Oleh:
Silviana Sari, S.Ked
G1A213028
Pembimbing:
dr. Attiya Rahma, Sp.S. M.Si Med
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Silviana Sari, S.Ked
G1A213028
BAB I
PENDAHULUAN
2
Latar Belakang
Stroke (WHO) adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab
lain selain gangguan vaskuler. 1,2
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering oleh karena itu
merupakan indikasi penting untuk perawatan di rumah sakit. Data di Indonesia
menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian,
kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar
15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur
65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar
51,6/100.000
penduduk
dan kecacatan; 1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat. Penderita lakilaki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun
sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar
33,5%. Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut yang berpotensi
menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di
kemudian hari. 3
Tujuan dari penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan.
Salah satu upaya yang berperan penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah
pengenalan gejala-gejala stroke dan penanganan stroke secara dini dimulai dari
penanganan pra rumah sakit yang cepat dan tepat. Dengan penanganan yang
benar-benar pada jam-jam pertama paling tidak akan mengurangi kecacatan
sebesar 30% pada penderita stroke.3
BAB II
KASUS BANGSAL NEUROLOGI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
MRS
: Tn. TK
: 59 Tahun
: laki-laki
: Islam
: RT 05 Marga Manunggal Jaya sei. Bahar
: wiraswasta
: SMA
: 07 Agustus 2015 jam 23.00 WIB
DAFTAR MASALAH
No.
1.
Masalah Aktif
Hemiparesis
sinistra
Tanggal
09 Agustus 2015
2.
tipe spastik
Paresis N. VII sinistra
09 Agustus 2015
Masalah Pasif
Tanggal
tipe Sentral
3.
09 Agustus 2015
Hipertensi
09 Agustus 2015
Kronologis
:
24 jam SMRS (08 Agustus 2015, sore hari) pasien tiba-tiba mengalami
kelemahan sebagian tubuh dan anggota gerak sebelah kiri. Keluhan
muncul mendadak pada saat pasien sedang mengemudikan sepeda motor.
Awalnya pasien merasa sakit kepala, lalu 5 menit kemudian diikuti
dengan kelemahan tubuh sebelah kiri. lalu pasien merasa anggota gerak
kirinya lemah hingga pasien terjatuh ke lantai. Kemudian pasien pingsan.
Pasien dibawa ke rumah sakit setempat dan tak lama setelah itu pasien
kembali sadar. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.
Keesokan harinya (09 Agustus 2015) pasien dirujuk ke IGD RS Raden
Mattaher Jambi setelah tetangga pasien menelepon anak-anak pasien.
Bicara sedikit pelo (+), sulit menelan (+), suara parau (-), mulut mencong
(+) sedikit, sakit kepala (+), mual (-), muntah (+). Riwayat trauma kepala
(-), kejang (-), penglihatan kabur (-), penglihatan dua (-), gangguan
pendengaran disangkal, gangguan penciuman disangkal, gangguan
pengecapan disangkal, anggota badan mengalami penurunan sensasi
disangkal. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. pasien
mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3
tahun yang lalu.
Gejala penyerta
kanan
Faktor yang memperberat
Faktor yang memperingan
::-
sedang di rumah
pasien sebelumnya bekerja sebagai supir. Pasien sudah tidak bekerja
.
III.
