Jadi, sebaiknya konsumsi rutin makanan yang sehat dan
mengandung nutrisi serat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Dengan begitu, akan
terhindar dari penyakit anemia

selain itu mengonsumsi beberapa buah yang mengandung vitamin C. Vitamin C


akan membantu tubuh kamu mempercepat penyerapan zat besi, seperti tomat,
jeruk, mangga, dan stroberi.
JAWABAN KELOMPOK 2 PERTANYAAN DARI
KELOMPOK 6
a. Mohon dijelaskan kehilangan besi karena infeksi cacing
Jawaban:
Infeksi kecacingan dapat menyebabkan perdarahan kronik dengan menempel
pada dinding usus dan memakan jaringan dan darah. Kehilangan darah terjadi
karena dimakan oleh cacing dan karena perdarahan mukosa yang rusak (Chiwille,
2001).
Teori yang terdapat dalam Chiwile (2001) ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Raspati (2010) yaitu kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi
0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg besi) dapat
mengakibatkan keseimbangan negatif besi.
Kehilangan darah pada anak sekolah disebabkan oleh infestasi cacing
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) yang menyerang usus halus
bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.
Begitu pula dengan Gibney (2008) yang menyatakan bahwa di negara tropis,
infeksi cacing tambang merupakan penyebab utama kehilangan darah melalui
saluran cerna yang turut menimbulkan defisiensi besi pada anak dan orang
dewasa.

b. apa yang dimaksud dengan anemia aplastik dan siapa saja yang beresiko
anemia aplastik?
Jawaban:
Anemia aplastik adalah salah satu jenis kelainan darah yang disebabkan oleh
kegagalan sumsum tulang utk menghasilkan sel darah.
Pada kondisi ini, sumsum tulang tdk dpt memproduksi salah satu atau seluruh sel
darah, termasuk sel darah merah, sel darah putoh dan platelet.
Kasus anemia aplastik di Indonesia sangat jarang ditemukan (sangat langka) yaitu
kurang dari 15 ribu kasus pertahun.
Adapun gejalanya membutuhkan diagnosis medis: gejala dpt berkembang
perlahan atau tiba-tiba, seperti kelelahan, sering infeksi, detak jantung cepat dan
perdarahan juga bisa terjadi.

Faktor Risiko Anemia Aplastik yaitu :


1. Berasal dari wilayah Asia.
2. Usia 20-25 tahun
3. Memiliki kelainan sistem imun
4. Mengidap kanker
5. Menjalani terapi Radiasi atau Kemoterapi
6. Terpapar lama zat kimia berbahaya

Anda mungkin juga menyukai