Anda di halaman 1dari 31

CASE REPORT SESSION

* Kepaniteraan Klinik Senior / G1A213028/ Agustus 2015


** Pembimbing: dr. Attiya Rahma, Sp.S. M.Si Med

STROKE NON HEMORAGIK

Oleh:
Silviana Sari, S.Ked
G1A213028

Pembimbing:
dr. Attiya Rahma, Sp.S. M.Si Med

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAGIAN NEUROLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
2015

LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION


STROKE NON HEMORAGIK

Oleh:
Silviana Sari, S.Ked
G1A213028

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior


Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Jambi
RSUD Raden Mattaher Jambi
2015

Jambi, Agustus 2015


Pembimbing,

dr. Attiya Rahma, Sp.S. M.Si Med

BAB I
PENDAHULUAN
2

Latar Belakang
Stroke (WHO) adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,

baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab
lain selain gangguan vaskuler. 1,2
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering oleh karena itu
merupakan indikasi penting untuk perawatan di rumah sakit. Data di Indonesia
menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian,
kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar
15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur
65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar

51,6/100.000

penduduk

dan kecacatan; 1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat. Penderita lakilaki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun
sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar
33,5%. Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut yang berpotensi
menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di
kemudian hari. 3
Tujuan dari penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan.
Salah satu upaya yang berperan penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah
pengenalan gejala-gejala stroke dan penanganan stroke secara dini dimulai dari
penanganan pra rumah sakit yang cepat dan tepat. Dengan penanganan yang
benar-benar pada jam-jam pertama paling tidak akan mengurangi kecacatan
sebesar 30% pada penderita stroke.3

BAB II
KASUS BANGSAL NEUROLOGI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
MRS

: Tn. TK
: 59 Tahun
: laki-laki
: Islam
: RT 05 Marga Manunggal Jaya sei. Bahar
: wiraswasta
: SMA
: 07 Agustus 2015 jam 23.00 WIB

DAFTAR MASALAH
No.
1.

Masalah Aktif
Hemiparesis
sinistra

Tanggal
09 Agustus 2015

2.

tipe spastik
Paresis N. VII sinistra

09 Agustus 2015

Masalah Pasif

Tanggal

tipe Sentral
3.

Paresis N. XII dengan

09 Agustus 2015

sinistra tipe sentral


4.

Hipertensi

09 Agustus 2015

II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal : 09 Agustus 2015)


1. Keluhan utama
: Kelemahan anggota gerak bagian kiri sejak 24
jam SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Lengan kiri, separuh tubuh sebelah kiri dan tungkai kiri
Onset : Mendadak saat pasien beraktivitas yaitu sedang mengemudikan
sepeda motor
Kualitas

: Lengan kiri dan tungkai kiri tidak bisa digerakkan.

Pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya


Kuantitas
:

Kronologis
:
24 jam SMRS (08 Agustus 2015, sore hari) pasien tiba-tiba mengalami
kelemahan sebagian tubuh dan anggota gerak sebelah kiri. Keluhan
muncul mendadak pada saat pasien sedang mengemudikan sepeda motor.
Awalnya pasien merasa sakit kepala, lalu 5 menit kemudian diikuti
dengan kelemahan tubuh sebelah kiri. lalu pasien merasa anggota gerak
kirinya lemah hingga pasien terjatuh ke lantai. Kemudian pasien pingsan.
Pasien dibawa ke rumah sakit setempat dan tak lama setelah itu pasien
kembali sadar. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.
Keesokan harinya (09 Agustus 2015) pasien dirujuk ke IGD RS Raden
Mattaher Jambi setelah tetangga pasien menelepon anak-anak pasien.
Bicara sedikit pelo (+), sulit menelan (+), suara parau (-), mulut mencong
(+) sedikit, sakit kepala (+), mual (-), muntah (+). Riwayat trauma kepala
(-), kejang (-), penglihatan kabur (-), penglihatan dua (-), gangguan
pendengaran disangkal, gangguan penciuman disangkal, gangguan
pengecapan disangkal, anggota badan mengalami penurunan sensasi
disangkal. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. pasien
mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3
tahun yang lalu.
Gejala penyerta

: Bicara sedikit pelo, mulut mencong ke

kanan
Faktor yang memperberat
Faktor yang memperingan

::-

3. Riwayat penyakit dahulu


:
Riwayat mengalami keluhan yang sama disangkal
Riwayat Hipertensi tidak terkontrol + sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat stroke disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat batu ginjal dan pembengkakan ginjal sejak 2 tahun yang lalu,
namun belum pernah dioperasi karena batu yang terbentuk masih
kecil.

Riwayat operasi disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama Riwayat keluarga dengan hipertensi (+) yaitu ayah kandung pasien
Riwayat DM disangkal
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung disangkal
5. Riwayat sosial ekonomi
:
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga.
Pasien menikah dan memiliki 3 orang anak. Os sehari-hari tinggal
bersama istri dan 3 orang anak pasien. Pada saat kejadian istri pasien

sedang di rumah
pasien sebelumnya bekerja sebagai supir. Pasien sudah tidak bekerja

lagi sejak umur 50 tahun.


Pasien berobat dengan menggunakan BPJS selama dirawat di RSUD

Raden Mattaher Jambi.