OBYEKTIF
1. Status Presens (09 Agustus 2015)
Kesadaran
: compos mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah : 170/ 100 mmHg
Nadi
: 88 x/i, isi dan tegangan cukup
Suhu
: 36,0oC
Respirasi
: 28x/i
2. Status Internus
Kepala
:
Mata
: Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, 3 mm/ 3 mm, refleks
THT
Mulut
Leher
(-)
Dada
Jantung
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
kiri
Palpasi
(-)
Paru :
Perut :
Inspeksi
Palpasi
: Baik
: Biasa
: Normoaktif
: Baik
: Baik
4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan
: (-)
Simetri
: (+)
Pulsasi
: (+)
7
b. Leher
Sikap
Pergerakan
Kaku kuduk
: Lurus
: terbatas
: (-)
c. Nervus kranialis
Nervus Kranialis
N I (Olfaktorius)
Subjektif
Objektif (dengan bahan)
N II (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapangan pandang
Melihat warna
Funduskopi
Sela mata
Ptosis
Pergerakan bola mata
Nistagmus
Strabismus
Ekso/endotalmus
Pupil
Bentuk, besar
reflex cahaya langsung
reflex konvergensi
reflex konsensual
Diplopia
Pergerakan bola mata ke
bawah-dalam
Diplopia
Motorik
Membuka mulut
Mengunyah
Mengigit
Sensibilitas Muka
Oftalmikus
Maksila
Mandibula
Reflek Kornea
Kanan
Kiri
Baik
Baik (normosmia)
Baik
Baik (normosmia)
6/60
Baik
Baik
Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Simetris
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
6/60
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Bulat, isokor, 3 mm
+
+
+
Tidak ada
N IV (Trochlearis)
Normal
Bulat, isokor, 3 mm
+
+
+
Tidak ada
Tidak ada
N V (Trigeminus)
Tidak ada
Simetris
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N VI (Abdusen)
Normal
Normal
Normal
Normal
Pergerakan
(lateral)
Diplopia
bola
mata
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Normal
Normal
Tidak ada
N VII (Fasialis)
Simetris
Normal
Sudut mulut tertarik ke
kanan (sedikit)
Tidak ada
Bersiul
Sensasi lidah 2/3 depan
Suara berbisik
Detik arloji
Rinne test
Weber test
Swabach test
Sensasi lidah 1/3 blkg
Sensibilitas faring
Arkus faring
Berbicara
Menelan
Refleks muntah
Nadi
Simetris
Normal
Normal
Normal
Normal
N VIII (Vestibularis)
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
Tidak ada lateralisasi
Normal
Normal
N IX (Glossofaringeus)
Normal
Normal
N X (Vagus)
Simetris
Disatria
kurang
Baik
Normal
N XI (Assesorius)
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Kedudukan
dijulurkan
Atropi papil
Tremor lidah
Disartria
terbatas
lidah
Normal
terbatas
N XII (Hipoglosus)
tidak ada deviasi
kurang jelas
Kanan
Simetris
Simetris
Normal
Kiri
Simetris
Simetris
Normal
Normal
Normal
Sensibilitas
Raba
Nyeri
Thermi
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Reflek
Reflek kulit perut atas
Reflek kulit perut tengah
Reflek kulit perut bawah
Reflek kremaster
Normal
Normal
Normal
tidak dilakukan
Normal
Normal
Normal
tidak dilakukan
Kanan
Baik
5
Eutoni
Eutrofi
Kiri
menurun
1
Eutoni
Eutrofi
Sensibilitas
Raba
Nyeri
Thermi
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Refleks
Biseps
Triseps
Radius
Ulna
Hoffman-Tromner
normal
normal
+ normal
+ normal
-
meningkat
meningkat
+ normal
+ normal
-
Kanan
Baik
4
eutonis
Eutrofi
Kiri
Menurun
0
hipertoni
Eutrofi
Sensibilitas
Raba
Nyeri
Thermi
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Refleks
Patella
Achilles
+
-
+
-
10
Babinsky
Oppenheim
Chaddock
Schaefer
Rosolimo
Mendel-Bechtrew
Klonus paha
Klonus kaki
Test Laseque
Test Kernig
d. Gerakan Abnormal
Tremor
: (-)
Atetosis
: (-)
Miokloni
: (-)
Khorea
: (-)
Rigiditas
: (-)
e. Alat Vegetatif
Miksi
: terpasang kateter
Defekasi : Normal
Pemeriksaan lain :
Darah rutin : 07 Agustus 2015
WBC
: 15,8 103/mm3
RBC
: 5.57 106/mm3
HGB
: 15.6 g/dl
HCT
: 46.3 %
PLT
: 242 103/mm3
PCT
: 0.158 %
GDS
: 159 mg/dl
(3.5-10.0)
(3.80-5.80)
(11.0-16.5)
(35.0-50.0)
(150-390)
(.100-.500)
c.
d.
IV.
tahun,
Mattaher,
24 jam SMRS (08 Agustus 2015, sore hari) pasien tiba-tiba mengalami
kelemahan sebagian tubuh dan anggota gerak sebelah kiri. Keluhan
muncul mendadak pada saat pasien sedang mengemudikan sepeda motor.
