Disusun oleh:
Mutiara Alderisa
(1102012185)
Pembimbing:
Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
2016
0
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal Lahir : 16-12-1960
Alamat : Jl. Bangka II GG. VI, RT 05/01
No. RM : 2015-676229
Ruang Rawat : Flamboyan
Tanggal Masuk : 25 Juli 2016
Tanggal pemeriksaan : 02 Agustus 2016
I. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien, dan alloanamnesis dengan istri
pasien.
Keluhan utama :
Muntah darah warna merah segar sejak 1,5 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah darah
sebanyak ± 1 cangkir teh.
Keluhan tambahan :
Tidak ada keluhan tambahan
1
Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa pada bulan februari 2016 dan di
rawat inap di RSUD Pasar Rebo. Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat
asma (-), riwayat alergi obat (-), riwayat operasi hernia tahun 2011 (+).
Riwayat rawat inap dengan keluhan yang sama pada bulan februari 2016 di RSUD
Pasar Rebo (+)
2
IMT : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
1. Bentuk : normochepal
2. Posisi : simetris
Kulit
1. Warna : Sawo matang
2. Turgor : Tidak ada
3. Petechiae : Tidak ada
4. Ikterik : Tidak ada
5. Edema : Tidak ada
Mata
1. Palpebra : Normal
2. Konjungtiva : Normal
3. Sklera : Normal
Telinga
1. Pendengaran : Baik
2. Darah & sekret : Tidak ditemukan
Mulut
Leher
3
Paru-paru
1. Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis
kanan kiri.
2. Palpasi : Fremitus taktil dan vokal statis kanan kiri sama.
3. Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi : Suara dasar napas vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
1. Akral hangat
2. Edema ekstremitas (-)
Darah lengkap
Kimia darah lengkap
Elektrolit
EKG
Endoskopi
4
Pemeriksaan darah lengkap (25 Juli 2016)
Hematokrit 29 % 40-52
SEROLOGI
HEPATITIS MARKER
>0.9 : Reaktif
5
Hasil endoskopi (01 Agustus 2016)
IV. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan muntah darah warna
merah segar sejak 1,5 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah darah sebanyak ± 1
cangkir teh. Pasien mengaku tidak ada keluhan tambahan seperti mual (-), muntah (-),
pusing (-), sesak nafas (-).
Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa pada bulan februari 2016 dan
di rawat inap di RSUD Pasar Rebo. Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus(-)
, riwayat asma (-), riwayat alergi obat (-), riwayat operasi hernia tahun 2011 (+).
6
V. DIAGNOSIS KERJA
VI. TATALAKSANA
IGD :
Flamboyan :
Pasca endoskopi :
VII. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad functionam : dubia ad malam
3. Ad sanationam : dubia ad malam
7
TINJAUAN PUSTAKA
Varises Esofagus
A. Definisi
8
B. Epidemiologi
Sekitar 50% pasien dengan sirosis akan terjadi varises gastroesofagus dan
sekitar 30–70% akan terbentuk varises esophagus. Sekitar 4–30% pasien dengan
varises yang kecil akan menjadi varises yang besar setiap tahun dan karena itu
mempunyai risiko akan terjadi perdarahan.
C. Etiologi
Penyakit wilson
Defisiensi antitripsin alfa-1
Hepatitis aktif kronis
9
Hepatitis fulminant
Tabel 2. Etiologi hipertensi portal
D. Patofisiologi
Tekanan vena porta merupakan hasil dari tahanan vaskuler intrahepatik dan
aliran darah pada portal bed. Pada sirosis, tahanan vaskuler intrahepatik dan aliran
porta keduanya sama-sama meningkat. Bila ada obstruksi aliran darah vena porta,
apapun penyebabnya, akan mengakibatkan naiknya tekanan vena porta. Tekanan vena
porta yang tinggi merupakan penyebab dari terbentuknya kolateral portosistemik,
meskipun faktor lain seperti angiogenesis yang aktif dapat juga menjadi penyebab.