Riwayat kebiasaan :
- Riwayat merokok aktif 1 bungkus/ hari.
- Riwayat minum alkohol (-)
- Riwayat penggunaan obat terlarang disangkal
- Riwayat minum kopi (+) tidak rutin
- Kebiasaan makan makanan yang asin (+), makan makanan
bersantan.
Kebiasaan olahraga yang jarang.

.
III.
OBYEKTIF
1. Status Presens (09 Agustus 2015)
Kesadaran
: compos mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah : 170/ 100 mmHg
Nadi
: 88 x/i, isi dan tegangan cukup
Suhu
: 36,0oC
Respirasi
: 28x/i
2. Status Internus
Kepala
:
Mata
: Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, 3 mm/ 3 mm, refleks
THT

cahaya (+)/(+), katarak -/: dalam batas normal

Mulut

: Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah hiperemis (-),


T1-T1, faring hiperemis (-).
: JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid

Leher
(-)
Dada
Jantung

:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis teraba di ICS V
: Batas jantung dalam batas normal
: BJ I dan BJ II regular, gallop (-), murmur

Inspeksi

: Gerakan dinding dada simetris kanan dan

kiri
Palpasi

: Masa (-), Nyeri tekanan (-), krepitasi (-),

(-)
Paru :

fremitus taktil sama kanan dan kiri


Perkusi
: vocal fremitus sama kiri dan kanan, Sonor
+/+
Auskultasi

: Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Perut :
Inspeksi
Palpasi

: Distensi (-), masa (-).


: Soepel, nyeri tekan (-), undulasi (-),

shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba


Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
: Bising usus (+) N,
Alat kelamin
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis (-)/(-)
3. Status Psikitus
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan

: Baik
: Biasa
: Normoaktif
: Baik
: Baik

4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan
: (-)
Simetri
: (+)
Pulsasi
: (+)
7

b. Leher
Sikap
Pergerakan
Kaku kuduk

: Lurus
: terbatas
: (-)

c. Nervus kranialis
Nervus Kranialis
N I (Olfaktorius)
Subjektif
Objektif (dengan bahan)
N II (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapangan pandang
Melihat warna
Funduskopi
Sela mata
Ptosis
Pergerakan bola mata
Nistagmus
Strabismus
Ekso/endotalmus
Pupil
Bentuk, besar
reflex cahaya langsung
reflex konvergensi
reflex konsensual
Diplopia
Pergerakan bola mata ke
bawah-dalam
Diplopia
Motorik
Membuka mulut
Mengunyah
Mengigit
Sensibilitas Muka
Oftalmikus
Maksila
Mandibula
Reflek Kornea

Kanan

Kiri

Baik
Baik (normosmia)

Baik
Baik (normosmia)

6/60
Baik
Baik
Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Simetris
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

6/60
Baik
Baik
Tidak dilakukan

Bulat, isokor, 3 mm
+
+
+
Tidak ada
N IV (Trochlearis)
Normal

Bulat, isokor, 3 mm
+
+
+
Tidak ada

Tidak ada
N V (Trigeminus)

Tidak ada

Simetris
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N VI (Abdusen)

Normal
Normal
Normal
Normal

Pergerakan
(lateral)
Diplopia

bola

mata

Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi

Normal

Normal

Tidak ada
N VII (Fasialis)
Simetris
Normal
Sudut mulut tertarik ke
kanan (sedikit)

Tidak ada

Bersiul
Sensasi lidah 2/3 depan
Suara berbisik
Detik arloji
Rinne test
Weber test
Swabach test
Sensasi lidah 1/3 blkg
Sensibilitas faring
Arkus faring
Berbicara
Menelan
Refleks muntah
Nadi

Simetris
Normal
Normal
Normal

Normal
N VIII (Vestibularis)
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
Tidak ada lateralisasi
Normal
Normal
N IX (Glossofaringeus)
Normal
Normal
N X (Vagus)
Simetris
Disatria
kurang
Baik
Normal
N XI (Assesorius)

Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Kedudukan
dijulurkan
Atropi papil
Tremor lidah
Disartria

terbatas

lidah

d. Badan dan Anggota Gerak


1. Badan
Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk kolumna
vertebralis
Pergerakan kolumna
vertebralis

Normal
terbatas
N XII (Hipoglosus)
tidak ada deviasi
kurang jelas

Kanan
Simetris
Simetris
Normal

Kiri
Simetris
Simetris
Normal

Normal

Normal

Sensibilitas
Raba
Nyeri
Thermi

Normal
Normal
Tidak dilakukan

Normal
Normal
Tidak dilakukan

Reflek
Reflek kulit perut atas
Reflek kulit perut tengah
Reflek kulit perut bawah
Reflek kremaster