Awalnya pasien merasa sakit kepala, lalu 5 menit kemudian diikuti
dengan kelemahan tubuh sebelah kiri. lalu pasien merasa anggota gerak
kirinya lemah hingga pasien terjatuh ke lantai. Kemudian pasien pingsan.
Pasien dibawa ke rumah sakit setempat dan tak lama setelah itu pasien
kembali sadar. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.
Keesokan harinya (09 Agustus 2015) pasien dirujuk ke IGD RS Raden
Mattaher Jambi setelah tetangga pasien menelepon anak-anak pasien.
Bicara sedikit pelo (+), sulit menelan (+), suara parau (-), mulut mencong
(+) sedikit, sakit kepala (+), mual (-), muntah (+). Riwayat trauma kepala
(-), kejang (-), penglihatan kabur (-), penglihatan dua (-), gangguan
pendengaran disangkal, gangguan penciuman disangkal, gangguan
pengecapan disangkal, anggota badan mengalami penurunan sensasi
disangkal. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. pasien
mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3
tahun yang lalu.
O:
Kesadaran
Tekanan darah
12
Nadi
Suhu
Respirasi
: 88 x/i
: 36,8 oC
: 28x/i
Kiri
Menurun
1
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
Refleks
Patella
Babinsky
+
-
+
-
A:
Diagnosa Klinis
1.
2.
3.
4.
Nyeri kepala
babinski
Jenis stroke
kesadaran
+
+
-
+
+
-
Perdarahan
Perdarahan
perdarahan
Iskemik
Iskemik
P:
Non Medikamentosa :
- Bed Rest
- Elevasi kepala 30 derajat
Medikamentosa :
O2 nasal canul 2L/m
IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/i
IVFD KCl 1 flash= 25 mEq dalam Dextrose 5% 500 cc habis dalam 8 jam,
cek elektrolit ulang
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
14
Per NGT: pasien untuk sementara dipuasakan hingga hasil spooling lambung
jernih
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
NGT dan Dower kateter terpasang
Pemeriksaan anjuran :
CT Scan cranial
Kimia darah lengkap
Mx
:
Pantau tanda-tanda vital dan status neurologi
Ex
:
Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien dan terapi
yang akan diberikan, mengatur pola makan yang sehat, penanganan stress dan
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Rawat hari ke-2 (8 Agustus 2015)
S : Lemah pada separuh tubuh dan anggota gerak kiri, bicara pelo (+)
O :
Kesadaran : CM , GCS 15
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Suhu : 38,6 0C
Nadi : 84x/i
Pernapasan : 28x/i
Anggota gerak atas:
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
Infark cerebri dengan Paresis N. VII sinistra tipe sentral dan parasis N.
XII sinistra tipe sentral + Hipertensi Grade II perawatan hari ke 2
P
:
O2 nasal canul 2L/m
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
NGT dan Dower kateter terpasang
Kesadaran : CM . GCS 15
Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu : 36oC Nadi : 80x/i RR: 23x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Anggota gerak bawah :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
tipe sentral +
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
Konsul gizi: diet cair 6 x 200 cc
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
18
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral +
Hipertensi Grade II perawatan hari ke 5
P
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
diet cair 6 x 200 cc
Rawat hari ke-6 (12 Agustus 2015)
S
: Pasien mengeluh anggota gerak kiri masih lemah
O
:
Kesadaran : CM, GCS 15
Tekanan Darah : 140/80 mmHg Suhu : 37,4oC Nadi : 88x/i RR : 24x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
19
N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral +
Hipertensi perawatan hari ke 6
P
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
diet cair 6 x 200 cc
Rawat hari ke-7 (13 Agustus 2015)
S
: Pasien mengeluh anggota gerak kiri masih lemah, nyeri dan
bengkak pada lutut kiri (-)
O
:
Kesadaran : CM, GCS 15
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,0oC Nadi : 80x/i RR : 20x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
Kanan
Baik
4
Kiri
Menurun
0
N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral
perawatan hari ke 7
P
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip metoclorpramid 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
