KTI
OLEH :
NIM. P1337420516028
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi 9 % dan Scabies menduduki urutan ketiga dari 12 masalah kulit yang
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Internasional Alliance for the Control Of Scabies (IACS) pada tahun yang
sama, prevalensinya bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%. Di negara maju,
1
2
biaya yang cukup besar. Yang paling rentan adalah anak-anak dan orang tua di
tempat miskin sumber daya. Angka tertinggi terjadi di negara beriklim tropis di
penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari datatahun 2008 sebesar 5,60-
12,96%, tahun 2009 sebesar 4,9-12,95 % dan data terakhir yang didapat
Cilacap 46,8% kasus, urutan kedua adalah di daerah Bukateja 34,2%, dan
menjadi 2 wilayah yaitu Kemirirejo dengan angka kejadian pria 18 dan wanita
16, total terdapat 34 kasus. Sedangkan di wilayah Cacaban untuk pria ada 42
Scabies masih menjadi salah satu penyakit kulit yang banyak ditemukan di
3
pola perilaku hidup sehat disertai penularan yang sangat mudah. Sehingga
untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi, keluarga harus mau
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
meliputi :
mm
4
pada keluarga.
pada keluarga.
pelayanan kesehatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
3. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat
pinggang dan sekitar pantat bagian bawah (Susanto & Ari, 2013, p. 37).
scabei var hominis yang utamanya dirasakan pada malam hari dengan rasa
gatal yang hebat di tangan, kelamin, dan beberapa lipatan kulit di tubuh.
2. Etiologi
rata, berwarna putih kotor, dan tidak bermata (Puspasari, 2018, p. 65).
6
perilaku hidup bersih. Dapat ditularkan melalui pakaian, seprei dan benda-
secara tidak langsung melalui pakaian, handuk, sprei, dan sarung bantal
(Baker, 2010).
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan,
itu, pada remaja dan orang dewasa timbul pada kulit kepala dan
wajah.
4. Klasifikasi
dibedakan menjadi :
a. Scabies cultivated
b. Scabies nodular
dan aksila. Nodus ini dapat menetap beberapa minggu hingga lebih dari
impetigo atau eksim. Bahkan pada bayi dapat menyerang area wajah.
tinggal di tempat tidur dapat terkena penyakit ini yang lesinya terbatas.
e. Scabies incognito
imun seluler.
ringan, sedikit rasa gatal, tidak timbul terowongan dan lesi timbul pada
tempat-tempat kontak.
lutut, telapak tangan, dan kaki. Rasa gatal yang ditimbulkan tidak
menonjol.
9
5. Patofisiologi
Sarcoptes scabei var. hominis betina yang berada di lapisan kulit
yang mana fase tersebut bisa dihilangkan dengan tetap menjaga kebersihan
waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yang memakan sel-
sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal (Potter & Perry,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi
itu kelainan kulit mulai muncul infeksi, terasa gatal dan menyerupai
dan infeksi sekunder yang beresiko infeksi lebih parah jika digaruk secara
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
dipakai.
pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti scabies dan anti gatal
tahun.
b. Non farmakologi
1) Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi
dengan sabun.
akibat scabies.
bagian kulit yang gatal dan terasa terbakar, kandungan aloe vera
(A Medium Corporation).
14
7. Komplikasi
a. Urtikaria
b. Infeksi sekunder
c. Folikulitis
d. Furunkel
e. Infiltrat
f. Eksema infantum
g. Pioderma
h. Impetigo
1. Pengertian
Merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang
2014, p. 1).
pppppp
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes dalam
mmm
15
2. Tujuan Dasar
3. Tipe-tipe Keluarga
berikut :
anak pula.
anak lebih dulu. Akan tetapi jika di kemudian hari memiliki anak,
kuliah.
pernikahan.
2) Resonstituded Nuclear
17
dimaksud
dengan The Stepparent Family.
4) Commune Family
partners).
7) Cohibiting Couple
8) Group-Marriage Family
Beberapa dan
bersama orang dewasa
mereka menggunakan
merasa alat-alatsehingga
sudah menikah, rumah
tangga ber
berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya
bersama.
mengambil anaknya.
11) Institusional
kesehatan mental.
