PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
dibawah 11 gr% padatrimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2005). Hb mempunyai fungsi untuk transportasi oksigen dan nutrisi ke
jaringan seluruh tubuh. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi,
kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah.Anemia dalam kehamilan dapat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas.Prevalensi anemia
yang tinggi dapat berakibat negatif pada kehamilan seperti adnya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin, kurangnya oksigen dan nutrisi yang dibawa ke
tubuh maupun otak. (Saifuddin, 2005)
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak nomor tiga di dunia.
Kanker servik disebut juga "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit
dideteksi. Perjalanan dari infeksi virus menjadi kanker membutuhkan waktu cukup
lama, sekitar 10-20 tahun. Proses ini seringkali tidak disadari hingga kemudian sampai
pada tahap pra-kanker tanpa gejala. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat
ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker
yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun
terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dan setiap satu jam seorang wanita
meninggal karena kanker ini Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan
kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita
kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu berbahaya? Pasalnya,
kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga
penyakit telah mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pengertian kanker serviks
mutlak dipahami oleh kaum wanita di Indonesia.
Mioma Uteri merupakan tumor jinak dari otot rahim. Jumlah penderita mioma
uteri ini sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak menimbulkan keluhan
sehingga penderita tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Sampai saat ini belum
diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial.
Secara umum angka kejadian mioma uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi pada
wanita berusia di atas 35 tahun. Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak
mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu
tumor dalam uterus.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Anemia,Kanker Serviks dan Mioma uteri?
2. Apa penyebab terjadinya Anemia,Kanker Serviks dan Mioma uteri ?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya Anemia,Kanker Serviks dan Mioma uteri?
4. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya Anemia,Kanker Serviks dan Mioma
uteri?
5. Apa saja komplikasi terjadinya Anemia,Kanker Serviks dan Mioma uteri ?
6. Bagaimana penatalaksaan terjadinya Anemia,Kanker Serviks dan Mioma uteri ?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa
tentang hal hal apa saja yang perlu dipahami mengenai Anemia,Kanker Serviks dan
Mioma uteri, memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit Anemia,Kanker
Serviks dan Mioma uteri, dan juga sebagai bahan diskusi dan penilaian kelompok bagi
mahasiswa, serta lain lain yang bisa berdampak positif bagi penulis dan para pembaca
yang utamanya ditujukan untuk para kaum wanita di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah penyakit yang ditandai oleh rendahnya kadar hemoglobin (HB)
dalam darah sehingga mengakibatkan fungsi dari HB untuk membawa oksigen
keseluruh tubuh tidak berjalan dengan baik. Anemia dalam kehamilan yang paling
sering dijumpai anemia gizi besi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya supan zat besi
dalam makanan karena gangguan resorpsi . gangguan penggunaan atau pendarahan.
Persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi indonesia karena kekurangan
zat besi memainkan andil besar terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia
indonesia ( sutaryo. 2006 )
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil terutama dalam tm III
dan melahirkan. Darah bertambah banyak dalam kehamilan (hipervolemia) akan tetapi
bertambahnya sel darah masih kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma
sehingga terjadi pengenceran darah. Akibatnya pada waktu persalinan banyaknya unsur
besi yang hilang , sehingga unsur besi lebih sedikit dibandingkan bila dara ibu kental.
Karena alasan tersebut, setiap ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi suplemen zatt
besi (hanifa wiknjosastro 1999).
2. Etiologi
a. Anemia defisiensi besi
Salah satu penyebab tersering pada anemia kehamilan adalah karena defisiensi
zat besi (iron deficiency). Sejumlah penyakit kronik selama kehamilan juga dapat
menyebabkan anemia, sebagian di antaranya adalah penyakit ginjal kronik,
penyakit radang usus, lupus eritematosus sistemik, infeksi granulomatosa,
neoplasma ganas, dan rheumatoid arthritis.
b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai dengan adanya sel
megaloblast dalam sumsum tulang.8Anemia megaloblastik dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid). Kelainan ini biasanya
dijumpai pada wanita yang tidak menkonsumsi sayuran berdaun hijau segar,
kacang-kacangan, atau protein hewani.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam
kehamilan. Darah tepi menunjukkan gambaran normositer dan normokrom, tidak
ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folik, atau vitamin B12.Sumsum tulang
bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata.
