Disusun oleh :
dr. Imaylani Srinita
Pembimbing :
dr. Magda
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan evaluasi program dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Laporan evaluasi program yang berjudul “Evaluasi Program Penanganan Gizi Kurus
(Wasting) berguna untuk mengetahui pencapaian peningkatan status gizi balita individu
dengan status gizi sangat kurus pada indeks BB/TB atau BB/PB yang belum tercapai.
Sehingga dari hasil yang diperoleh, diharapkan dapat meningkatkan capaian program
kedepannya.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan evaluasi program. Ucapan terimakasih terutama kepada:
1. dr. Magda Mariana Batubara sebagai pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk
membantu menyelesaikan evaluasi program ini.
2. Ibu Ema Sito Rohmah, S.Km, sebagai Kepala Puskesmas Pulogebang yang telah memberi
kesempatan untuk melakukan evaluasi program ini di Puskesmas Pulogebang.
3. dr. Vinsentia dan dr. Agry sebagai dokter fungsional Puskesmas Pulogebang yang telah
membantu kelancaran evaluasi program ini.
4. Pihak Puskesmas Pulogebang yang telah membantu memberikan gambaran masalah
kesehatan yang ada.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka untuk menerima kritik dan saran sehingga dapat menjadi
bahan perbaikan laporan evaluasi program ini kedepannya.
Masalah kekurangan gizi di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
serius yang paling sering terjadi pada anak balita atau anak usia dibawah lima tahun yang
merupakan kelompok umur paling sering menderita rawan gizi dan penyakit. Salah satu
masalah kekurangan gizi yang masih terjadi di Indonesia adalah masalah gizi kurus (wasting)
dan sangat kurus (severe wasted) yang berhubungan dengan Kurang Energi Protein (KEP).1
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus (severe
wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z-score) <-2SD. Panjang
badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tinggi badan digunakan untuk
anak berumur 24 bulan ke atas. (Kemenkes RI).2
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi anak yang mengalami status gizi wasting
dan severely wasting di Indonesia sebanyak 10,2 % menurun dari tahun 2013 yang mencapai
12,1%. Prevalensi anak yang mengalami kasus wasting ataupun severely wasting di DKI
Jakarta sebesar 9,9%.3
Wasting dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Menurut
UNICEF, faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak atau terjadinya wasting ialah
adanya penyakit infeksi dan asupan makana, sedangkan faktor penyebab tidak langsung
antara lain penghasilan keluarga, riwayat pemberian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi
dan riwayat BBLR. Asupan makanan merupakan zat gizi yang dikonsumsi oleh tubuh untuk
beraktivitas serta mencapai kesehatan yang optimal. Energi yang dibutuhkan berasal dari zat
gizi yang dikonsumsi yaitu karbohidrat, protein dan lemak.4
Fasilitas kesehatan yang terbebani, rantai pasokan makanan yang terganggu, dan
hilangnya pendapatan karena Covid-19 dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah
anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia. Bahkan sebelum COVID-19,
Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi. Saat ini, lebih dari dua juta anak
menderita gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia lima tahun mengalami
stunting.5
Estimasi UNICEF baru-baru ini menunjukkan bahwa dengan tidak adanya tindakan yang
tepat waktu, jumlah anak yang mengalami wasting atau kekurangan gizi akut di bawah 5
tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 persen tahun ini karena COVID-19. Ini berarti
ada peningkatan risiko wasting, suatu kondisi yang ditandai dengan berat badan rendah jika
dibandingkan dengan tinggi badan, juga di Indonesia banyak keluarga yang kehilangan
pendapatan rumah tangga sehingga menjadi kurang mampu membeli makanan sehat dan
bergizi untuk anak-anak mereka.5 Puskemas Kelurahan Pulogebang merupakan
Puskesmas yang telah membentuk Pos Gizi sejak tahun …. hingga tahun …. Pos Gizi ini
dibentuk sebagai salah satu intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan kasus kurang
gizi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulogebang, sehingga Puskesmas Pulogebang
masih melakukan kegiatan Pos Gizi hingga 2020 terakhir dikarenakan pandemi, yang
membuat Pos Gizi ditiadakan sementara dan sampai saat ini dilakukan konseling gizi di
Puskemas Pulogebang.
Jika dilihat dari tujuan Pos Gizi dan indikator output kegiatan Pos Gizi, terdapat
masalah pada ketiga tujuan tersebut, diantaranya kehadiran peserta yang kurang mencapai
target, masih terdapat balita peserta lama kegiatan Pos Gizi dan balita peserta baru, serta
perilaku ibu masih kurang dalam pola pengasuhan anak. Selain itu, adanya keterbatasan
dalam kegiatan Pos Gizi karena pandemi Covid-19. Dari masalah tersebut, dibutuhkan suatu
evaluasi untuk melihat keberhasilan dari kegiatan Pos Gizi di masa pandemi Covid-19. Oleh
karena itu, penulis ingin mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja sejak
Pandemi Covid-19 di Puskesmas Kelurahan Pulogebang tahun 2020-2021.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
di Puskesmas Pulogebang.