Walaupun demikian, adanya kolateral ini tidak dapat menurunkan hipertensi portal
karena adanya tahanan yang tinggi dan peningkatan aliran vena porta. Kolateral
portosistemik ini dibentuk oleh pembukaan dan dilatasi saluran vaskuler yang
menghubungkan sistem vena porta dan vena kava superior dan inferior. Aliran
kolateral melalui pleksus vena-vena esofagus menyebabkan pembentukan varises
esofagus yang menghubungkan aliran darah antara vena porta dan vena kava.
Sistem vena porta tidak mempunyai katup, sehingga tahanan pada setiap level
antara sisi kanan jantung dan pembuluh darah splenika akan menimbulkan aliran
darah yang retrograde dan transmisi tekanan yang meningkat. Anastomosis yang
menghubungkan vena porta dengan sirkulasi sistemik dapat membesar agar aliran
darah dapat menghindari (bypass) tempat yang obstruksi sehingga dapat secara
langsung masuk dalam sirkulasi sistemik.
Bila tekanan pada dinding vaskuler sangat tinggi dapat terjadi pecahnya
varises. Kemungkinan pecahnya varises dan terjadinya perdarahan akan meningkat
sebanding dengan meningkatnya ukuran atau diameter varises dan meningkatnya
10
tekanan varises, yang juga sebanding dengan HVPG. Sebaliknya, tidak terjadi
perdarahan varises jika HVPG di bawah 12 mmHg. Risiko perdarahan ulang menurun
secara bermakna dengan adanya penurunan dari HVPG lebih dari 20% dari baseline.
Pasien dengan penurunan HVPG sampai <12 mmHg, atau paling sedikit 20% dari
baseline, mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk terjadi perdarahan varises
berulang, dan juga mempunyai risiko yang lebih rendah untuk terjadi asites, peritonitis
bakterial dan kematian.
E. Diagnosis
Varises esofagus biasanya tidak memberikan gejala bila varises belum pecah
yaitu bila belum terjadi perdarahan. Oleh karena itu, bila telah ditegakkan diagnosis
sirosis hendaknya dilakukan skrining diagnosis melalui pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi (EGD) yang merupakan standar baku emas untuk
menentukan ada tidaknya varises esofagus. Pada pasien dengan sirosis yang
kompensata dan tidak didapatkan varises, ulangi EGD setiap 2–3 tahun, sedangkan bila
ada varises kecil, maka pemeriksaan EGD diulangi setiap 1–2 tahun. Pada sirosis yang
dekompensata, lakukan pemeriksaan EGD setiap tahun. Efektivitas skrining dengan
endoskopi ini bila ditinjau dari segi biaya, masih merupakan kontroversi, maka untuk
keadaan-keadaan tertentu disarankan untuk menggunakan gambaran klinis, seperti
jumlah platelet yang rendah, yang dapat membantu untuk memprediksi pasien yang
cenderung mempunyai ukuran varises yang besar.
Bila standar baku emas tidak dapat dikerjakan atau tidak tersedia, langkah
diagnostik lain yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan ultrasonografi Doppler
dari sirkulasi darah (bukan ultrasonografi endoskopik). Alternatif pemeriksaan lainnya
adalah pemeriksaan radiografi dengan menelan barium dari esofagus dan lambung, dan
angiografi vena porta serta manometri.
11
Varises esofagus biasanya dimulai dari esofagus bagian distal dan akan meluas
sampai ke esofagus bagian proksimal bila lebih lanjut. Berikut ini adalah derajat dari
varises esofagus berdasarkan gambaran endoskopis.
Setelah varises esofagus telah diidentifikasi pada pasien dengan sirosis, risiko
terjadinya perdarahan varises adalah sebesar 25-35 %. Oleh karena sirosis hati akan
mempunyai prognosis buruk dengan adanya perdarahan varises, maka penting untuk
dapat mengidentifikasi mereka yang berisiko tinggi dan pencegahan kejadian
perdarahan pertama. Perdarahan varises esofagus biasanya tanpa rasa sakit dan masif,
serta berhubungan dengan tanda perdarahan saluran cerna lainnya, seperti takikardi dan
syok. Faktor risiko untuk perdarahan pada orang dengan varises adalah derajat
hipertensi portal dan ukuran dari varises. Varises sangat tidak mungkin untuk terjadi
perdarahan jika tekanan portal < 12 mmHg.
