ILMU DERMATO-VENEROLOGI
“SKABIES”
Oleh :
Pembimbing :
Menyetujui :
Dokter Pembimbing Klinik,
LEMBAR PERSETUJUAN 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 4
BAB 1 4
KASUS 4
BAB 2 8
PENDAHULUAN 8
BAB 3 9
TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Definisi 9
2.2. Epidemiologi 10
2.6. Predileksi 13
2.8. Diagnosis 15
2.10. Komplikasi 18
2.12. Prognosis 24
DAFTAR PUSTAKA 24
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1.2. Anamnesa:
Keluhan utama:
Telapak tangan terasa gatal pada malam hari dan cekit-cekit sejak 3 bulan yang
lalu.
Keluhan tambahan:
Sela jari kaki mulai terasa gatal 7 hari yang lalu.
Riwayat Alergi:
Riwayat alergi (-)
Riwayat Kebiasaan:
Pasien sering bermain ke rumah teman yang memiliki gejala serupa dan kontak
kulit dengan teman. Pasien tidur bersama ibunya. Pasien mandi sehari 2 kali.
Status dermatologi:
Pada seluruh permukaan palmar dan interdigitalis manus dextra dan sinistra
terdapat makula hiperpigmentasi, berbatas tidak tegas, multiple ±0.3cm dengan
skuama diatasnya. Terdapat papul hiperpigmentasi, berbatas tidak tegas, multiple
±0.3cm dengan skuama diatasnya. Terdapat pustul multiple ±0.3cm.
Pada dorsum dan interdigitalis pedis dextra dan sinistra terdapat makula
hiperpigmentasi, berbatas tegas, multiple ±0.3cm dengan skuama diatasnya.
Terdapat papul hiperpigmentasi, berbatas tidak tegas, multiple ±0.3cm
1.4. Pemeriksaan laboratrium dan penunjang:
Tidak dilakukan
1.5. Resume
Untuk mendiagnosis skabies dibutuhkan minimal 2 dari 4 tanda kardinal:
Pasien mengeluh pruritis nocturnal.
Keluarga dan teman dekat pasien mengalami penyakit yang sama.
Effloresensi patognomonis berupa terowongan keabuan berbentuk garis
lurus/berkelok sudah tidak ada karena lesi sudah di manipulasi pasien di
garuk muncul infeksi sekunder ditemukan pustul dan skuama diatas papula
dan makula hiperpigmentasi.
Pemeriksaan penunjang mikroskopis tidak dilakukan.
1.6. Diagnosis
Skabies
1.7. Planning
Terapi
Medikamentosa:
Krim permethrin 5%
Loratadine 1x10mg
Nacl 0,9% dan kasa steril kompress sehari 2 kali sehabis mandi
Krim mupirocin 2% oleskn sehari 2 kali sehabis mandi
Non medikamentosa:
Edukasi pasien cara mengunakan permethrin dan kompres.
Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang kontak dengan
penderita harus diperiksa dan bila juga menderita skabies diobati
bersamaan agar tidak jadi penularan kembali
Semua baju, alat tidur termasuk sprei, sarung bantal dan guling, handuk
dicuci dengan air panas.
Sementara waktu baju pasien penederita skabies dicuci terpisah dengan
keluarga lainnya
Alas tidur dijemur
Jangan mengunakan sabun terlalu digosok dapat menyebabkan iritasi
b)
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Sinonim : The itch, sky-bees, gudik, budukan, gatal agogo.
(Prof.Dr.dr.Adhi Djuanda, et al., 2016)
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis, dan produknya. Ditandai gatal
pada malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di
lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorfik
tersebar di seluruh badan. (Prof.Dr.dr.Adhi Djuanda, et al., 2016)
Skabies dinyatakan sebagai penyakit kulit yang diabaikan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2009 dan merupakan masalah kesehatan
yang signifikan di banyak negara berkembang. Individu yang terinfeksi
memerlukan identifikasi dan pengobatan segera karena kesalahan diagnosis dapat
menyebabkan wabah, morbiditas, dan peningkatan beban ekonomi. (Gilson &
Crane, 2021)
2.2. Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial
ekonomi yang rendah, higenitas yang buruk, hubungan seksual bersifat
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.
Penyakit ini dapat dimasukkan dalam IMS (lnfeksi Menular Seksual).