Normal
Normal
Normal
tidak dilakukan

Normal
Normal
Normal
tidak dilakukan

Kanan
Baik
5
Eutoni
Eutrofi

Kiri
menurun
1
Eutoni
Eutrofi

Sensibilitas
Raba
Nyeri
Thermi

Normal
Normal
Tidak dilakukan

Normal
Normal
Tidak dilakukan

Refleks
Biseps
Triseps
Radius
Ulna
Hoffman-Tromner

normal
normal
+ normal
+ normal
-

meningkat
meningkat
+ normal
+ normal
-

Kanan
Baik
4
eutonis
Eutrofi

Kiri
Menurun
0
hipertoni
Eutrofi

Sensibilitas
Raba
Nyeri
Thermi

Normal
Normal
Tidak dilakukan

Normal
Normal
Tidak dilakukan

Refleks
Patella
Achilles

+
-

+
-

2. Anggota Gerak atas


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi

3. Anggota gerak bawah


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi

10

Babinsky
Oppenheim
Chaddock
Schaefer
Rosolimo
Mendel-Bechtrew
Klonus paha
Klonus kaki
Test Laseque
Test Kernig

d. Gerakan Abnormal
Tremor
: (-)
Atetosis
: (-)
Miokloni
: (-)
Khorea
: (-)
Rigiditas
: (-)
e. Alat Vegetatif
Miksi
: terpasang kateter
Defekasi : Normal

f. Koordinasi, gait dan keseimbangan


Cara berjalan
: Tidak dapat dinilai
Romberg Test
: Tidak dapat dinilai
Disdiadokokinesis
: Tidak dapat dinilai
Dismetri
: Tidak dapat dinilai
Ataxia
: Tidak dapat dinilai
Rebound Phenomena
: Tidak dapat dinilai
g.
a.
-

Pemeriksaan lain :
Darah rutin : 07 Agustus 2015
WBC
: 15,8 103/mm3
RBC
: 5.57 106/mm3
HGB
: 15.6 g/dl
HCT
: 46.3 %
PLT
: 242 103/mm3
PCT
: 0.158 %
GDS
: 159 mg/dl

(3.5-10.0)
(3.80-5.80)
(11.0-16.5)
(35.0-50.0)
(150-390)
(.100-.500)

b. Kimia darah : 07 Agustus 2015


Faal Ginjal
- Ureum : 39.8 mg/dl (15-39)
- Kreatinin : 1.1 mg/dl (L = 0,6 1,1)
11

c.
d.

IV.

Elektrolit : 07 Agustus 2015


Natrium : 133.2 mmol/L (135-148)
Kalium : 2.23 mmol/L (3,5 5,3)
Chlorida : 106,49 mmol/L (98-110)
Calcium : 1,2 mmol/L (1,12-1,23)
Ro thoraks PA 07 Agustus 2015
Kesan:
Cor: cardiomegali
Pulmo: normal
RINGKASAN
S: Seorang laki laki, berusia 59
dirujuk ke IGD RSUD Raden

tahun,
Mattaher,

24 jam SMRS (08 Agustus 2015, sore hari) pasien tiba-tiba mengalami
kelemahan sebagian tubuh dan anggota gerak sebelah kiri. Keluhan
muncul mendadak pada saat pasien sedang mengemudikan sepeda motor.
Awalnya pasien merasa sakit kepala, lalu 5 menit kemudian diikuti
dengan kelemahan tubuh sebelah kiri. lalu pasien merasa anggota gerak
kirinya lemah hingga pasien terjatuh ke lantai. Kemudian pasien pingsan.
Pasien dibawa ke rumah sakit setempat dan tak lama setelah itu pasien
kembali sadar. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.
Keesokan harinya (09 Agustus 2015) pasien dirujuk ke IGD RS Raden
Mattaher Jambi setelah tetangga pasien menelepon anak-anak pasien.
Bicara sedikit pelo (+), sulit menelan (+), suara parau (-), mulut mencong
(+) sedikit, sakit kepala (+), mual (-), muntah (+). Riwayat trauma kepala
(-), kejang (-), penglihatan kabur (-), penglihatan dua (-), gangguan
pendengaran disangkal, gangguan penciuman disangkal, gangguan
pengecapan disangkal, anggota badan mengalami penurunan sensasi
disangkal. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. pasien
mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3
tahun yang lalu.
O:
Kesadaran
Tekanan darah

: compos mentis, GCS: 15


: 170/ 90 mmHg

E:4 M:6 V: 5=14

12

Nadi
Suhu
Respirasi

: 88 x/i
: 36,8 oC
: 28x/i

Nervus Cranialis VII : Paresis N. VII sinistra


Nervus Cranialis XII : Paresis N. XII sinistra
Anggota gerak atas :
Motorik
Kanan
Pergerakan
Baik
Kekuatan
5

Kiri
Menurun
1

Anggota gerak bawah :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

Refleks
Patella
Babinsky

+
-

+
-

A:

Diagnosa Klinis

1.
2.
3.
4.

Hemiparesis sinistra tipe spastik


Parasis N. VII sinistra tipe sentral
Parasis N. XII sinistra tipe sentral
Hipertensi Grade II
Diagnosa Topis : Hemisferium cerebri dekstra
Diagnosa Etiologi : suspek stroke non hemoragik

Siriraj Stroke Score (SSS)


(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x
tekanan diastolic) (3 x petanda ateroma) -12
Keterangan :
Derajat kesadaran : 0=kompos mentis ; 1=somnolen ; 2=sopor/koma
Vomitus : 0=tidak ada ; 1=ada
Nyeri kepala : 0=tidak ada ; 1=ada
Ateroma : 0=tidak ada ; 1=salah satu atau lebih : diabetes, angina,
13

penyakit pembuluh darah


Skor > 1 : perdarahan
Skor -1 s.d 1 : perlu CT Scan
Skor < -1 : infark cerebri
Siriraj Stroke Skor pada Tn. TK:
1. Kesadaran : 1 x 2,5 = 2, 5
2. Muntah : 0 x 2 = 0
3. Nyeri Kepala : 1 x 2 = 2
4. Tekanan darah : diastolic 100 x 0,1 = 10
5. Ateroma (DM, Angina pectoris) : 0 x -3 = 0
6. Konstante : -12
Jumlah : 2, 5 + 0 + 2 + 10 + 0 12 = 2,5
Algoritme Gadjah Mada
Penurunan