12
Perdarahan varises didiagnosis atas dasar ditemukannya satu dari penemuan
pada endoskopi, yaitu tampak adanya perdarahan aktif, white nipple, bekuan darah
pada varises. Sedangkan adanya red wale markings atau cherry red spots yang
menandakan baru saja mengeluarkan darah atau adanya risiko akan terjadinya
perdarahan.
Pada pasien dengan dugaan terjadi perdarahan dari varises, perlu dilakukan
pemeriksaan EGD. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah
masuk rumah sakit (12 jam), khususnya pada pasien dengan perdarahan yang secara
klinis jelas. Penundaan lebih lama (24 jam) dapat di lakukan pada kasus perdarahan
ringan yang memberikan respon dengan vasokonstriktor.
F. Tatalaksana
13
endoskopi untuk melihat sumber perdarahan, dan untuk identifikasi kemungkinan
pilihan terapi seperti skleroterapi, injeksi epineprin atau elektrokauter.
Terapi Farmakologi
Obat vasoaktif dapat diberikan dengan mudah, lebih aman dan tidak
memerlukan keterampilan. Terapi dapat dimulai di rumah sakit, dirumah atau saat
pengiriman ke rumah sakit yang akan meningkatkan harapan hidup pasien dengan
perdarahan masif. Obat vasoaktif juga akan memudahkan tindakan endoskopi.
Terlipresin adalah turunan dari vasopresin sintetik yang long acting, bekerja
lepas lambat. Memiliki efek samping kardiovaskuler lebih sedikit dibandingkan dengan
vasopresin. Pada pasien dengan sirosis dan hipertensi porta terjadi sirkulasi
hiperdinamik dengan vasodilatasi. Terlipresin memodifikasi sistem hemodinamik
dengan menurunkan cardiac output dan meningkatkan tekanan darah arteri dan tahanan
vaskuler sistemik. Terlipresin memiliki efek menguntungkan pada pasien ke gagalan
hepatorenal, yaitu dengan kegagalan fungsi ginjal dan sirosis dekompensata. Dengan
demikian, dapat mencegah gagal ginjal, yang sering terdapat pada pasien dengan
perdarahan varises. Ketika dicurigai perdarahan varises diberikan dosis 2 mg/ jam
untuk 48 jam pertama dan dilanjutkan sampai dengan 5 hari kemudian dosis diturunkan
1 mg/ jam atau 12-24 jam setelah perdarahan berhenti. Efek samping terlipresin
berhubungan dengan vasokonstriksi seperti iskemia jantung, infark saluran cerna dan
iskemia anggota badan.
14
Terapi Endoskopi
Early vasoactive therapy Blood volume resusitation: Antibiotik (quinolones or ceftriaxone) for
1. Terlipresin Transfusion PRBC to maitain hgb at around 8 g/dl 7 days Ex Norfloxacin 400 mg X 2 iv day 1
2. Somatostatin or plasma expanders to maintain sys BP > 80 mmHG following 6 days peroral
analogues
Continuous rebleeding
Contious bleeding
Emergency TIPS
15
Gambar 3. Algoritme penatalaksanaan varises esophagus
Merupakan cara untuk menurunkan tahanan aliran porta dengan cara shunt
(memotong) aliran melalui hati. Prinsipnya adalah menghubungkan vena hepatik
dengan cabang vena porta intrahepatik. Puncture needle di masukkan ke dalam vena
hepatik kanan melalui kateter jugular. Selanjutnya cabang vena porta intra hepatik di
tusuk, lubang tersebut dilebarkan kemudian di fiksasi dengan expanding stent. Hal ini
merupakan cara lain terakhir pada perdarahan yang tidak berhenti atau gagal dengan
farmakoterapi, ligasi atau skleroterapi.
Operasi
Skleroterapi endoskopi
16
dikarenakan ulserasi yang dalam yang dapat mengakibatkan perdarahan berulang,
pembentukan striktur atau perforasi.