(Prof.Dr.dr.Adhi Djuanda, et al., 2016)
Skabies adalah salah satu penyakit paling umum di dunia. Studi Global
Burden of Disease (GBD) 2016 memperkirakan prevalensi titik global skabies ada
di sekitar 147 juta, dengan 455 juta kasus insiden tahunan. (C.M.Salavastru, et al.,
2017) Skabies sangat lazim di wilayah geografis berikut: Afrika, Amerika Selatan,
Australia, dan Asia Tenggara. Ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Kasus di negara-negara tersebut berhubungan dengan morbiditas yang
signifikan akibat komplikasi dan infeksi sekunder. Ini mungkin termasuk abses,
limfadenopati, dan glomerulonefritis pasca-streptokokus. (Gilson & Crane, 2021)
Skabies merupakan masalah di seluruh dunia yang mempengaruhi semua
usia,ras, dan tingkat sosial ekonomi. Prevalensi sangat bervariasi dengan beberapa
negara terbelakang memiliki tingkat dari 4% sampai 100% dari populasi umum.
(Kang, et al., 2019) Di negara berkembang, populasi yang terkena termasuk anak-
anak, orang tua, dan individu dengan kondisi imunosupresi. Keadaan yang terkait
dengan populasi yang besar dan berkerumun sering menyebabkan transmisi
tinggi, dan wabah umum terjadi di sekolah, penjara, dan kamp untuk pengungsi.
(C.M.Salavastru, et al., 2017) Host yang terinfestasi biasanya menampung antara
3 sampai dengan 50 tungau betina yang bertelur, tetapi jumlahnya dapat sangat
bervariasi antar individu. (Kang, et al., 2019)
2.6. Predileksi
Biasanya, infestasi terjadi pada kulit tipis dan lipatan kulit (Micali et al.,
2016; Khan et al., 2020). Lokasi predeleksi tersering adalag aksila, areola,
interdigitalis, pergelangan tangan, siku, umbilikus, regio inguinal dan genital,
lipatan gluteal, regio sakral, fossa poplitea, dan pergelangan kaki. Regio yang
diduga bertanggung jawab atas kekambuhan adalah daerah subungual karena
sering kali tidak terjangkau obat (Nemecek et al., 2020)
Gambar 1 Lokasi Predileksi Infestasi Skabies
b. Skabies nodular
Manifestasi skabies nodular dihasilkan dari reaksi hipersensitivitas
terhadap tungau skabies dan produk lain yang dihasilkan tungau seperti scybala.
Hal ini ditandai dengan nodul pruritus persisten yang dapat tetap ada bahkan
setelah pengobatan infestasi awal (Yanes and Faith, 2018). Skabies nodular juga
dapat terjadi bila lama tidak mendapat terapi, sering terjadi pada bayi dan anak,
atau pada pasien dengan imunokompremais (Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2019).
Gambar 3 Skabies nodular
Nodul hiperpigmentasi yang gatal (Yanes and Faith, 2018)
2.8. Diagnosis
a. Anamnesa
Diagnosis skabies dicurigai dengan adanya pruritus yang berhubungan
dengan distribusi lesi yang khas dan riwayat epidemiologis. Biasanya
pasien mengeluh pruritus nokturnal yang intens. Pruritus biasanya muncul
4 sampai 6 minggu setelah infestasi awal, meskipun banyak pasien
mungkin tidak mengalami gejala selama 3 bulan dan beberapa pasien tidak
pernah peka. Dengan reinfestasi berikutnya, gejala berkembang dalam 2
hingga 3 hari (Kang et al., 2019).
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, pasien menunjukkan ekskoriasi dan
dermatitis ekzema pada sela jari, sisi jari, pergelangan tangan dan telapak
tangan lateral, siku, aksila, skrotum, penis, labia, dan areola pada wanita
(Kang et al., 2019).
Kepala dan leher biasanya tidak terkena pada orang dewasa yang
sehat, tetapi pada bayi, orang tua, dan individu dengan gangguan sistem
kekebalan, semua permukaan kulit rentan. Nodul berkrusta dan indurasi
dapat dilihat pada bayi dan anak kecil di daerah intertriginosa serta pada
batang tubuh (Kang et al., 2019).
Pada skabies berkrusta, plak hiperkeratosis berkembang secara
difus pada daerah palmar dan plantar, dengan penebalan dan distrofi kuku
jari kaki dan kuku tangan. Meskipun, pasien dengan tipe krusta memiliki
beban tungau yang sangat besar, mereka hanya memiliki sedikit atau tanpa
gejala (Kang et al., 2019).