Nyeri kepala

babinski

Jenis stroke

kesadaran
+
+
-

+
+
-

Perdarahan
Perdarahan
perdarahan
Iskemik

Iskemik

P:
Non Medikamentosa :
- Bed Rest
- Elevasi kepala 30 derajat
Medikamentosa :
O2 nasal canul 2L/m
IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/i
IVFD KCl 1 flash= 25 mEq dalam Dextrose 5% 500 cc habis dalam 8 jam,
cek elektrolit ulang
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
14

Per NGT: pasien untuk sementara dipuasakan hingga hasil spooling lambung
jernih
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
NGT dan Dower kateter terpasang
Pemeriksaan anjuran :
CT Scan cranial
Kimia darah lengkap

Mx
:
Pantau tanda-tanda vital dan status neurologi
Ex
:
Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien dan terapi
yang akan diberikan, mengatur pola makan yang sehat, penanganan stress dan

istirahat yang cukup dan kontrol pemeriksaan secara teratur


V. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
VI.

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Rawat hari ke-2 (8 Agustus 2015)
S : Lemah pada separuh tubuh dan anggota gerak kiri, bicara pelo (+)
O :
Kesadaran : CM , GCS 15
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Suhu : 38,6 0C
Nadi : 84x/i
Pernapasan : 28x/i
Anggota gerak atas:
Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Kiri
Menurun
1

Anggota gerak bawah :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

Kimia Darah Lengkap : 08 Agustus 2015


15

Protein total : 6,3 g/dl (6.4-8.4)


Albumin : 4,3 g/dl (3.5-5.0)
Globulin : 2,0 g/dl (3.0-3.6)
Ureum : 38,3 mg/dl (15-39)
Kreatinin : 1,1 mg/dl (0.9-1.3)
Asam Urat 7,6 mg/dl (3.5-7.2)
Kolesterol : 211 mg/dl (<200)
Trigliserida: 97 mg/dl (<150)
HDL: 58 mg/dl
(>34)
LDL: 133 mg/dl
(<120)
GDS : 122 mg/dl (<200)
Ct Scan Kepala Tanpa Kontras :

Kesan : infark cerebri di bagian frontal, temporal


dan parietal dekstra.

Rencana cek elektrolit yang ke dua


A

: Hemiparesis sinistra tipe spastik ec.

Infark cerebri dengan Paresis N. VII sinistra tipe sentral dan parasis N.
XII sinistra tipe sentral + Hipertensi Grade II perawatan hari ke 2
P

:
O2 nasal canul 2L/m
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
NGT dan Dower kateter terpasang

Rawat hari ke-3 (9 Agustus 2015)


S
: Lemah anggota gerak kiri, bicara pelo (+)
O
:
16

Kesadaran : CM . GCS 15
Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu : 36oC Nadi : 80x/i RR: 23x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Anggota gerak bawah :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Kiri
Menurun
1

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

Kadar Elektrolit : 09 Agustus 2015


Natrium : 138.7 mmol/L (135-148)
Kalium : 3.43 mmol/L (3,5 5,3)
Chlorida : 111,49 mmol/L (98-110)
Calcium : 1,2 mmol/L (1,12-1,23)
A : Hemiparesis sinistra tipe spastik ec. Infark cerebri dengan Paresis N.
VII sinistra

tipe sentral dan parasis N. XII sinistra

tipe sentral +

Hipertensi Grade II perawatan hari ke 3


P :
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Simvastatin 1x 10 mg
Rawat hari ke-4 (10 Agustus 2015)
S
: Pasien mengeluh anggota gerak kanan masih lemah, nyeri lutut
kanan, demam.
O
:
Kesadaran : CM
GCS 15
Tekanan Darah : 160/80 mmHg Suhu : 38,0oC, Nadi : 87x/i , RR : 26x/i
Lutut kiri tampak bengkak, nyeri tekan (+), hiperemis (-)
17

Anggota gerak atas :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Kiri
Menurun
1

Anggota gerak bawah :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

Cek DDR: NEGATIF


Asam urat : 7,5 mg/dl
A
: Hemiparesis sinistra tipe spastik ec infark cerebri dengan Paresis
N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral +
Hipertensi Grade II + Gourt Arthritis perawatan hari ke -4
P

:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
Konsul gizi: diet cair 6 x 200 cc

Rawat hari ke-5 (11 Agustus 2015)


S
: Pasien mengeluh anggota gerak kiri masih lemah, nyeri lutut
berkurang, demam (-)
O
:
Kesadaran : CM GCS 15
Tekanan Darah : 140/90 mmHg Suhu : 37,2oC Nadi : 90x/i RR : 22x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Kiri
Menurun
1