4. Struktur Keluarga
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Matrilokal
d. Patrilokal
e. Keluarga kawinan
20
buku Dion dan Betan (2013, p. 14) menjelaskan ada 4 dimensi struktur
keluarga, yaitu:
a. Pola dan Proses Komunikasi
diterapkan baik antar sesama orang tua dengan anak, anak dengan
b. Struktur Peran
c. Struktur Kekuatan
yaitu :
a. Terorganisir
b. Ada keterbatasan
masing-masing.
tersendiri.
5. Fungsi Keluarga
placement function)
kelangsungan keluarga.
keluarga.
a. Fungsi Biologis
b. Fungsi Psikologis
keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
d. Fungsi Ekonomi
e. Fungsi Pendidikan
perkembangan keluarga
Berubahnya tahap dengan berpedoman
perkembangan keluargapada fungsidengan
diikuti yang
perubahan
dimiliki tugas Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat
keluarga.
pasangan suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai
berusia kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering timbul konflik
sekolah dasar sampai memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini,
melainkan juga di sekolah dan lingkungan yang lebih luas lagi. Tugas
sebab itu, komunikasi antara orang tua dan anak harus terus dijaga.
mandiri. Dalam hal ini, orang tua mesti merelakan anak untuk pergi
pada tahap ini, antara lain membantu dan mempersiapkan anak untuk
tua.
mempersiapkan kematian.
7. Tugas Keluarga
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan
keluarga habis.
pertolongan pertama.
keluarga.
keluarga.
8. Peran Keluarga
a. Peran ayah
b. Peran ibu
anak, ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari
c. Peran anak
1. Pengertian
adalah :
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
kesehatan keluarga.
kemampuan keluarga.
3. Proses Keperawatan
berbagai tahapan yang harus dilalui. Tahapan ini harus dilakukan secara
runtut dan sistematis sehingga tidak ada satu poin pun yang terlewatkan.
Kesalahan pada satu tahap akan berdampak pada hasil yang tidak tepat.
30
a. Pengkajian
sederhana.
dilakukan, yaitu :
dan ramah.
ada di keluarga.
dilakukan.
2) Pengkajian awal
1) Wawancara
keluarga lainnya.
32
2) Observasi
3) Pemeriksaan fisik
4) Studi dokumentasi
1) Data umum
2015, p. 92-93).
a) Tipe keluarga
94).
a) Tipe keluarga
nya.
34
b) Suku bangsa
c) Agama
bercengkerama.
3) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
MCK (mandi, cuci, dan kakus), sarana air bersih dan minum
36
masyarakat sekitarnya.
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
masyarakat.
komunikasi keluarga.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
keluarga.
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
masyarakat.
anggota keluarga.
dikaji tentang :
masalah.
yang dialami ?
tenaga kesehatan ?
(h) Apakah
(3) Untuk keluargasejauh
mengetahui telahmana
memperoleh informasi
kemampuan tentang
keluarga
kesehatan
merawat yang tepat
anggota untuk yang
keluarga melakukan
sakit,tindakan
perlu ?dikaji
perawatannya).
dilakukan.
kesehatan keluarga.
tentang :
f) Fungsi religius
kesehatan.
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
anggota keluarganya.
i) Fungsi afeksi
saling menghargai.
mempunyai masalah.
7) Pemeriksaan kesehatan
perlu.
8) Harapan keluarga
b. Analisa Data
1) Analisa data
2) Diagnosis keperawatan
dengan PES.
(4) Maturasional
kesalahan persepsi).
resiko.
yang berhubungan.
(NANDA, 2018).
(5) NOC
memburuknya penyakit.
komplikasi.
(6) NIC
non farmakologis).
48
(5) NOC
kegiatan
49
(6) NIC
klien
perawatan kesehatan.
sakit (00046)
(d) Kemerahan
50
Eksternal
(a) Ekskresi
(b) Sekresi
Internal
(6) NOC
(7) NIC
patogen
(5) NOC
profesional kesehatan
(6) NIC
diresepkan.
menghindari infeksi.
Perilaku
(b) Insomnia
(c) Gelisah
Afektif
(a) Ketakutan
Fisiologis
Simpatis
Parasimpatis
(b) Keletihan
(c) Mual
54
Kognitif
(b) Melamun
(b) Stresor
(5) NOC
(6) NIC
berangsur-angsur.
