Anda di halaman 1dari 38

Pasien jaga IGD

NO Nama pasien Diagnosis Keterangan


1 An. rafif ,6 thn, 12 kg Obs. Febris hari ke 4 ec susp VIP A
tifoid dd malaria
2 An. asyka, 9 bulan, 8 kg Obs. Febris hari ke 6 ec susp Edelweis
tifoid dd isk
3 An. , sylva 7tahun, 16kg Vomitus Edelweis

4 An. Rifat, 1 tahun 7 bulan, 11 kg Kejang demam sedehana Edelweis

5 An. Mifta, 6 tahun, 17 kg Obs. Febris hari 1 plg


LAPORAN JAGA
7-8 NOVEMBER
KEPANITERAAN KESEHATAN ANAK DAN REMAJA 2018
UNIB-RS. M. Yunus Pembimbing:
dr. Jumnalis, Sp.A.

Disusun Oleh:
Bobby Aksanda Putra
Identitas Pasien:
• Nama : An. Ak
• Umur : 9 bulan
• Berat badan : 8 kg
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Masuk RS : 7 November 2018, jam 19.40 WIB
Anamnesis
Keluhan Utama:
Demam 6 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
6 hari sebelum masuk rumah sakit dari hari senin sore, pasien demam,
mengigil (-), kejang (-). Demam terus menerus, demam turun apabila
pasien minum obat penurun panas, demam tidak disertai menggigil, Pasien
juga mengeluh batuk + 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak
disertai dahak, pasien juga mengeluh mual, tetapi tidak disertai muntah,
nafsu makan pasien juga menurun dan sakit saat menelan, nyeri perut (-),
sakit kepala (-), nyeri BAK (-), BAB (+) normal, BAK (+) normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa
Riwayat Persalinan:
P1A0, Bayi lahir di rumah, lahir spontan ditolong bidan.
Ketuban jernih. Bayi langsung menangis. Berat Badan
Lahir : 3200 gr, Panjang Badan Lahir : 48 cm.

Riwayat Imunisasi:
Imunisasi pasien (hepatitis b, polio, BCG, DTP, Hib, PCV,
Rotavirus, influenza)
Pasien belum imunisasi campak.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Lemas, Tampak Sakit Sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda vital :
– Nadi : 149 x/menit
– Pernapasan : 32 x/menit
– Suhu : 39,1°C
Kepala Normocephali, rambut hitam tidak mudah
dicabut.
Mata Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak
ikterik, edema palpebra tidak ada , mata cekung
(-/-)
Hidung Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret.
Telinga Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus - / -, nyeri
tekan mastoid - / -
Mulut Bibir tidak sianosis, mukosa bibir basah (+), lidah
kotor (-), faring hiperemis (+), tonsil (T2-T2)
Leher Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak
teraba membesar
Thorax I Gerakan dinding dada statis dinamis, simetris kiri
Pulmo kanan, otot bantu napas (-), retraksi dinding dada
(-)
P Stem fremitus kiri sama dengan kanan normal
P Sonor seluruh lapangan paru
A Suara napas vesikuler +/+ normal, wheezing ( -),
Rhonki (-)
Cor I Iktus cordis tidak terlihat
P Iktus cordis tidak teraba
P Jantung dalam batas normal
A Bunyi Jantung I-II normal, irama reguler, murmur
(-), gallop (-),
Abdomen I Datar

P Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak


teraba
P Timpani pada seluruh lapang abdomen

A Bising usus (+) normal


Extrimitas akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2’
Superior
Extrimitas akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2’
inferior
Genitalia Phimosis (-), smegma sedikit
Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin (7-1-2018)


