Oleh :
Monica Sari Devy,S.Ked 160070201011065
Rahmad Dwi Saputra, S.Ked 160070201011079
Ika Dewi Soraya ,S.Ked 160070201011046
Edvada Rahmandana,S.Ked 160070201011026
Theodora Injang, S.Ked 160070201011090
Inas Khoirunisa,S.Ked 160070201011049
Pembimbing:
dr. Lita Setyowatie,SpKK.
Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Pediculus humanus
capitis atau kutu pada rambut dan kulit kepala manusia, sedangkan pedikulosis korporis
merupakan infestasi dari Pediculus humanus corporis atau kutu badan. Pedikulosis terjadi di
seluruh dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju.1 Di Amerika Serikat, 6-12 juta
orang terinfestasi kutu setiap tahunnya dan diperkirakan dihabiskan dana sekitar 100 juta dolar
untuk pengobatannya. Sebagian besar infestasi kutu terjadi pada anak-anak usia sekolah.2 Di
Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai terjadinya infeksi Pediculosis capitis maupun
Pediculosis corporis. Sedikit data yang bisa di dapatkan dari angka kejadian di negara
berkembang. Di Malaysia sekitar 11% anak umur 3-11 tahun terinfeksi dan sekitar 40% di
Taiwan.3
Penularan pedikulosis dapat melalui kontak langsung dengan penderita, maupun kontak
tidak langsung melalui benda-benda seperti sisir, bantal, topi, pakaian, dan handuk yang
digunakan bersama-sama.1 Infestasi kutu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis
kelamin, keadaan sosial ekonomi, panjang rambut, kebiasaan pinjam meminjam barang,
jumlah anggota keluarga, kepadatan kelas dan rumah, dan derajat infestasi kutu pada anggota
keluarga yang lain. Tingkat kebersihan diri yang rendah juga dapat mempengaruhi prevalensi
pedikulosis.4
Pedikulosis bukanlah penyakit yang wajib dilaporkan, masyarakat menganggapnya
hanya sekedar gangguan sehingga tidak berobat ke dokter. Sebenarnya pedikulosis perlu
mendapat perhatian karena penyakit ini sering menyerang anak-anak. Rasa gatal yang hebat
mengganggu ketenangan tidur dan mengganggu konsentrasi belajar sehingga prestasi anak
menurun. Selain itu, apabila penyakit ini tidak diterapi secara adekuat, maka akan
meningkatkan resiko penularan bahkan menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan menambah biaya untuk pengobatan penyakit ini.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Usia : 3 Tahun
NO RM : 11337809
Agama : Islam
Pasien datang dengan keluhan gatal di kepala sejak 2 bulan yang lalu, keluhan
memburuk 2 minggu terakhir, karena gatal pasien sering menggaruk hingga lecet dan timbul
ketombe halus yang banyak berwarna putih, kadang-kadang ibu pasien melihat kutu berjalan
dirambut anaknya. Gatal kemudian menjalar ke badan kemudian pasien menggaruknya.
Pasien telah diberikan obat kutu 2 bulan yang lalu dengan cara di keramas sebanyak 1
kali seminggu dan diulang kembali pada minggu berikutnya, setelah dikeramas kepala ditutup
kain semalaman. Namun belum ada perbaikan pada pasien.
Pasien tidak pernah biduran. Riwayat bersin-bersin saat udara dingin, asma, alergi
makanan dan obat disangkal.
Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan 1 orang saudara. Teman bermain pasien ada
yang memiliki keluhan serupa.
Pasien mandi 2 kali sehari saat pagi dan sore dengan sabun bayi serta mengganti baju
mengganti baju 1 kali sehari dan jarang keramas.
1. Pemeriksaan ektoparasit
2.6 Diagnosis
2.7 Terapi
1. Permethrin losion 5%
2. Permethrin krem 1%
3. Cetrizin sirup 3 x 1 cth
1. Monitoring keluhan pasien dan kutu serta telur yang ada pada kepala, jika 1 minggu setelah
pengobatan masih ada maka terapi dilanjutkan.
2. Pengobatan dilakukan satu keluarga dalam waktu yang bersamaan tanpa kecuali, ada atau
tidak ada keluhan gatal.
3. Menjelaskan penggunaan permethrin losion 5% dengan cara keramas 1 kali sehari ketika
mandi sore atau setelah sholat isya bagi yang muslim kemudian setelah keramas kepala
ditutup oleh kain dan dipertahankan semalaman, keesokan harinya dibilas saat mandi pagi
da diulangi 1 minggu kemudian jika masih ada keluhan atau terdapat kutu dikepala.
4. Menjelaskan penggunaan permethrin krem 5%; dioleskan dari belakang telinga ke seluruh
tubuh (kecuali wajah) saat malam hari setelah mandi dan shalat isya’ (diulang setelah buang
air kecil dan besar). Obat dipertahankan 10-12 jam hingga besok pagi, lalu dibilas bersih
saat mandi. Obat kemudian diulangi lagi 1 minggu kemudian dengan cara yang sama.
5. Menyarankan untuk mencuci baju-baju, sarung, sprei, menggunakan air panas 600 celcius,
±15-20 menit. Kemudian setelah itu dicuci biasa, dijemur diterik matahari, kemudian
disetrika
6. Barang-barang lain seperti sepatu atau sandal dimasukkan ke dalam plastik dan diikat,
dibiarkan selama 3 hari untuk membunuh parasite.