18

Anggota gerak bawah :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
A

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

: Hemiparesis sinistra tipe spastik ec infark cerebri dengan Paresis

N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral +
Hipertensi Grade II perawatan hari ke 5
P
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
diet cair 6 x 200 cc
Rawat hari ke-6 (12 Agustus 2015)
S
: Pasien mengeluh anggota gerak kiri masih lemah
O
:
Kesadaran : CM, GCS 15
Tekanan Darah : 140/80 mmHg Suhu : 37,4oC Nadi : 88x/i RR : 24x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Kiri
Menurun
1

Anggota gerak bawah :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

19

: Hemiparesis sinistra tipe spastik ec infark cerebri dengan Paresis

N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral +
Hipertensi perawatan hari ke 6
P
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
diet cair 6 x 200 cc
Rawat hari ke-7 (13 Agustus 2015)
S
: Pasien mengeluh anggota gerak kiri masih lemah, nyeri dan
bengkak pada lutut kiri (-)
O
:
Kesadaran : CM, GCS 15
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,0oC Nadi : 80x/i RR : 20x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Kiri
Menurun
1

Anggota gerak bawah :


Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
4

Kiri
Menurun
0

: Hemiparesis sinistra tipe spastik ec infark cerebri dengan Paresis

N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral
perawatan hari ke 7
P
:
O2 nasal canul 2L/m
IVFD RL + drip metoclorpramid 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
20

Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)


Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per NGT:
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 25 mg STOP
Amplodipin 1 x 10 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
Paracetamol tab 4 x 500 mg/hari jika demam
diet cair 6 x 200 cc
mucogard sirup 3x15 cc a.c
Rawat hari ke-8 (14 Agustus 2015)
S

: Pasien mengeluh anggota gerak kiri masih lemah, nyeri kepala


(+)

O
:
Kesadaran : CM, GCS 15
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Suhu : 36,4oC, Nadi : 80x/i , RR: 22x/i
Anggota gerak atas :
Motorik
Pergerakan
Kekuatan

Kanan
Baik
5

Anggota gerak bawah :


Motorik
Kanan
Pergerakan
Baik
Kekuatan
4
Cek widal tes: salmonella typhii titer O (-) titer H(-)
A

Kiri
Menurun
1

Kiri
Menurun
0

: Hemiparesis sinistra tipe spastik ec infark cerebri dengan Paresis

N. VII sinistra tipe sentral dan praesis N. XII sinistra tipe sentral
perawatan hari ke 8
P
:
IVFD RL + drip metoclorpramid 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
Inj. Piracetam 3x 1 gram (IV)
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Per oral: pasien sudah bisa menelan dan AFF NGT
Aspilet 1 x 80 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
Allopurinol 1x300 mg/hari
21

diet cair 6 x 200 cc


mucogard sirup 3x15 cc a.c
Hari ke-9 (15 Agustus 2015)
S: kelemahan tubuh sebelah kiri
O: TD: 130/80 mmHg, N: 80 x/i. S: 36,5 0 C RR: 22 x/i
A: Hemiparesis sinistra ec stroke non Hemoragik perawatan hari ke-9
P:
- Fisioterapi di tempat
- Pasien belajar latihan duduk
- Allopurinol STOP
- Terapi lain diteruskan
- IVFD RL + drip metoclorpramid 1 ampul 20 gtt/i
- Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
- Aspilet = asam asetil salisilat 1 x 80 mg
- Ibuprofen 3x 400 mg/hari
- diet cair 6 x 200 cc
- mucogard sirup= sukralfat 3x15 cc a.c
Hari ke-10 (16 Agustus 2015)
S: nyeri kepala, kelemahan separuh badan
O: TD: 130/80 mmHg N:84 x/i RR: 22 x/i S:36,20C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 10
P: IVFD RL + drip metoclorpramid 1 ampul 20 gtt/i
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV) (ST)
Aspilet 1 x 80 mg
Ibuprofen 3x 400 mg/hari
diet cair 6 x 200 cc
mucogard sirup = sukralfat 3x15 cc a.c
Hari ke-11 (17 Agustus 2015)
S: nyeri kepala, kelemahan separuh badan
O: TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/I, RR: 20 x/i, S: 36,4 0 C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 11
P: terapi teruskan
Hari ke-12 (18 Agustus 2015)
S: nyeri kepala, kelemahan separuh badan
O: TD: 120/70 mmHg, N: 78 x/I, RR: 20 x/i, S: 36,5 0 C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke-12
P: cek albumin, protein dan globulin, bila rendah infus Amino fluid I kolf/hari,
terapi lain teruskan
22

Hari ke-13 (19 Agustus 2015)