20
O
:
Kesadaran : CM, GCS 15
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Suhu : 36,4oC, Nadi : 80x/i , RR: 22x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Kanan
Baik
5
Kiri
Menurun
1
Kiri
Menurun
0
N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral
perawatan hari ke 8
P
:
IVFD RL + drip metoclorpramid 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per oral: pasien sudah bisa menelan dan AFF NGT
Aspilet 1 x 80 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
21
23
P: vit C 3 x 50 mg/hari
Fisioterapi: passive exercise/hari diteruskan
MST 1x1 tablet/ hari
Ergotamine 1 tab
Ibuprofen 200 mg
Clobazam 2,5 mg
2 x 1capsul/hari
Amithryptillin 5 mg
Diet bubur saring
Hari ke-17 (23 Agustus 2015)
S: Nyeri kepala agak berkurang
O: TD: 130/70 mmHg 80 x/i RR:22 x/i S:36,0 0C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 17
P:
MST 1x1 tablet/ hari
Ergotamine 1 tab
Ibuprofen 200 mg
Clobazam 2,5 mg
2 x 1capsul/hari
Amithryptillin 5 mg
Diet bubur saring
Fisioterapi: passive exercise/hari
24
BAB IV
ANALISIS KASUS
Mattaher Jambi setelah tetangga os menelepon keluarga Os. Bicara pelo (+), sulit
menelan (-), suara parau (-), mulut mencong (+) sedikit, sakit kepala (+), mual
(-), muntah (-). Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), penglihatan kabur (-),
penglihatan dua (-), gangguan pendengaran disangkal, gangguan penciuman
disangkal, gangguan pengecapan disangkal, anggota badan mengalami penurunan
sensasi disangkal. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Pasien
25
memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3 tahun terakhir. Pasien
juga memilikii riwayat batu ginjal dan pembengkakan ginjal sejak 2 tahun yang
lalu, namun belum pernah dioperasi karena batu yang terbentuk masih kecil. Pada
tanggal 08 Agustus 2015 pasien dirujuk ke bangsal saraf RS Raden Mattaher
Jambi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15 (E4M6V5), TD 170/90 mmHg
dan tanda vital lain dalam batas normal. Pemeriksaan nervus kranialis didapatkan
pada nervus VII pasien memperlihatkan gigi dan bersiul sudut bibir kanan tertarik
ke kanan, pada nervus XII terdapat disartria. Pada pemeriksaan motorik, pada
ekstremitas kiri atas didapatkan kekuatan mototrik 1, eutoni dan eutrofi, reflex
fisiologis biseps dan triseps meningkat, dan reflex patologis Hoffman-tromner (-).
pergerakan terbatas.
0,
hipertonus, eutrofi, refleks fisiologis meningkat dan refleks patologis (-). Pada
pemeriksaan sensibilitas dalam batas normal. Dari anamnesis tersebut sesuai teori,
maka dibuat diagnosis klinis hemiparesis sinistra tipe spastik, paresis nervus VII
dekstra tipe sentral dan nervus XII dekstra tipe sentral.
Pasien didiagnosis etiologik yaitu, Strok Non Hemoragik. Stroke menurut
WHO merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda
dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak.
Adanya kelemahan pada anggota gerak sinistra disebabkan karena adanya
gangguan peredarahan darah otak berupa iskemik, infark salah satunya
disebabkan karena adanya oklusi.Oklusi bisa disebabkan karena embolus ataupun
thrombus. Oklusi akibat emboli sering mengenai cabang superior dan inferior,
sementara oklusi pada cabang-cabang yang lebih dalam disebabkan oleh
aterotrombotik. Emboli bisa berasal dari jantung ataupun plak ateroma. Proses
pembentukan ateroma ini dapat terjadi pada beberapa kondisi, yaitu hipertensi,
hiperlipidemia dan diabetes. Pada pasien ini didaptkan faktor risiko yang
hipertensi yang tidak terkontrol.Diduga terjadi kerusakan di daerah motorik
26
Nyeri kepala
Babinski
Jenis stroke
Perdarahan
Perdarahan
perdarahan
iskemik
kesadaran
Iskemik
menunjukkan adanya stok hemoragik, hal ini dikonfirmasi dengan temuan infark cerebri yang
27
luas yang hampir mengenai seluruh hemisfer serebri dekstra sehingga manifestasi klinis yang
muncul pada pasien mirip dengan gejala strok hemoragik seperti gejala kelemahan yang muncul
mendadak dan saat pasien sedang beraktifitas, didahului oleh nyeri kepala, kemudian tekanan
darah diastolic pasien 100 mmHg, meskipun muntah (-). Berdasarkan skor hasanudin,
didapatkan nilai 14,5: <15 SNH.
Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu darah
rutin, kimia darah lengkap dan CT Scan kranial. Pada CT Scan kranial ini penting
dilakukan untuk mendapatkan etiologi dan ketepatan dari stroke yang terjadi dan
juga sebagai Gold-standar dalam penegakan diagnosis. Pada stroke nonhemoragik didapatkan gambaran lesi hipodens dalam parenkim otak. Pada kasus
ini ditemukan adanya gambaran infark luas yang terdapat pada daerah frontal,
temporal dan parietal dekstra. Karena terapi darurat untuk penatalakasanaan kedua
tipe strok tersebut berbeda. Adapun tujuan
mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik noninfark, 2. Membalikkan cedera saraf sedapat mungkin, 3. Mencegah sedera
neurologic lebih kanjut dengan melindungi sel dari daerah penumbra dari
kerusakan lebih lanjut oleh glutamate. Terapi stroke iskemi dibedakan pada fase
akut dan pasca akut.
Adapun penalaksanaannya sebagai berikut:
Fase akut (10-14 hari sesudah onset penyakit).
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera
jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan
dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif.
Penanganan pada pasien ini sesuai dengan prinsip 5B, Breathing, Brain,
Blood, Bowel, dan Bladder. Pada pasien ini dirawat, stabilisasi jalan napas dan
pernapasan. Pasien ini diberikan oksigen nasal canul 2L/m. Sebaiknya pemberian
oksigen dianjurkan pada pasien dengan saturasi < 97%, namun pada pasien ini
oksigen diberikan karena adanya penigkatan RR: 28 x/I dan untuk menjaga
perfusi jaringan. Brain: kepala ditinggikan posisi 30 derajat,
posisi pasien
28
29
pembuluh darah dengan menghambat enzim COX2 yang dibentuk oleh endotel
pembuluh darah. golongan ACEI Captopril 2 x 25 mg. Citicoline adalah bentuk
eksogen dari citydine-5-dihoshokoline yang digunakan pada biosintesis membran,
membatasi kematian/ disfungsi neuron setelah lesi SSP dan mencoba untuk
mempertahankan interaksi seluler di dalam otak sehingga fungsi neuronal tidak
terganggu dan meminiimalkan lesi dengan menstabilkan membran dan
mengurangi pembentukan radikal bebas.
Bowel: defekasi dan nutrisi pada pasien juga harus diperhatikan. Pada
pasien ini dilakukan pemasangan NGT
menelan pasien sudah baik, maka dapat dilakukan diet peroral bertahap.
Bladder : pada pasien dilakukan pengosongan kandung kemih dengan
kateter intermitten steril, maksimal 5-7 hari, disertai dengan latihan buli-buli.
Selain itu bermanfaat untuk memantau output cairan dalam balasn cairan. Terapi
ini sudah sesuai dengan teori penatalaksanaan stroke non hemoragik. Setelah fase
akut dilalui (>14 hari), dan tanda-tanda vital pasien sudah stabil, dapat diberikan
terapi fase pasca akut seperti pentoksifilin 2x400 mg, anti platelet: Asam Asetil
Salisilat 80-325 mg/hari, neuroprotektor seperti piracetam, citicolin,
dan
tekanan drah , denyut nadi, pernafasan dan suhu tubuh stabil. Adapaun prinsip
dasar rehabilitasi adalah mulai sedini mungkin, sistematis, ditingkatkan secara
bertahap, dan rehabilitasi spesifIk sesuai dengan deficit yang ada.
Terapi preventif
Tujuannya adalah untuk mencegah berulangnya serangan baru ini dapat
dicapai dengan mengobati dan menghindari
hemoragik. Faktor risiko yang kedua adalah usia pasien 59 tahun dimana makin
bertambah usia maka makin tinggi risiko untuk terkena stroke. Hal ini berkaitan
dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya
pada orang lansia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak
(atherosclerosis). Kebiasaan kurang berolah raga dan diet yang tidak sehat, serta
adanya faktor stress yang semestinya dapat dikendalikan. Prognosis pada pasien
adalah ad vitam, tergantung dari lokasi dan berat strok serta komplikasi yang
timbul.
DAFTAR PUSTAKA
31