Disusun oleh:
Pendamping PIDI:
dr. Suhada
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, penyusunan mini project yang berjudul Prevalensi Penderita Hipertensi
yang Terdaftar Prolanis di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Suakribee.
Shalawat beriring salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan mini project ini dapat terselesaikan
berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. dr. Suhada selaku pembimbing dokter internship di UPTD Puskesmas Suakribee
2. Istri dan keluarga penulis yang telah mencurahkan segenap kasih sayang, dukungan dan
doa yang tiada henti kepada penulis.
3. Teman sejawat dalam Program Internship Dokter Indonesia di wahana Aceh Barat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan untuk kesempurnaan proses pembelajaran ini dan mohon maaf atas segala
kekurangannya.
Akhir kata penulis berharap semoga mini project ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
BAB l PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB I
3
PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh infeksi
dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies sering
diabaikan karena tidak mengancam jiwa dan prioritas penanganannya rendah, namun
sebenarnya skabies yang berlangsung lama dan berat dapat menimbulkan komplikasi
yang berbahaya. Penyakit ini lebih banyak terjadi di negara berkembang, terutama di
daerah endemis dengan iklim tropis dan subtropis, seperti Afrika, Amerika Selatan,
dan Indonesia. Skabies ditandai gatal malam hari, mengenai sekelompok orang,
dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat dan lembab.
Menurut data Depkes RI prevalensi penyakit skabies tahun 2013 menduduki urutan
ketiga dari 12 penyakit kulit yang tersering. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi
penyakit kulit diatas prevalensi nasional, yaitu Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
faktor yang berpengaruh pada prevalensi skabies antara lain keterbatasan air bersih,
perilaku kebersihan yang buruk, dan kepadatan penghuni rumah. Dengan tingginya
kepadatan penghuni rumah, interaksi dan kontak fisik erat yang akan memudahkan
penularan skabies, oleh karena itu penyakit ini banyak terdapat di asrama, panti
Kelainan kulit ini sering menimbulkan ketidak nyamanan karena lesi yang
sekunder terutama yang diakibatkan oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta
4
Staphylococcus aureus. Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat
gatal terutama pada malam hari. Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla,
volar, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.
Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran
eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini popular
Dari uraian singkat di atas, adalah menarik untuk membahas tentang skabies di
Januari 2021.
5
1. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan, pengalaman dan dapat
Puskesmas Makmur.
2. Manfaat bagi institusi: hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi data
dasar untuk mengetahui lebih lanjut faktor risiko dan menjadi dasar acuan
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga
dengan the itch, pamaan itch dan seven year itch. Skabies mudah menyebar baik
secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air atau sisir yang
tungau sarcoptes.
Penyakit skabies diperkirakan mencapai sekitar 300 juta kasus per tahunnya di
seluruh dunia dan menyerang semua umur, jenis kelamin, ras, dan tingkat
sosioekonomi. Tingkat kejadian skabies dalam literatur terbaru mencapai sekitar dari
0,3% sampai 46%, namun anak-anak paling rentan terjangkit skabies. Masyarakat
dengan sumber daya yang rendah sangat rentan terjangkit penyakit skabies. Faktor
diri (personal hygiene), akses air yang sulit, dan kepadatan penduduk.
Banyak faktor yang menunjang penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang
7
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian skabies pada tahun
2014 sebanyak 130 juta orang didunia. Menurut Internasional Alliance for the control
of Scabies (IACS) kejadian skabies bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%. Skabies
ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Beberapa negara yang
semua ras dan kelompok umur serta cenderung tinggi pada anak- anak dan remaja.
Siklus hidup S. scabiei terdiri tadi telur, larva, nimfa, dan tungau dewasa.
Infestasi dimulai ketika tungau betina gravid berpindah dari penderita skabies ke
orang sehat. Tungau betina dewasa akan berjalan di permukaan kulit untuk
Tungau betina hidup selama 30-60 hari di dalam terowongan dan selama itu
kulitnya. Lesi primer yang terbentuk akibat infeksi skabies pada umumnya
8
berupa terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme.