Lesi patognomonik adalah liang, yang merupakan struktur tipis,
seperti benang, linier, atau sering berbentuk J dengan panjang 1 sampai 10
mm. Ini adalah terowongan yang disebabkan oleh pergerakan tungau di
stratum korneum. Saat ini, liang paling baik terlihat di jaringan interdigital
dan pergelangan tangan; namun, mungkin sulit ditemukan pada tahap awal
kondisi, atau setelah pasien mengalami ekskoriasi lesi secara ekstensif.
Pada bayi dan anak kecil yang kurang efektif menggaruk, liang dapat
diidentifikasi pada telapak tangan dan telapak kaki serta area intertriginosa
dan batang tubuh (Kang et al., 2019).
c. Tanda cardinal
1. Pruritus nokturna : gatal pada malam hari yang disebabkan oleh
aktivita tugau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019).
2. Menyerang sekelompok orang (Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2019).
3. Adanya terowongan (kunikulus) : pada tempat predileksi ditemukan
adanya terowongan berwarna putih atau keabuan dengan bentuk lurus
atau berkelok, dengan rata-rata panjang 1cm. Pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel (Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2019).
4. Menemukan tungau : hal ini merupakan hal yang paling menunjang
diagnosa. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau.
Selain ini dapat juga ditemukan telur dan kotoran tungau (Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2019).
d. Pemeriksaan penunjang
- Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang tertihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah
objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019).
- Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019).
- Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewamaan hematoksilin
eosin (H.E) (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019).
- Dengan menempatkan setetes minyak mineral di atas burrow dan
kemudian menggores secara membujur dengan pisau bedah nomor 15
di sepanjang liang atau area kulit yang mencurigakan, berhati-hatilah
agar tidak menyebabkan pendarahan. Kerokan paling baik diambil dari
liang, papula, atau vesikel yang tidak mengalami ekskoriasi. Kerokan
kemudian diterapkan pada slide kaca dan diperiksa di bawah daya
rendah (Kang et al., 2019).
- Ink burrow test. Identifikasi liang dapat difasilitasi dengan
menggosokkan spidol hitam di area yang terkena. Setelah kelebihan
tinta dibersihkan dengan bantalan alkohol, liang tampak lebih gelap
daripada kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta di dalam liang (Kang
et al., 2019).
- Adhesive tape test. Untuk pengujian ini, pita perekat transparan – cukup
kuat – dipotong menjadi seukuran slide mikroskopis, ditekan dengan
kuat ke liang yang mencurigakan, ditarik dengan cepat, dan kemudian
dilekatkan pada slide. Pada pasien dengan kulit rapuh (dermatoporosis,
penyakit bulosa), prosedur ini dikontraindikasikan (Sunderkötter et al.,
2016).
- Dermoskopi : Dermoskopi juga disebut "dermatoskopi" dilakukan
dengan perangkat genggam (dermoscope) yang memungkinkan
pembesaran X10 dan tidak memerlukan "bantuan" komputer apa pun
(Micali et al., 2016). Temuan dermoskopik klasik adalah tanda “delta-
wing jet” dari bagian kepala dan tubuh skabies yang padat, telur, dan
liang (Kang et al., 2019).
2.12. Prognosis
Prognosis skabies klasik baik dengan pengobatan yang tepat kecuali pada
pasien mengalami gangguan sistem imun. Individu immunocompromised
memiliki peningkatan risiko skabies berkrusta yang memiliki prognosis yang
kurang baik. Kebanyakan kekambuhan adalah hasil dari reinfestasi dari kontak
yang tidak diobati sering terjadi di pasien imunocompromised, asrama dan panti
asuhan (Leung, Lam and Leong, 2019; Trasia, 2021).
Konsekuensi psikososial penyakit kulit kronis memiliki efek langsung
pada pasien. Penelitian menunjukan bahwa pasien dengan skabies sering kali
dikucilkan. Pasien skabies mengalami stigma mengakibatkan mereka merasa malu
dan terasing dari masyarakat. Cara terbaik untuk mencegah hal ini adalah dengan
mengedukasi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepatuhan
pengobatan untuk pemulihan yang lebih cepat. Dapat juga disarankan untuk
memakai pakaian untuk menutupi lesi (Trasia, 2021).
DAFTAR PUSTAKA