S: pasien mengeluh nyeri kepala (+), kelemahan badan sebelah kiri
O: TD: 130/90 mmHg, N:88x/i RR: 22x/I S:36,5 0C
Protein total : 6.5 mg/dl N (6.4-8.4)
Albumin :3.4 mg/dl
(3.5-5.0)
Globulin : 3.1 mg/dl
N(3.0-3.6)
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 13
P: IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
IVFD aminofluid 500 cc1 kolf/ hari
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV)
Aspilet 1 x 80 mg
mucogard sirup 3x15 cc a.c
MST 1x1 tablet/ hari
Hari ke-14 (20 Agustus 2015)
S: pasien mengeluh nyeri kepala (+), kelemahan badan sebelah kiri
O: TD: 130/90 mmHg N: 86 x/i RR:22 x/i S:36,2 0C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 14
P:
IVFD RL + drip ketorolac 1 ampul 20 gtt/i
IVFD aminofluid 500 cc1 kolf/ hari
Inj. Ranitidin 2x 50 mg (IV)
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram (IV)
Aspilet 1 x 80 mg
mucogard sirup 3x15 cc a.c
MST 1x1 tablet/ hari
Ergotamine 1 tab
Ibuprofen 200 mg
Clobazam 2,5 mg
2 x 1capsul/hari
Amithryptillin 5 mg
Diet bubur saring
Hari ke-15 (21 Agustus 2015)
S: pasien mengeluh nyeri kepala (+), kelemahan badan sebelah kiri
O: 140/90mmHg N:84x/i RR: 21 x/i S:36,60C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 15
P: Fisioterapi: passive exercise/hari
Terapi lain lanjutkan
Hari ke-16 (22 Agustus 2015)
S: pasien mengeluh nyeri kepala (+), kelemahan badan sebelah kiri
O: TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/I RR: 20 x/I S:36,4 0C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 16

23

P: vit C 3 x 50 mg/hari
Fisioterapi: passive exercise/hari diteruskan
MST 1x1 tablet/ hari
Ergotamine 1 tab
Ibuprofen 200 mg
Clobazam 2,5 mg
2 x 1capsul/hari
Amithryptillin 5 mg
Diet bubur saring
Hari ke-17 (23 Agustus 2015)
S: Nyeri kepala agak berkurang
O: TD: 130/70 mmHg 80 x/i RR:22 x/i S:36,0 0C
A: hemiparesis sisnistra ec. Infarc cerebri perawatan hari ke- 17
P:
MST 1x1 tablet/ hari
Ergotamine 1 tab
Ibuprofen 200 mg
Clobazam 2,5 mg
2 x 1capsul/hari
Amithryptillin 5 mg
Diet bubur saring
Fisioterapi: passive exercise/hari

24

BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien datang Tn. TK usia 59 tahun, dengan keluhan adanya kelemahan


pada anggota gerak sebelah kiri sejak 24 jam SMRS. Kelemahan pada anggota
gerak atas dan bawah sebelah kiri terjadi secara mendadak pada saat pasien
sedang mengemudikan sepeda motor saing hari.
Keluhan muncul mendadak pada saat os beraktifitas mengemudikan
kendaraan.. Awalnya os merasa nyeri kepala, lalu os merasa anggota gerak
kanannya lemah hingga os terjatuh.kemudian pasien pingsan. Pasien dibawa ke
RS Sei.Bahar terdekat. Pasien pingsan selama 5 menit dan dibawa oleh warga
sekitar. Keesokan harinya (7 Agustus

2015) Os dibawa ke IGD RS Raden

Mattaher Jambi setelah tetangga os menelepon keluarga Os. Bicara pelo (+), sulit
menelan (-), suara parau (-), mulut mencong (+) sedikit, sakit kepala (+), mual
(-), muntah (-). Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), penglihatan kabur (-),
penglihatan dua (-), gangguan pendengaran disangkal, gangguan penciuman
disangkal, gangguan pengecapan disangkal, anggota badan mengalami penurunan
sensasi disangkal. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Pasien

25

memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3 tahun terakhir. Pasien
juga memilikii riwayat batu ginjal dan pembengkakan ginjal sejak 2 tahun yang
lalu, namun belum pernah dioperasi karena batu yang terbentuk masih kecil. Pada
tanggal 08 Agustus 2015 pasien dirujuk ke bangsal saraf RS Raden Mattaher
Jambi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15 (E4M6V5), TD 170/90 mmHg
dan tanda vital lain dalam batas normal. Pemeriksaan nervus kranialis didapatkan
pada nervus VII pasien memperlihatkan gigi dan bersiul sudut bibir kanan tertarik
ke kanan, pada nervus XII terdapat disartria. Pada pemeriksaan motorik, pada
ekstremitas kiri atas didapatkan kekuatan mototrik 1, eutoni dan eutrofi, reflex
fisiologis biseps dan triseps meningkat, dan reflex patologis Hoffman-tromner (-).
pergerakan terbatas.

Pada tungkai kiri pergerakan menurun, kekuatan

0,

hipertonus, eutrofi, refleks fisiologis meningkat dan refleks patologis (-). Pada
pemeriksaan sensibilitas dalam batas normal. Dari anamnesis tersebut sesuai teori,
maka dibuat diagnosis klinis hemiparesis sinistra tipe spastik, paresis nervus VII
dekstra tipe sentral dan nervus XII dekstra tipe sentral.
Pasien didiagnosis etiologik yaitu, Strok Non Hemoragik. Stroke menurut
WHO merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda
dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak.
Adanya kelemahan pada anggota gerak sinistra disebabkan karena adanya
gangguan peredarahan darah otak berupa iskemik, infark salah satunya
disebabkan karena adanya oklusi.Oklusi bisa disebabkan karena embolus ataupun
thrombus. Oklusi akibat emboli sering mengenai cabang superior dan inferior,
sementara oklusi pada cabang-cabang yang lebih dalam disebabkan oleh
aterotrombotik. Emboli bisa berasal dari jantung ataupun plak ateroma. Proses
pembentukan ateroma ini dapat terjadi pada beberapa kondisi, yaitu hipertensi,
hiperlipidemia dan diabetes. Pada pasien ini didaptkan faktor risiko yang
hipertensi yang tidak terkontrol.Diduga terjadi kerusakan di daerah motorik

26

hemisfer kanan sehingga pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak


sebelah kiri.
Diagnosis pasien ini didasarkan karena dari anamnesis kelemahan terjadi
terjadi secara mendadak, adanya nyeri kepala, dan ada penurunan kesadaran dan
tidak adanya muntah, reflek babinski (-).
menurut Algoritma Stroke Gajah Mada, yaitu:
Penurunan

Nyeri kepala

Babinski

Jenis stroke

Perdarahan

Perdarahan

perdarahan

iskemik

kesadaran

Iskemik

Pasien juga memenuhi Siriraj Stroke Score yaitu,


1. Kesadaran : 1 x 2,5 = 2,5
2. Muntah : 0 x 2 = 0
3. Nyeri Kepala : 1x 2 = 2
4. Tekanan darah : diastolic 100 x 0,1 = 10
5. Ateroma (DM, Angina pectoris) : 0 x -3 = 0
6. Konstante : -12
Jumlah : 2.5 + 0 + 2 + 10 + 0 12 = 2.5
Skor ini tidak sesuai dengan gambaran CT-Scan cranial pasien yang menunjukkan adanya
daerah infark, namun

berdasarkan manifestasi klinis yang terjadi pasien skor siriraj

menunjukkan adanya stok hemoragik, hal ini dikonfirmasi dengan temuan infark cerebri yang

27

luas yang hampir mengenai seluruh hemisfer serebri dekstra sehingga manifestasi klinis yang
muncul pada pasien mirip dengan gejala strok hemoragik seperti gejala kelemahan yang muncul
mendadak dan saat pasien sedang beraktifitas, didahului oleh nyeri kepala, kemudian tekanan
darah diastolic pasien 100 mmHg, meskipun muntah (-). Berdasarkan skor hasanudin,
didapatkan nilai 14,5: <15 SNH.
Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu darah
rutin, kimia darah lengkap dan CT Scan kranial. Pada CT Scan kranial ini penting
dilakukan untuk mendapatkan etiologi dan ketepatan dari stroke yang terjadi dan
juga sebagai Gold-standar dalam penegakan diagnosis. Pada stroke nonhemoragik didapatkan gambaran lesi hipodens dalam parenkim otak. Pada kasus
ini ditemukan adanya gambaran infark luas yang terdapat pada daerah frontal,
temporal dan parietal dekstra. Karena terapi darurat untuk penatalakasanaan kedua
tipe strok tersebut berbeda. Adapun tujuan

terapi tersebut adalah :1. Untuk

mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik noninfark, 2. Membalikkan cedera saraf sedapat mungkin, 3. Mencegah sedera
neurologic lebih kanjut dengan melindungi sel dari daerah penumbra dari
kerusakan lebih lanjut oleh glutamate. Terapi stroke iskemi dibedakan pada fase
akut dan pasca akut.
Adapun penalaksanaannya sebagai berikut:
Fase akut (10-14 hari sesudah onset penyakit).
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera
jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan
dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif.
Penanganan pada pasien ini sesuai dengan prinsip 5B, Breathing, Brain,
Blood, Bowel, dan Bladder. Pada pasien ini dirawat, stabilisasi jalan napas dan
pernapasan. Pasien ini diberikan oksigen nasal canul 2L/m. Sebaiknya pemberian
oksigen dianjurkan pada pasien dengan saturasi < 97%, namun pada pasien ini
oksigen diberikan karena adanya penigkatan RR: 28 x/I dan untuk menjaga
perfusi jaringan. Brain: kepala ditinggikan posisi 30 derajat,

posisi pasien
28

hendaklah menghindari penekanan vena jugularis. Hindari edema serebri dan


kejang. Bila terjadi edema serebri, dapat dilihat dari keadaan penderita yang
mengantuk, bradikardi, atau dengan pemeriksaan funduskopi. Blood: tekanan
darah dipertahan kan sampai tingkat optimal, , dipantau jangan sampai
mengurangi perfusi otak. Pada pasien stroke iskemik akut, penurunan tekanan
darah yang tinggi sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan, karena kemungkinan
dapat memperburuk keadaan neurologis. Sebagian besar pasien tekanan darah
akan turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama. Tekanan darah ditrunkan
15% (sistolik maupun diastolic dalam 24 jam pertama setelah awitan). Pada
pasien ini TD saat masuk 170/100 mmHg dengan MAP: 123. Fungsi jantung
dipantau dengan baik, dan dilakukan pemeriksaan EKG.kadar Hb pada pasien ini
cukup baik dengan 15,6 g/dl. Kadar GDS cukup baik , yaitu: 159 mg/dl.
Keseimbangan elektrolit dijaga, pada apsein ini didaptkan hiponatremia dan
hipokalemis. Dengan kadar Na: 133,2 dan K:2,23. Untuk itu diberikan cairan
IVFD NaCl 0,9% sebanyak 2-3 L/hari dengan 20 gtt/i. pasien ini juga diberikan
drip KCl 25 meq dalam NaCl 0,9% . pada umumnya kebutuhan cairan 30
ml/kgBB/hari. Pada pasien ini kebutuhannya sekitar 30 x 65 kg= 1.950 ml/hari.
Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin perhari ditambah
dengan kehilangan cairan yang tidak tampak sekitar 500 ml ditambah lagi dengan
300 ml per derajat celcius pada penderita panas. Sehingga kebutuhan pada pasien
ini 1.950 ml+ 500 ml= 2.450 ml/hari jika suhu 36,8 0C. Setelah koreksi elektrolit,
maka dilakukan pemeriksaan kadar elektrolit yang kedua untuk evaluasi
keberhasilan terapi.