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolotik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat pembuatannya.Wanita dengan anemia hemolitik sukar
menjadi hamil, arena anemianya biasanya menjadi lebih berat. Frekuensi anemia
hemolitik dalam kehamilan tidak tinggi, terbanyak anemia ditemukan pada wanita
negro yang menderita anemia sel sabit, anemia sel sabit-hemoglobin C, sel
sabitthalasemia, atau penyakit hemoglobin C.
3. Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara.
Peningkatan volume plasma darah terjadi lebih dahulu dibandingkan produksi sel darah merah.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar Hb dan hematokrit pada trimester I dan II sedangkan
pembentukan sel darah merah terjadi pada pertengahan akhir kehamilan sehingga konsentrasi
mulai meningkat pada trimester III kehamilan (Cheryl 1996 diacu dalam Darlina 2003).
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum
terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Secara
fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang
semakin berat dengan adanya kehamilan.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%.
Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan
kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan
dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban
jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai
akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan
apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah
tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang
lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi
pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang
dapat menyebabkan anemia.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10
minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y,
2006).
a. Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh
terutama disumsum tulang.
b. Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
c. Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
d. Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang
sangat kecil (Mikrositik).
e. Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala -
gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). Ibu hamil
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan
membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah selama
kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida Lubis,
2003).
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
B. Ca Cervix
1. Pengertian Ca Cervix
Pengertian Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher
rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya
perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi
berulang-ulang (Prayetni, 2007). Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu
perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian
membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul
menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan
mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Rasjidi. I, 2007). Dari dua pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada
leher rahim dengan hiperplasi sel jaringan sekitar sampai menjadi sel yang
membesar, menjadi borok/luka yang mengeluarkan cairan yang berbau busuk.
2. Etiologi
Sekarang telah ditemukan bukti terdapat hubungan yang kuat antara kejadian
kanker servik dengan adanya infeksi HPV, sehingga diyakini infeksi HPV
merupakan faktor utama penyebab kanker servik. Sedangkan faktor resiko antara
lain aktifitas seksual pertama terlalu dini dibawah 16 tahun, higienis seksual buruk,
pasangan seksual yang berganti ganti, paritas tinggi dan perokok.
Kanker servik memberikan pengaruh buruk pada kehamilan, persalinan dan
nifas. Kanker servik dapat berakibat sulit hamil, infeksi, perdarahan dan abortus.
Apabila tidak diobati dua pertiga diantara penderita kehamilannya dapat berlanjut
sampai cukup bulan. Pada saat persalinan servik kaku sehingga memperlambat fase
awal persalinan, tapi ada kalanya tumor melunak sehingga servik dapat membuka
sampai lengkap. Kehamilan ternyata tidak mempengaruhi keparahan kanker servik.
3. Patofisiologi
Tubuh manusia terdiri dari sel-sel membentuk membentuk jaringan jaringan
itu menbentuk organ-organ tubuh . Sel-sel normal tumbuh dan membelah
membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka, ketika sel normal
menjadi sel tua atau rusak, mereka mati, dan sel-sel baru menggantikan mereka .
Kadang-kadang proses itu berjalan salah. Sel-sel berbentuk ketika tubuh tidak
membutuhkanya , sel- sel tua atau rusak tidak mati seperti seharusnya penumpukan
sel ekstra sering membentuk sutu massa dari jaringan yang disebut suatu
pertumbuhan atau tumor .
