STROKE
Disusun oleh:
Dokter Pendamping:
Ferry Fadilah, dr.
Murniati, dr.
LAPORAN KASUS
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
1.2. Anamnesis
Anamnesis Khusus:
gerak badan kanan dan kiri sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
dirasakan tiba-tiba. Keluhan disertai sulit bicara. Bicara seperti rero. Keluhan disertai
lemas badan dan sakit kepala. Keluhan disertai gangguan penglihatan. Keluhan tidak
disertai demam, sesak nafas, batuk, ataupun pilek. BAB dan BAK normal. Keluhan
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tipe II. Pasien
kontrol rutin untuk hipertensi dan diabetes mellitus tipe II. Tidak ada keluarga yang
mengalami hal serupa. Riwayat keluarga dengan hipertensi dan diabetes mellitus tipe
II tidak ada.
Status Generalisata
Tanda-Tanda Vital
N: 95 x/menit S: 36.80C
Kepala
Normocephali
Mata
THT
Leher
KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak membesar
Toraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Datar lembut
BU (+) normal
Ekstremitas
Status Motorik
1.4. Diagnosis
Stroke Non Hemorhagic
1.5. Tatalaksana
Medikamentosa
Captopril 3x25 mg PO
Amlodipin 1x10 mg PO
Aspillet 1x80 mg PO
Simvastatin 1x20 mg PO
Citicholin 2x500 mg IV
Metformin 3x500 mg PO
Non Medikamentosa
1.6. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tersumbatnya aliran darah otak atau pecahnya pembuluh darah, yang berlangsung
klinis fokal dan/atau global yang berkembang dengan cepat, adanya gangguan fungsi
serebral, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menimbulkan
2.2. Epidemiologi
dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur
adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5%
45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang usia
produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
Sistem pengobatan stroke yang didasarkan pada ketatnya waktu tidak selalu
dapat diterapkan secara umum. Hal ini mengingat kesadaran pasien untuk tiba
dirumah sakit lebih awal dari ketersediaan fasilitas transportasi cenderung masih sulit
terkait hal ini, yaitu masalah transportasi (21,5%), tidak sadar menderita stroke
(56,3%), pergi ke dukun (4,2%), minum obat tradisional (11,8%) dan tidak diketahui
(6,2%).2
2.3. Patofisiologi
2.3.1. Infark
Infark serebri terjadi akibat dua proses patofisiologis yaitu hilangnya suplai
oksigen dan glukosa akibat sumbatan pembuluh darah, atau beberapa perubahan
metabolisme selular yang terjadi akibat adanya kelainan membran sel. Adam dan
Viktor kemudian membagi stroke infark menjadi dua bagian besar yaitu
inflamasi keluar dan terjadi pembentukan platelet plug di lokasi jejas. Pada lokasi
perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Selain itu, LDL juga terakumulasi di tunica
media sehingga membentuk foam cell. Ketika thrombus yang terbentuk menutupi >
40% lumen pembuluh darah maka pembuluh darah sudah tidak dapat mengalami
Aterosklerosis di cerebral
artery
Lumen menyempit
(sklerosis)
Depolarisasi neuron
Neuronal cell
death
2.3.2. Hemoragik
dan mudah pecah. Pada perdarahan intracranial umumnya terjadi pada penderita
1. Luasnya lesi
2. Letak lesi
-. Sistem karotis
-. Sistem vertebrobasiler4
disartria.
4. Gangguan fungsi luhur, seperti afasia (gangguan berbahasa, bila lesi pada
hemisfer dominan, umunya hemisfer kiri), agnosia (lesi pada hemisfer non
dominan).4
3. Gangguan visual berupa hemianopsia homonim, satu atau dua sisi lapang
1. Gangguan motorik
2. Gangguan berbahasa/berbicara
3. Gangguan sensibilitas
Somatosensorik (hemisensoris)
2. Light-headedness
3. Faintness
6. Bingung (confused)
diastolik) - (3 x atheroma) – 12
KE AT TE PIS PSA
Deviasi
8 Negatif Negatif Positif Positif
konjugat
Hipodens
Hipodens (setelah Hiperden
9 CT-Scan (setelah 4-7 Hipersens
4-7 hari) s
hari)
Sedang- Ringan-
11 Hipertensi Normal-ringan Sedang-tinggi Tinggi-maligna
tinggi sedang
RHD,ASDH,Iram
12 Kardinal HHD
a
13 DM Positif
14 Dislipidemia Positif
2.6. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana umum6
a. Tirah baring dengan posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat untuk
2. Tatalaksana khusus6
ii. Tiklopidin
iskemik akut.
perdarahan intracranial
pencegahan tromboemboli.
Prosedur /operasi6
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila TDS >220
mmHg atau TDD >120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi
terapi trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan
TDD <110 mmHg (AHA/ASA, Classs I, Level of evidence B). selanjutnya, tekanan
darah harus dipantau hingga TDS <180 mmHg dan TDD <105 mmHg selama 24 jam
Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut (AHA/ASA, Class IIb, Level
of evidence C) apabila TDD <200 mmHg atau Mean Arterial Pressure (MAP) > 150
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala dan
kontinyu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60 mmHg.6
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan
pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan
darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS hingga 140
darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup aman (AHA/ASA, Class IIa,
Level of evidence B). Setelah kraniotomi, target MAP adalah 100 mmHg.6
penyekat beta (labetalol dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan
tekanan perfusi serebral untuk mencegah resiko terjadinya stroke iskemik sesudah
PSA serta perdarahan ulang (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). Untuk
mencegah terjadinya PSA berulang, pad pasien stroke PSA akut, tekanan darah
diturunkan hingga TDS 140-160 mmHg. Sedangkan TDS 160-180 mmHg sering
digunakan sebagai target TDS dalam mencegah resiko terjadinya vasospasme, tetapi
hal ini bersifat individual, tergantung pada usia pasien, berat ringannya kemungkinan
telah diakui dalam berbagai panduan penatalaksanaan PSA karena data memperbaiki
akhir-akhir ini menyatakan bahwa hal ini terkait dengan efek neuroprotektif dari
(AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B), tetapi target rentang tekanan darah
belum jelas.6
DAFTAR PUSTAKA
Aiyagari.