4) Prioritas masalah
Tabel 2.1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Masalah berat, harus segera
ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Angka tertinggi
mempengaruhi :
a) Kriteria I
skor satu.
b) Kriteria II
c) Keiteria III
atau masalah.
58
d) Kriteria IV
109-110).
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk
pasien.
dilakukan adalah :
a) Memberikan informasi.
mungkin.
keluarga.
61
e. Penilaian
akhir.
secara operasional :
tindakan keperawatan.
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan
62
nitrogen tubuh).
serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
dengan lingkungan.
adalah proses berurut, yang selama proses tersebut bayi dan kanak-kanak
bahwa zzzzzzzzzzzzzzzzz
63
yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari
luar (eskternal).
a. Faktor internal
2) Keluarga
pendek,gemuk
tinggi, pendek, gemukatau
ataukurus.
kurus.
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Genetik
6) Kelainan kromosom
sindrom turner.
b. Faktor eksternal
1) Faktor prenatal
a) Gizi
b) Mekanis
c) Toksin/zat kimia
d) Endokrin
e) Infeksi
jantung kongenital.
f) Psikologis ibu
2) Faktor persalinan
a) Gizi
d) Psikologis
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
67
perkembangannya.
e) Endokrin
f) Sosio-ekonomi
perkembangan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
h) Obat-obatan
hormon pertumbuhan.
menjepit halus.
bulan kasar
9 Merangkak, abdomen tidak Memukul benda bersamaan
bulan mengenai lantai
10 Menarik untuk berdiri, Genggaman menjepit yang
bulan Meluncur halus
12 Duduk dari posisi berdiri,
bulan Berjalan secara mandiri
arah pemikiran yang lebih abstrak. Fokus dunia mereka meluas dari
individu lain (mis, pelatih, media). Anak pada tahap ini menjadi lebih
rumah.
11 tahun).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
pada salah satu masalah yang utama dalam keluarga yaitu Asuhan
B. Subjek Penelitian.
Purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
1. Kriteria Inklusi
c. Klien yang ketika dikelola masih terdapat tanda dan gejala yang
signifikan.
2. Kriteria Eksklusi
C. Fokus Studi
Fokus studi pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan
D. Definisi Operasional
1. Lokasi penelitian
76
Kota Magelang.
2. Waktu Penelitian
2019.
F. Pengumpulan Data
2017, p. 58).
1. Pengukuran Biofisiologis
sebagai berikut :
a. Tidak terstuktur
77
b. Terstuktur
fakta yang ada pada subjek tetapi lebih didasarkan pada perencanaan
a. Catatan anecdotal
b. Catatan berkala
suatu peristiwa dan perilaku dari subjek. Hal yang sangat penting
3. Wawancara
a. Tidak terstuktur
wawancara :
produk tertentu.
seseorang.
kehidupannya.
79
b. Terstuktur
4. Skala
fisiologisnya.
Pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulkan lalu
pengolahan data tidak dapat digunakan. Tahapan analisis secara maual adalah
sebagai berikut :
1. Editing
b. Keterbacaan tulisan.
2. Coding
3. Tabulasi Data
Tabulasi
penelitian. data adalah
Pengolahan membuat
data dengan penyajian
aplikasi sesuai
hampir samadengan
dengantujuan
cara
manual
manual, tetapi ada beberapa tahapan yang dilakukan menggunakan
aplikasi.
4. Processing
5. Cleaning Data
terdapat kesalahan.
H. Penyajian Data
pendukung.
81
I. Etika Penelitian
aspek fisik. Penelitian pada salah satu aspek dapat menyebabkan masalah pada
aspek yang lain. Sehingga perlu dikawal dengan etika yang memberikan
kaidah-kaidah etik.
tidak boleh ada paksaan atau penekanan. Subjek berhak mendapat informasi
yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan
informasi.
responden.
82
confidentiality).
privasi yang tidak ingin identitas dan segala data tentang dirinya diketahui
orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan seperti
kemampuan subjek.
BAB IV
A. Hasil
serta satu hari terakhir untuk melakukan evaluasi keseluruhan yaitu tanggal 9
Februari 2019.