Tumor pada leher bisa jinak atau ganas . tumor yang jinak bukankanker meraka
tidak berbahaya pertumbuhsn ganas (kanker) . tumor yang jinak antara lain polip,
kista , atau kutil kelamin. mereka tidak menyerang jaringan sekitar dan jarang
menjadi ancaman terhadap kehidupan. Tumor yang ganas contohnya adalah kanker
serviks. Ia dapat menyernag jaringan dan organ didekatnya , dapat menyebar ke
bebagian lain dari tubuh , kadang-kadang menrupakan ancaman terhadap
kehidupan.
Kanker serviks dimulai dalam sel pada permukaan serviks atau leher rahim
dengan berjalannya waktu , kanker serviks dapat menyerang lebih jauh ledalam
serviks dan jaringan disekatnya , sel-sel kanker dapat menyebar melepaskan diri
dari tumor aslinya, merka memasuki pembuluh darah atau pembuluh getah bening
, yang mempunyai cabang keseluruh jaringan tubuh. Sel-sel kanker dapat menempel
dan tunbuh pada jaringan lain utnuk membentuk tumir baru yang dapat merusak
jaringan tersebut. Penyebaran kanker disebut metastasis .
Pada umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah kondisi pra-kanker ini
timbul ketika servik terinfeksi oleh HPV ( Hman popillomavirus ) gana selama
waktu tertenu, kebanykan pra-kanker lenyap dengan sendirinya , tetapi jika ia
bertahan dan tidak diobati, ia dapat menjadi kanker.
4. Tanda dan Gejala
Kanker serviks merupakan salah satu jenis penyakit berbahaya yang bisa
menyerang kaum wanita, bahkan penyakit ini juga kerap menyerang ibu-ibu yang
tengah mengalami masa kehamilan. Penyebab utama terjadinya kanker servik atau
kanker leher rahim yaitu adanya human papilloma virus (HPV) atau disebut juga
dengan virus papilloma manusia. Dan gejala kanker servik yang kerap di alami oleh
ibu hamil sama saja dengan gejala yang di alami oleh kaum wanita yang tidak hamil.
Di Negara Indonesia sendiri, kanker serviks telah menjadi satu ancaman yang
besar bagi kaum wanita, mengapa? Karena jika dilihat sesuai data yang telah di
temukan, bahwa ada 40 wanita yang dinyatakan terkena kanker serviks setiap
harinya, dan 20 diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Bahkan, di dunia kaum
wanita didiagnosa terkena penyakit yang mematikan ini setiap dua menit sekali.
a. Keputihan patogonis
Keputihan atau flour albus ini merupakan cairan yang keluar dari organ intim
wanita dalam jumlah yang banyak selain darah. Walaupun tidak semua jenis
keputihan itu berbahaya, namun ibu hamil harus tetap berhati-hati ketika
keluarnya keputihan dengan ciri-ciri sebagai berikut: keluarnya cairan
keputihan dalam jumlah yang tidak sedikit, cairan yang berubah menjadi kental,
memiliki aroma bau yang tidak sedap, memiliki warna yang tidak normal,
munculnya rasa gatal juga panas pada bagian vagina. Nah, ketika ibu hamil
mengalami beberapa gejala seperti itu, maka sebaiknya cepatlah periksakan ke
dokter.
b. Sakit pada area kewanitaan
Ketika virus HPV mulai menyerang, biasanya akan timbul rasa sakit di bagian
kewanitaan, hal ini disebabkan oleh HPV yang memang telah berkembang serta
mengganggu imunitas tubuh sehingga bisa menimbulkan sakit di bagian bawah
perut, munculnya sakit atau ngilu pada bagian paha, merasakan sakit ketika
tengah buang air besar, bahkan akan merasakan sakit ketika melakukan
hubungan intim.