17
Gambar 5. Balon tamponade
G. Prognosis
Pada pasien dengan varises esofagus, sekitar 30% akan mengalami perdarahan
pada tahun pertama setelah didiagnosis. Angka kematian akibat episode perdarahan
tergantung pada tingkat keparahan penyakit hati yang mendasari.
Kematian yang disebabkan karena perdarahan berkisar antara <10% pada
pasien sirosis dengan klasifikasi Child-Pugh A yang kompensata sampai >70% pada
pasien sirosis dengan Child-Pugh C. Risiko terjadinya perdarahan ulang tinggi
mencapai 80% dalam 1 tahun.
Pada pasien dengan HVPG >20% mmHg dalam 24 jam pada perdarahan
varises, bila dibandingkan dengan pasien yang tekanannya lebih rendah, mempunyai
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya risiko perdarahan ulang dalam minggu pertama
atau gagal mengontrol perdarahan, dan mempunyai mortalitas yang lebih tinggi dalam
1 tahun. Pada pasien yang tidak diterapi sekitar 60% akan terjadi perdarahan ulang
yang berlanjut dalam 1-2 tahun.
Varises Gaster
A. Definisi
Varises gaster adalah penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas paling
sering pada pasien dengan hipertensi portal setelah varises esofagus. Perdarahan varises
esofagus umumnya lebih berat dan berhubungan dengan angka morbiditas yang lebih
tinggi, kebutuhan transfusi, dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
varises esofagus.
18
Masalah utama adalah varises yang terjadi di daerah fundus perut. Varises
fundus dapat muncul sebagai struktur vaskular serpiginous atau kadang-kadang sebagai
massa polypoid yang kadang-kadang menyerupai rangkaian buah anggur.
Varises fundus ditemukan 1-2 kasus per bulan. Perhitungan ini berasal dari
akut, perdarahan aktif sampai episode perdarahan berulang hingga varises yang
ditemukan tidak sengaja pada pasien dengan penyakit hati yang tidak diketahui
sebelumnya.
B. Epidemiologi
C. Diagnosis
19
adalah red wale marks (garis-garis merah memanjang pada varises), cherry-red spots,
dan hematocystic spots pada varises.
Hampir 70% kasus varises gaster adalah varises gastroesofageal tipe 1, sisanya
adalah varises fundus (varises gastroesofageal tipe 2 dan varises gaster terisolasi tipe 1),
dan varises gaster terisolasi jarang terjadi. Meskipun varises gastroesofageal tipe 1
paling sering terjadi, namun varises fundus lebih sering mengalami perdarahan, hampir
80% dari semua perdarahan varises gaster.
20
E. Tatalaksana
Profilaksis Primer
21
Tatalaksana Perdarahan Varises Akut
Penggantian cairan yang cukup, sering disertai dengan transfusi darah dan
transfusi plasma beku, dibutuhkan untuk memastikan perfusi jaringan yang memadai
dan oksigenasi. Jika oksigenasi dan sirkulasi darah sudah adekuat, maka dapat
diberikan terapi farmakologi, yaitu vasopressin atau terlipressin. Somatostatin dapat
menghentikan perdarahan varises hingga 80% pasien dan dipertimbangkan setara
dengan vasopressin, terlipressin, dan terapi endoskopi untuk mengontrol perdarahan
varises akut.
Profilaksis sekunder
Profilaksis primer dan sekunder pada perdarahan varises gaster dengan beta-
bloker dengan atau tanpa nitrat dapat digunakan jika ditoleransi, tetapi kurang efektif
dibandingkan profilaksis untuk varises esofagus. Profilaksis sekunder dengan injeksi
cyanoacrylate pada perdarahan varises gaster efektif dan aman dan merupakan
pendekatan endoskopi yang terbaik, jika cyanoacrylate tersedia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Christodoulou D, et al. Gastric and ectopic varices – newer endoscopic options. Annals
of Gastroenterology 2007, 20(2):95-109.
Kasper DL, et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th ed. USA: McGraw-
Hill; 2015. Chapter 57, Gastrointestinal Bleeding; P: 276-9.
23