1. Pengkajian
extended familly atau keluarga besar yaitu ibu, 2 anak, dan menantu. Ny. D
yang merupakan ibu dari An. R asli suku Jawa, serta menggunakan bahasa
o (L/P) an
dari Nn. T bekerja sebagai karyawan begitu pula suaminya yaitu Tn. Y.
tambahan dari anak dan menantunya kurang lebih Rp. 500.000,- dengan
pengeluaran pasti kurang lebih Rp. 250.000,- dan pengeluaran yang tidak
VI.
15.30 sampai 16.00 WIB, dengan data bahwa An. R merupakan anak ke
ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Tetapi An. R tidak pernah dibawa ke
kambuh lagi akibat An. R memakan makanan seperti ikan, telur dan ayam.
Ketika ada anggota keluarga menderita sakit ringan seperti masuk angin,
flu atau batuk, biasanya juga akan dibelikan obat dahulu di Apotek.
pribadi dengan luas 40 m2. Tipe rumah permanen dengan lantai keramik
dan atap genteng. Terdapat 8 ruang pada rumah An. R terdiri dari teras, 2
ruang tamu, 2 kamar tidur, ruang keluarga, ruang makan dan dapur, WC
atau kamar madi dan terakhir gudang. Terdapat 3 buah jendela di ruang
pencahayaan kurang pada ruang makan atau dapur dan salah satu kamar
tidur, karena berada di bagian dalam dan tengah. Penataan ruang cukup
berada di bawah rumah. Sumber air yang digunakan adalah PDAM. Air
kamar mandi dengan keadaan terbuka, dikuras setiap kali telah digunakan.
biaya.
rasa gatal makin parah menjadikannya tidak bisa tidur. Saat pagi dan siang
pada orang lain dan saling membantu karena mereka beranggapan jika kita
berbuat baik maka suatu saat hal baik akan berbalik kepada kita. An. R
sama lain, dan jika suatu saat ada masalah akan didiskusikan secara
kebutuhan sandang dan pangan klien dan ibunya berasal dari penghasilan
89
ilmu agamanya.
bertanya apa yang harus dilakukan ketika merasakan gatal. Saat ditanya,
An. R juga jarang menggunakan obat yang dibawa dari rumah saat sedang
cukup baik, karena ketika klien merasa gatal ibunya hanya membelikannya
obat luar dan tidak tahu bagaimana penanganan lain untuk mengatasi gatal
dan hal apa saja yang tidak boleh dilakukan dapat memperburuk penyakit.
Pondok tempat tinggal klien juga dalam keadaan lembab. An. R belum
sesegera mungkin memberikan obat yang dibelinya dari Apotek dan jika
kesehatan.
bukanlah seorang santri dimana ibu klien tidak setuju terhadap pernyataan
sekitar satu bulan sekali. Ny. D mengatakan jarang sekali untuk berekreasi
begitu pula dengan anggota yang lain. Hubungan setiap anggota keluarga
sangat baik, mereka saling menjaga satu sama lain dan memberikan
dukungan jika ada salah satu anggota yang sedang tertimpa masalah.
91
ditinggal pergi selamanya oleh suami maupun ayah dari Ny. D dan juga
masalah tanpa jalan keluar jika selalu mendekatkan diri kepada Allah
Jantung I:IC tak I:IC tak nampak I:IC tak nampak I:IC tak
nampak P:IC teraba di P:IC teraba di nampak
P:IC teraba di ICS 4 ICS 4 P:IC teraba di
ICS 4 P:Pekak P:Pekak ICS 4
P:Pekak A:S1=S2 reguler A:S1=S2 reguler P:Pekak
A:S1=S2 A:S1=S2
reguler reguler
Abdomen I:tidak ada lesi, I:tidak ada lesi, I:tidak ada lesi, I:tidak ada lesi,
tidak ada asites tidak ada asites, tidak ada asites, tidak ada asites
A:Bising usus cembung akibat terdapat bekas A:Bising usus
10x/menit hamil usia 8 luka gatal 8x/menit
P:Nyeri tekan bulan masuk A:Bising usus P:Nyeri tekan
(-) trimester III 10x/menit (-)
P:Tympani A:Bising usus P:Nyeri tekan (-) P:Tympani
9x/menit P:Tympani
P:Nyeri tekan (-)
P:Tympani
2. Analisa Data
begitu juga ibunya. Klien mengatakan gatal sampai susah tidur. Ketika
mengetahuinya. Jika mulai merasa gatal dan terdapat benjolan di kulit hal
biasa dilakukan yaitu mengoleskan obat yang sudah dibeli dari Apotek.
