TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
a. Pengertian
Anemia atau yang sering disebut dengan kurang darah adalah kondisi
dimana berkurangnya sel darah merah (ertrosit ) dalam sirkulasi darah atau
pembawa oksigen keseluruh jaringan tubuh (Yuli reni & Ertina Dwi, 2018).
<11,5 g/dl pada awal kehamilan mungkin perlu diberikan obat profilaktik
kehamilan. Anemia terjadi pada 1/3 dari perempuan selama trimester ketiga
(Proverawati, 2011).
orang, dimana dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku
dengan istilah anemia gizi besi. Ibu hamil yang umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
b. Etiologi
Penyebab umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat
besi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit antara lain Vitamin B12 dan
asam folat. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada
kunjungan pertama kehamilan. Bahkan jika tidak mengalami anemia pada
saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan.
Adapun penyebab anemia antara lain:
1) Menurut Rustam (2013), penyebab anemia dalam kehamilan pada
umumnya :
1) Kurang asupan zat gizi (malnutrisi)
2) Kurang asupan zat besi dalam tubuh sehingga membantu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam tubuh.
3) Malabsorbsi.
4) Penyakit-penyakit kronik: TBC, Paru, Cacing usus, malaria, dan
lain-lain.
Anemia pada ibu hamil yang juga dapat disebabkan oleh penyakit
malaria/hemolitik serta cacing tambang, apabila hal ini terjadi pada
wanita hamil maka cacing yang berada di dalam usus selain menghisap
darah dan menyebabkan anemia juga keadaan anemia sendiri
menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga para
penderita yang mengalami kekurangan darah (anemia), keadaan
penyakit ini sering terlupakan oleh tenaga kesehatan karena masih
melihat penyebab lain. (Menkes RI, 2006).
2) Menurut Thomson et al., 2011 penyebab anemia antara lain.:
1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan antara lain:
a) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang
berasal dari hewani (seperti: ikan, daging, hati, dan ayam).
b) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau
tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang
bisa diserap dengan baik oleh usus.
d. Klasifikasi Anemia
Pada wanita yang sedang tidak hamil nilai normal hemoglobin 11-
14gr/dl. Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, oleh karena itu
pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama
pengawasan antenatal. Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb
yang kurang dari normal dan berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin. Secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan
menjadi beberapa yaitu:
1) Anemia defisiensi besi
besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
Semakin muda ibu hamil, maka semakin tinggi risiko untuk terjadinya
anemia. Hal ini di dukung oleh peneliti Thomson et al. (2011) di USA
bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa
tersebut remaja membutuhkannnya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika
hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar. Sedangkan ibu hamil diatas 35
tahun cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh
turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.
2) Usia Kehamilan
dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sampai hari dilakukan perhitungan umur
Ibu hamil pada trimester pertama dua kali lebih mungkin untuk mengalami
anemia dibandingkan pada trimester kedua. Demikian pula ibu hamil di trimester
ketiga hampir tiga kali lipat cenderung mengalami anemia dibandingkan pada
trimester kedua. Anemia pada trimester pertama bisa disebabkan karena kehilangan
minggu. Sementara di trimester ke-3 bisa disebabkan karena kebutuhan nutrisi tinggi
untuk pertumbuhan janin dan berbagi zat besi dalam darah ke janin yang akan
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat. Pendidikan akan membentuk pola pikir yang baik
dimana ibu hamil akan lebih mudah menerima informasi sehingga dapat
terbentuk pengetahuan yang memadai. Pengetahuan tersebut dapat
digunakan ibu hamil sebagai dasar bagi ibu untuk berperilaku mencegah
dan mengatasi anemia. Pendidikan juga menigkatakan kesdaran ibu hamil
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam rangka memantau
kesehatan kehamilannya. Seperti yang dijelaskan oleh Chrispinus et al
(2014) yang menjelaskan bahwa dengan pendidikan dapat membantu
sesorang/ibu hamil untuk dapat menerima masukan-masukan positif yang
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil sehingga dapat berperilaku hidup
sehat.
Dalam penelitian ini juga dijelaskan pendidikan yang rendah dapat
mengakibatkan sesorang lebih mempercayai budaya atau mitos-mitos
sehingga menyebabkan pemilihan jenis makanan. Hal ini akan berdampak
kekurangan nutrisi seperti defisiensi zat besi maupun asam folat.
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2013, jenjang pendidikan
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiya (MTs), atau bentuk lain yang
(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
universitas.
4) Paritas
Paritas ditandai dengan jumlah beberapa kali ibu melahirkan seorang anak
baik itu lahir hidup maupun lahir mati. Pada ibu yang multipara yaitu telah
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ibu yang memiliki paritas tinggi
anemia, hal ini menunjukan bahwa semakin sering ibu itu melahirkan
5) Jarak kehamilan
dekat kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan masalah dan komplikasi baik
untuk ibu maupun janin. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat
beresiko terjadi anemia dalam kehamilan, hal ini disebabkan cadangan zat besi
ibu hamil belum pulih akibat kehamilan sebelumnya akhirnya terkuras untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin
Jarak kelahiran yang terlalu dekat juga dapat memicu pengabaian pada anak
pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu
2011).
Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi
pada janinya secara optimal sehingga janin sangat resiko terjadinya gangguan
kematangan atau kematuran organ- organ tubuh janin dan resiko terjadinya
aman, sehat, dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting menurunkan
menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki
Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang tidak
hamil karena ada janin yang tumbuh dan berkembang di dalam rahimnya.
Kebutuhan makanan perlu dilihat bukan hanya dalam konteks porsi saja, melainkan
harus ditentukan pula berdasarkan mutu zat- zat gizi yang terkandung di dalam
makanan yang dikonsumsi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral,
serta kecukupan dalam asupan cairan. Salah satu masalah gizi masyarakat yaitu
kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya asupan gizi bagi tubuh
khususnya ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang cukup untuk dirinya
sendiri maupun janinnya. Bagi ibu hamil, kualitas maupun kuantitas makanan yang
biasanya cukup untuk kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan energi
agar janin bertumbuh dengan baik. Kualitas dan kuantitasnya perlu ditingkatkan
melalui pola makan dengan kebiasaan makan yang baik. Pola makan dan kebiasaan
makan yang baik adalah menu seimbang dengan jenis bervariasi, contohnya
kecukupan kalori (Ertiana et al., 2016). Asupan kalori selama kehamilan sebaiknya
ditambah pada kisaran 300-400 kkal perharinya. Sebanyak 55% kalori dapat
diperoleh dari seumber umbi-umbian serta nasi sebagi sumber karbohidrat, lemak
nabati maupun hewani dipenuhi sebanyak 35%, kebutuhan protein mencapai 10%,
serta dilengkapi dengan sayuran dan buahan. Sriwahyuni et all. (2013) menyatakan
bahwa bagi ibu hamil, kekurangan asam folat dapat menyebabkan meningkatnya
risiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu dan pucat bahkan berpeluang
menyebabkan keguguran.
Anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis
(LLA< 23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang bergizi baik. Hal
tersebut mungkin terkait dengan efek negatif kekurangan energi protein dan
penyimpanan zat besi dan nutrisi hematopoietik lainnya (asam folat dan
Ibu hamil dengan KEK pada umumnya akan mengalami anemia lebih
banyak dibandingkan ibu hamil tidak mengalami anemia. Hal ini karena
dalam hal ini Kemnkes RI adalah dengan program pemberian Tablet Tambah
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg.
Program tersebut bertujuan untuk mencegah dan menangani anemia pada ibu
hamil, tetapi masih banyak ibu yang menderita anemia, hal itu mungkin
efektifan tablet Fe sangat tergantung dari ketaatan dan keteraturan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh peran
selama kehamilan.
9) Pekerjaan
hal ini yang menjadi dasar seseorang mudah mengalami keluhan dan
10)Sumber Informasi
diperoleh dari kepustakaan atau dokumen lainnya, bisa juga diproleh dari
jika informasi yang diberikan terbatas dan tidak ada kerjasama yang baik
dengan ibu hamil maka ibu hamil tersebut memperoleh informasi yang
tentang tablet Fe. Jika ibu hamil tersebut memiliki informasi kurang maka
kemampuan untuk menciptakan pemikiran, hal yang baru, ide, kreatifitas, dan
isu yang terbaru akan sulit diaplikasikan dengan baik. Oleh sebab itu peran
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
f. Hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari untuk mencegah anemia, Antara
lain:
1) Makan makanan yang bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang kaya zat besi
dan asam folat setiap hari. Adapun contoh makanan yang mengandung zat besi
misalnya daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang,
makanan laut seperti ikan, cumi, kerang dan udang yang dimasak matang,
sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung, kacang polong, produk susu yang
buncis, lobak hijau atau selada), keluarga jeruk, alpukat, pepaya, pisang, kacang-
kacangan (kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau), biji
zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Suplemen bisa diminum di pagi hari atau
selama kehamilan agar dapat selalu terkontol kadar HB dan Deteksi dini penyulit
Menurut Menkes RI (2012) tablet zat besi diberikan kepada ibu hamil sesuai
dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu:
1) Dosis pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya
yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat)
berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai
pemberian pada waktu pertama kali ibu memeriksakan kehamilannya
(K1).
2) Dosis pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb 11 gr/dl) dengan pemberian
menjadi 2 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya.
