Anda di halaman 1dari 22

PENGAYAAN DOKTER MUDA

PERIODE JUNI 2018 – JULI 2018

Neuralgia Trigeminal

Jordanio Atmaja Bhaktinegara


160070200011088

Pembimbing :
dr. Widodo Mardi Santoso, Sp.S

LABORATORIUM/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RSUD DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trigeminal Neuralgia merupakan salah satu contoh dari nyeri wajah


neuropatik.1 Nama Trigeminal Neuralgia diambil karena nyeri pada wajah ini terjadi
pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Saraf Trigeminal
merupakan saraf yang cukup besar dan terletak di otak, berfungsi membawa
informasi sensorik dari wajah, mulut dan rongga hidung serta sebagian besar kulit
2,3
kepala dan menghantarkan pasokan motorik ke otot-otot pengunyah .

Trigeminal Neuralgia sering menyerang pada populasi usia pertengahan


sampai usia tua. Wanita lebih mendominasi terserang penyakit ini. Data insidensi
dari 100.000 populasi di Amerika Serikat tiap tahunnya menjelaskan bahwa 2.7%
pria terserang penyakit ini dan 5,0% pada wanita. Belum diketahui apakah faktor ras
atau etnik merupakan faktor resiko dari kondisi ini. Pasien dengan multipel sklerosis
dapat mengalami trigeminal neuralgia sebagai gejala sekunder. Namun kejadian ini
sangat jarang dan hanya terjadi pada 1% pasien dengan multipel sklerosis. 4

Trigeminal Neuralgia didefinisikan sebagai nyeri yang timbul mendadak,


unilateral, terasa seperti tertusuk dan mempunyai intensitas yang berat, berulang
dan mempunyai distribusi pada satu atau lima cabang saraf kranialis lima oleh
International Assosiation for the study of Pain (IASP). International Headache
Society (HIS) mendefinisikan kriteria diagnosis dari trigeminal neuralgia menjadi
klasik dan simptomatik. 4

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk membahas masalah yang penting


pada Trigeminal Neuralgia, mengenai bagaimana mendiagnosis, memberikan
tatalaksana non farmakologis dan farmakologis serta pemeriksaan penunjang yang
sesuai untuk pengambilan keputusan klinis yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis pada hernia nukleus
pulposus?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis pada hernia nukleus
pulposus.

1.4 Manfaat Penulisan


Menambah wawasan mengenai cara mengenali, mendiagnosis, memberikan
tatalaksana yang tepat pada hernia nukleus pulposus. Selain itu, pengayaan ini
dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran bagi dokter muda.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Definisi HNP menurut University of Maryland Medical Center adalah
merupakan diskus yang mengalami herniasai (tergelincir), terjadi ketika seluruh atau
sebagian dari diskus dipaksa melalui bagian lemah dari diskus, keluar dari diskus.
Keadaan ini dapat menyebabkan tekanan pada saraf atau di sekitar sumsum tulang
belakang. Pengertian lain dari HNP adalah keluarnya nucleus pulposus dari diskus
melalui robek atau pecah dari annulus fibrosus.4 Dalam posisi herniasi diskus,
menekan pada saraf tulang belakang, dapat menekan medulla spinalis atau
menekan radiks spinalis sehingga menimbulkan rasa sakit di kaki yang bersifat
tajam, kelemahan atau mati rasa di miotom atau distribusi dermatom.5
Gambar 1. Anatomi Lumbal dan HNP Lumbal (www.spineuniverse.com)

2.2 Epidemiologi
Sebuah herniasi diskus yang paling sering terjadi pada daerah lumbal tulang
belakang terutama pada L4-L5 dan L5-S1 (L = Lumbar, S = sacral). Hal ini karena
tulang lumbal membawa sebagian besar berat tubuh, sekitar 75%. Orang antara
usia 30 dan 50 tampak rentan karena elastisitas dan air isi nukleus menurun dengan
usia.6

2.3 Derajat HNP


Perkembangan terjadinya HNP yang sebenarnya bervariasi dari lambat untuk
tiba-tiba sampai muncul gejala. Ada empat derajat:

(1) tonjolan diskus: gel (nucleus pulposus) sedikit terdorang keluar dari
anulus, namun masih berada pada lingkaran diskus.
(2) prolapse diskus: gel terdorang keluar dari diskus dan hampir merobek
diskus.
(3) ekstrusi diskus: diskus sudah robek dan gel keluar dari diskus.
(4) sequstrasi diskus.
Tahap 1 dan 2 robekan yang belum lengkap, di mana 3 dan 4
herniations lengkap. Nyeri akibat herniasi dapat dikombinasikan dengan
radiculopati, yang berarti defisit neurologis. Defisit mungkin termasuk
perubahan sensorik (yaitu kesemutan, mati rasa) dan / atau perubahan
motorik (yaitu kelemahan, kehilangan refleks). Perubahan ini disebabkan
oleh kompresi saraf yang diciptakan oleh tekanan dari diskus interior.6

Gambar 2. Derajat HNP

2.4 Patofisiologi
Anatomi dan Biomekanik
Lumbar tulang belakang terdiri dari 5 tulang yang disebut vertebra. Lumbar
tulang belakang ditumpuk di kolom dengan diskus intervertebralis yang terjepit di
antara setiap set vertebra. Lumbar tulang belakang terdiri dari 5 vertebra yang
berada di bawah vertebra toraks dan diberi label L1, L2, L3, L4, dan L5 dalam urutan
mulai dari atas. Diskus intervertebralis diberi nomor juga dan didasarkan pada nama
vertebra atas dan di bawah. Diskus lumbal pertama diberi label L1-2, dan mereka
diberi label berurutan L5-S1. S1 mewakili sakrum, dan diidentifikasi sebagai wilayah
tulang belakang yang menghubungkan tulang belakang ke panggul. Lokasi yang
paling umum untuk cedera diskus di L4-5 dan L5-S1.7
Gambar 3. Letak HNP Lumbal (http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00575)

Dalam keadaan normal cakram bertindak untuk mentransfer dan menyerap


beban perjalanan dari tubuh bagian atas untuk tubuh bagian bawah. Cakram adalah
struktur tulang rawan lunak yang semi-elastis. Mereka terdiri dari daerah pusat lebih
lembut disebut nukleus dan dinding luar yang lebih tebal disebut annulus. Setelah
cedera atau pada orang dewasa, kadar air di dalam cakram perlahan dapat menurun
dan menjadi fibrosis atau kaku. Ketika terjadi herniasi diskus atau menonjol,
sebagian dari diskus mendorong keluar melampaui batas anatomi dan dapat
menekan beberapa struktur sensitif di wilayahnya. Nama yang diberikan untuk
cedera diskus (yaitu tonjolan, herniasi, ekstrusi) menggambarkan tingkat dan jalur
dari bahan diskus.7

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya HNP adalah Aliran


darah ke diskus berkurang, sering membawa beban yang berat pada
punggung,menyebabkan ligamentum longitudinalis posterior menyempit. Jika beban
pada diskus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus
(gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks.8

Faktor-faktor lain penyebab dari HNP adalah trauma, terjadi hiperfleksia,


injuri pada vertebra, kemudian terbentuk spinal stenosis, terjadi ketidakstabilan
vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll. Pembentukan osteophyte, degenerasi
dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan
berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga
annulus.5

2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis, mulai dari identitas, keluahan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan,
riwayat keluarga, riwayat sosial, semuanya itu harus ditanyakan guna untuk
menunjang penegakan diagnosis. Dapat dimuali dari identitas yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan diagnosis HNP adalah beberapa faktor risiko yang
tidak dapat dirubah:
1. Umur : makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
Faktor risiko yang dapat dirubah:
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,
latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih. Olahraga
yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam
jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang.