Lalu Ny. D juga bertanya apa yang harus dilakukan seandainya rasa gatal
berikut :
3. Diagnosa Keperawatan
1
2 Kemungkinan 1 2 /2 x 2 = 1 Menjelaskan hal-hal
masalah dapat yang sebaiknya
dipecahkan dilakukan, seperti
(Hanya rutin memakai obat
sebagian) salep, peningkatan
perawatan diri agar
tidak terjadi
penyebaran
2
3 Potensi masalah 2 1 /3 x 1=2/3 Masalah dapat
untuk dicegah dicegah dengan
(Cukup) pemberian
penyuluhan atau
pendidikan
kesehatan tentang
hal-hal yang
sebaiknya tidak
dilakukan, seperti
berbagi pakaian
yang sama, handuk,
peralatan mandi dan
juga meningkatkan
kebersihan
lingkungan
1
4 Menonjolnya 1 1 /2 x 1=1/2 Klien dan keluarga
masalah kurang paham
(Ada, tapi tidak mengenai
perlu segera penatalaksanaan
ditangani) Scabies.
3 5/3.
hasil:
1) Intervensi
penyakitnya.
kondisinya.
97
2) Implementasi
penyakit tersebut.
3) Evaluasi
penyuluhan.
hasil:
tindakan pencegahan.
1) Intervensi
kesehatan.
Pendidikan kesehatan :
menunjang kesehatan.
2) Implementasi
3) Evaluasi
WIB.
diberikan.
5. Evaluasi sumatif
kontak langsung dan memakai obat yang dibawanya dari rumah secara
berkurangnya rasa gatal dan jumlah benjolan yang ada di kulit klien.
B. Pembahasan
kesenjangan antara hal yang ditemukan di lapangan dengan teori yang ada
penulis dari mulai tahap pengkajian yaitu pengumpulan data, analisa data,
harus dilalui. Tahapan ini dilakukan secara runtut dan sistematis sehingga tidak
ada satu poin pun yang terlewatkan. Kesalahan pada satu tahap akan
berdampak pada hasil yang tidak tepat. Hal ini bukan menyelesaikan masalah,
pada tanggal 4 Februari 2019 pukul 16.00 WIB. Pada kunjungan pengkajian
hari pertama lima tugas keluarga di bidang kesehatan. Pada kunjungan kedua
pada 5 Februari 2019 pada pukul 15.30 WIB hingga 16.00 WIB, penulis
p. 102).
terdapat 2 keluarga inti tinggal dalam satu rumah dengan beranggotakan ibu
sebagai KK, 2 anak termasuk salah satunya adalah An. R dan menantu. Mereka
Magelang. Penulis menyimpulkan sesuai dalam buku yang ditulis oleh Bakri
memenuhi persiapan anak untuk hidup mandiri. (Duval dalam Bakri, 2017, p.
43-45).
104
bahwa kulit klien terdapat benjolan terowongan (kunikulus), lesi, dan berwarna
kemerahan yang gatal utamanya dirasakan pada malam hari (pruritus) seperti
dikatakan oleh para ahli (Puspasari, 2018, p. 66) yang merupakan tanda dan
hal ini sangat memungkinkan bahwa penulis menemukan lebih dari satu
masalah yaitu defisiensi pengetahuan dan defisit perawatan diri. Setelah data
dan sumber dana yang dimiliki. Proses skoring dengan cara menentukan skor
setiap kriteria, skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot (Achjar,
2010, p. 21).
penulis yaitu dengan jumlah 3 5/3. Masalah ini ditegakkan karena An. R
pengobatannya.