Terowongan berwarna putih abu-abu, tipis dan kecil seperti benang dengan
struktur linear atau berkelok-kelok kurang lebih 1-10 mm yang merupakan hasil
ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan dapat ditemukan bila belum
berupa papul, vesikel, pustul, dan terkadang bula. Selain itu dapat pula terbentuk
terbentuk lesi sekunder dan tersier, namun tungau hanya dapat ditemukan pada
lesi primer. Lesi primer pada skabies sangat menular melalui jatuhnya krusta
Oleh karena itu, tungau ini sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum
korneum yang relatif lebih longgar dan tipis seperti sela-sela jari tangan, telapak
tangan bagian lateral, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
eksterna (pria).
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan
9
kaki, kuku yang distrofik, serta skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat
menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam
jumlah yang sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi
2. Skabies nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi, sering
Gejala klinis pada infeksi kulit akibat skabies disebabkan oleh respons
di atas kulit, tungau jantan akan mati dan tungau betina akan menggali
telur. Aktivitas S. scabiei di dalam kulit akan menimbulkan rasa gatal yang
umumnya mulai timbul 4-6 minggu setelah infestasi pertama; bila terjadi re-
infestasi tungau, gejala dapat muncul lebih cepat dalam 2 hari. Rasa gatal biasa
memburuk pada malam hari disebabkan aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yaitu lesi papul, vesikel, urtika, dan bila digaruk timbul lesi sekunder berupa
erosi, eksoriasi, dan krusta. Dapat ditemukan lesi khas berupa terowongan
(kunikulus) putih atau keabu-abuan berupa garis lurus atau berkelok, panjang
10
ditemukan karena pasien biasa menggaruk lesi, sehingga berubah menjadi
ekskoriasi luas. Pada dewasa, umumnya tidak terdapat lesi di area kepala dan
leher; tetapi pada bayi, lansia, dan pasien imunokompromais dapat menyerang
berupa plak hiperkeratotik di tangan dan kaki, kuku jari tangan dan kaki
distrofik, serta skuama generalisata. Pada kasus berat dapat ditemukan lesi fisura
dalam. Berbeda dari varian skabies umumnya, skabies berkrusta dapat tidak
gatal. Rasa gatal dapat memberi dampak nyata karena mengganggu tidur yang
dapat berdampak pada aktivitas sekolah dan kerja. Pasien penderita infeksi
tungau skabies yang lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan panas.
11
2. Gejala yang sama pada satu kelompok manusia. Penyakit ini menyerang
tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, umbilikus, bokong, perut bagian
bawah, areola mammae pada wanita dan genitalia eksterna pada laki-laki.
stadium hidup.
Gejala yang ditimbulkan pada infeksi skabies umunya tidak spesifik karena
lesi awal pada pasien biasanya berupa papul dan vesikel dengan gejala subjektif
berupa rasa gatal. Terlebih lagi umunya pasien datang ke rumah sakit setelah
terjadi infeksi sekunder sehingga sulit menilai penyakit yang mendasari pada
keluhan pasien.
sifilis, dan vaskulitis. Oleh karena itu skabies disebut juga “the greatest imitator”.
12
2.7 Penatalaksanaan Skabies
Umum
potensi ringan, dan antihistamin oral. Dengan terapi adekuat, seluruh gejala
termasuk rasa gatal dapat membaik setelah 3 hari; rasa gatal dan kemerahan
masih dapat timbul setelah empat minggu terapi, biasa dikenal sebagai
kegagalan terapi. Pasien juga diberi edukasi untuk tidak membersihkan kulit
secara berlebihan dengan sabun antiseptik karena dapat memicu iritasi kulit.
Medikamentosa
1. Topikal
a. Krim Permetrin 5%
Tatalaksana lini pertama adalah topikal krim permetrin kadar 5%, aplikasi
ke seluruh tubuh (kecuali area kepala dan leher pada dewasa) dan
13
dibersihkan setelah 8 jam dengan mandi. Permetrin efektif terhadap
seluruh stadium parasit dan diberikan untuk usia di atas 2 bulan. Jika
gejala menetap, dapat diulang 7-14 hari setelah penggunaan pertama kali.
