Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN VOLUME INTRAVASKULER

Penilaian dan evaluasi klinis volume intravascular biasanya dapat dipercaya, sebab
pengukuran volume cairan kompartemen belum ada. Volume cairan intravascular dapat
ditaksir dengan menggunakan pemeriksaan fisik atau laboratorium atau dengan bantuan
monitoring hemodynamic yang canggih. Dengan mengabaikan metoda yang ada, evaluasi
serial diperlukan untuk mengkonfirmasikan kesan awal dan panduan terapi cairan. Lebih dari
itu, perlu melengkapi satu sama lain, sebab semua parameter tidak langsung, pengukuran
volume nonspesifik, kepercayaan pada tiap parameter mungkin salah.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik preoperative adalah yang paling dapat dipercaya. Tanda-
tanda hipovolemia meliputi turgor kulit, hidrasi selaput lendir, denyut nadi yang kuat,
denyut jantung dan tekanan darah dan orthostatic berubah dari yang terlentang ke
duduk atau posisi berdiri, dan mengukur pengeluaran urin. Banyak obat yang pakai
selama pembiusan, seperti halnya efek fisiologis dari stress pembedahan, mengubah
tanda-tanda ini dan memandang tak dapat dipercaya periode sesudah operasi. Selama
operasi, denyut nadi yang kuat (radial atau dorsalis pedis), pengeluaran urin, dan tanda
tidak langsung, seperti respon tekanan darah ke tekanan ventilasi yang positive dan
vasodilatasi atau efek inotropic negative dari anestesi, adalah yang paling sering
digunakan.
Pitting edema-presacral pada pasien yang tidur atau pada pretibial pada pasien
yang dapat berjalan- peningkatan pengeluaran urin adalah tanda hypervolemia pada
pasien dengan dengan jantung, hepar, dan fungsi ginjal yang normal. Gejala lanjut dari
hypervolemia yaitu tachycardia, pulmonary crackles, wheezing, cyanosis, dan frothy
pulmonary secretion.

Tabel. Tanda-Tanda Kehilangan Cairan (Hipovolemia)

Evaluasi Laboratorium
Beberapa pengukuran laboratorium digunakan untuk menilai volume
intravascular dan ketercukupan perfusi.jaringan Pengukuran ini meliputi serial
hematocrits, seperti pH darah arteri, berat jenis atau osmolalitas urin, konsentrasi
klorida atau natrium dalam urin, Natrium dalam darah, dan creatinin serum, ratio
blood urea nitrogen (perbandingan BUN). Ini hanya pengukuran volume intravascular
secara tidak langsung dan sering tidak bisa dipercaya selama operasi sebab
dipengaruhi oleh beberapa variabel dan hasilnya sering terlambat. Tanda-tanda
laboratorium dari dehidrasi yaitu peningkatan hematocrit progresif acidosis metabolic
yang progresif, berat jenis urin >1.010, Natrium dalam urin <10 mEq/L, osmolalitas >
450 mOsm/kg, hypernatremia, dan ratio BUN- -kreatinin >10:1. Tanda-tanda pada
foto roentgen adalah meningkatnya vaskularisasi paru dan interstitiel yang ditandai
dengan ( Kerly " B") atau infiltrasi difus pada alveolar adalah tanda-tanda dari
overload cairan