Keluhan utama pada pasien HNP yang paling sering adalah nyeri, menggali
lebih dalam mengenai nyeri yaitu muncul sejak kapan, durasi nyeri, menjalar/tidak,
sifat nyeri, kualitias nyeri, awal nyeri dimulai saat aktifitas atau tidak, faktor yang
memperberat dan memperingan. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan HNP adalah riwayat trauma pada tulang punggung merupakan faktor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi. Riwayat sosial digunakan untuk menyanyakan
pekerjaan atau aktifitas sehari-hari berkaitan dengan faktor resiko yang dapat
diubah.6
Gejala umum pada penderita HNP adalah nyeri sentral punggung, rasa sakit
yang menjalar ke kaki, perubahan sensasi di pinggul atau kaki, dan / atau
kelemahan pada otot-otot pinggul atau kaki. Nyeri punggung belakang yang ringan
dapat berasal dari kejang otot dan iritasi syaraf. Nyeri menjalar ke kaki bisa disebut
sebagai linu panggul. Nyeri pada HNP yang dirasakan menjalar sesuai dengan
persyarafan n. isiadikus. Jika terjadi masalah dengan buang air besar buang air
kecil, mati rasa di sekitar area alat kelamin kemungkinan sindroma cauda equina,
yang merupakan keadaan daruratan medis.6
Nyeri pada HNP berhubungan dengan persyarafan isiadika, terletak dekat
spina dan merupakan percabangan dari nervus spinolumbal. Berjalan ke pelvis dan
ke dalam gluteus, berjalan ke bawah pada tungkai, merupakan persyarafan yang
panjang dan lebar di dalam tubuh.

Gambar 4. Perjalanan nervus Isciadika (www.nytimes.com)

Rasa sakit yang paling sering terjadi pada satu sisi tubuh. Dengan diskus
yang tergelincir di punggung bawah, timbul rasa sakit yang tajam di salah satu
bagian dari kaki, pinggul, atau bokong dan mati rasa di bagian lain. Merasa sakit
atau mati rasa di bagian belakang betis atau telapak kaki. Kaki yang sama juga
mungkin merasa lemah. Rasa sakit sering dimulai perlahan. Mungkin lebih buruk
saat setelah berdiri atau duduk, sakit di malam hari, saat bersin, batuk, atau tertawa,
ketika membungkuk mundur atau berjalan lebih dari beberapa yard. Dapat terjadi
kelemahan pada otot tertentu. Kadang-kadang, tidak menyadarinya sampai dokter
memeriksa Anda. Rasa sakit, mati rasa, atau kelemahan sering hilang atau
meningkatkan banyak selama minggu ke bulan.9

2.5.2 Pemeriksaan Fisis


Pemerkiksaan fisis dimulai dari inspeksi dari bentuk tulang punggung pasien,
apa saja yang didapatkan, adakah jejas, dll. Paspasi pada punggung dapat
menyebabkan nyeri radikuler (peradangan saraf tulang belakang) dapat meningkat
ketika tekanan diterapkan pada tingkat spinal yang terkena. Pemeriksaan reflek
patologis, reflek fisiologi, tonus dan power juga dilakukan. Pada penderita HNP
dapat didapatkan kelemahan pada anggota badan bawah/ tungkai bawah yang
disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah. hilangnya reflek tendod patella
dan achilles apabila HNp setinggi L5-S1.5

Tes Lasegue, juga dikenal sebagai Lurus-kaki Raising Test. Meminta pasien
berbaring, lutut diperpanjang, dan pinggul yang tertekuk. Jika nyeri muncul dan
semakin nyeri, itu merupakan indikasi akar saraf lumbosacral yang lebih rendah
meradang. Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada
lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan
graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada
tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut
dalam keadaan fleksi.12 Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai
dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler.
Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan
tanda kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang
dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai
penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral. Harus diketahui
bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai
pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).12

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan


cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan
suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan
adanya suatu HNP. Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque.
Caranya sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Tes Sicard:
Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki. Tes provokasi
lain seperti tes valsava dan tes nafziger dapat dilakukan untuk menaikan tekanan
intracranial, apakah ada nyeri menjalar atau tidak.7

Tes neurologis lainnya dilakukan untuk menentukan hilangnya sensasi dan /


atau fungsi motorik. Refleks abnormal tercatat sebagai perubahan ini dapat
menunjukkan lokasi herniasi. Mati rasa, refleks otot lambat atau hilang, kekuatan
otot lebih lemah, postur tubuh atau cara kurva tulang belakang.13

Berikut adalah gambar dari pemeriksaan fisik pada punggung belakang


menurut Ashwin Rao dan Jonathan Drezner.
Gambar 5. Straight leg raise test. Pemeriksaan secara pasif mengelevasikan tungkai dengan
mengunci lutut. Nyeri menjalar ke tungkai pada 300 atau kurang sudah menunjukan
ketegangan syaraf.

Gambar 6. Slump test.

2.5.3 Pemeriksaan penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan seperti; X-ray, CT scan
dan MRI. MRI adalah metode terbaik yang memungkinkan dokter untuk melihat
jaringan tulang belakang lunak tak terlihat di x-ray konvensional.13

Elektromiografi (EMG) dapat dilakukan untuk menentukan akar saraf yang


tepat yang terlibat. Myelogram dapat dilakukan untuk menentukan ukuran dan lokasi
diskus herniasi. Tes kecepatan konduksi saraf juga dapat dilakukan.

Spine x-ray dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari sakit
punggung atau leher. Namun, tidak mungkin untuk mendiagnosa herniasi diskus.13
a b
Gambar 7. a. HNP pada L5-S1 dengan degenerasi diskus, b. HNP pada L4-
L5 dan L5-S1 dengan spondilolistesis berat pada L5-S1

2.6 Penatalaksanaan
Secara garis besar pada semua tatalaksana penyakit adalah terapi non
farmakologis dan farmakologis. Pengobatan pertama untuk herniasi diskus adalah
pada periode singkat istirahat dengan obat-obatan untuk rasa sakit. Ini diikuti
dengan terapi fisik. Kebanyakan orang yang mengikuti perawatan ini pulih dan
kembali ke aktivitas normal. Beberapa orang akan perlu memiliki perawatan yang
lebih. Ini mungkin termasuk suntikan steroid atau operasi.10
2.6.1 Non farmakoterapi
Perubahan gaya hidup
 Jika kelebihan berat badan, diet dan olahraga sangat penting untuk
mengurangi resiko HNP
 Hindari angkat berat atau memutar kembali untuk pertama 6 minggu
setelah sakit dimulai.

Penggunaan alat dalam rehabilitasi medic HNP dapat diberikan protesa


seperti Foot orthoses dan Lumbosacral bracing.10

a. b.
Gambar 8. a. Foot orthoses, b. Lumbosacral bracing

Pasif terapi (Modalitas) dari Guideline Oklahoma


a. Jumlah maksimum untuk semua perawatan terapi fisik adalah 18 sesi
kecuali persetujuan terlebih dahulu diperoleh.
b. Prosedur non-terdaftar memerlukan otorisasi sebelum melanjutkan.
(1) Electrical Stimulation
(2) Infrared Therapy
(3) Iontophoresis
(4) Manipulation
(5) Massage
(6) Joint Mobilization
(7) Soft Tissue Mobilization
(8) Superficial Heat and Cold Therapy
(9) Short-Wave Diathermy
(10) Manual Traction
(11) Mechanical Traction
(12) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(13) Ultrasound

Terapi secara aktif


a. Durasi maksimum untuk semua Terapi Fisik-jenis perawatan adalah 18
sesi kecuali sebelum persetujuan diperoleh.
b. Prosedur non-terdaftar memerlukan otorisasi sebelum melanjutkan.
(1) Aquatic Therapy
(2) Functional Activities
(3) Functional Electrical Stimulation
(4) Lumbar Stabilization
(5) Neuromuscular Re-education
(6) Therapeutic Exercise
Rehabilitasi medik dari South Shore Hospital
Fase 1: fase akut
Tujuan:
 Mengontrol nyeri dan inflamasi
 Mengurangi spasme otot
 Mengatur posisi dan postur saat duduk, tidur dan berdiri untuk
mengurangi nyeri
 Tetap melakukan kegiatan sehari-hari
Olahraga yang dianjurkan:
 Berjalan
 Stretching
 ROM(Range of Motion)
Fase 2: fase subakut
Tujuan:
 Secara progresif meningkatkan aktifitas fisik seperti berjalan jarak
jauh
 Mulailah untuk meningkatkan fleksibilitas tulang belakang dan
ekstremitas bawah
 Mulailah untuk memperkuat bagian tubuh yang kelemahan
 Mulailah latihan stabilisasi perut dan panggul
Latihan yang direkomendasikan:
 Range of Motion and Flexibility
 Strengthing