3) Cara Mengkonsumsi Tablet Zat Besi
Setiap tablet setara 200 mg ferrosulfat. Selama kehamilan
minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan
diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Cara
mengkonsumsi tablet fe yaitu:
a) Pemberian tablet tambah darah lebih bisa ditoleransi jika
dilakukan pada saat sebelum tidur malam.
b) Pemberian tablet tambah darah harus dibagi serta
dilakukan dengan interval sedikitnya 6-8 jam, dan
kemudian interval ini ditingkatkan hingga 12 atau 24 jam
jika timbul efek samping.
c) Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan
sekaligus tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini
menunjukan perlu mengubah (menurunkan dosis) zat besi
dengan segera.
d) Minum tablet zat besi setelah makan atau pada saat
makan selain dapat mengurangi gejala mual yang
menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat
besi yang di absorpsi ( Dinkinson, 2014).
i. Faktor Lain yang mempengaruhi Kejadian Anemia
Meskipun penyebab utama kejadian Anemia adalah nutrisi yang tidak adekuat ,
Penyebab lain yang mungkin berhubungan dengan anemia secara tidak langsung adalah
politik, ekonomi, ekologi, iklim, dan geografi yang mempengaruhi pendidikan, kesejahteraan
(pekerjaan dan kondisi ekonomi), dan norma budaya dan perilaku. Selain itu faktor laen
yang juga memicu terjadinya anemia selama kehamilan adalah kualitas pelayanan Antenatal
Care (ANC). Pengetahuan dan persepsi ibu hamil ini merupakan salah satu faktor
untuk mengatasi gejala anemia. Pada dasarnya pengetahuan ibu hamil penting karena
miskin meningkatkan risiko anemia hingga 5 kali lipat dan 6 kali lipat.
Selain itu, kepercayaan budaya juga mempengaruhi ibu hamil yang menderita
dipengaruhi oleh tradisi yang selama ini dipercaya. Selain itu, banyak makanan seperti
daging, nanas, pepaya, sate, dan kepiting yang tidak dikonsumsi ibu hamil Indonesia
harus membatasi konsumsi sayuran berdaun hijau, yogurt, keju, dan tebu selama
kehamilan; masyarakat percaya bahwa ibu hamil harus membatasi konsumsi buah,
sayuran, daging, dan telur, Jika pantangan dilanggar, para wanita percaya bahwa
bayinya akan terpengaruh. Tenaga Kesehatan dalam hal ini perawat-bidan sebagai
tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan ibu hamil memiliki peran
penting dalam mengubah persepsi mereka terkait pantangan makanan yang diyakini.
Perawat-bidan dapat memberikan informasi kepada ibu hamil tentang manfaat
mengkonsumsi makanan bergizi bagi dirinya dan bayi yang dikandungnya. Perawat-
bidan juga dapat memasukkan unsur budaya seperti anjuran adat yang menganjurkan
ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang baik, bergizi, dan dalam porsi yang
cukup. Jika dilaksanakan secara efektif, tindakan ini dapat mengubah persepsi ibu hamil
Suami dan keluarga pun memainkan peran penting dalam mendukung ibu hamil
merupakan individu yang memiliki peran penting sebagai penentu perilaku ibu hamil
zat besi di tengah masa kehamilannya, sehingga mereka membutuhkan key person
tersebut, untuk memastikan kepatuhan konsumsi tablet besi (D.Damayanti, dkk, 2020)
Selain itu, penyakit infeksi juga dapat memengaruhi terjadinya anemia. Penyakit
infeksi tersebut antara lain kecacingan, malaria, tuberkulosis, AIDS, infeksi yang
menyebabkan gangguan penyerapan usus halus, dan sebagainya. Penyakit infeksi tersebut
dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah dan beberapa diantaranya
mengakibatkan kehilangan darah yang pada akhirnya menjadi anemia. Kehilangan darah
juga disebabkan oleh kelainan hemoglobin genetik seperti talasemia dan anemia sel sabit
dimana sel darah merah pecah sebelum waktunya sehingga menimbulkan anemia.
10
A. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian kajian pustakan tersebut di atas, maka dapat digambarkan kerangka
faktor predisposisi
a. Usia Ibu Hamil
b. Usia Kehamilan
c. Paritas
d. Pekerjaan
e. Jarak Kehamilan
f. Status KEK
g. Pemberian Tablet Tambah Darah
h. Asupan Nutris / Pola Makan Sehari hari
ANEMIA
faktor Enabling
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Sumber Informasi (Sarana dan Prasarana)
d. Sikap/Persepsi
e. kepercayaan/Keyakinan
f. Nilai dan Tradisi
Sumber: Morgan, et, al (2009)
g. Kelainan Genetik Hemoglobim
Gambar 2.1
Kerangka Teori
B. Kerangka Konsep
Jarak Kehamilan, Status KEK, Status Pemberian Tablet Tambah Darah. Variabel-
tersebut diduga mempengaruhi kejadian KPD dan dapat diukur penilaiannya pada
ibu yang mengalami KPD dan dijadikan sebagai sampel penelitian ini.
Berikut ini adalah bagan kerangka konsep yang disajikan oleh penulis
a. Usia
b. Paritas
c. Pendidikan
KPD
d. Pekerjaan
e. Jarak Kehamilan
f. Status KEK
g. Satatus Pemabrian TTD
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara Usia Ibu hamil dengan kejadian Anemia di wilayah
2. Ada hubungan antara Paritas Ibu hamil dengan kejadian Anemia di wilayah
3. Ada hubungan antara Pekerjaan Ibu hamil dengan kejadian Anemia di wilayah
6. Ada hubungan antara Status KEK dengan kejadian Anemia di wilayah kerja