Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan
Kota Salatiga
Disusun oleh:
dr. Taqiudin Miftakhurrohman
0
HALAMAN PENGESAHAN
Topik:
SKABIES
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga
Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping
1
BAB I
PENDAHULUAN
C. PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Cebongan
yang dilaksanakan di Ruang Aula Pondok Pesantren An-Nida pada tanggal 29 April
2019. Penyuluhan mengenai skabies dilaksanakan pada pukul 18.00 WIB dan berakhir
pada pukul 19.30 WIB. Pada penyuluhan ini disampaikan materi tentang skabies,
meliputi :
1. Pengertian skabies
2. Penyebab skabies dan penyebarannya
3. Faktor resiko penularan skabies
4. Diagnosis klinis skabies (Gejala dan Tanda)
2
5. Pencegahan dan penanganan skabies
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. SKABIES
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (telur, feses).1,2 Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae. Infeksi ini
3
terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui
benda misalnya pakaian handuk, sprei, bantal dan lain - lain).3
2. Epidemiologi
Skabies mempengaruhi semua umur, ras, dan tingkat sosial ekonomi di seluruh
dunia. Prevalensi penderita scabies sangat bervariasi dengan beberapa negara terbelakang
memiliki tingkat dari 4% sampai 100% populasi umum. Sebuah host yang terinfestasi
biasanya menampung antara 3 dan 50 tungau betina, namun jumlahnya mungkin sangat
bervariasi di antara individu-individu.4
Tingginya prevalensi skabies di negara berkembang disebabkan oleh kemiskinan,
status gizi buruk, tuna wisma, dan kebersihan yang buruk. Di negara berkembang,
prevalensi skabies lebih tinggi pada anak-anak dan remaja diabndingkan orang dewasa
Skabies pada laki-laki sama dengan pada perempuan.6
Tingkat skabies tertinggi di dunia ditemukan di negara-negara kepulauan Pasifik.
Dalam survei berbasis populasi di Fiji, 24% prevalensi penderita scabies tertinggi,
terutama pada anak-anak. Fiji mendokumentasikan insiden skabies pada 51 kasus per 100
orang per tahun.5
3. Etiologi
Skabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata
(Gambar 1). Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya
yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.2
4
Gambar 1. Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei betina
4. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.2
Skabies adalah gangguan pruritus yang sangat intens yang disebabkan oleh respons
imun alergi terhadap infestasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau betina
menembus kulit dan menggali liang di daerah stratum korneum / epidermal. Selama 2-3
minggu berikutnya, ia meletakkan 3-4 butir telur setiap hari, yang menetas setelah 3-4
hari. Larva baru menetas keluar dari liang dan muncul di permukaan kulit dan berkembang
sampai mencapai tahap dewasa.6
Liang betina ditemukan terutama di daerah hiperkeratotik di sisi tangan dan jari,
pada pergelangan tangan, juga pada siku, kaki (terutama bayi), alat kelamin, bokong, di
sekitar puting susu dan di aksila.4,6
Respons alergi biasanya dimulai 3-4 minggu setelah infestasi awal dengan tungau
dan disertai dengan pruritus. Rasa gatal dapat mempengaruhi seluruh bagian tubuh dan
semakin hebat pada malam hari. Penderita yang telah terinfeksi lebih dari sekali mulai
menunjukkan gejala dalam satu atau dua hari.
5
Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes scabiei
Infeksi sekunder sering terjadi. Lesi nodular berkembang pada sekitar 7% pasien
skabietik. Lesi muncul saat skabies aktif dan terdiri dari nodul, bulat, coklat kemerahan,
halus, berdiameter 5-8 mm dan gatal. Nodul tersebut dapat berkembang pada lipatan
depan aksila dan selangkangan. Nodul telah dianggap sebagai reaksi sistem
retikuloendotelial terhadap antigen tungau.6
5. Diagnosis
a. Gambaran Klinis
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu :2
1) Pruritus Nocturna
Artinya adalah gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari.1 Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.2
2) Menyerang Manusia secara Berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
6
pemukiman yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Di dalamkelompok mungkin akan ditemukan
individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit, namun tidak
menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa(carrier) bagi individu
lain.2
3) Adanya Terowongan (Kunikulus)
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel (Gambar
3). Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dll). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus,
bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.2
7. Penatalaksanaan
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh
kecuali area wajah dan kulit kepala,dimulai dari leher ke bawah hingga ke jari-jari kaki,
dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar
kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan
kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Karena gejala skabies disebabkan reaksi
hipersensitivitas terhadap tungau dan feses, pasien harus diinformasikan bahwa walaupun
telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap
menetap hingga 2 minggu, meskipun tungau dan telur telah mati. Jika tidak diberikan
penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan
kemudian akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Jika gatal masih
menetap lebih dari 2-4 minggu setelah pengobatan atau jika muncul terowongan baru atau
lesi ruam seperti jerawat terus muncul, maka dibutuhkan pengobatan ulang.Pasangan
seksual dan orang lain yang memiliki riwayat kontak skin to skin dengan pasien pengidap
skabies dalam waktu 1 bulan sebaiknya diperiksakan dan jika terbukti maka diobati.
Semua orang yang berisiko sebaiknya diobati dalam waktu yang sama untuk mencegah
reinfestasi.7
9
a. Penatalaksanaan Non-medikamentosa
Edukasi pada pasien skabies :
1) Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
2) Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali wajah,
sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur
3) Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan
4) Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas karena tungau akan mati pada suhu
130oC
5) Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga
serumah
6) Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan tidak
boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah seminggu
sampai dengan 4 minggu yang akan dating
7) Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang
sama dan ikut menjaga kebersihan7
b. Penatalaksanaan medikamentosa
1. Permethrin 5% cream.
2. Lindane (gamma benzene hexachloride) 1% lotion or cream.
3. Benzyl benzoate 10% and 25% lotion or emulsion.
4. Malathion 0.5% lotion.
5. Monosulfiram 25% lotion.
6. Crotamiton 10% cream.
7. Precipitated sulphur 2%–10% ointment.
8. Esdepallethrine 0.63% aerosol.
9. Ivermectin 0.8% lotion.
10. Oral drug : Ivermectin.
10
Tabel 1. Pengobatan Skabies
Jenis Obat Dosis Keterangan
11
topikal lainnya. Digunakan
pada kasus-kasus skabies
berkrusta dan skabies
resisten.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Currie JB, McCarthy JS. Permetrin dan Ivermektin untuk Skabies. New England J
Med. 2010; 362: p. 718.
2. Handoko,PR. Skabies. In: Djuanda, Adi, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 6.
Jakarta. FK UI; 2010.p.122-3.
3. Chosidow O. Skabies. New England J Med. 2006; 345: p. 1718-23.
4. Stone, S.P., Jonathan N.G., Rocky E.B., 2008, In: Fitzpatrick,s Dermatology in
General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill, pp. 2030-31.
5. Haar K, dkk. Scabies community prevalence and mass drug administration in two
Fijian villages. International Journal of Dermatology. 2013 pp 1-7
6. Mumcuogly KY, Gilead L. Treatment of scabies infestations. Parasite Journal. 2008
pp 248-251.
7. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate Med J.
2005; 81: p. 8 – 10
8. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and pediculosis In: Wolff
K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. 7th ed. United state of America. McGraw-Hill; 2008. p. 2029-2032.
13
LAMPIRAN
14