Pengukuran Hemodinamik
Monitoring CVP diindikasikan pada pasien dengan jantung dan fungsi paru yang
normal jika status volume sukar untuk dinilai dengan alat lain atau jika diharapkan adanya
perubahan yang cepat. Pembacaan CVP harus diinterpretasikan nilai yang rendah(< 5 mm
Hg) mungkin normal kecuali jika ada tanda-tanda hypovolemia. Lebih dari itu, respon dari
bolus cairan ( 250 mL) yang ditandai dengan: sedikit peningkatan ( 1-2 mm Hg) merupakan
indikasi penambahan cairan, sedangkan suatu peningkatan yang besar (> 5 mm Hg)
kebutuhan cairan cukup dan evaluasi kembali status volume cairan.. CVP yang terbaca >12
mmHg dipertimbangkan. hypervolemia dalam disfungsi ventricular kanan, meningkatnya
tekanan intrathorakal, atau penyakit pericardial restriktif.
Monitoring tekanan arteri Pulmonary dimungkinkan jika CVP tidak berkorelasi
dengan gejala klinis atau jika pasien mempunyai kelainan primer atau sekunder dari fungsi
ventrikel kanan, kelainan fungsi tubuh; yang juga berhubungan dengan paru-paru atau
penyakit pada ventrikel kiri. Pulmonary Artery Occlusion Pressure (PAOP) <8 mmHg
menunjukkan adanya hypovolemia ,dikonfirmasi dengan gejala klinis; bagaimanapun, nilai
<15 Mm Hg berhubungan dengan pasien yang hipovolemia relative dengan compliance
ventrikel lemah. Pengukuran PAOP >18 mmHg dan biasanya menandakan beban volume
ventrikel kiri yang berlebih. Adanya penyakit katup Mitral (stenosis), stenosis aorta yang
berat, atau myxoma atrium kiri atau thrombus mengubah hubungan yang normal antara
PAOP dan volume diastolic akhir ventrikel kiri. Peningkatan tekanan pada thorak dan tekanan
pada jalan nafas paru terlihat adanya kesalahan; sebagai konsekwensi, semua pengukuran
tekanan selalu diperoleh pada waktu akhir expirasi.
Teknik terbaru mengukur volume ventrikel dengan transesophageal echocardiography
atau oleh radioisotop dan lebih akurat tetapi belum banyak tersedia.

CAIRAN INTRAVENA
Terapi cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid, koloid, atau suatu kombinasi
kedua-duanya. Solusi cairan kristaloid adalah larutan mengandung ion dengan berat molekul
rendah (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid berisi ion dengan berat
molekul tinggi seperti protein atau glukosa. Cairan koloid menjaga tekanan oncotic plasma
dan sebagian besar ada di intravascular, sedangkan cairan kristaloid dengan cepat
didistribusikan keseluruh ruang cairan extracellular.
Ada kontroversi mengenai penggunaan cairan koloid dan kristaloid untuk pasien dg
pembedahan. Para ahli mengatakan bahwa koloid dapat menjaga plasma tekanan oncotic
plasma, koloid lebih efektif dalam mengembalikan volume intravascular dan curah
jantung.Ahli yang lain mengatakan bahwa pemberian cairan kristaloid efektif bila diberikan
dalam jumlah yang cukup. Pendapat yang mengatakan bahwa koloid dapat menimbulkan
edema pulmoner pada pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler paru adalah tak benar,
sebab tekanan onkotik interstitial paru-paru sama dengan plasma ( lihat Bab 22). Beberapa
pernyataan dibawah ini yang mendukung :

1. Kristaloid, jika diberikan dalam jumlah cukup sama efektifnya dengan koloid dalam
mengembalikan volume intravascular.
2. Mengembalikan deficit volume intravascular dengan kristaloid biasanya memerlukan
3-4 kali dari jumlah cairan jika menggunakan koloid.

3. Kebanyakan pasien yang mengalami pembedahan mengalami deficit cairan


extracellular melebihi deficit cairan intravascular..

4. Defisit cairan intravascular yang berat dapat dikoreksi dengan cepat dengan
menggunakan cairan koloid.

5. Pemberian cairan kristaloid dalam jumlah besar (> 4-5 L) dapat menimbulkan edema
jaringan.

Beberapa kasus membuktikan bahwa, adanya edema jaringan mengganggu transport oksigen,
memperlambat penyembuhan luka dan memperlambat kembalinya fungsi pencernaan setelah
pembedahan.

Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien dengan syok
hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk
menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar. Jika 3-4 L
cairan kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan koloid dapat
diberikan.
Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia. Pemilihan cairan tergantung dari
derajat dan macam kehilangan cairan. Untuk kehilangan cairan hanya air, penggantiannya
dengan cairan hipotonik dan disebut juga maintenance type solution. Jika hehilangan
cairannya air dan elektrolit, penggantiannya dengan cairan isotonic dan disebut juga
replacement type solution. Dalam cairan, glukosa berfungsi menjaga tonisitas dari cairan atau
menghindari ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak cenderung akan menjadi
hypoglycemia(< 50 mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat hypoglycemia jika
puasa (> 24 h) disbanding pria.
Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka yang biasa
digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah Ringer Laktat. Walaupun
sedikit hypotonic, kira-kira 100 mL air per 1 liter mengandung Na serum 130 mEq/L, Ringer
Laktat mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan extraselular dan paling sering dipakai
sebagai larutan fisiologis. Laktat yang ada didalam larutan ini dikonversi oleh hati sebagai
bikarbonat. Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan dilutional
acidosis hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L): konsentrasi
bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi Clorida meningkat.
Larutan saline baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan mengencerkan
Packed Red Cell untuk transfusi. Larutan D5W digunakan untuk megganti deficit air dan
sebagai cairan pemeliharaan pada pasien dengan restriksi Natrium. Cairan hipertonis 3%
digunakan pada terapi hiponatremia simptomatik yang berat (lihat Bab 28). Cairan 3 7,5%
disarankan dipakai untuk resusitasi pada pasien dengan syok hipovolemik. Cairan ini
diberikan lambat karena dapat menyebabkan hemolisis.

Cairan Koloid
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid untuk menjaga
cairan ini ada di intravascular. Walaupun waktu paruh dari cairan kristaloid dalam
intravascular 20-30 menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh dalam
intravascular 3-6 jam. Biasanya indikasi pemakaian cairan koloid adalah :

1. Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang berat (misal:
syok hemoragik) sampai ada transfusi darah.

2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana

Kehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien luka bakar,
koloid diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan tubuh atau jika > 3-4 L larutan
kristaloid telah diberikan lebih dari 18-24 jam setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila
dibutuhkan cairan pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat bahwa cairan ini
adalah normal saline ( Cl 145 154 mEq/L ) dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic
hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia. Semuanya berasal dari protein plasma atau
polimer glukosa sintetik. Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin ( 5% dan 25 % )
dan fraksi plasma protein (5%). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk
meminimalkan resiko dari hepatitis dan penyakit virus lain. Fraksi plasma protein berisi alpha
dan beta globulin yang ditambahkan pada albumin dan menghasilkan reaksi hipotensi. Ini
adalah reaksi alergi yang alami da melibatkan aktivasi dari kalikrein.
Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan
histamine mediated- allergic reaction dan tidak tersedia di United States.Dextran terdiri dari
Dextran 70 ( Macrodex ) dan Dextran 40, yang dapat meningkatkan aliran darah
mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah. Pada Dextran juga ada efek antiplatelet.
Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat menyebabkan masa perdarahan memanjang
(Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat juga bersifat antigenic dan anafilaktoid ringan
dan berat dan ada reaksi anafilaksis. Dextan 1 ( Promit ) sama dengan Dextran 40 atau
dextran 70 untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten dan mengikat
setiap antibody dextran di sirkulasi.
Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat molekul
berkisar 450.000. Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar
dihancurkan pertama kali oleh amylase. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander
dan lebih murah disbanding albumin.. Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi
anafilaxisnya jarang. Studi masa koagulasi dan masa perdarahan umumnya tidak signifikan
dengan infus 0.5 1 L. Pasien transplantasi ginjal yang mendapat hetastarch masih
controversial. Kontroversi ini dihubungkan juga dengan penggunaan hetastarch pada pasien
yang menjalani bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch dengan berat molekul
rendah, sedikit efek tambahannya dan dapat menggantikan hetastarch.

TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF


Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian deficit cairan, kehilangan
cairan normal dan kehilangan cairan lewat luka operasi termasuk kehilangan darah.

Kebutuhan Pemeliharaan Normal


Pada waktu intake oral tidak ada, deficit cairan dan elektrolit dapat terjadi
dengan cepat karena adanya pembentukan urin yang terus berlangsung,sekresi
gastrointestinal, keringat dan insensible losses dari kulit dan paru. Kebutuhan
pemeliharaan normal dapat diestimasi dari tabel berikut:

Tabel Estimasi Kebutuhan Cairan Pemeliharaan


Berat Badan Kebutuhan
10 kg pertama 4 ml/kg/jam
10-20 kg kedua 2 ml/kg/jam
Masing-masing kg > 20 kg 1 ml/kg/jam
Contoh: berapa kebutuhan cairan pemeliharaan untuk anak 25 kg? Jawab: 40+20+5=65
ml/jam

Preexisting Deficit
Pasien yang akan dioperasi setelah semalam puasa tanpa intake cairan akan
menyebabkan defisit cairan sebanding dengan lamanya puasa. Defisit ini dapat
diperkirakan dengan mengalikan normal maintenance dengan lamanya puasa. Untuk
70 kg, puasa 8 jam, perhitingannya (40 + 20 + 50) ml / jam x 8 jam atau 880 ml. Pada
kenyataannya, defisit ini dapat kurang sebagai hasil dari konservasi ginjal. Kehilangan
cairan abnormal sering dihubungkan dengan defisit preoperatif. Sering terdapat
hubungan antara perdarahan preoperatif, muntah, diuresis dan diare.

Penggantian Cairan Intraoperatif


Terapi cairan intraoperatif meliputi kebutuhan cairan dasar dan penggantian
deficit cairan preoperative seperti halnya kehilangan cairan intraoperative ( darah,
redistribusi dari cairan, dan penguapan). Pemilihan jenis cairan intravena tergantung
dari prosedur pembedahan dan perkiraan kehilangan darah. Pada kasus kehilangan
darah minimal dan adanya pergeseran cairan, maka maintenance solution dapat
digunakan. Untuk semua prosedur yang lain Ringer Lactate biasa digunakan untuk
pemeliharaan cairan. Idealnya, kehilangan darah harus digantikan dengan cairan
kristaloid atau koloid untuk memelihara volume cairan intravascular ( normovolemia)
sampai bahaya anemia berberat lebih (dibanding) resiko transfusi. Pada kehilangan
darah dapat diganti dengan transfuse sel darah merah. Transfusi dapat diberikan pada
Hb 7-8 g/dL (hematocrit 21 - 24%).
Hb < 7 g/dL cardiac output meningkat untuk menjaga agar transport Oksigen
tetap normal. Hb 10 g/dL biasanya pada pasien orang tua dan penyakit yang
berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Batas lebih tinggi mungkin digunakan
jika diperkirakan ada kehilangan darah yang terus menerus. Dalam prakteknya,
banyak dokter memberi Ringer Laktat kira-kira 3-4 kali dari banyaknya darah yang
hilang, dan cairan koloid dengan perbandingan 1:1 sampai dicapai Hb yang
diharapkan.

Tabel. Perkiraan Volume Darah Rata-Rata (Average Blood Volumes)


Umur Volume Darah
NEONATES
PREMATURE 95 ML/KG
FULL-TERM 85 ML/KG
INFANTS 80 ML/KG
ADULTS
MEN 75ML/KG
WOMAN 65 ML/KG

Pada keadaan ini kehilangan darah dapat diganti dengan Packed red blood cell.
Banyaknya transfusi dapat ditentukan dari hematocrit preoperatif dan dengan
perkiraan volume darah. Pasien dengan hematocrit normal biasanya ditransfusi hanya
setelah kehilangan darah >10-20% dari volume darah mereka. Sebenarnya tergantung
daripada kondisi pasien] dan prosedur dari pembedahan . Perlu diketahui jumlah darah
yang hilang untuk penurunan hematocrit sampai 30%, dapat dihitung sebagai berikut:

Estimasi volume darah dari Tabel 29-5.

Estimasi volume sel darah merah (RBCV) hematocrit preoperative (RBCV preop).

Estimasi RBCV pada hematocrit 30% ( RBCV30%), untuk menjaga volume darah
normal.

Memperkirakan volume sel darah merah yang hilang ketika hematocrit 30% adalah
RBCV lost = RBCV preop - RBCV 30%.

Perkiraan jumlah darah yang hilang = RBCV lost X 3

Contoh :
Seorang perempuan 85 kg mempunyai suatu hematocrit preoperatif 35%. Berapa
banyak jumah darah yang hilang untuk menurunkan hematocritnya sampai 30%?

Volume Darah yang diperkirakan = 65 mL/kg x 85 kg = 5525 ml.


RBCV 35 % = 5525 x 35 % = 1934 mL.
RBCV30% = 5525 x 30 % = 1658 mL
Kehilangan sel darah merah pada 30% = 1934 - 1658 = 276 mL.
Perkiraan jumlah darah yang hilang = 3 x 276 mL = 828 mL.

Oleh karena itu, transfusi harus dipertimbangkan hanya jika pasien kehilangan darah
melebihi 800 ml. Transfusi tidak direkomendasikan sampai terjadi penurunan
hematocrit hingga 24% (hemoglobin < 8.0 g/dL), tetapi ini diperlukan untuk
menghitung banyaknya darah yang hilang, contohnya pada penyakit jantung dimana
diberikan transfusi jika kehilangan darah 800 mL.

Tabel. Redistribusi dan evaporasi kehilangn cairan saat pembedahan


DERAJAT DARI TRAUMA JARINGAN PENAMBAHAN CAIRAN
MINIMAL (contoh hernioraphy) 0 2 ml/Kg
SEDANG ( contoh cholecystectomy) 2 4 ml/Kg
BERAT (contohreseksi usus) 4 8 ml/Kg

Petunjuk lain yang biasa digunakan sebagai berikut:

1. Satu unit sel darah merah sel akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dL dan hematocrit
2-3% (pada orang dewasa); dan

2. 10mL/kg transfusi sel darah merah akan meningkatkan hemoglobin 3g/dL dan
hematocrit 10%.

TRANSFUSI INTRAOPERATIF
Packed Red Blood Cells
Transfusi darah sebaiknya diberikan packed red cell, dan dapat
mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan bank darah. Packed Red Blood Cell
ideal untuk pasien yang memerlukan sel darah merah tetapi tidak penggantian volume
( misalnya, pasien anemia dengan congestive heart failure). Pasien yang dioperasi
memerlukan cairan seperti halnya sel darah merah; kristaloid dapat diberikan dengan
infuse secara bersama-sama dengan jalur intravena yang kedua untuk penggantian
volume cairan.
Sebelum transfusi, masing-masing unit harus diperiksa secara hati-hati dicek
dengan kartu dari bank darah dan identitas dari penerima donor darah. Tabung
transfusi berisi 170-J.m untuk menyaring gumpalan atau kotoran. Dengan ukuran
sama dan saringan berbeda digunakan untuk mengurangi leukocyte isi untuk
mencegah febrile reaksi transfusi febrile pada pasien yang sensitif. Darah untuk
transfusi intraoperative harus dihangatkan sampai 37C. terutama jika lebih dari 2-3
unit yang akan ditransfusi; jika tidak akan menyebabkan hypothermia. Efek tambahan
hypothermia dan secara khas 2,3-diphosphoglycerate ( 2,3-DPG) konsentrasi rendah
dalam darah yang disimpan dapat menyebabkan suatu pergeseran kekiri ditandai
hemoglobin-oxygen kurva-disosiasi dan, menyebabkan hipoxia jaringan. Penghangat
darah harus bisa menjaga suhu darah > 30C bahkan pada aliran rata-rata sampai 150
ml/menit
Fresh Frozen Plasma
Fresh Frozen Plasma ( FFP) berisi semua protein plasma, termasuk semua
factor pembekuan. Transfusi FFP ditandai penanganan defisiensi faktor terisolasi,
pembalikan warfarin therapy, dan koreksi coagulopathy berhubungan dengan penyakit
hati. Masing-Masing unit FFP biasanya meningkatkan faktor pembekuan 2-3% pada
orang dewasa. Pada umumnya dosis awal 10-15 mL/kg. Tujuannya adalah untuk
mencapai 30% dari konsentrasi faktor pembekuan yang normal.
FFP boleh digunakan pada pasien yang sudah menerima transfusi darah masive.
Pasien dengan defisiensi ANTI-THROMBIN III atau purpura thrombocyto-penic
thrombotic dapat diberikan FFP transfusi.
Masing-Masing unit FFP membawa resiko cepat menyebar yang sama sebagai
unit darah utuh. Sebagai tambahan, pasien dapat menjadi peka terhadap protein
plasma. ABO-COMPATIBLE biasanya diberi tetapi tidak wajib. Seperti butir-butir
darah merah, FFP biasanya dihangatkan 37C sebelum transfusi.

Platelets
Transfusi Platelet harus diberikan kepada pasien dengan thrombocytopenia atau
dysfunctional platelets dengan pendarahan. Profilaxis Transfusi trombosit dapat
diberikan pada pasien dengan hitung trombosit 10,000-20,000 oleh karena resiko
perdarahan spontan.
Hitung trombosit kurang dari 50,000 x 109/L dihubungkan dengan peningkatan
perdarahan selama pembedahan. Pasien dengan thrombocytopenia yang mengalami
pembedahan atau prosedur invasive harus diberikan profilaxis transfusi trombosit
sebelum operasi, hitung trombosit harus meningkat diatas 100,000 x 109/L. Persalinan
pervaginam dan prosedur bedah minor dapat dilakukan pada pasien dengan hitung
trombosit yang agak rendah tapi fungsi trombosit normal dan hitung trombosit
>50,000 x 109/L.
Masing-Masing unit platelets mungkin diharapkan untuk meningkatkan
10,000-20,000 x 109/L dari trombosit. Plateletpheresis unit berisi yang sejenisnya
enam unit donor tunggal. Peningkatan lebih sedikit dapat diharapkan pasien dengan
suatu sejarah platelet transfusi. Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan pada
pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan dapat didiagnosa preoperative
dengan memeriksa masa perdarahan. Transfusi. Platelet diindikasikan pada pasien
dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan perdarahan pada pembedahan. ABO-
compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi tidak perlu. Transfused Platelets
biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi. ABO kompatibel dapat
meningkatkan platelet survival. Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor
dalam kaitan dengan adanyanit donor tunggal. Peningkatan lebih sedikit dapat
diharapkan pasien dengan suatu sejarah platelet transfusi. Disfungsi dapat
meningkatkan perdarahan pada pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan
dapat didiagnosa preoperative dengan memeriksa masa perdarahan. Transfusi. Platelet
diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan perdarahan
pada pembedahan. ABO-compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi tidak
perlu. Transfused Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi.
ABO kompatibel dapat meningkatkan platelet survival. Rh sensitisasi dapat terjadi di
Rh-Negative donor dalam kaitan dengan adanya beberapa butir-butir darah merah di
(dalam) Rh-Positive platelet Unit. Lebih dari itu, anti-A atau anti-B zat darah
penyerang kuman di (dalam) yang 70 mL plasma pada setiap platelet unit dapat
menyebabkan suatu reaksi hemolytic melawan terhadap butir-butir darah merah
penerima ketika sejumlah besar ABO-incompatible platelet unit diberi. Administrasi
Rh immuno-globulin ke Rh-Negative Individu dapat melindungi dari Rh sensitisasi
yang mengikuti Rh-Positive platelet Transfusi. Pasien yang kembang;kan zat darah
penyerang kuman melawan terhadap HLA antigens lymphocytes di (dalam) platelet
berkonsentrasi) atau platelet spesifik antigens memerlukan HLA-COMPATIBLE atau
single-donor unit. Penggunaan plateletpheresis transfusi boleh ber/kurang
kemungkinan sensitisasi.

Transfusi Granulosit
Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada
pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik.
Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat pendek,
sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulocytes pada umumnya
diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya reaksi graft-versus-
host , kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan lain permasalahan
berhubungan dengan transfusi leukosit (lihat di bawah), tetapi mempengaruhi fungsi
granulosit. Ketersediaan filgrastim ( granulocyte colony-stimulating faktor, atau G-
CSF) dan sargramostim ( granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor, atau
GM-CSF) telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.

KONSEP UTAMA

1. Walaupun waktu paruh cairan kristaloid didalam intravascular adalah 20-30 menit,
kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh antara 3-6 jam.
2. Pasien dengan hematocrit normal bisanya ditransfusi hanya setelah kehilangan darah
lebih dari 10-20% dari volume darahnya. Ini berdasarkan kondisi medis pasien dan
prosedur pembedahan.

3. Reaksi transfusi yang paling berat yaitu yang berhubungan dengan inkompatibilitas
ABO, antibody yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dalam
transfusi (asing), mengaktifkan komplemen,dan mengakibatkan hemolysis
intravascular.

4. Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari reaksi hemolytic akut adalah kenaikan
temperatur, tachycardia yang tak dapat dijelaskan,hypotensi, hemoglobinuria dan
oozing difus dari lapangan operasi.

5. Transfusi leukocit termasuk produk darah dapat menjadi immunosuppressive.

6. Pasien immunosupresi dan immunocompromised (misalnya, bayi premature dan


penerima transplantasi organ) terutama peka terhadap infeksi cytomegalovirus
(CMV) melalui transfusi. Seperti pasien yang hanya menerima unit CMV-
NEGATIVE.

7. Penyebab tersering pendarahan dari transfusi darah yang massif adalah dilutional
thrombocytopenia.

8. Secara klinis hypocalcemia, menyebabkan depresi jantung, tidak terjadi pada pasien
normal kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap 5 menit.

9. Ketidakseimbangan asam basa yang paling sering setelah transfusi darah masif
adalah alkalosis metabolic post operative

Anda mungkin juga menyukai