Dengan adanya saran berupa hasil evaluasi, maka diharapkan dapat menjadi umpan balik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
Pengertian Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris. H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia
1−3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3−5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain
masih terbatas.
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1–3 tahun
(batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1−3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya
anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia pra- sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia pra-
sekolah anak menjadi konsumen aktif, mereka sudah dapat memilih makanan yang
disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah
playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak
akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap
setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status
1) Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha
2) Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan
3) Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini,
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak.
Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan
berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya. Ketika
Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan
mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi
Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi,
Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang
merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan
berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat
cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan
biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang
diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia.
Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai
usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan
perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya. Pemenuhan
kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak pada sistem imunitas tubuhnya
sehingga daya tahan tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit
(Sulistyoningsih, 2011).
Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih sayang,
serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua perlu menghargai
segala keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan
emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam
kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang tua harus
menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak- anaknya. Melalui keteladanan
tersebut anak lebih mudah meniru unsur- unsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman
pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan
anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan
tujuan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi
kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan angka.
Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian,
kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat
kunci yang memberikan petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang
buruk. Pengukuran anthtropometri merupakan salah satu metode penentuan status gizi secara
langsung. Berat badan merupakan ukuran suatu pencerminan dari kondisi yang sedang
berlaku.
Berat badan anak ditimbang sebulan sekali mulai umur 1 bulan hingga 5 tahun di
posyandu (Depkes RI, 2008). Supariasa dalam Sagala (2005) menyatakan cakupan
penimbangan balita (D/S) di posyandu adalah jumlah anak balita yang datang ke posyandu
dan baru pertama sekali ditimbang pada periode waktu tertentu yang dibandingkan dengan
jumlah anak balita yang berada di wilayah posyandu pada periode waktu yang sama. Hasil
cakupan penimbangan merupakan salah satu alat untuk memantau gizi balita yang dapat
dimonitor dari berat badan hasil penimbangan yang tercatat di dalam KMS.
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal
anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. KMS dapat bermanfaat
dalam mengetahui lebih dini gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi, sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih
berat (Kementerian Kesehatan RI, 2010). KMS juga merupakan alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. KMS harus
disimpan oleh ibu balita di rumah dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu
atau fasilitas pelayanan kesehatan termasuk bidan atau dokter (Ilham, 2009).
KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan, bukan penilaian
status gizi. KMS yang diedarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebelum tahun
2000, garis merah pada KMS versi tahun 2000 bukan merupakan pertanda gizi buruk,
melainkan garis kewaspadaan. Berat badan balita yang tergelincir di bawah garis ini, petugas
kesehatan harus melakukan pemeriksaan lebih lanjutan terhadap indikator antropometrik lain
(Arisman, 2009). Catatan pada KMS dapat menunjukkan status gizi balita. Balita dengan
pemenuhan gizi yang cukup memiliki berat badan yang berada pada daerah berwarna hijau,
sedangkan warna kuning menujukkan status gizi kurang, dan jika berada di bawah garis
Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010, manfaat KMS balita yaitu:
Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap
bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan
pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan
tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas
kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah
mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin
Sebagai KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul
vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat
memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali
atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan
terdekat, agar anak mendapatkan pemerikasaan lebih lanjut. KMS juga digunakan kader
untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu
untuk menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan berikutnya. media edukasi bagi orang
Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang
telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima
pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan
jadwalnya. Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan
pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para
orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin
A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat
menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya.
4) Pemberian Vitamin A.
Penyimpangan kurva pertumbuhan anak pada KMS balita biasanya menuju ke arah
bawah, dan tidak banyak yang keluar dari warna hijau ke arah atas. Kurva pertumbuhan anak
yang baik kesehatannya, akan terus terdapat dalam jalur hijau. Anak yang di bawah warna
hijau yaitu warna kuning, maka menunjukkan Kurang Kalori Protein (KKP) ringan dan
anak yang lebih jelek lagi, yaitu garis pertumbuhan anak akan lebih menurun lagi masuk ke
daerah di bawah garis merah, yang merupakan batas bawah dari jalur kuning yang
menunjukkan balita mengalami KKP berat. Anak sudah menderita gizi kurang atau terganggu
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan dua cara yaitu dengan menilai garis
pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan
berguna apabila dilakukan setiap bulan. Grafik pertumbuhan berat badan yang terputus-putus
dalam KMS, maka tidak dapat digunakan untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi anak
3). Berat badan balita di bawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas
Sakit, balita tumbuh baik apabila garis berat badan anak naik setiap bulannya.
5). Balita sehat, jika berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita adalah
sebagai berikut:
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
c. Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang
b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan
d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya
3. Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM)
a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu dan anjurkan
b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang
c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan
d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya
2.3. Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Posyandu yang
terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh
2.3.2. Tujuan
Menurut Depkes RI (2010) tujuan Posyandu adalah:
2.3.3. Sasaran
2) Ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan Wanita Usia Subur (WUS)
2.3.4. Lokasi
3) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos
2.3.5. Penyelenggara
Pelaksana posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
2) Pengelola Posyandu
Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di
a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita
b) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
c) Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena kekurangan
protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral.
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi (bulan vitamin A pada bulan Pebruari dan Agustus),
3) Imunisasi
c) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada
yaitu;
1) Meja I : pendaftaran
2) Meja II : penimbangan
menjangkau balita yang ada di masing – masing wilayah, diperoleh dengan cara menghitung
perbandingan antara jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS dengan seluruh jumlah
Rumus :
menimbangkan anak secara teratur setiap bulannya, yaitu dengan cara menghitung
perbandingan jumlah balita yang datang dan ditimbang dengan jumlah balita yang terdaftar
Rumus :
posyandu, yaitu dengan menghitung perbandingan antara jumlah balita yang datang dan
ditimbang dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja Posyandu.
Rumus :
Rumus :
Indikator ini diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai program
Posyandu berhasil bila N/S lebih dari atau sama dengan 40% dan Posyandu kurang berhasil
D/S merupakan indikator partisipasi masyarakat, dan N/D merupakan indikator keberhasilan
program.
seperti kepatuhan pengobatan dan kunjungan Posyandu menurut Zulkifli (2008) adalah:
1) Jenis atau Tipe Demografi, seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio
posyandu akan menentukan angka kunjungan posyandu, dalam hal ini keaktifan,
program posyandu yang kurang baik akan menentukan tingkat kunjungan posyandu.
keyakinan agama atau budaya dan biaya finansial dan lainnya akan turut mewarnai
dalam ranah psikomotor, kunjungan posyandu ditentukan oleh faktor perilaku kesehatan,
yaitu;
Green (1991) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan konsep dan model rencana
and Enabling Construc in Health Education and Environtmental Diagnosis and Evaluation.
Model ini memberi gambaran luas untuk mengkaji perilaku kesehatan dan kualitas hidup
serta untuk merencanakan, implementasi dan evaluasi. Dalam mengkaji kesehatan, Green
(1991) menyatakan bahwa kesehatan individu dipengaruhi perilaku (behaviour causes) dan di
luar perilaku (non behavior causes). Analisa tentang perilaku kesehatan ditentukan 3 faktor,
yaitu;
Yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu.
Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan yaitu hasil tahu dan terjadi setelah orang
menginterpretasikan materi yang diterimanya, sikap merupakan reaksi atau respons seseorang
yang masih tertutup terhadap stimulus (objek), persepsi, kepercayaan yaitu objek yang
diwariskan oleh leluhur yang dianggap mempunyai nilai atau keistimewaan serta nilai
Faktor ini adalah faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik yang meliputi tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak
maupun biaya dan sosial serta adanya peraturan dan komitmen masyarakat yang
Yaitu faktor yang memperkuat atau memperlunak terjadinya perilaku. Faktor penguat
meliputi pendapatan, dukungan, kritik, baik dari keluarga atau teman, termasuk sikap dan
perilaku petugas kesehatan sebagai kelompok referensi masyarakat. Faktor ini memberi
dukungan untuk mempertahankan perilaku sehat. Penguatan dapat berasal dari individu atau
2. Menurut Rogers
b) Interest (merasa tertarik); keadaan untuk tertarik terhadap stimulus (objek) yang ada.
stimulus bagi individu. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial; tahap mencoba oleh subjek untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
e) Adoption; tahap dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
METODE EVALUASI
ditimbang yang naik berat badannya (N/D) di Puskesmas Pulogebang. Adapun sumber
rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah Laporan Standar Pelayanan Minimal
Evaluasi Program Gizi khususnya subprogram persentase balita ditimbang yang naik
berat badannya (N/D) di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang
Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil output
adalah dengan menetapkan tolak ukur atau standar yang ingin dicapai.
dengan tolak ukur tersebut. Bila pencapaian keluaran Puskesmas tidak sesuai dengan
Puskesmas. Oleh sebab itu, ditetapkan prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk
memecahkannya.
dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang berasal dari komponen sistem
yang lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan
Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep selanjutnya akan
antara tolak ukur atau standar komponen-komponen input, proses, lingkungan dan
atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan
digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering
munculnya masalah ini sering disingkat dengan 7M. Dalam analisis penyebab
masalah pada tulisan ini digunakan kategori 5 M (Man, Money, Material, Method,
Machine).
menyusun prioritas masalah ada beberapa indikator yang sering dipergunakan yaitu :
a. Severity (S) yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi, serta seberapa jauh
b. Prevalence (P), jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah, semakin besar
c. Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam periode waktu
tertentu.
e. Social Benefit (SB), sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh dari
suatu masalah.
Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa alternative
masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi
Puskesmas.
Dari berbagai alternative cara pemecahan masalah yang telahdibuat, maka akan dipilih
satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing penyebab masalah) yang dianggap
Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 3(paling efektif). Prioritas
jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menilai efektifitas
kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan selesainya masalah, makin penting
jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin cepat masalah teratasi, makin sensitif
Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternative jalan keluar.
Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost ) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besarbiaya yang diperlukan makin tidak efisien jalan
keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya palingsedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar).
Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap alternative jalan keluar. Dengan membatasi
hasil perkalian nilai MxIxV dengan C. jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah
- Stasiun Cakung
- Rusun seruni
HASIL EVALUASI