Fase 3: fase rehabilitasi


Tujuan:
 Pengkondisian aerobic
 Mengembalikan fleksibilitas tulang belakang dan ekstremitas bawah
 Mengembalikan kekuatan otot tulang belakang dan ekstremitas bawah
 Lanjutkan perkembangan latihan stabilisasi
 Lakukan mengangkat secara fungsional, lentur dan mencapai kegiatan
dengan resistensi tahanan
Latihan yang direkomendasikan:
 Range of Motion and Flexibility : peregangan spinal, peregangan ekstremitas
bawah, berjalan, lari (jogging), berenang, dll.
 Strengthening

Gambar 9. Penguatan otot punggung

Gambar 10. Penguatan otot punggung pencegahan HNP


Setelah kontrol pergerakan motor yang baik dan daya tahan dalam
otot inti tercapai secara fungsional maka perkembangan gerakan tertentu
dan aktivitas dapat dilakukan program peregangan setiap hari. Tahan
peregangan selama 30 detik dan melakukan 2-3 pengulangan masing-
masing. Program Cardio harus dilakukan tidak lebih dari 3-5 kali seminggu
selama 20-45 menit. Lakukan latihan penguatan 3 kali seminggu.10
Fase 4: kembali pada aktifitas normal
Tujuan:
 Lanjutkan pengkondisian aerobic
 Kembali ke semua kegiatan fungsional
 Mencapai kekuatan maksimal dan fleksibilitas untuk kembali ke
olahraga / aktivitas
Latihan yang direkomendasikan:
 Flexibility: melanjutkan setiap hari peregangan tulang belakang dan
ekstremitas bawah
 Cardio: melanjutkan latihan aerobic
 Strengthening: Transisi ke peralatan olahraga, Kemajuan untuk
latihan stabilisasi bola multiplanar, Bekerja dengan dokter atau ahli
terapi fisik untuk menguraikan kembali progresif untuk olahraga

Protokol rehabilitasi medik menurut AlterG Anti-Gravity Treadmill


Protocol AlterG Anti-Gravity Treadmill ini digunakan pada herniasi diskus
yang akut atau pada HNP yang akut, namun juga harus melihat lebih
lanjut mencatat bahwa perkembangan individual didasarkan pada
kebutuhan spesifik masing-masing pasien, tingkat rasa sakit, pedoman
dokter, pemeriksaan fisik, kemajuan, dan kehadiran komplikasi.
Frekuensi dilakukan latihan ini adalah 3-4 minggu. Kontraindikasi
dilakukan protocol apabila meningkatnya rasa nyeri selama latihan dan
tanda dan gejala progresifitas neurologi.14
 Fase 1 (immediate) 1-2 minggu
Tujuan:
• melindungi kerusakan jaringan dari latihan berat
• mengurangi rasa nyeri
• menghindari kerusakan radis syaraf secara progresif
Pilihan terapi:
• Bed rest
• pemberian antinyeri, antiinflamasi dan muscle relaxant
• Passive extension exercises (McKenzie)
• Hip and lower extremity flexibility exercises
• Early protected activity
 Fase 2 (erly recovery phase) 2-4 minggu
Tujuan:
• menurunkan sisa nyeri
• menjaga kebugaran dengan aerobik
• Merangsang penyembuhan jaringan ikat dengan stress yang
dikendalikan
• Upaya dimulai untuk memulihkan kekuatan dari akar saraf
Latihan terapi
• Progress as appropriate with passive extension exercises
(McKenzie)
• Memulai program latihan stabilisasi tubuh
• Lakukan penguatan ekstremitas bawah untuk otot dengan
kelemahan karena cedera akar saraf
 Fase 3 (recovery phase) minggu 4>
Tujuan:
• menlanjutkan peredaan nyeri dan kerusakan jaringan dengan
aktifitas fisik yang tidak membebani pungung
• penguatan otot tubuh
• Mendorong kesadaran mekanika tubuh
• Meningkatkan kebugaran aerobik
• memulihkan kehilangan kekuatan tubuh dari cedera akar saraf
Latihan terapi
• Kemajuan dengan program latihan stabilisasi tubuh, terutama
dalam fungsional
• Kemajuan dengan penguatan otot ekstremitas bawah untuk
kelemahan residual dari cedera akar saraf

Prosedur operatif
Secara umum, jika program pengobatan non-operatif gagal,
pengobatan operasi ditunjukkan ketika:
1. Peningkatan gejala dan gejala sisa dari rasa sakit dan
fungsional terganggu, tidak bisa diterima pada minggu ke 6
sampai 12 minggu pengobatan aktif, atau pada program non-
operatif untuk pasien lemah dengan masalah yang kompleks; dan
/ atau
2. Kekambuhan gejala menyebabkan keterbatasan fungsional
yang serius.
3. Dengan pengobatan, semakin memburuk dipandu tidak
dianggap program pengobatan aktif.10
 Discectomy
 Percutaneous discectomy
 Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
 Spinal fusion
 sacroiliac joint fusion
 Implantable spinal cord stimulators
 Intradiscal electrothermal annuloplasty
 Laser discectomy
 Artificial lumbar disc replacement
 Kyphoplasty
 Vertebroplasty
 Percutaneous radiofrequency disc decompression
 Nucleus pulposus replacement

2.6.2 Farmakoterapi
Keluhan utama seorang pasien adalah nyeri, beberapa obat antinyeri mudari
yang ringan seperti Acetaminophen, NSAID, narkotika jika sakit parah dan tidak
berrespon dengan NSAID, Obat-obatan untuk menenangkan saraf dan relaksan otot
untuk meringankan kejang kembali. Muscle relaxants, Steroid oral,
Psychotropic/Anti-anxiety/Anti-depressant/Hypnotic Agents, Tramadol.10

2.7 Prognosis
Prognosis dari penderita HNP tergantung dari beberapa faktor yang terlibat
seperti berat tingkat terkait kondisi fisik, bekerja atau kebiasaan perilaku. Karena
faktor-faktor ini biasanya sama setelah operasi, ada peningkatan risiko herniated
diskus dalam kelompok ini, lebih besar dari populasi umum.

Namun, sebagian besar herniasi diskus (90%) tidak memerlukan operasi,


teratasi dengan tindakan konservatif, pengobatan nonoperative, tanpa gejala sisa
jangka panjang yang signifikan. Sayangnya, sekitar 5% pasien dengan hernia
derajat 3-4 mengalami nyeri berkepanjangan dan prognosis pada penderita ini
buruk, tidak memandang usia.6

Pada pasien yang dilakukan laminotomy dan discectomy, 80-85% pasien


hasilnya sangat baik dan mampu kembali ke pekerjaan normal mereka di sekitar
dalam waktu enam minggu. Dan beberapa orang membaik dengan pengobatan.
Mungkin diperlukan beberapa bulan sampai satu tahun atau lebih untuk kembali ke
semua kegiatan tanpa rasa sakit atau tegang punggung. Orang-orang yang bekerja
dalam pekerjaan yang melibatkan angkat berat harus dihindari. Menggantikan
pekerjaannya dengan pekerjaan yang tidak membebani pada punggung.7

BAB III
KESIMPULAN

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)


adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke
dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang
diakibatakan oleh menonjolnya nukleus pulposus yang menekan anulus fibrosus
yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah lumbal
dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri punggung)
yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.

HNP dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu hernia lumbosacralis, hernia


thoracalis, dan hernia cervicalis. Masing-masing hernia tersebut memiliki gejala yang
berbeda-beda, tergantung dari radix syaraf yang lesi. Namun, gejala yang paling
sering adalah ischialgia, nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar, berdenyut,
dan menjalar sampai bawah lutut.

Penegakan diagnosis HNP dapat dilakukan dengan anamnesis,


pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan
radiologi, MRI, CT Scan, mielogram, elektromiografi.

DAFTAR PUSTAKA

Cruccu G, Sindou M, Nurmikko T, et al. Trigeminal Neuralgia: New classification and


diagnostic grading for practice and research. Neurology. 2016; 87(2): 220-228. 1
Mark Obermann. Treatment optionts in trigeminal neuralgia. Therapeutics
Advances in Neurological Disorders 2010; 3(2): 107-115. 2
Popovici F, Mergeani A, Popescu D, Anthoci F. Review on the Causes of Neuralgia
trigeminal Symptomatic to Other Diseases. Romanian Journal Of Neurology . 2011.
Volume X, No. 2: 69-72. 3

Hasan S, Khan Nabeel, Sherwani O, et al. Trigeminal Neuralgia: An Overview of


Literature With Emphasis On Medical Management. International Research Journal
Of Pharmacy. 2012; 3(11): 235-238. 4

Anda mungkin juga menyukai