7. Menjaga higienitas tubuh dan pakaian sehari-hari. Pakaian hanya 1 kali pakai kemudian
dicuci.
2.9 Prognosis
PEMBAHASAN
Pediculosis capitis adalah penyakit kulit kepala akibat infestasi ektoparasit obligat
spesies Pediculus humanus var Capitis yang menghisap darah (hemophagydea) dan
menghabiskan seluruh siklus hidupnya di manusia. Penyakit ini sering menyerang anak-anak,
terutama berusia 3-11 tahun. Di Malaysia sekitar 11% anak umur 3-11 tahun terinfeksi.
Penyakit ini lebih sering menyerang anak perempuan karena memiliki rambut yang panjang
dan sering memakai aksesoris rambut.3,5 Pasien yang dibahas pada kasus ini adalah seorang
anak perempuan berusia 3 tahun. Berdasarkan identitas pasien tersebut sesuai dengan teori.
Penularan penyakit ini adalah dengan kontak langsung atau melalui pakaian serta
barang yang dipakai pasien. Seringkali penularan terjadi apabila terdapat anggota keluarga
yang terkena. Faktor resiko yang meningkatkan terjadinya penularan adalah jenis kelamin
perempuan. Hal ini dihubungkan bahwa anak perempuan hampir semua memiliki rambut
panjang dan lebih sering menggunakan sisir atau aksesoris rambut. Kutu kepala cenderung
menyukai rambut yang panjang dan tebal. Penggunaan sisir, aksesoris, tempat tidur, bantal dan
pakaian yang bersamaan juga merupakan resiko untuk penularan karena kutu dapat menepel
pada benda tersebut.6,7 Pada kasus ini pasien merupakan anak perempuan yang memiliki kakak
dengan riwayat kutuan dengan riwayat pengobatan yang tidak adekuat dan teman bermain yang
memiliki keluhan serupa, pasien juga menggunakan sisir dan tempat tidur bersamaan dengan
anggota keluarga yang lain.
Gejala klinis dari manifestasi kutu kepala ialah rasa gatal,namun sebagian orang
asimtomatik dan dapat sebagai karier. Masa inkubasi sebelum terjadi gejala sekitar 4-6 minggu.
Tungau dan telur (nits) paling banyak terdapat di daerah oksipital kulit dan retroaurikuler.
Tungau dewasa dapat ditemukan di kulit kepala berwarna kuning kecoklatan sampai putih keabu-
abuan, tetapi dapat berwarna hitam gelap bila tertutup oleh darah. Tungau akan berwarna lebih
gelap pada orang yang berambut gelap.5 Gigitan dari tungau dapat menghasilkan kelainan kulit
berupa eritema, makula dan papula, tetapi pemeriksa seringnya hanya menemukan eritema dan
ekskoriasi saja. Garukan pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya erosi, ekskoriasi dan
infeksi sekunder berupa pus dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal
akibat banyaknya pus dan krusta. Keadaan ini disebut plica polonica yang dapat ditumbuhi jamur.
Tungau kepala adalah penyebab utama penyakit pioderma sekunder di kulit kepala di seluruh
dunia.6 Berdasarkan anamnesis pada ibu pasien diperoleh informasi bahwa keluhan gatal di kepala
sejak 2 bulan yang lalu, keluhan memburuk 2 minggu terakhir, karena gatal pasien sering
menggaruk hingga lecet dan timbul ketombe halus yang banyak berwarna putih, kadang-
kadang ibu pasien melihat kutu berjalan dirambut anaknya. Gatal kemudian menjalar ke badan
kemudian pasien menggaruknya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan squama halus berwarna
putih, nits (+), kutu (+) dan ekskoriasi yang menunjang anamnesis.
Telah dilaporkan pasien atas nama An. KMA, berusia 3 tahun, dengan keluhan gatal di
kepala sejak 2 bulan yang lalu, keluhan memburuk 2 minggu terakhir, karena gatal pasien
sering menggaruk hingga lecet dan timbul ketombe halus yang banyak berwarna putih, kadang-
kadang ibu pasien melihat kutu berjalan dirambut anaknya. Gatal kemudian menjalar ke badan
kemudian pasien menggaruknya. Kakak pasien juga mengalami keluhan yang sama tetapi
sudah mendapatkan pengobatan.
Pasien telah diberikan obat kutu 2 bulan yang lalu dengan cara di keramas sebanyak 1
kali seminggu dan diulang kembali pada minggu berikutnya, setelah dikeramas kepala ditutup
kain semalaman. Namun belum ada perbaikan pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada regio kapitis didapatkan squama kering,
kutu (+), nits (+) dengan distrisbusi menyebar. Pada pemeriksaan regio colli posterior
didapatkan ruam ekskoriasi dengan distribusi terlokalisir, sedangkan pada Axilla sinistra
didapatkan ruam ekskoriasi dengan distribusi terlokalisir.
9. Burgess, Ian F. , Ciara S.Casey. Head Lice. In: Thomas Diepgen, Michael Bigby editors.
10. Nutanson I. CJ Steen. Pediculus humanus capitis: an update. Acta Dermatoven APA Vol
17,2008, No 4, p 147 – 150.
11. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in : Burns T,
Breathnach S, Cox N. Rooks Textbook of Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell
publishing; 2004, p. 446-8
12. Ohio Departement of Health. Pediculosis.Ohio: Departement of Health. 2014; 1-
15.