Selain itu, pasien juga diberikan antibiotic sefalosporin

generasi ketiga ceftriaxon 2 x1 gram IV berdasarkan terapi empiris dan mengingat


jumlah leukosit pasien yang sangat tinggi: 15,8. 103/mm3. Pasien juga diberikan
H2 antagonis untuk menghindari stress ulcer: inj Ranitidin 2x50 mg/hari.
Penatalaksanaan spesifik pada fase akut berupa pemberian neuroprotektor berupa
inj. Piracetam 3 x1 gram, Inj. Citicolin 2 x 500 mg sebagai neuroprotektor, pasien
ini juga diberikan antiplatelet

dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam

Aspilet= asam asetil salisilat 1 x 80 mg,

obst ini bekerja dengan cara

mengahmbat sintesis tromboksan TXA2 dan trombosit dan prostasiklin di

29

pembuluh darah dengan menghambat enzim COX2 yang dibentuk oleh endotel
pembuluh darah. golongan ACEI Captopril 2 x 25 mg. Citicoline adalah bentuk
eksogen dari citydine-5-dihoshokoline yang digunakan pada biosintesis membran,
membatasi kematian/ disfungsi neuron setelah lesi SSP dan mencoba untuk
mempertahankan interaksi seluler di dalam otak sehingga fungsi neuronal tidak
terganggu dan meminiimalkan lesi dengan menstabilkan membran dan
mengurangi pembentukan radikal bebas.
Bowel: defekasi dan nutrisi pada pasien juga harus diperhatikan. Pada
pasien ini dilakukan pemasangan NGT

dan pasien dipuasakan. Bila fungsi

menelan pasien sudah baik, maka dapat dilakukan diet peroral bertahap.
Bladder : pada pasien dilakukan pengosongan kandung kemih dengan
kateter intermitten steril, maksimal 5-7 hari, disertai dengan latihan buli-buli.
Selain itu bermanfaat untuk memantau output cairan dalam balasn cairan. Terapi
ini sudah sesuai dengan teori penatalaksanaan stroke non hemoragik. Setelah fase
akut dilalui (>14 hari), dan tanda-tanda vital pasien sudah stabil, dapat diberikan
terapi fase pasca akut seperti pentoksifilin 2x400 mg, anti platelet: Asam Asetil
Salisilat 80-325 mg/hari, neuroprotektor seperti piracetam, citicolin,

dan

nimodipin. Setelah fase akut berlalu, pengobatan dititikberatkan pada rehabilitasi


penderita dan mencegah berulangnya strok. Yang paling penting pada fase ini
adalah membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik, dan mental. Dengn
fisioterapi, terapi wicara, dan psikoterapi.

Rehabilitasi segera dimulai begitu

tekanan drah , denyut nadi, pernafasan dan suhu tubuh stabil. Adapaun prinsip
dasar rehabilitasi adalah mulai sedini mungkin, sistematis, ditingkatkan secara
bertahap, dan rehabilitasi spesifIk sesuai dengan deficit yang ada.
Terapi preventif
Tujuannya adalah untuk mencegah berulangnya serangan baru ini dapat
dicapai dengan mengobati dan menghindari

faktor-faktor risiko strok: 1.

Pengobatan hipertensi, 2. mengobati DM, 3. menghindari kebiasaan merokok,


stress, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan, obesitas, dan 4. berolah raga
secara teratur.
Beberapa faktor risiko yang terdapat pada pasien ini adalah hipertensi
yang tidak terkontrol, makin tinggi tekanan darah seseorang makin tinggi pula
kemungkinan terjadinya strok, baik strok hemoragik maupun strok non30

hemoragik. Faktor risiko yang kedua adalah usia pasien 59 tahun dimana makin
bertambah usia maka makin tinggi risiko untuk terkena stroke. Hal ini berkaitan
dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya
pada orang lansia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak
(atherosclerosis). Kebiasaan kurang berolah raga dan diet yang tidak sehat, serta
adanya faktor stress yang semestinya dapat dikendalikan. Prognosis pada pasien
adalah ad vitam, tergantung dari lokasi dan berat strok serta komplikasi yang
timbul.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.


Guideline Stroke 2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia: Jakarta, 20011.
2. Hadinoto S, Setiawan, Soetedjo. Stroke Pengelolaan Mutakhir. Semarang:
Universitas Diponegoro, 1992.
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3.
Neurological Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. 2010. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview
5. Sotirios, AT. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery. New
York: Thieme Stuttgart, 2000.
6. Misbach, Jusuf. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999.
7. Silbernagl S, Florian, Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta, 2007.
8. MERCK,
2007.
Hemorrhagic
Stroke.
Diunduh
dari:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html
9. Setyopranoto, Ismail. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Continuing
Medical Education. FK UGM. Yogyakarta; 2011; 247-50.
10. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan
keenam editor Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007.

31

Anda mungkin juga menyukai