Anda di halaman 1dari 7

F.

3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

PEMASANGAN KB SUSUK (IMPLAN) PADA


AKSEPTOR KB BARU
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah tentang jumlah penduduk

yang padat. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah. Untuk itu pemerintah

mencanangkan program keluarga berencana (KB) yaitu program pemberantasan jumlah anak

yakni dua anak untuk setiap keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang

cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat internasional. Hal ini terlihat dari angka

kesertaan ber-KB yang meningkat dari 26% pada tahun 1980 menjadi 50% pada tahun 1991,

dan terakhir 57% di tahun 1997.

Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Agar dapat

mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau

menunda kehamilan. Cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencananan keluarga. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi), atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim .

Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan yaitu menunda

kehamilan pasangan dengan istri dibawah 20 tahun, menjarangkan kehamilan (mengatur

kesuburan), mengakhiri kesuburan. Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai
macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, IUD dan

implan. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat

dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut

keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima oleh

pasangan suami istri. Meskipun demikian, masih banyak dari pasangan usia subur (PUS)

yang masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi, hal ini tidak hanya karena

terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan

dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk

status kesehatan.

Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2012, tingkat prevalensi pemakaian alat kontrasepsi menunjukan tingkat kesertaan KB di

antara pasangan usia subur mencapai 61,9%. Sebanyak 57,9% di antaranya menggunakan

cara KB modern, hanya meningkat sebesar 0,5% dari 57,4% dalam lima tahun terakhir.

Sementara itu, penggunaan kontrasepsi didominasi oleh alat kontrasepsi jangka pendek,

terutama suntikan, yang mencapai 31,9%.

Dampak apabila masih banyak pasangan usia subur tidak menggunakan

kontrasepsi yaitu jumlah penduduk semakin besar dan semakin meningkat, kekurangan

pangan dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan

rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi

khususnya di negara berkembang. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prosentase

pemakaian alat kontrasepsi yaitu dengan cara melakukan komunikasi yang efektif,

memberikan informasi dan edukasi (KIE) mengenai manfaat kontrasepsi serta konseling, hal

ini sangat diperlukan dalam pelayanan keluarga berencana.


BAB.II
PERMASALAHAN

1. Pemasangan KB dilakukan pada tanggal 3 Desember di poli KIA di Puskesmas Muara


Kelingi.

2. Penggunaan kontrasepsi belum mencapai 100 %, hal ini dapat di pengaruhi oleh banyak

faktor pertimbangan, antara lain dari faktor pasangan, faktor kesehatan, faktor pekerjaan,

persepsi, efektifitas, persepsi efek samping dan faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri.
BAB.III

PERENCANAAN DAN INTERVENSI

Kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) di

Puskesmas Muara Kelingi adalah program kesehatan dasar minimal yang harus dilaksanakan

setiap Puskesmas. Dimana kegiatan ini ditujukan untuk semua masyarakat yang berada di

kecamatan Muara Kelingi.

Kegiatan pemasangan Implan pada akseptor KB baru di laksanakan hari jumat. pada

tanggal 13 Desember 2019 di mulai pukul 8.30 sampai selesai. Kegiatan ini meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemasangan susuk, edukase efek samping penggunaan KB susuk.


BAB IV

PELAKSANAAN

Kegiatan pemasangan implan pada akseptor KB baru dilaksanakan di ruangan KIA dan

KB puskesmas Muara Kelingi di ikuti oleh 1 dokter interenship dan 2 orang petugas bidan. Hasil

kegiatan pada tanggal 13 Desember 2019 adalah sebagai berikut :

1. Ny. S; 32 th; 148 cm; 50 kg

2. Ny.M; 28 th; 150 cm; 48 kg


BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring :

 Kegiatan pemasangan implan pada akseptor KB baru dilaksanakan di ruangan KIA dan

KB puskesmas Muara Kelingi berjalan sesuai jadwal dan dimulai tepat pada waktunya.

 Petugas kesehatan hadir tepat waktu sebelum pelayanan dimulai.

Evaluasi :

 Angka kehadiran pasien pada hari Jumat 13 Desember 2019 sebanyak 2 orang akseptor

baru KB implan
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan pemasangan Implan pada akseptor KB baru yang di laksanakan. pada tanggal

13 Desember 2019 di ruangan KIA dan KB Puskesmas Muara Kelingi, Kecamatan Muara

Kelingi, Kabupaten Muara Kelingi berjalan dengan baik.

Untuk meningkatkan prosentase pemakaian alat kontrasepsi yaitu dengan cara

melakukan komunikasi yang efektif, memberikan informasi dan edukasi (KIE) mengenai

manfaat kontrasepsi serta konseling, hal ini sangat diperlukan dalam pelayanan keluarga

berencana. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu pasien dalam memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu

dapat membuat pasien merasa lebih puas.

Anda mungkin juga menyukai