HB : 13,1 gr/dl
HT : 32 %
Leukosit : 11.300 mm3
Trombosit : 185.000 sel/mm3
Assessment
Diagnosis IGD:
Observasi Febris hari ke 6 ec susp Tyfoid dd ISK
Plan
Planning IGD:
• IVFD KA-EN 1B gtt x/menit mikro
• Ampisilin 3x120 mg (IV)
• Propirektik supp 80 mg
• PCT drops 3x0.9 cc prn demam
Pembahasan
• Diagnosis pada pasien adalah observasi febris hari ke 6 susp tifoid dd isk kurang tepat,
berdasarkan anamnesis kurang mendukung pada tanda dan gejala demam tifoid dimana
didapatkan dari anamnesis bahwa pasien mengalami demam 6 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam dirasakan terus menerus demam turun apabila pasien minum obat
penurun panas, demam tidak disertai menggigil, tidak terdapat gusi berdarah atau bintik
kemerahan. Pasien juga mengeluh batuk + 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak
disertai dahak, pasien juga mengeluh mual, tetapi tidak disertai muntah, nafsu makan
pasien juga menurun dan sakit saat menelan, nyeri perut (-), sakit kepala (-), nyeri BAK(-),
BAB (+) normal, BAK (+) normal. Berdasarkan anamnesis tanda dan gejala pasien
mengarah kepada diagnosis tonsilophaingitis akut dimana di dukung dengan hasil
pemeriksaan fisik di dapatkan faring hiperemis, tonsil membesar. Diagnosis tersebut juga
didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan leukosit 11.300 mm3
Pembahasan
• Tetapi hal tersebut harus didukung pemeriksaan pendukung
lainnya untuk menyingkirkan dignosis banding.
Pembahasan
• Kebutuhan cairan
8 kg = (8x100)= 800 ml/hari
Minum perhari + 240 ml
800 – 240 = 560 ml/24 jam
560 x 60gtt = 23 gtt/menit (kurang tepat)
24x60menit
Pada pemberian cairan kurang sesuai dengan kebutuhan cairan
anak dimana hanya diberikan X gtt/menit.
• Ampisilin: (kurang tepat)
pemberian ampicilin 3x120mg, dosis sudah sesuai dengan
rentang dosis pemberian ampicilin yaitu 66mg-133mg jika
disesuaikan dengan diagnosis demam tifoid, sedangkan pada
diagnosis Tonsilofaringitis yang mana penyebab tersering lbh dari
80 % adalah viral infection.
Tetapi pada pemberian anti biotik seharusnya dilakukan kultur
darah terlebih dahulu.
• Paracetamol:
Dosis paracetamol 10-15mg/kgBB/kali
= 80-120 mg/kali (sediaan 60 mg/0.6ml)
= 0,8-1.2 cc/kali pemberian
=dosis pemberian 3x 0.9 (sesuai)
Pemberian paracetamol dapat diberikan sebagai antipirektik pada pasien
ini.
Untuk pemberian propirektik supp sudah sesuai rentang dosis yaitu 80
mg
• Seharusnya Pada penegakkan diagnosis demam tifoid
sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya yg dapat
mendukung diagnosis seperti widal dan tubex test, sedangkan
untuk menunjang diagnosis ISK harus di sertai pemeriksaan
urine rutin.
• Sedangkan pada diagnosis TFA dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang swap tenggorok untuk kultur bakteri.
EDUKASI ORANG TUA
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat jika demam
5. Ukur suhu berkala
6. Berikan penurun panas jika demam tinggi.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila demam tidak turun
TERIMA KASIH
DEMAM TIFOID
PEMERIKSAAN PENUNJANG DEMAM TIFOID:
Darah Tepi -leukopeni -anemia
MENYOKONG DX -limfositosis relatif -aneosinofilia -trombositopeni
Sumsum Tulang -hiperaktif SRE (sel makrofag)
-sist eritropoesis
-sist granulopoesis menurun
-sist trombopoesis
Widal -titer O 1/200
-ingat akan +/- palsu
MEMBUAT DX -darah
Biakan -urin/feses
-sumsum tulang
FAKTOR YANG
BERPENGARUH
MANIFESTASI KLINIK DEMAM TIFOID:
Minggu I : angsur2
Masa Inkubasi DEMAM Minggu II: kontinue
(10-14 hari) Minggu III: angsur2
- demam GANGG - obstipasi-diare
- pusing / SAL CERNA - lidah kotor
- nyeri kepl - meteorismus
- anoreksia - hepatosplnm
- mual-muntah GANGG - apati s/d koma
BAYI(diare akut/septikemia) KESADARAN
-diare - muntah - hepatosplenomegali
-ikterik - distensi - kejang -anoreksia
Tonsilopharyngitis
Pendahuluan
• Resistensi terhadap antibiotik ~ persoalan kesehatan masyarakat
• Penggunaan AB secara tidak rasional
– Sakit tenggorokan
– merupakan suatu gejala infeksi saluran nafas atas
• indikasi infeksi oleh kuman Streptococcus
– Infeksi streptokok, indikasi pemberian antibiotik,
• ternyata hanya 10 – 20% sakit tenggorokan yang menunjukkan biakan
Streptococcus grup A positip
• Diperkirakan peresepan antibiotik terjadi pada 30 – 75% kunjungan
Kelompok etiologi
infeksi saluran pernapasan atas
– Kelompok viral (69%)
– Rhinovirus (52%)
– Coronavirus (8%)
– Influenza A atau B (6%)
• Parainfluenza, RSV, adenovirus, enterovirus (7%)
– Kelompok bakterial (3.5%)
– Chlamydia pneumoniae (2%)
– Hemophilus influenzae (0.5%)
– Streptococcus pneumoniae (0.5%)
• Mycoplasma pneumoniae (0.5%)
– Lain-lain (27.5%)
– Macela MJ et al. J Clin Microbiol 1998;36(2);539-42, dikutip Rosenstein N
Table 1 .Differentiating Features of Pharyngitis Caused by Group A Streptococci and
Viruses.

Featu- “Classic” Streptococcal Pharyngitis Viral Pharyngitis


re
Inciden 10 % 80 %
ce
Age Peak: 5 – 11 years All age
Symp- Sudden onset Onset varies
toms Sore throat, may be severe Sore throat, often mild
Fever Fever varies
Headache Myalgia,arthralgia
Abdominal pain, nausea, vomiting Abdominal pain may occur with influenza A or
Epstein Barr virus

Signs Pharyngeal erythema and exudates Usually no exudates, ulcerative lesion with some
Tender,enlarged anterior cervical nodes generally minor, non tender adenopathy
Palatal petechiae Characteristic enanthemas
Tonsillar hypertrophy Varies with agent
Scarlet fever rash Characteristic exanthema

Often cough, rhinitis, hoarseness,


Absence of cough, rhinitis, hoarseness, conjunctivitis or diarrhea
conjunctivitis,and diarrhoea

Adapted from :Tanz.R,Shulman S.Pharyngitis.In :Principles and practice of pediatric infectious disease
.Long S,Pickering L, Prober C. 2002,180.
Streptococcal Tonsillopharyngitis

Viral
Tonsillopharyngitis
Table 2 . Clues for Recognizing Some Agents That Cause Pharyngitis.
Agent Age Comments and Clues
< 5 yr ≥ 5 yr

BACTERIAL Most important:


S. Pyogenes + +++ palatal petechiae,tonsillar exudates, tender cervical
adenitis,scarlet fever rash
Arcanobacterium Scarlet fever-like syndrome,most often in teenagers
- ++ and young adult.
haemolyticum
Very rare,consider in unimmunized patients:bull
Corynebacterium neck,gray pharyngeal membrane
± ±
diphteriae
Ulcerative or exudates pharyngitis, sometimes
asymptomatic, sexual abuse likely in young children
Neisseria + +
gonorrhoeae

Adapted from :Tanz.R,Shulman S.Pharyngitis.In :Principles and practice of pediatric infectious disease.Long S,Pickering L, Prober C.
2002,181.
VIRAL < 5 yr ≥ 5 yr Comments and clues
Look for pharyngeal vesicles/ ulcers,
Enteroviruses +++ ++ vesicles on palms and soles,most common in
summer

May be concomitant conjunctivitis,


Adenoviruses +++ +++
Anterior oral lesions, including lips, high fever,

Herpes simplex virus ++ + exudative pharyngitis, liver and spleen


enlargement,cervical adenopathy,
Epstein-Barr virus
+ +++ diffuse oral erythema and koplik spots prior to
the exanthem
Rubeola

+ +
Sistim penilaian McIsaac
Prinsip pengobatan nasofaringitis
• Antibiotik seharusnya tidak perlu diberikan pada nasofaringitis (common cold)
• Rinitis dengan lendir yang mukopurulen biasanya merupakan bagian dari common
cold , namun itu bukan indikasi untuk memberikan antibiotik kecuali bila gejala ini
menetap tanpa perbaikan sampai 10 – 14 hari.
• Rosenstein N, Phillips WR, Gerber MA, Marcy SM, Schwartz B, Dowell SF.
• The Common Cold-Principles of judicious use of antimicrobial agents.
• Pediatrics 1998;101:181-4.
Uji klinis pemberian amoksisilin dan asam klavulanat
dibanding plasebo
– antibiotik walaupun mungkin tidak diperlukan ternyata memperbaiki
gambaran klinis pada hari ke 5 untuk tonsilofaringitis dengan isolat usap
hidung positif terhadap
• Streptococcus pneumoniae,
• Moraxella catarrhalis
• Hemophilus influenzae
– Sedang untuk kelompok penyebab virus tidak didapatkan perbaikan yang
bermakna
• Rosenstein N, Phillips WR, Gerber MA, Marcy SM, Schwartz B, Dowell SF.
• The Common Cold-Principles of judicious use of antimicrobial agents.
• Pediatrics 1998;101:181-4.
Pilihan antibiotik untuk tonsilofaringitis bakterialis (GAS)
• Pilihan pertama tetap penisilin peroral 10 hari, reduksi lama pemberian
menurunkan efikasi terapi
• Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian antibiotik jangka pendek (≤ 5
hari atau ≤ 3 hari) memberikan efek sama baiknya dengan penisilin selama 10 hari
• Amoksisilin 6 hari, sefalosporin 4 – 5 hari dan klaritromisin 5 hari ditemukan
mempunyai efektifitas yang mendekati penisilin
• Astromisin selama 3 hari tidak cukup efektif, kecuali bila dosis digandakan.
• Guay DRP. Short course antimicrobial therapy of Respiratory
• Tract Infections. Drugs 2003;63(20):2169-84
Kesimpulan
Diagnosis tonsilofaringitis bakterialis akibat infeksi bakterial harus didasarkan
atas hasil pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan gambaran klinis dan
epidemiologis.

 Penggunaan sistim skoring dianjurkan pada kondisi dimana keputusan untuk pemberian antibiotik
dipertimbangkankan.

 Antibiotik tidak perlu diberikan pada anak dengan tonsilofaringitis bila kuman tidak didapatkan
atau tidak sesuai dengan kriteria klinik untuk infeksi bakterial.
 Penisilin tetap merupakan obat pilihan untuk mengobati tonsilofarngitis bakterialis khususnya bila
disebabkan oleh bakteri Streptococcus, namun penggunaan jenis antibiotik lain perlu dipikirkan
bila ada reaksi alergi terhadap penisilin.

Anda mungkin juga menyukai