Oleh :
Aninda Afrilia Aryani, S.Ked (712021099)
Ega Dwi Putri Koga, S. Ked (712022001)
Pembimbing :
dr. Ibrahim, Sp.M (K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul :
OCULI DEXTRA KATARAK SENILIS MATUR
Oleh:
Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala, Zat Yang Maha Indah
dengan segala keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih
Sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Oculi Dextra Katarak Senilis Matur”
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di Bagian
Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Ibrahim, Sp. M (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang
telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama penyusunan
laporan kasus ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa yang
tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan dokter muda atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan Makalah....................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1 Anatomi Lensa........................................................................ 3
2.2 Katarak.................................................................................... 5
2.2.1 Definisi.......................................................................... 5
2.2.2 Etiologi.......................................................................... 5
2.2.3 Epidemiologi.................................................................. 6
2.2.4 Patofisiologi................................................................... 6
2.2.5 Klasifikasi...................................................................... 8
2.2.6 Manifestasi Klinis.......................................................... 11
2.2.7 Diagnosis....................................................................... 11
2.2.8 Tatalaksana.................................................................... 14
2.2.9 Komplikasi..................................................................... 17
2.2.10 Prognosis...................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN ........................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan bertambahnya usia harapan hidup dan populasi usia lanjut,
prevalensi kebutaan katarak meningkat dua kali lipat. Sampai saat ini,
pembedahan (operasi) katarak meruakan terapi definitive dimana ada tiga
macam bedah katarak antara lain ekstraksi intracapsular, ekstraksi katarak
ekstrakapsular dan fakoemulsifikasi yang diikuti dengan penggantian lensa
buatan (IOL).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1
Anatomi Lensa
3
serta dikelilingi processus ciliaris. Lensa terdiri dari capsula elastis, yang
membungkus epitheliun cuboideum, yang terbatas pada permukaan anterior
lensa; dan fibrae lentis yang dibentuk dari epithelium cuboideum pada equator
lentis. Fibrae lentis menyusun bagian terbesar lensa.6
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa
terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian
sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua
di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal
dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda
dan disebut sebagai korteks lensa. Koteks yang terletak di sebelah depan
nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks
posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks
lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terapat zonula Zinn yang
menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.7
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (zonula Zinn), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-
fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator
lensa. Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein
(kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu,
terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.8
Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat
karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang
dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa
untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan
serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh
aktivitas musculus ciliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan
4
tegangan zonula. Dengan demikian lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan
daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan objek-objek yang lebih
dekat. Relaksasi musculus ciliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan
peristiwa-peristiwa tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan
objek-objek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa
akan berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan
elastisitasnya.7
2.2 Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak berasal dari Bahasa Yunani yaitu katarrhakies yang
berarti air terjun. Dalam Bahasa Indonesia disebut Bular dimana
penglihatan seperti tetutup air terjub akibat lensa yang keruh.
Kekeruhan ini dapat terjadi akibat penambahan cairan (hidrasi)
denaturasi protein lensa maupun keduanya.7
Katarak merupakan suatu penyakit mata akibat adanya
kekeruhan pada lensa. Kondisi lensa yang keruh ini mengakibatkan
gangguan pada penglihatan mulai dari pandangan kabur sampai
dengan kebutaan. Sebagian besar kasus katarak disebabkan oleh
proses penuaan, terkadang katarak bisa ditemukan pada anak-anak
yang lahir dengan kondisi tersebut, atau katarak dapat terjadi setelah
adanya cedera pada mata, inflamasi maupun penyakit mata lainnya.9
2.2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya katarak bermacam-macam. Umumnya
adalah usia lanjut (senilis) tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat
infeksi virus di massa pertumbuhan janin, genetik dan gangguan
perkembangan. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia
lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit
penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis
pigmentosa bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Katarak dapat
5
berhubungan proses penyakit intraokular lainnya. Kelainan sistemik
atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.4
2.2.3 Epidemiologi
Diperkirakan oleh WHO terdapat lebih dari 7 juta orang
menjadi buta setiap tahun. Saat ini diperkirakan 180 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan, dari angka tersebut
terdapat antara 40-45 juta menderita kebutaan dan 1 di antaranya
terdapat di South East Asia. Oleh karena populasi yang terus bertambah
dan oleh faktor usia, jumlah ini diperkirakan akan bertambah 2 kali lipat
setiap tahun. Berdasarkan Global Data On Visual Impairment,
penyebab terbanyak kebutaan di dunia adalah Katarak (51%),
Glaukoma (8 %), Age related Macular Degeneration (AMD) (5%).1
Prevalensi kebutaan di Indonesia adalah 3 juta orang (1.5%
dari populasi). Setiap menit 1 orang menjadi buta di Indonesia.
Tertinggi di Asia Tenggara (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand
0,6%). Insiden kebutaan di setiap tahun yakni 0,1% (210.000 orang).
Penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia adalah katarak (0,78%),
glaukoma (0,20%), gangguan refraksi (0,14%), gangguan retina
(0,13%), abnormalitas kornea 0,10% (terutama xerophthalmia). 2
2.2.4 Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel
(zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
6
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.4
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu
teori hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel
lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat
dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan
menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan
kekeruhan lensa.5
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana
serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan
serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin
bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.5
7
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan
penghambatan jalannya cahaya ke retina.5
2.2.5 Klasifikasi
Klasifikasi katarak berdasarkan penyebab timbulnya katarak, yaitu:
a. Katarak Kongenital
Adalah kekeruhan lensa yang terlihat saat lahir atau terdeteksi
segera setelah lahir. Katarak kongenital merupakan penyabab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital
digolongkan menjadi 2, yaitu katarak kapsulolentikular dimana
pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak Polaris
serta katarak lenticular termasuk dalam golongan ini katarak yang
mengenai korteks atau nucleus lensa. Dalam kategori ini termasuk
kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin.9
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang lembek dan terdapat
pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari
9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan dari katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolic dan penyakit lainnya seperti katarak metabolic, katarak
traumatic, katarak komplikata dan katarak radiasi.9
c. Katarak senilis
8
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denatursi protein
lnsa atau keduanya.7 Katarak senilis merupakan setiap kekeruhan
pada lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50
tahun. Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumpai.
Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan
yang semakin kabur. Katarak ini biasanya berkembang lambat
selama beberapa tahun.9
Gambar 5
Katarak Imatur
c. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah menegnai seluruh massa
lensa kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan
9
maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa akan kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negative.9
Gambar 6
Katarak Matur
d. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa
yang bergenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
kecil, berwarna kuning dan erring. Pada pmeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenrasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memoerlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
nucleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut dengan katarak Morgagni.9
10
Gambar 7
Katarak Hipermatur
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis katarak dapat dibuat berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi
dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit menyertai
11
seperti diabetes melitus, hipertensi, dan kelainan jantung. Keluhan
yang membawa pasien datang antara lain:7
a. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang
progresif atau berangsur-angsur disebabkan karena gangguan
masuknya cahaya ke retina. Pasien biasanya mengeluh seperti
melihat asap atau kabut.
b. Fotofobia
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau
dimana tingkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas
kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga
merasa silau di siang hari atau sumber cahaya lain yang mirip pada
malam hari.
c. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan
hingga sedang.
d. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi
tampak tumpul atau bergelombang.
e. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang.
f. Diplopia Monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi
ireguler dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular,
yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan
pin hole.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Pada pemeriksaan slit
lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, dan kornea
dalam keadaan normal. Pemeriksaan funduskopi dapat dilakukan
12
bila memungkinkan. Kelainan yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan oftalmologi pasien katarak imatur adalah sebagai
berikut:11
g. Lensa
Lensa keruh sebagain dengan kesan berwarna putih keabuan tidak
merata, sedangkan pada katarak imatur warna lensa putih padat
merata dan lensa berwarna putih seperti susu cair pada katarak
hipermatur.
h. Kamera okuli anterior
Pada katarak imatur kamera okuli anterior dapat menjadi dangkal.
Hal ini disebabkan oleh lensa yang mencembung akibat proses
penyerapan air ke dalam lensa, kemudian lensa mendorong iris ke
depan dan menyebabkan kamera okuli anterior menjadi dangkal.
i. Bayangan iris
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kekeruhan
lensa. Pada pemeriksaan ini, sentolop disinarkan pada pupil dengan
membuat sudut 45° dengan dataran iris. Semakin sedikit lensa
keruh pada bagian posterior maka semakin besar bayangan iris
pada lensa tersebut.
Interpretasinya bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan
letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh selurunya,
ini terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disbut iris shadow test
(+). Bila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil
berarti lensa sudah keruh seluruhnya. Keadaan ini terjadi pada
katarak matur dengan iris shadow test (-). Pada katarak hipermatur,
lensa sudah keruh seluruhnya mengecil serta terletak jauh di
belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dengan iris
shadow test (-).
j. Fundus reflex
Pada katarak imatur akan tampak titik hitam diantara warna merah,
sedangkan pada katarak matur fundus reflek negatif karena seluruh
lensa sudah keruh merata
13
k. Tekanan intraokular
Bisa normal atau meningkat. Peningkatan TIO yang meningkat
pada katarak imatur biasanya jika sudah terjadi komplikasi berupa
glaukoma sekunder.
2.2.8 Tatalaksana
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan
karena hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium
dan fosfor. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan
tidak ketahui penyebabnya. Penanganan tergantung pada unilateral
dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak.
Katarak kongenital prognosisnye kurang memuaskan karena
14
bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata
tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan
menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.4
Penatalaksanaan katarak adalah pembedahan yang dilakukan
jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kacamata untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa penderita
mungkin merasa penglihatannya lebij baik hanya dengan mengganti
kacamatanya, menggunakan kacamata bifokus yang lebih kuat atau
dengan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak
perlu dilakukan pembedahan.
15
mm, lensa intraokular dietakkan pada kapsul posterior. Termasuk
ke dalam golongan ini ekstraksi linier, aspirasi dan irigasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur,
kelainan dotel, keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior,
implantasi lensa sekunder intra okular, kemungkinan dilakukan
bedah glaukoma, predisposisi prolaps vitreous, sebelumnya mata
mengatasi ablasi retina, dan sitoid macular edema.4
16
indikasi SICS adalah sklerosis nucleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.5
4. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk
menghancurkan nukleus yang kemdian diaspirasi melalui insisi 2,5-
3 mm, kemudian dimasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat.
Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi kecil ini adalah
lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, kompikasi
dan inflamasi pasca bedah minimal. Penyulit yang timbul dapat
terjadi katarak sekunder yang dapat dihilangkan atau dikurangi
dengan tindakan laser.4
2.2.9 Komplikasi
Adapun komplikasi katarak, yaitu:7
1) Intraoperation
Selama ECCE atau fakoemulsifikasi, ruangan anterior mungkin
akan menjadi dangkal karena pemasukan yang tidak adekuat dari
keseimbangan soluton gram ke dalam ruangan anterior, kebocoran
akibat insisi yang terlalu lebar, tekanan luar bola mata, tekanan
positif pada vitreus, persarahan pada suprakoroidal.
2) Postoperation
Komplikasi selama postoperative dibagi dalam early complication
post operation dan late comolication post operation,
- Hilangnya vitreous
- Prolaps iris
- Endoftalmitis
- Astigmatisme pasca operasi
- Ablasio retina dan edema macular sistoid.
2.2.10 Prognosis
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dai 95% pasien mengalami
perbaikan vosual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada pasien
17
anak yang mengalami katarak dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien
dengan katarak yang berhubungan dengan umur. Prognosis untuk perbaikan
kemampuan visual paling buruk pada katarak kongenital unilateral yang
dioperasi dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
bersifat progresif lambat.9
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama :
Pandangan kabur dan penglihatan gelap pada mata kanan sejak 3 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan :
Penglihatan mata kanan semakin lama semakin berkurang.
Pasien datang ke Poli Mata RSMP dengan keluhan pandangan mata kanan kabur
dan penglihatan gelap mulai sejak 3 bulan yang lalu.
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, pasien tidak memiliki riwayat
diabetes melitus dan hipertensi disangkal. Pasien tidak pernah menjalani operasi mata
sebelumnya serta tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan jangka panjang.
19
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
Diabetes Mellitus (-)
Keluhan yang sama dikeluarga (-)
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 92x/menit
- Laju Napas : 18x/menit
- Suhu : 360C
Status Oftalmologis
OD OS
No
Pemeriksaan OD OS
.
1. Visus 1/300 1/60
2. Tekanan Intra Okuler 15 mmHg 15 mmHg
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
20
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
21
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3mm 3mm
Regularitas Reguler Reguler
22
Isokoria Isokor Isokor
Letak Central Central
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Shadow test (-) (+)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Papil Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- warna papil Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- bentuk Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- batas Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- warna Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- perdarahan Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- eksudat Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Makula lutea Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Pemeriksaan Penunjang:
Rencana pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
Midriasis pupil dengan midriatikum dan periksa refleks fundus dengan funduskopi.
Anamnesis
Pasien datang ke Poli Mata RSMP dengan keluhan pandangan mata kanan kabur dan
penglihatan gelap mulai sejak 3 bulan yang lalu.
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, pasien tidak memiliki riwayat diabetes
melitus dan hipertensi disangkal. Pasien tidak pernah menjalani operasi mata sebelumnya
serta tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan jangka panjang.
23
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 92x/menit
- Laju Napas : 18x/menit
- Suhu : 36o C
Pemeriksaan Oftalmologikus
OD OS
1/300 Visus 1/60
Daftar Masalah:
1. Mata kanan dan kiri terasa kabur dan berasap sejak 3 bulan yang lalu
2. ODS lensa keruh, shadow test (-) OD
Tatalaksana
Edukasi :
Beritahu kepada pasien mengenai penyakit pasien (definisi dan faktor penyebab)
Menjelaskan kepada pasien bahwa harus rajin control sebulan sekali untuk melihat
maturitas katarak
Medikamentosa
Catarlent eye drops 3x1 1-2 tetes OD
Neurobat Tab 1x1
Non medikamentosa
24
Rujuk ke dokter spesialis penyakit mata untuk tindakan lanjutan (fakoemulsifikasi)
Nama dan tanda tangan dokter muda : Ega Dwi Putri Koga, S.Ked dan Aninda Afrilia
Aryani, S.Ked
Tanda tangan,
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantor, LB., Rapuano, CJ., dan Cioffi, GA.. 2015. Lens and cataract. Basic
and clinical Science course. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology.
2. World Health Organization. 2013. Blindness: Vision 2020.
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Katarak. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
4. Carolin,V. 2010. Glaukoma Akut. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti.
5. Guyton, AC dan Hall. 2017. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
6. Snell, RS. 2018. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 100-101.
7. Ilyas, S dan Yulianti, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2017. Hal 5-6, 10-1, 77-79, 152-85.
8. Astari, P. 2018. Katarak: Klasifikasi, tatalaksana dan komplikasi operasi.
CDK Jurnal. Vol. 45 No. 10.
9. Suharjo, H. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Mata FK UGM; 2012. Hal 5-6, 45-50, 58-60, 111-21.
26