c. Pendarahan
Pada wanita normal atau wanita yang tidak tengah hamil, gejala terjadinya
kanker servik yaitu keluarnya darah. Namun banyak diantaranya kaum wanita
yang beranggapan bahwa pendaharan tersebut muncul dikarenakan siklus
menstruasi yang tidaklah normal, namun kalian tetap harus mewaspadainya
ketika darah yang keluar dari area vagina sering bahkan berangsur rutin, maka
segeralah periksakan hal tersebut ke dokter.
d. Nyeri buang air kecil
Kantung kemih yang memang terkena infeksi firus HPV akan mengakibatkan
penderitanya mengalami rasa sakit atau bahkan nyeri ketika mereka buang air
kecil, dan hal ini merupakan gejala kanker serviks yang harus di waspadai,
karena telah memasuki stadium lanjut.
Bagian kantung kemih yang terinfeksi dengan virus HVP akan bereaksi dan
mengakibatkan ibu hamil yang menderita kanker serviks akan mengalami rasa
sakit atau bahkan perasaan nyeri yang tak tertahankan pada saat mereka buang
air kecil. Hal ini pun menjadi tanda dari adanya kanker serviks yang berbahaya.
e. Timbul rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan seks
Ketika ibu hamil tengah melakukan hubungan intim dengan suami, maka ibu
hamil akan merasakan sakit sampai mengeluarkan darah, dan hal ini disebabkan
oleh adanya infeksi yang terjadi pada leher rahim yang sudah parah.
f. Penurunan Nafsu Makan
Turunnya nafsu makan juga bisa menyebabkan imunitas menurun, sehingga
resiko terjadinya stress akan meningkat, cemas yang berlebihan, serta bisa
mengganggu energy. Bukan hanya itu, hal ini juga bisa merupakan salah satu
pertanda awal terjadinya gejala kanker servik.
Turunnya nafsu makan pun bisa menyebabkan imunitas tubuh menjadi
menurun. Maka demikian kondisi ini akan dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami rasa sakit sampai dengan mengeluarkan darah. Hal ini disebabkan
oleh adanya infeksi yang terjadi pada bagian leher rahim yang sudah parah.
Kondisi ini tidak dapat disepelekan begitu saja atau dianggap remeh. Anda perlu
segera mengkonsultasikan masalah ini dengan dokter untuk menjaga kehamilan
anda dari kemungkinan terburuk masalah ini.
g. Bengkak pada kaki
Jika Anda mengalami bengkak pada kaki secara tiba-tiba tanpa adanya alasan
yang jelas, mungkin saja hal ini merupakan serangkaian pertanda kalau virus
yang menyebabkan kanker serviks mulau menyerang tubuh Anda. Bengkak
pada bagian kaki adalah gejala kehamilan yang umum. Kondisi seperti ini pada
umumya terjadi sebab adanya gejolak hormon yang terjadi pada ibu hamil. Dan
biasanya kondisi ini akan mulai dirasakan pada saat usia kehamilan tua. Hanya
saja, kondisi bengkak pada kaki pun bisa timbul akibat dari kankers serviks.
Virus yang berkembang biak dalam tubuh dapat menyebabkan bagian kaki ibu
hamil mengalami pembengkakan dengan penyebab yang kurang jelas.
h. Cepat Lelah
Sama halnya dengan masalah bengkak pada kaki, cepat lelah pun biasanya
terjadi sebagai bagian dari keluhan kehamilan. Akan tetapi, ketika kondisi cepat
lelah terjadi secara kontras dan intensitasnya terus menerus maka mungkin ini
bisa dipicu akibat adanya kanker serviks yang menyerang tubuh.
Kondisi ini akan mungkin membuat ibu hamil merasa lesu dengan kondisi ini.
Sehingga tidak mungkin perlahan hal ini akan melumpuhkan aktiviats ibu hamil
Oleh karenanya segera konsultasikan masalah ini dengan dokter dengan baik
5. Komplikasi
a. Pada saat hamil
1) Keguguran
Resiko paling menakutkan dari kanker serviks yang dialami pada masa
kehamilan adalah keguguran pada bayi. Hal ini dikarenakan pada beberapa
kondisi tertentu adanya kanker membuat janin dalam kandungan perlu diangkat
dengan alasan keamanan dan keselamatan. Bahkan penelitan menunjukan
bahwa seorang wanita yang menderita kanker serviks bahkan tidak memiliki
kemungkinan untuk hamil. Hal ini tentu menjadi hal yang sangat menakutkan.
Akibat dari tahapan tertentu perawatan dan penanganan kanker serviks akan
memungkinkan pengangkatan rahim harus dilakukan.
2) Hambatan Proses Perkembangan Janin
Adanya infeksi virus yang terjadi pada bagian rahim akan mungkin
mempengaruhi perkembangan janin didalamnya. Dimana kondisi ini akan
mengakibatkan adanya hambatan proses perkembangan janin dalam kandungan.
Kondisi ini pada umumnya disebabkan adanya neoplasma yang berbahaya.
Dampaknya janin anda tidak akan bertumbuh dan berkembang dengan normal
seperti bayi pada umumnya. Hal ini bisa memicu resiko bayi cacat pada saat
dilahirkan.
b. Pada saat Persalinan
Selain mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Adanya kanker
serviks pun bisa menyebabkan gangguan pada proses persalinan. Akibat adanya
jaringan sel kanker serviks proses persalinan yang normal akan dapat terkendala.
Masalah ini tentu akan menjadi ancaman yang mengerikan untuk anda. Jadi
demikian masalah kanker serviks yang terjadi tidak dapat disepelekan begitu saja.
Diperlukan penanganan yang efektif dengan berkonsultasi dengan dokter. Agar
demikian masalah ini bisa segera diatasi dengan baik.
c. Pada Bayi
Stage 0-12 Weeks Gestation 13-24 Weeks Gestation 25-40 Weeks Gestation
Resiko pertama yang mungkin dialami dari kondisi kanker serviks yang terjadi
pada masa kehamilan adalah kelahiran bayi prematur. Kondisi ini tentu menjadi hal
yang menyeramkan terjadi pada buah hati anda. Bagaimanapun setiap orangtua
tentunya menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Resiko kelahiran bayi
prematur akan mungkin membuat impian memiliki bayi yang lahir dengan sehat
menjadi hancur. Untuk itu, sebaiknya segera konsultasikan masalah kanker serviks
anda ke dokter. Bila perlu lakukan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi
masalah gangguan pada organ kewanitaan sejak dini.
6. Penatalaksanaan
Pada saat diagnosis kanker serviks pada kehamilan telah ditegakkan, perlu dibentuk
tim kerja yang melibatkan dokter ahli obstetri, onkologi ginekologi, bedah, onkologi
radiasi, neonatologi dan patologi untuk melakukan evaluasi multidisiplin. Pilihan
modalitas penatalaksanaan kanker serviks pada kehamilan yang dipilih harus
didasarkan pada 2 pertanyaan, yaitu :
a. apakah terdapat perbedaan prognosis kanker serviks bila disertai kehamilan
b. pada kondisi yang bagaimana suatu persalinan dapat ditunda untuk mencapai
viabilitas fetus. Pada akhirnya pilihan modalitas yang dipilih harus sepengetahuan dari
ibu (penderita), terutama mengenai risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin.
Secara umum, penatalaksanaan dari kanker serviks pada kehamilan bergantung
pada stadium kanker serviks dan usia kehamilan. Untuk penderita yang didiagnosis
sebelum kehamilan 20 minggu, maka direkomendasikan untuk segera memulai
pengobatan, sedangkan jika diagnosis ditegakkan setelah kehamilan 30 minggu, maka
penatalaksanaan harus melihat viabilitas fetus.
2. Konisasi berulang atau trachelectomy dapat menjadi pilihan pada dari Abu-
5. Insisi klasik
a. Stadium dini
Stadium dini pada kanker serviks meliputi stadium I dan IIA. Pada keadaan ini
penatalaksanaan dapat ditunda hingga tercapai maturasi fetus. Jika terjadi invasi <
3 mm dan tidak terdapat keterlibatan ruang limfatik vaskular maka kehamilan dapat
diteruskan hingga aterm dan dapat dilakukan antisipasi persalinan per vaginam.
Jika terjadi invasi 3 5 mm dan terdapat keterlibatan ruang limfatik vaskular
maka ibu hamil tersebut tetap dapat diobservasi hingga aterm dan selanjutnya
dilakukan persalinan dengan seksio sesar yang diikuti histerektomi radikal dan
limfadenektomi pelvis. Tindakan operasi pada stadium ini biasanya berkaitan
dengan angka morbiditas yang rendah, dengan angka kesintasan mencapai 80-95%
serta fungsi ovarium dapat dipertahankan.
Jika ditemukan invasi > 5 mm, maka tumor tersebut harus diterapi sebagai
kanker serviks invasif dengan senantiasa tetap mempertimbangkan usia kehamilan
serta keinginan dari ibu hamil. Jika diagnosis ditegakkan pada trimester I
kehamilan, umumnya sangat sulit untuk mempertahankan keberadaan fetus selama
pemberian terapi, sedangkan pada sisi lain penundaan terapi akan meningkatkan
risiko maternal sehingga dianjurkan penderita untuk mengorbankan
kehamilannya dan selanjutnya memulai dengan terapi definitif.
b. Stadium lanjut
Stadium lanjut kanker serviks meliputi stadium IIB hingga stadium IVA.2 Pada
penderita kanker serviks stadium lanjut pada kehamilan maka radioterapi
merupakan modalitas pilihan. Pada keadaan belum tercapai viabilitas fetus, maka
radioterapi yang dilakukan adalah terapi external beam.
Pada trimester I , umumnya terjadi aborsi spontan pada hari 35 45 setelah
dilakukannya external beam. Jika tidak terjadi aborsi spontan maka dapat dilakukan
histerektomi radikal atau evakuasi uterus yang diikuti dengan brachytherapy.
Jika seorang ibu dengan kanker serviks tahap lanjut menolak untuk
mengorbankan kehamilannya, pilihan terapi yang dapat digunakan adalah
kemoterapi neoadjuvan dengan tujuan mencegah progresi penyakit sementara
menunggu viabilitas fetus.
Metode persalinan harus dipilih dengan sangat hati-hati pada perempuan hamil
yang disertai kanker serviks. Hal ini terutama berkaitan dengan kemungkina infeksi,
perdarahan, persalinan macet, penyebaran dari sel-sel tumor akibat melebarnya
serviks dengan kanker.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sood dkk ditemukan bahwa tindakan
seksio sesar merupakan pilihan metode persalinan pada perempuan hamil dengan
kanker serviks. Namun pada beberapa penelitian lain ditemukan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna antara persalinan per vaginam maupun per
abdominal.
C. Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari rahim (miometrium) atau jaringan
ikat yang tumbuh pada dinding atas di dalam rahim ( mardiana 2009).
Mioma uteri adalah bungkus otot yang berubah menjadi tumor jinak. Istilah
sebenarnya adalah daging tumbuh di rahim mioma uteri penyakit yang berbentuk tumor
berbeda dengan kanker . mioma uteri tidak mmepunyai kemampuan meyebar keseluruh
tubuh konsistensinya padat dan sering mengalami degenerasi dalam kehamilan dan
sering kali ditemukan pada wwanita umur 35-45 tahun .
2. Etiologi
Etiologi dari mioma uteri sampai saat ini belum diketahui pasti, diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Faktor faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah
estrogen, progesteron, dan Human Growth Hormone.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogeneksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan
dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomiosis (16,5 %), dan hiperplasia
endometrium(9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasiovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim 17B hidroxydesidrogenase
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).
Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai
jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17Bhidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Human Growth Hormone
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu Human Placental Lactogen
(HPL), terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat
dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen.
3. Patofisiologi
Secara miroskopik pertumbuhan mioma uteri berlapis lapis , kapsul dibagian
luarnya, seperti lapisan berambang atau konfigurasi gulungan ( whoeled
Configuration).
Patofisiologi mioma dapat diikuti sebagai berikut :
a. Setiap konfigurasi mulai satu sel monoklonal , yang menunjukkan kelainan
kromosom multiple
b. Setiap sel mengandung reseptor estrogen dan progesteron
c. Secara teoritis terdapat kemungkinan pertumbuhan mioma berdasarkan dua
teori :
1) Teori sel nest yang bersifat embrional
Snoo dan Mayor menyebutkan : sel nest embrional
2) Teori mioma uteri dari otot polos yang terdapat pada pembuluh darah
d. Transformasi neoplasma sel otot polos uterus dipengaruhi :
1) Komposisi estrogen dan progesteron
2) Faktor pertumbuhan lokal :
a) Epidermal growth faktor
b) Insulin like growth factor-1
c) Platelet derived growth factor
e. Mioma uteri tidak dapat dijumpai sebelum menarh dan mengecil setelah
menopause.
1) Minum obat antagonis terhadap estrogen
2) OC dengan estrogen yang rendah
3) Mioma uteri dapat membesar saat kehamilan
f. Rangsangan estrogen dan progesteron teratur mengakibatkan pertumbuhan
mioma uteri dari immature sel nest bersifat :
1) Berlapis seperti berambang atau konfigurasi gulungan
g. Diantara gabungan lapisan otot polos terdapat berbagai variasi jaringan ikat.
Jaringan ikat menimbulkan variasi konsistensi mioma uteri
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ
vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Penyebab anemia umunya adalah kurang
gizi, kurang zat besi, kehilangan darah dan penyakit penyakit kronik. Gejala anemia
adalah lemah, pucat, dan mudah pingsan. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat
anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan lama, perdarahan
post partum. Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan meningkatkan
konsumsi zat besi dari makanan atau mengkonsumsi suplemen zat besi.
Kanker serviks Merupakan kanker yang menyerang wanita pada daerah
genitalia. Yang disebkan oleh Huma Papillomavirus dimana Virus ini bersifat
Onkogenik (menyebabkan kanker). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan
dapat pula melalui penggunaan barang pribadi yang bersamaan, misalnya pakaian
bersama.
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia
lebih dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari kasus mioma
uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita
memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengandung satu tumor dalam uterus. Karenanya sangat penting untuk melakukan
deteksi pribadi secara dini untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit ini,
kalaupun penyebabnya genetik pada keluarga paling tidak dapat di deteksi secara dini
sebelum penyakit ini bertambah hebat dan menyebabkan komplikasi yang serius bagi
organ organ disekelilingnya yakni dengan melakukan pemeriksaan ginekologis rutin
dan USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan lain untuk hasil lebih
akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma yang berkembang pada
rahim seseorang.
B. SARAN
Sebagai ibu hamil kita harus tetap memperhatikan pola makan dan menjaga asupan gizi
untuk sih janin maka dari itu agar terhindarnya dari anemia sebaiknya ibu hamil
mengkonsumsi tablet fe yang telah di anjurkan oleh tenaga kesehatan dan Sebagai
wanita kita harus banyak mengetahui tentang bagaimana cara menjaga dan merawat
tubuh dengan baik, terlebih khusus dalam perawatan organ reproduksi agar proses
reproduksi berjalan dengan baik tanpa ada gangguan maupun kelainan pada organ
reproduksi tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Aziz M.Farid, Andrijono, dkk. 2006. Onkologi Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirrohardjo.