Anda di halaman 1dari 24

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

PERIODE SEPTEMBER-JANUARI 2019

MINI PROJECT
“TALI DAN GUNTING”

TANGGAP PEDULI DAN CEGAH STUNTING

PELATIHAN ANTROPOMETRI PADA KADER UPT PUSKESMAS


KALITANJUNG KOTA CIREBON

Oleh :
dr. Permata Ayuning Tyas

Pembimbing :
dr. Dian Rosdiana, MPH

UPT PUSKESMAS KALITANJUNG


DINAS KESEHATAN KOTA CIREBON
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................iii


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Permasalahan.........................................................................................4
1.3. Penentuan Prioritas Masalah ..................................................................4
1.4. Perumusan Masalah ...............................................................................5
1.5. Identifikasi Penyebab Masalah dan Faktor Risiko ..................................5
1.6. Alternatif Pemecahan Masalah...............................................................6
BAB II PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI ...........................7
2.1. Tujuan ...................................................................................................7
2.1.1. Umum ............................................................................................7
2.1.2. Khusus............................................................................................7
2.2. Sasaran ..................................................................................................7
2.2.1. Sasaran Primer................................................................................7
2.2.2. Sasaran Sekunder............................................................................7
2.2.3. Sasaran Tersier ...............................................................................7
2.3. Metode ..................................................................................................7
2.4. Materi....................................................................................................7
2.4.1. Stunting ..........................................................................................7
2.4.2. ASI Eksklusif .................................................................................9
2.4.3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)............................................ 10
BAB III PERSIAPAN KEGIATAN.................................................................. 12
3.1. Tema Kegiatan..................................................................................... 12
3.2. Waktu dan Tempat Kegiatan................................................................ 12
3.3. Jadwal Perencanaan Kegiatan .............................................................. 12
3.4. Susunan Acara ..................................................................................... 13
3.5. Alat Bantu dan Bahan .......................................................................... 13
3.6. Rancangan Anggaran Biaya ................................................................. 14
BAB IV EVALUASI KEBERHASILAN KEGIATAN...................................... 15
4.1. Pendahuluan ........................................................................................ 15
4.2. Indikator Keberhasilan......................................................................... 15
4.2.1. Masukan (input)............................................................................ 15
4.2.2. Proses........................................................................................... 15
4.2.3. Keluaran (output).......................................................................... 16
4.3. Evaluasi Keberhasilan.......................................................................... 16
4.3.1. Masukan (input)............................................................................ 16
4.3.2. Proses........................................................................................... 17
4.3.3. Keluaran (output).......................................................................... 18
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................... 19
5.1. Simpulan ............................................................................................. 19
5.2. Rekomendasi ....................................................................................... 19
LAMPIRAN ...................................................................................................... 20
Lampiran 1 Soal Pre Test dan Post Test ......................................................... 20
Lampiran 2 Daftar Hadir ................................................................................ 22
Lampiran 3 Slide Penyuluhan......................................................................... 23
Lampiran 4 Leaflet......................................................................................... 32
Lampiran 5 Spanduk ...................................................................................... 33
Lampiran 6 Foto Kegiatan.............................................................................. 33
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Mini Project yang berjudul “Pelatihan Antropometri Pada
Kader UPT Puskesmas Kalitanjung Kota Cirebon”. Penyusunan laporan didapat dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Pembimbing internsip Puskesmas Kalitanjung tahun 2019-2020, dr. Dian Rosdiana, MPH
2. Kepala Puskesmas Kalitanjung, dr. Hj. Walyanah, M.H
3. Pemegang program Gizi Ibu Siti Masitoh, SKM
4. Teman-teman Internsip Puskesmas Kalitanjung periode September 2019 - Januari 2020
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga hasil laporan
ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Cirebon, Desember 2019
Penulis

Permata Ayuning Tyas


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan salah satu faktor yang menentukan masa depan suatu bangsa.
Untuk menjadi bangsa yang maju, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Proses perkembangan dan pertumbuhan pada anak terjadi sangat signifikan terutama
pada 1.000 hari pertama kehidupan. Proses tersebut harus sejalan dengan usia anak.
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang cukup, sehingga pertumbuhan
dan perkembangan dapat berjalan secara optimal.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik, sedangkan perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks,
contohnya kemampuan bayi dari berguling menjadi duduk, berdiri, dan berjalan.
Beberapa faktor mendasari proses tersebut, diantaranya faktor sosial, budaya, ekonomi,
dan lingkungan. Karakteristik orangtua berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak kedepannya. Kondisi kesehatan saat kehamilan juga dapat
mempengaruhi proses ini. Antenatal care dan pemberian nutrisi yang tepat dapat
mengurangi risiko masalah saat proses kehamilan. Selain itu, pemberian ASI eksklusif
dan makanan pendamping ASI yang sesuai mampu mengurangi risiko terjadinya
gangguan pada proses pertumbuhan dan perkembangan.
Dampak jangka pendek yang dapat terjadi jika anak mengalami gangguan gizi
adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, komposisi tubuh, serta
proses metabolisme glukosa, lemak, dan protein. Jika tidak ditangani dengan tepat,
dampak jangka panjang yang dapat terjadi yaitu penurunan kemampuan nalar, prestasi
pendidikan, kekebalan tubuh, dan produktivitas kerja. Selain itu, kondisi tersebut juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner,
hipertensi, kanker, stroke, dan penuaan dini. Salah satu permasalahan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak yang terjadi saat ini adalah kondisi balita pendek atau disebut
juga dengan stunting.
Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi tersebut diukur dengan panjang atau
tinggi badan lebih dari minus dua standar deviasi median dari kurva standar
pertumbuhan anak WHO. Pada tahun 2017, sekitar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita
di dunia mengalami stunting. Setengah dari jumlah tersebut berasal dari Asia (55%).
Berdasarkan data dari Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, terdapat 29,8% anak
di Indonesia yang mengalami stunting, dimana 9,8% dari data tersebut tergolong dalam
kategori sangat pendek. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu 27,5% di tahun 2016.
Sedangkan menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi stunting di Indonesia adalah 37,2%. Angka tersebut meningkat 1,2%
dibandingkan tahun 2010, yaitu 35,6%. Sementara itu di wilayah kerja Puskesmas
Kalitanjung, terdapat 147 anak dibawah usia 5 tahun yang menderita stunting pada
bulan Februari 2019, dimana 17 diantaranya tergolong dalam kategori sangat pendek.
Permasalahan ini merupakan masalah kesehatan kronis yang disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah pemberian asupan nutrisi yang tidak tepat. Pada
tahun 2003, WHO mengeluarkan rekomendasi tentang praktik pemberian makanan
pada bayi yang benar, yaitu pemberian ASI sesegera mungkin setelah melahirkan
(kurang dari 1 jam) dan secara eksklusif selama 6 bulan, serta pemberian Makanan
Pendamping ASI (MPASI) mulai usia 6 bulan sambil melanjutkan pemberian ASI
hingga usia 24 bulan. MPASI yang baik adalah yang memenuhi persyaratan tepat
waktu, bergizi lengkap, cukup dan seimbang, aman dan diberikan dengan cara yang
benar. Pemberian makanan yang benar pada awal kehidupan sangat berperan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, perkembangan kognitif,
imunitas, pencegahan obesitas, serta perlindungan masalah alergi juga dipengaruhi oleh
hal tersebut. Salah satu pemberian asupan yang tepat pada awal kehidupan adalah ASI
ekslusif selama 6 bulan. ASI mengandung bahan-bahan yang sangat mudah dicerna dan
diserap oleh bayi. Zat-zat yang terkandung didalamnya mendukung proses pertumbuhan
dan perkembangan, terutama pada saat masa 1.000 hari pertama kehidupan.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat, baik dari segi
bayi maupun dari segi ibu. Komposisi protein dalam ASI dapat menunjang
perkembangan jaringan otak, saraf, kematangan usus, penyerapan zat besi, sertadaya
tahan tubuh. Lemak dalam ASI memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan
susu formula. Lemak diperlukan dalam pertumbuhan jaringan saraf dan retina mata.
Selain itu, karbohidrat yang terkandung didalam ASI juga lebih mudah dicerna oleh
bayi. ASI juga kaya akan vitamin dan mineral yang berguna dalam pembentukan sel
dan jaringan. Bagi ibu, ASI dapat berperan sebagai KB alami dan juga dapat
mempererat hubungan batin antara ibu dan anak.
Setelah pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan, WHO juga merekomendasikan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 24 bulan. Orangtua
membutuhkan pengetahuan mengenai MPASI guna menjaga pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pemberian MPASI dengan jumlah, komposisi, maupun waktu
yang tidak tepat dapat berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Selain itu, hal ini juga sebagai sebuah proses pembelajaran anak dalam mengenal
makanan. Anak membutuhkan makanan pendamping tambahan karena jumlah energi
yang terkandung di dalam ASI sudah tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Oleh sebab itu, asupan makanan yang diberikan harus mengandung gizi yang
seimbang berupa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, cakupan ASI eksklusif
pada bayi 0 – 6 bulan menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 2007, yaitu dari 32%
menjadi 42%. Sementara itu, berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013,
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan sebesar 54,3%. Angka
prevalensi cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan di Jawa Barat masih
jauh dari angka nasional, yaitu 33,7%.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak yang berperan
penting dalam pelayanan kesehatan baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi terkait permasalahan
tersebut. Dengan demikian, diharapkan permasalahan terkait pertumbuhan dan
perkembangan pada anak dapat berkurang, sehingga mampu mencetak calon generasi
penerus bangsa Indonesia yang sehat dan cerdas.

1.2 Permasalahan
Pada tahun 2017, sekitar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting. Setengah dari jumlah tersebut berasal dari Asia (55%). Berdasarkan data dari
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, terdapat 29,8% anak di Indonesia yang
mengalami stunting, dimana 9,8% dari data tersebut tergolong dalam kategori sangat
pendek. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, yaitu 27,5% di tahun 2016.
Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung, terdapat 147 anak dibawah usia
5 tahun yang menderita stunting pada bulan Februari 2019, dimana 17 diantaranya
tergolong dalam kategori sangat pendek. Salah satu penyebab stunting adalah asupan
nutrisi yang tidak sesuai. Pada tahun 2003, WHO merekomendasikan ASI eksklusif
selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan MPASI hingga usia 24 bulan sebagai panduan
pemberian makanan pada anak. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, cakupan ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan
menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 2007, yaitu dari 32% menjadi 42%.
Sementara itu, berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013, cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan sebesar 54,3%. Angka prevalensi
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan di Jawa Barat masih jauh dari
angka nasional, yaitu 33,7%.

1.3 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan permasalahan tersebut, masalah terkait asupan nutrisi pada anak
tentang ASI eksklusif selama 6 bulan dan MPASI hingga usia 24 bulan dipilih sebagai
target intervensi. Hal ini disebabkan karena masalah tersebut dapat memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap masalah pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.4 Perumusan Masalah


Angka penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung sebanyak 147
anak salah salah satu penyebabnya akibat ASI eksklusif selama 6 bulan dan MPASI
hingga usia 24 bulan yang masih tidak sesuai.

1.5 Identifikasi Penyebab Masalah dan Faktor Risiko


Setelah penentuan prioritas masalah, kemudian dilakukan analisis penyebab dari
masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram sebab-
akibat Ishikawa/Fishbone.

Gambar 1. Identifikasi Penyebab dan Faktor Risiko

Angka penderita stunting


salah satu penyebabnya
akibat ASI eksklusif dan
MPASI yang tidak sesuai

Money
Intervensi
masalah
kesehatan
tumbuh dan
kembang
cukup mahal

Penyuluhan mengenai penyakit stunting


serta penyebabnya masih kurang
Penyuluhan terkait tentang ASI
eksklusif masih kurang

Lebih
memilih susu
formula
dibandingkan
dengan ASI
eksklusif

Lingkungan
tempat
tinggal
yang tidak
higienis

Kurangnya
sumber daya
manusia di
Puskesmas
Kalitanjung

Belum ada
pembinaan
kader terkait
penanggulang
an masalah
gizi
khususnya
stunting
Man Method

Material/
Machine

Market

Belum ada
alat bantu
pemantauan
ASI eksklusif

Environtm
ent

1.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 1.1 Alternatif Pemecahan Masalah

1. Sumber daya manusia di Puskesmas


Kalitanjung yang masih kurang

Audiensi dengan Dinas Kesehatan Kota


Cirebon

2. Belum ada pembinaan kader terkait


penanggulangan masalah gizi
khususnya stunting
Melakukan penyuluhan terkait pembinaan
kader
3. Intervensi masalah kesehatan tumbuh
dan kembang cukup mahal

Menyarankan masyarakat untuk berobat


menggunakan asuransi kesehatan

4. Penyuluhan mengenai stunting, ASI,


dan MPASI masih kurang

Melakukan penyuluhan interaktif mengenai


masalah kesehatan stunting, ASI eksklusif,
dan MPASI

5. Belum ada alat bantu pemantauan


ASI eksklusif

Membuat alat bantu pemantauan komitmen


masyarakat untuk melakukan ASI eksklusif
selama 6 bulan

6. Orangtua tidak bisa memberikan ASI


dan lebih memilih menggunakan
susu formula

Melakukan edukasi kepada masyarakat


khususnya orangtua atau calon orangtua
tentang manfaat ASI eksklusif

7. Lingkungan tempat tinggal tidak


higienis
Melakukan penyuluhan mengenai rumah sehat

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tersebut, penyelesaian yang


dilakukan dalam mengintervensi masalah tersebut adalah melakukan penyuluhan
mengenai masalah kesehatan stunting, ASI eksklusif, dan MPASI.
BAB II

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

2.1 Tujuan

2.1.1 Umum
Menurunkan angka penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung.

2.1.2 Khusus
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat ASI eksklusif dan cara
pemberian MPASI yang tepat sehingga dapat menurunkan masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.

2.2 Sasaran

2.2.1 Sasaran Primer


Orangtua yang memiliki anak stunting di RW 11 Kelurahan Harjamukti.

2.2.2 Sasaran Sekunder


Perwakilan kader RW 11 Kelurahan Harjamukti.

2.2.3 Sasaran Tersier


Penanggung jawab program gizi dan tumbuh kembang anak Puskesmas
Kalitanjung.

2.3 Metode
Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan metode penyuluhan interaktif. Materi
yang diberikan mengenai seputar penyakit stunting serta manfaat dan cara pemberian
ASI eksklusif dan MPASI yang tepat.

2.4 Materi

2.4.1 Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi tersebut diukur dengan cara
panjang badan atau tinggi badan berdasarkan usia dibawah minus dua standar deviasi
dari kurva pertumbuhan anak WHO. Kondisi ini merupakan dampak dari masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu
saat hamil, kondisi kesehatan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal. Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta
setelah persalinan menjadi faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
janin. Jika terjadi masalah dalam salah satu proses tersebut dapat meningkatkan risiko
terjadinya stunting di kemudian hari.
Faktor lain pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak
kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang
saat kehamilan. Asupan nutrisi yang diperoleh bayi juga berperan penting terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk risiko terjadinya stunting. Inisiasi
menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, serta pemberian
Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 24 bulan merupakan tiga faktor
penting dalam pemberian asupan nutrisi pada anak. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian asupan makanan pada anak adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan. Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal
juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi memiliki hubungan yang
erat terhadap kemampuan dalam memenuhi asupan makanan yang bergizi dan
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan
pangan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko infeksi. Penyakit infeksi yang
disebabkan karena faktor sanitasi seperti diare dan infeksi cacing dapat mengganggu
penyerapan nutrisi pada anak. Hal ini menyebabkan asupan makanan yang diberikan
tidak efektif sehingga jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan stunting.
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yang dapat terjadi berupa peningkatan
kejadian kesakitan dan kematian; perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada
anak tidak optimal; dan peningkatan biaya kesehatan. Sedangkan dampak jangka
panjangnya adalah postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa; meningkatkan risiko
obesitas dan penyakit lainnya; menurunnya kesehatan reproduksi; kapasitas belajar
dan performa yang kurang optimal pada saat masa sekolah; dan produktivitas dan
kapasitas kerja yang tidak optimal.

2.4.2 ASI Eksklusif


Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Laktosa dan
protein pada ASI dapat diserap lebih baik oleh tubuh bayi dibanding dengan susu
formula. Protein yang terkandung dalam ASI berperan penting dalam perkembangan
jaringan otak, saraf, kematangan usus, penyerapan zat besi, dan daya tahan tubuh.
Jumlah tersebut lebih besar dibanding dengan susu formula.
Lemak pada ASI memiliki profil yang berbeda dibanding dengan lemak dalam
susu formula. Lemak diperlukan untuk pertumbuhan jaringan saraf dan retina mata.
Selain itu, ASI juga kaya akan vitamin dan mineral yang berperan dalam
pembentukan sel dan jaringan. Produksi dan pemberian ASI tidak selalu sama setiap
harinya, yaitu antara 450 – 1200 ml per hari.
Kandungan antibodi pada ASI berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh.
Manfaat pemberian ASI juga dirasakan oleh ibu yang menyusui, yaitu adanya efek
KB alami, kembalinya rahim ke ukuran semula dengan lebih cepat, serta
meningkatkan kekebalan tubuh karena produksi antibodi meningkat. Proses tersebut
juga mempererat hubungan batin antara ibu dan anak. Secara ekonomi, ASI juga lebih
menguntungkan dibanding dengan susu formula karena tidak ada biaya yang harus
dikeluarkan. Ditambah lagi, proses menyusui tidak membutuhkan alat - alat khusus
sehingga lebih efisien dan mengurangi risiko infeksi akibat penyiapan susu yang
kurang higienis.

2.4.3 Makanan Pendamping ASI (MPASI)


Setelah usia 6 bulan, ASI saja tidak dapat memenuhi kebutuhan anak, sehingga
diperlukan asupan tambahan atau disebut dengan Makanan Pendamping ASI
(MPASI). Anak dapat diberikan MPASI ketika sudah dapat duduk dengan leher tegak
dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa memerlukan bantuan, anak menunjukkan
ketertarikan terhadap makanan, misalnya mencoba meraih makanan yang ada
dihadapannya, serta anak menjadi lebih lapar dan tetap menunjukkan tanda lapar
seperti gelisah dan tidak tenang walaupun sudah diberikan ASI secara rutin. Strategi
yang perlu diperhatikan ketika memberikan MPASI adalah harus tepat waktu,
adekuat, aman dan higienis, serta diberikan secara responsif.
Pemberian MPASI dimulai saat anak berusia 6 bulan. MPASI diberikan 2 kali
sehari dengan jumlah 2 – 3 sendok makanan pendamping ASI dalam sekali makan
sebagai awalan. Mulai MPASI dengan makanan yang dihaluskan sehingga menjadi
bubur kental. Saat usia 6 – 9 bulan, berikan makanan dengan frekuensi 2 hingga 3 kali
makan dengan 1 sampai 2 kali selingan setiap harinya. Jumlah yang diberikan
sebanyak setengah mangkuk berukuran 250 ml dengan tekstur bubur kental atau
makanan yang dilumatkan hingga halus. Pemberian MPASI pada usia 9 – 12 bulan
diberikan 3 hingga 4 kali makan dengan 1 sampai 2 kali selingan setiap harinya.
Jumlah makanan yang diberikan sebanyak setengah mangkuk berukuran 250 ml.
Makan yang dapat diberikan berupa makanan yang dicincang halus, dicincang kasar,
atau makanan yang dapat dipegang oleh anak. Makanan Pendamping ASI pada anak
usia 12 hingga 24 bulan diberikan 3 hingga 4 kali makan dan 1 sampai 2 kali selingan
tiap harinya dengan jumlah tiga perempat mangkuk berukuran 250 ml sekali makan.
Anak sudah dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga yang dihaluskan atau
dicincang seperlunya.
Makanan Pendamping ASI harus disiapkan dengan higienis. Sebelum membuat
atau mempersiapkan MPASI, pastikan kebersihan tangan dan peralatan makan yang
digunakan untuk menyiapkan serta menyajikan MPASI. Alat masak seperti talenan
yang digunakan untuk memotong bahan makanan mentah dan bahan makanan matang
harus dipisah. MPASI disimpan pada tempat yang bersih dan aman. Bakteri penyebab
infeksi dapat tumbuh pada makanan-makanan seperti daging, ikan, telur, susu,
kedelai, nasi, pasta, dan sayur-sayuran. Makanan tersebut harus disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu kurang dari 5 derajat celcius. Daging dan ikan harus
disimpan dalam wadah yang terpisah.
Ketika anak sulit untuk makan, coba berikan makanan rumah yang sehat, baik
untuk makanan sehari-hari maupun makanan selingan. Tawarkan jenis makanan baru
atau finger food (makanan yang dapat digenggam oleh anak) yang sehat sehingga
anak dapat belajar makan secara mandiri. Jangan pernah memaksa anak untuk makan,
karena anak mengerti berapa banyak makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
BAB III

PERSIAPAN KEGIATAN

3.1 Tema Kegiatan


Tema dari kegiatan yang dilaksanakan adalah Tanggap Peduli dan Cegah Stunting
(TALI DAN GUNTING). Bentuk kegiatan ini adalah penyuluhan interaktif dengan
memfokuskan materi pada gambaran umum, faktor risiko, dampak, dan penanganan
stunting serta manfaat ASI eksklusif dan MPASI kepada masyarakat RW 11 Kelurahan
Harjamukti, Kota Cirebon.

3.2 Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari dan tanggal : Sabtu, 20 Juli 2019
Waktu : 08.30 – 10.00 WIB
Tempat : Baperkam RW 11 Kelurahan Harjamukti

3.3 Jadwal Perencanaan Kegiatan


Jadwal perencanaan kegiatan penyuluhan “TALI DAN GUNTING” adalah sebagai
berikut
Tabel 3.1 Jadwal Perencanaan Kegiatan
No. Kegiatan

Juli Agustus
1-6 8-13 15-19 20 27 28-31 1-31

1 Koordinasi
dengan dokter
pendamping dan
pemegang
program

2 Penentuan waktu,
tempat, dan
sasaran
penyuluhan

3 Penyusunan acara
dan rancangan
anggaran

4 Persiapan logistik √

13

5 Pelaksanaan
penyuluhan


6 Evaluasi √
7 Penulisan laporan
akhir

√√

3.4 Susunan Acara


Susunan acara untuk kegiatan penyuluhan “TALI DAN GUNTING” adalah sebagai
berikut
Tabel 3.2 Susunan Acara
No. Waktu Durasi Kegiatan
1 08.00-08.30 30’ Persiapan acara
2 08.30-08.50 20’ Absensi kehadiran peserta dan mengerjakan
pretest

3 08.50-08.55 5’ Pembukaan oleh MC


4 08.55-09.00 5’ Sambutan dari Kepala Puskesmas
5 09.00-09.05 5’ Pengumpulan lembar pretest
6 09.05-09.50 45’ Pemaparan materi penyuluhan
7 09.50-10.00 10’ Sesi tanya jawab
8 10.00-10.15 15’ Post-Test
9 10.15-10.30 15’ Penutupan, penandatanganan spanduk, dan foto

bersama

3.5 Alat Bantu dan Bahan


Berikut ini adalah alat bantu dan bahan kegiatan “TALI DAN GUNTING”
Tabel 3.3 Alat Bantu dan Bahan
No. Jenis barang Jumlah
1. Spanduk 1 buah
2. Infocus 1 buah
3. Laptop 1 buah
4. Terminal 1 buah
5. Daftar hadir 2 buah
6. Konsumsi 40 buah

3.6 Rancangan Anggaran Biaya


Berikut adalah rancangan anggaran biaya kegiatan penyuluhan “TALI DAN
GUNTING”
Tabel 3.4 Rancangan Anggaran
Uraian Harga satuan

(Rp) Kuantitas Total


(Rp)
Acara
• Daftar hadir 250 2 500
• Lembar pre test
dan post test

250 40 10.000
• Cetak spanduk 50.000 1 50.000
• Cetak Leaflet 6.000 20 120.000
• Tali rafia
• Pulpen

1.500
10.000

1
2 kotak

1.500
20.000

Konsumsi
• Snack 5.000 40 200.000
Jumlah : 402.000

15
BAB IV

EVALUASI KEBERHASILAN KEGIATAN

4.1. Pendahuluan
Evaluasi kegiatan dilakukan untuk menilai keberhasilan suatu program.
Suatu program dikatakan berhasil jika dapat mencapai indikator yang ditetapkan.
Evaluasi bertujuan sebagai panduan baik dari segi perencanaan maupun
pelaksanaan program selanjutnya.
4.2. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan program yang telah disusun, acara dianggap berhasil apabila
memenuhi 80% dari indikator keberhasilan berikut ini yang terdiri atas masukan
(input), proses, dan keluaran (output).
4.2.1. Masukan (input)
• Sumber daya manusia (man): dokter internsip di Puskesmas Kalitanjung menjadi
bagian dari rangakaian persiapan kegiatan dan berpartisipasi dalam acara.
• Sumber dana (money): dana yang tersedia sesuai dengan rancangan anggaran.
• Sarana prasarana (material): alat, bahan, dan media penunjang penyuluhan
dipersiapkan dan digunakan dengan baik selama kegiatan.
• Program (method): susunan acara dan konten penyuluhan dipersiapkan dalam
bentuk Rencana Operasional Pelaksanaan (ROP) sesuai dengan tujuan dan
sasaran kegiatan.
• Sasaran (market): peserta yang hadir meliputi masyarakat dan kader RW 11
Kelurahan Harjamukti serta perwakilan tenaga kesehatan dari Puskesmas
Kalitanjung.
4.2.2. Proses
• Perencanaan (Planning):

➢Kegiatan yang akan dilaksanakan disusun sesuai tujuan dan dituangkan dalam

suatu susunan acara.


• Pengorganisasian (Organizing):

16

➢Koordinasi dengan pihak puskesmas, kader, dan perangkat RW 11 Kelurahan

Harjamukti berjalan dengan baik.


• Pelaksanaan (Actuating):

➢Dokter internsip hadir di tempat pelaksanaan 30 menit sebelum acara dimulai.

➢Alat, bahan, dan media penunjang yang dibutuhkan berfungsi dengan baik

selama kegiatan.
➢Jumlah peserta yang hadir minimal 50% + 1 undangan yaitu 11 peserta.

➢Seluruh peserta berpartisipasi aktif selama kegiatan penyuluhan.

➢Seluruh peserta mengikuti pre test dan post test.

➢Seluruh peserta mendapatkan leaflet dan konsumsi.

➢Seluruh peserta mengikuti rangkaian acara sampai dengan selesai.

➢Acara berjalan sesuai dengan perencanaan dengan toleransi keterlambatan

tidak lebih dari 15 menit.


• Pengawasan (Controlling):

➢Rangkaian kegiatan dipantau oleh seorang pengawas waktu (time keeper)

yang akan memastikan bahwa acara berjalan sesuai dengan perencanaan.


4.2.3. Keluaran (output)
Keluaran dinilai berdasarkan peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap
ASI eksklusif dan MPASI yang dilihat dengan cara membandingkan hasil pre test
dan post test.
4.3. Evaluasi Keberhasilan
4.3.1. Masukan (input)
• Sumber daya manusia (man): dokter internsip di Puskesmas Kalitanjung menjadi
bagian dari rangakaian persiapan kegiatan dan berpartisipasi dalam acara.
• Sumber dana (money): dana yang tersedia dan yang digunakan telah sesuai
dengan rancangan anggaran.
• Sarana prasarana (material): alat, bahan, dan media penunjang penyuluhan telah
dipersiapkan dan digunakan dengan baik selama kegiatan.

17

• Program (method): Susunan acara dan konten penyuluhan telah dipersiapkan


dalam bentuk Rencana Operasional Pelaksanaan (ROP) sesuai dengan tujuan
dan sasaran kegiatan.
• Sasaran (market): Peserta yang hadir 20 orang, meliputi masyarakat dan kader
RW 11 Kelurahan Harjamukti beserta, perwakilan tenaga kesehatan Puskesmas
Kalitanjung, dokter pendamping, dan kepala Puskesmas Kalitanjung.
4.3.2. Proses
• Perencanaan (Planning):
• Kegiatan yang dilaksanakan telah disusun sesuai tujuan dan dituangkan
dalam suatu susunan acara.
• Pengorganisasian (Organizing):
• Koordinasi dengan pihak puskesmas, kader, dan perangkat RW 11
Kelurahan Harjamukti sudah berjalan dengan baik.
• Pelaksanaan (Actuating):
• Dokter internsip telah hadir di tempat pelaksanaan 30 menit sebelum acara
dimulai.
• Alat, bahan, dan media penunjang yang dibutuhkan sudah berfungsi dengan
baik selama kegiatan.
• Jumlah peserta yang hadir 20 orang, meliputi masyarakat dan kader RW 11
Kelurahan Harjamukti beserta, perwakilan tenaga kesehatan Puskesmas
Kalitanjung, dokter pendamping, dan kepala Puskesmas Kalitanjung.
Seluruh peserta telah berpartisipasi aktif selama kegiatan penyuluhan dilihat
dengan antusiasme peserta dalam memberi pertanyaan serta tanggapan yang
diajukan oleh peserta.
• Seluruh peserta telah mengikuti pre test dan post test.
• Seluruh peserta telah mendapatkan leaflet dan konsumsi.
• Seluruh peserta telah mengikuti rangkaian acara sampai dengan selesai.
• Acara telah berjalan sesuai dengan perencanaan.
• Pengawasan (Controlling):

18

➢Panitia yang bertugas mengawasi waktu telah mengerjakan tugas dengan

baik.
4.3.3. Keluaran (output)
Keluaran dinilai berdasarkan peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap
ASI Eksklusif dan MPASI yang dilihat dengan cara membandingkan hasil pre test
dan post test.
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test

Pre Test Post Test


Jumlah Peserta 15 15
Nilai Rata-Rata 79,16 90,83
Nilai Maksimum 100 100
Nilai Minimum 37,5 75
Berdasarkan tabel di atas, terjadi peningkatan pada rata-rata nilai post test
(90,83) dibandingkan nilai pre test (79,16), sehingga dapat disimpulkan terjadi
peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan mengenai ASI eksklusif dan MPASI.
Selain itu, terjadi peningkatan pada nilai minimum post test.
BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Simpulan
Hasil dari penyuluhan “TALI DAN GUNTING” yaitu terdapat peningkatan
pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan MPASI. Adapun keberhasilan
penyuluhan dilihat dari pencapaian indikator. Semua indikator keberhasilan telah
tercapai selama kegiatan berlangsung.
5.2. Rekomendasi
Setelah diadakannya kegiatan penyuluhan ini diharapkan:
• Peserta dapat mengaplikasikan informasi yang telah didapatkan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Peserta penyuluhan dapat memberikan informasi mengenai ASI eksklusif dan
MPASI sehingga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hal tersebut.
• Peserta berkomitmen untuk melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai