Anda di halaman 1dari 2

Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal.

Prevalensi NPB karena posisi duduk besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering menimbulkan keluhan; 1,2%
kadang-kadang menimbulkan keluhan dan 25,9% jarang menimbulkan keluhan.(2)

Faktor-faktor risiko lain yang turut mempengaruhi timbulnya NPB antara lain umur, jenis kelamin, indeks
massa tubuh (IMT), jenis pekerjaan, dan masa kerja.(3-5) Kebiasaan sehari-hari yang dapat merupakan
faktor risiko untuk terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, olahraga, dan
aktivitas rumah tangga seharihari seperti berkebun, membersihkan rumah, mencuci, dan menjaga anak.
Merokok maupun mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan NPB oleh karena diduga terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah pada jaringan lunak.(5,6) Pekerjaan yang dilakukan secara
berulangulang, vibrasi seperti pada pengemudi truk, paritas, dan stres psikososial juga turut berperan
untuk terjadinya NPB.(4,5,7)\

Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan menyebabkan ketegangan otot-otot dan keregangan
ligamentum tulang belakang. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit.(5) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
berbagai faktor risiko (umur, IMT, paritas, olahraga, masa kerja, jenis pekerjaan, duduk statis, sikap
duduk, dan kesempatan berelaksasi) terjadinya NPB pada pekerja perempuan.

Dari faktor-faktor risiko yang diteliti (umur, IMT, paritas, olahraga, jenis pekerjaan sekarang, jenis
pekerjaan dahulu, masa kerja sekarang, masa kerja dahulu, lama kerja per hari, lama kerja per minggu,
jabatan sekarang, kesempatan berelaksasi ketika bekerja, lama duduk, dan sikap duduk), maka
didapatkan 4 faktor yang kiranya dapat dijadikan model akhir seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel
1 menunjukkan, bahwa IMT kurus memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,3 kali lebih besar dibandingkan
IMT normal (IK 95%=1,29-4,10). Pekerja dengan jenis pekerjaan bagian pemasangan memiliki risiko
untuk terjadinya NPB 4,02 kali lebih besar dibandingkan dengan bagian pengisian. Lama duduk statis 91-
300 menit memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,63 kali lebih besar dibandingkan dengan 5-90 menit.
Sedangkan subyek yang tidak berkesempatan merelaksasikan badannya selama bekerja memiliki risiko
3,5 kali lebih besar untuk terjadinya NPB.

Pembebanan otot statis dan berulang menyebabkan aliran darah terhambat, sehingga suplai oksigen
tidakcukup untuk proses metabolisme aerobic. Keadaan tersebut menyebabkan akumulasi
tertimbunnya asam laktat dan panas tubuh, pada akhirnya menyebabkan kelelahan otot skeletal yang
dirasakan sebagai bentuk kenyerian otot (Tarwaka, Bakri, Sudiajeng, 2004).
Onishi (1991) melaporkan bahwa kerja dengan posisi duduk terus - menerus menyebabkan kontraksi
otot menjadi statis dan the load pattern menjadi lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi dinamis.
Disamping itu, pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis dibandingkan dengan dinamis; konsumsi
energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat, dan diperlukan waktu pemulihan yang lama (Tarwaka, Bakri,
Sudiajeng, 2004). Faktor resiko terjadinya nyeri punggung bawah karena tegangnya postur tubuh,
obesitas, kehamilan, faktor psikologi dan beberapa aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar seperti
mengangkat barang yang berat dan duduk yang lama. Duduk lama pada murid sekolah atau mahasiswa
pada saat perkuliahan berlangsung juga dapat mengakibatkan terjadi nyeri punggung (Klooch, 2006).

Anda mungkin juga menyukai