Seluruh anggota keluarga atau kontak dekat penderita juga perlu diterapi
dengan baik. Kegagalan terapi dapat terjadi bila terdapat penderita kontak
Pemakaian pada wanita hamil, ibu menyusui, anak usia di bawah 2 tahun
dibatasi menjadi dua kali aplikasi (diberi jarak 1 minggu) dan segera
b. Krotamiton 10%
Krotamiton 10% dalam krim atau lotio merupakan obat alternatif lini
pertama untuk usia di bawah 2 bulan. Agen topikal ini memiliki dua efek
dijauhkan dari area mata, mulut, dan uretra. Krotamiton dianggap kurang
salep atau krim. Preparat ini tidak efektif untuk stadium telur, digunakan
14
preparat ini murah dan merupakan pilihan paling aman untuk neonatus
Tatalaksana lini kedua agen topikal adalah emulsi benzil benzoas kadar
25%. Agen ini efektif terhadap seluruh stadia, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Agen ini sering menyebabkan iritasi kulit, dan perlu
e. Lindane (Gammexane) 1%
riwayat kejang tidak terkontrol. Selain itu, obat ini tidak dianjurkan pada
2. Oral
a. Ivermectin
Agen ini dapat menjadi terapi lini ketiga pada usia lebih dari 5 tahun,
15
terutama pada penderita persisten atau resisten terhadap terapi topikal
karena kandungan terapi oral saja tidak dapat berpenetrasi pada area kulit
adalah 200 μg/kg dengan pengulangan dosis 7-14 hari setelah dosis
bawah 15 kg, wanita hamil, dan wanita menyusui, karena obat ini
menembus sawar darah otak (blood brain barrier) terutama pada anak di
b. Moxidectin
ini studi keamanan dosis pada manusia masih sedikit, dosis terapeutik
mencuci bersih semua barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei,
16
dan sarung dengan menggunakan detergen dan dijemur di bawah terik matahari
selulitis, dan abses, serta dapat menyebar sistemik lewat aliran darah dan limfe
Infeksi kulit pada GAS dapat menimbulkan komplikasi akhir yaitu berupa post-
ginjal kronis.
BAB III
METODE PENELITIAN
17
3.1 Desain Penelitian
cross-sectional.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat
dari daftar pasien prolanis periode Januari 2021 sampai dengan Desember 2021
a. Populasi penelitian
b. Sampel Penelitian
kriteria.
a. Kriteria Inklusi
18
3.6 Cara Kerja
Cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu berdasarkan data sekunder
dari pasien Prolanis Hipertensi yang ada di UPTD Puskesmas Suakribee. Dalam
ditempuh, diantaranya:
hasil observasi pada data rekam medis, sehingga diketahui apakah hasil
b. Coding (Pengkodean)
angka/bilangan.
Setelah di entry data dari rekam medis pada penelitian ini dilakukan
e. Interpretasi Data
19
Hasil mini project dibuat dalam bentuk makalah laporan yang akan
dipresentasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2021
20
besar dengan perempuan adalah sejumlah 24 orang (50%). Hasil penelitian
keterkaitan antara jenis kelamin dan angka kejadian. Hanya saja pada
atas sama dengan kategori usia <60 tahun adalah sebesar 50%. Hasil
Desember 2021
21
Tabel 4.1 .3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan usia Terhadap
Prevalensi Penderita Hipertensi terdaftar Prolanis di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Suakribee
Jenis Kelamin Usia Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 60 tahun ke atas 15 62,50%
<60 tahun 9 37,50%
Jumlah 24 100%
kategori usia 60 tahun ke atas sebanyak 14 orang (58,33%), dan kategori <60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
22
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
Puskesmas Suakribee Periode Januari 2021 sampai dengan Desember 2021 tidak
di pengaruhi jenis kelamin, dan tidak terpaut angka yang berbeda pada usia 60
5.2 Saran
1. Bagi Penderita
2. Bagi Puskesmas
perekapan data.
Untuk dapat mengadakan penyediaan obat hipertensi lebih banyak dan sesuai
literatur.
23
DAFTAR PUSTAKA
24