2019 pukul 16.00 WIB, melibatkan orang tua yaitu ibu klien dengan
Evaluasi dilakukan pada 6 Februari 2019 jam 15.00 WIB. Klien dan
gejala yang paling dominan adalah gatal-gatal utamanya di malam hari dan
yaitu daun sirih, lemon, kunyit, daun kemangi, daun salam, dan lidah
gatal.
bersih dan sehat sesuai dalam (NANDA, 2018) defisit perawatan diri yaitu
dan alat tidur dengan air panas serta mandi menggunakan sabun
akses seperti misalnya sanitasi yang terbatas juga bergiliran dan memakai
hampir semua barang secara bersamaan dengan santri lain. Tetapi setelah
bersedia untuk memulai hidup bersih dan sehat begitu juga dalam
PHBS. Klien dan keluarga sangat senang karena sudah diberikan beberapa
108
memakai obat yang dibawanya dari rumah secara rutin. Data objektif yang
dengan yang dianjurkan yaitu berkurangnya rasa gatal dan jumlah benjolan
BAB V
A. SIMPULAN
selaku ibunya pada tanggal 4 Februari 2019 pukul 16.00 – 17.30 WIB dan
5 Februari 2019 pukul 15.30 – 16.00 WIB. Beberapa hal yang dikaji antara
tanggal 5 dan 6 Februari 2019, dengan hasil klien dan keluarga menjadi
lingkungan dan perilaku hidup sehat untuk menghindari hal-hal yang dapat
mulai menerapkan perilaku hidup bersih seperti tidak berbagi pakaian atau
memakai obat yang dibawanya dari rumah secara rutin. Dengan data
mulai berkurang begitu pula rasa gatalnya. Berdasarkan dari data evaluasi
a. Gejala yang ada dalam teori tidak seluruhnya muncul pada pasien,
parah.
B. SARAN
obat pada kulit yang terkena penyakit dengan rutin, keluarga juga berperan
b. Hasil laporan kasus ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Heni. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta: CV Sagung Seto.
A.Ridwan, Sahrudin, K. Ibrahim. (2017). Hubungan Pengetahuan, Personal Hygiene,
dan Kepadatan Hunian dengan Gejala Penyakit Skabies Pada Santri di Pondok Pesantren
Darul Muklisin Kota Kendari 2017. Jimkesmas, (online), Vol. 2 No. 6,
(https://media.neliti.com/media/publications/198175-hubungan-pengetahuan-personal-
hygiene-da.pdf, diakses pada 21 Desember 2018).
Bakri, M. H. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Mahardika.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M & Wagner, Cheryl
M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Oxford: Elsevier Global Right.
Dharma, Kelana Kusuma. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: CV. Trans Info Media.
Dion, Y. & Betan, Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.
Djuanda, Hamzah & Aisah. (2013). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Herdman, Heather & Kamitsuru, Shigemi. (2018). Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
https://cdn.idntimes.com/contentimages/post/20170607/4629d131b55b086b928bc722f
8cd9ddde.jpg, diakses pada 8 Januari 2019.
https://www.detikepri.com/wpcontent/uploads/2018/08/manfaatlemon640x480.jpg,
diakses pada 8 Januari 2019.
http://cdn2.tstatic.net/aceh/foto/bank/images/daunkemangi_20180505_151112.jpg,
diakses pada 8 Januari 2019.
http://cdn2.tstatic.net/medan/foto/bank/images/kunyit_20171106_054324.jpg, diakses
pada 8 Januari 2019.
https://asset.kompas.com/crop/125x0:710x390/750x500/data/photo/2014/03/27/11051
30lidah-buaya780x390.jpg, diakses pada 8 Januari 2019.
Induniasih & Hendrasih. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Masturoh & Nauri Anggita T. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI.
114
Murtiastutik, Ervianti, Agusni & Suyoso. (2009). Penyakit Kulit & Kelamin.
Surabaya: DEP/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK. Unair/RSUD Dr. Soetomo.
N. Hasna Ibadurrahmi, Silvia Veronica. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap kejadian penyakit Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung
Depok Tahun 2016. Jurnal Profesi Medika. (online), Vol. 10 No. 1,
(https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/JPM/article/view/12/8, diakses pada 21 Desember
2018).
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Padila. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medikal.
Puspasari, Scholastica Fina Aryu. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Integumen. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Putri, Dani Novita. (2017). Personal Hygiene Dan Kejadian Penyakit Kulit Pada
Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Cokrodirjan Yogyakarta. KTI dipublikasikan.
Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta. (online),
(http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/107/1/Dani%20Proposal%20D3%2029%20Mei.pdf,
diakses pada 27 Desember 2019).
Rizki, R. (2017). Ternyata daun sirih dapat mengobati penyakit scabies. (online),
(https://www.kompasiana.com/rulirizki176/589a9e1c3097730e232f6bb8/ternyata-daun-sirih-
dapat-mengobati-penyakit-scabies diakses pada 8 Januari 2019).
Sastroasmoro & Sofyan Ismael. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Sinatra, Y. (2018). 5 Tanaman Herbal Untuk Untuk Gudik dan Kudis. (online),
(https://medium.com/@yunansinatra/5-tanaman-herbal-untuk-untuk-gudik-dan-kudis-
1148efd7de69 diakses pada 8 Januari 2019).
Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Susanto, Clevere R. & GA, Made Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan Kelamin.
Yogyakarta: Nuha Medika.
T. Naftassa, Zaira & Putri. (2017). Hubungan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
pengetahuan terhadap kejadian skabies pada santri pondok pesantren qotrun nada kota depok.
Jurnal Biomedika Universitas Muhammadiyah Surakarta. (online), Vol. 10 No. 2,
(http://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/download/7022/4164, diakses pada 21
Desember 2018).
Widagdo, Wahyu. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta: Kemenkes
RI.
115
116
117
118
119
120
LAMPIRAN 2
SCABIES
A. Tujuan :
i. Tujuan Umum
An. R dan keluarga, diharapkan dapat mengetahui apa itu scabies dan
H. Materi : Terlampir
1. Pengertian Scabies.
Scabies.
1. Mengajukan pertanyaan
farmakologi ?
2. Jawaban.
123
a. Evaluasi struktur :
b. Evaluasi proses :
penyuluh
c. Evaluasi hasil :
K. Daftar Pustaka :
Djuanda, Hamzah & Aisah. (2013). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
https://cdn.idntimes.com/contentimages/post/20170607/4629d131b55b086b928bc722f
8cd9ddde.jpg, diakses pada 8 Januari 2019.
https://www.detikepri.com/wpcontent/uploads/2018/08/manfaatlemon640x480.jpg,
diakses pada 8 Januari 2019.
http://cdn2.tstatic.net/aceh/foto/bank/images/daunkemangi_20180505_151112.jpg,
diakses pada 8 Januari 2019.
http://cdn2.tstatic.net/medan/foto/bank/images/kunyit_20171106_054324.jpg, diakses
pada 8 Januari 2019.
124
https://asset.kompas.com/crop/125x0:710x390/750x500/data/photo/2014/03/27/11051
30lidah-buaya780x390.jpg, diakses pada 8 Januari 2019.
Murtiastutik, Ervianti, Agusni & Suyoso. (2009). Penyakit Kulit & Kelamin.
Surabaya: DEP/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK. Unair/RSUD Dr.
Soetomo.
Puspasari, Scholastica Fina Aryu. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Integumen. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Susanto, Clevere R. & GA, Made Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan Kelamin.
Yogyakarta: Nuha Medika.
L. Lampiran Materi:
1. Materi
2. Media
Materi berupa :
1. Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman atau kutu
2. Penyebab
Infestasi ini mudah menyebar melalui kontak fisik dan sering menyerang
seluruh penghuni dalam satu rumah. Faktor utamanya adalah sanitasi buruk,
Dapat ditularkan melalui pakaian, seprei dan benda-benda lain yang digunakan
volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, aerola mammae
genitalia eksternal (pria). Pada bayi menyerang telapak tangan dan telapak
kaki, bahkan permukaan kulit. Sementara itu, pada remaja dan orang
4. Komplikasi
68) yaitu :
i. Urtikaria
j. Infeksi sekunder
k. Folikulitis
l. Furunkel
m. Infiltrat
126
n. Eksema infantum
o. Pioderma
p. Impetigo
5. Pengobatan
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan
seminggu kemudian.
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losion juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti scabies dan anti gatal harus
b. Non farmakologi
(kompasiana.com).
scabies.
mana kedua bahan ini dipercaya sangat ampuh untuk mengatasi rasa
yang gatal.
(A Medium Corporation).
6. Pencegahan
a. Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi dengan
sabun.
b. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak dengan
penderita harus diperiksa dan bila juga menderita Scabies juga diobati
d. Gunakan telapak tangan ketika menggosok area kulit yang luas atau cubit
(NIC, 2018)
(NOC, 2018)
LAMPIRAN 5
NIM. P1337420516028