Anda di halaman 1dari 4

1.

Latar Belakang
Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan
laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di
tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata.
Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbital umumnya terjadi
setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat bervariasi
dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang menyebabkan
kehilangan jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah. Pada saat awal
pemeriksaan yang menjadi prioritas utama adalah memperhatikan faktor yang
mengancam jiwa secara sistemik. Setelah kondisi yang dapat mengancam jiwa
stabil, perhatian dapat diarahkan ke luka yang spesifik pada adnexa okular. Pada
proses pengembalian struktur dan fungsi harus tetap mengarah pada prinsip-prinsip
estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari ahli bedah rekonstruksi.
Kejadian cedera mata dalam trauma kraniofasial tinggi, berkisar antara 15 dan
60% dalam berbagai penelitian.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Laserasi palpebra adalah terpotongnya jaringan pada palpebra. Penyebab
laserasi palpebra dapat berupa sayatan benda tajam, trauma tumpul (kecelakaan
lalu lintas atau olahraga), gigitan hewan, perkelahian dan luka bakar (IDI, 2014;
Hendriati, 2006).

2.2 Epidemiologi

Laserasi palpebra dapat terjadi pada setiap usia dan juga pada bayi baru lahir
setelah proses kelahiran melalui operasi cesarean. Dari sebuah studi di Iran, laki-
laki lebih sering mengalami trauma pada mata akibat benda yang mengenai mata
dan kebanyakan berumur sekitar 29 tahun. Meskipun tidak ada kebutaan yang
terjadi akibat laserasi palpebra, outcome visual berhubungan dengan derajat
insidensi trauma berdasarkan adanya open globe injuries (Tabatabaei, 2013).

Pada penelitian Hendriati (2006) di RSUP Dr. M. Djamil padang sebagian kasus
yang mengalami laserasi lakrimal terdapat pada kanalis lakrimalis inferior (62.07%),
kemudian kanalis lakrimalis superior dan inferior (17.24%) dan kanalis lakrimalis
superior (13.79%). Penyebab terbanyak adalah akibat trauma benda tumpul
(86.21%).

2.3 Etiopategenesis

Trauma palpebra dapat terjadi pada setiap trauma wajah. Berikut merupakan
daftar kondisi yang memerlukan perhatian khusus yaitu: (Lang, 2006)
a) Laserasi palpebra dengan keterlibatan margo palpebralis

b) Avulsi palpebra pada canthus medialis disertai avulsi canaliculus


lacrimalis.

Laserasi sistem canalicular merupakan hasil dari trauma langsung atau tidak
langsung. Trauma langsung termasuk memisahkan bagian lacrimal dari palpebra
dengan benda, seperti kaca, penggantu baju, pisau, gigitan anjing, cakaran kucing,
kuku jari, atau benda tajam lainnya. Trauma tidak langsung timbul akibat trauma
tumpul pada adnexa oculi dari beberapa mekanisme seperti pukulan pada wajah,
peluru, atau jatuh menimpa benda tumpul.

Disebabkan karena lokasi yang superficial pada medial palpebra, sistem


canalicular rentan terhadap trauma. Perluasan canaliculus ke medial memotong
lengan posterior ligamentum canthus medialis. Ligamentum ini sering terputus
akibat trauma dan harus diperbaiki untuk mengembalikan posisi anatomis dan
fungsi palpebra.

Laserasi dan kerusakan canthus medialis (seperti gigitan anjing atau serpihan
kaca) dapat memisahkan ductus lacrimalis. Obliterasi punctum dan canaliculus
lacrimalis biasanya disebabkan oleh luka bakar dan kimia. Trauma pada saccus
lacrimalis atau glandula lacrimalis biasanya terjadi sehubungan dengan trauma
craniofacial yang berat (seperti tendangan kuda atau kecelakaan lalu lintas).
Dacryocystitis merupakan sequele yang umum terjadi, yang hanya dapat ditangani
dengan operasi (dacryocystorhinostomy).

2.4 Klasifikasi
Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan lokasi:
• Untuk pasien muda (tight lids)
o Small - 25-35%
o Medium - 35-45%
o Large - > 55%
• Untuk pasien yang lebih tua (lax lids)
o Small - 35-45%
o Medium - 45-55%
o Large - > 65%
Kerusakan khas mungkin melibatkan 50% dari bagian tengah kelopak mata atas
atau bawah. Keterlibatan margin kelopak mata harus diperhatikan. Jika margin
kelopak mata terhindar, penutupan dengan flap lokal atau skin graft mungkin sudah
cukup. Setelah margin terlibat, perbaikan bedah harus mengembalikan integritas
dari margin kelopak mata.

2.5 Diagnosis
1. Hasil Anamnesis
a) Terdapat rasa nyeri periorbita
b) Perdarahan dan bengkak pada kelopak
c) Mata berair
d) Tidak terdapat penurunan tajam penglihatan bila cedera tidak melibatkan bola
mata
e) Faktor Risiko : Terdapat riwayat trauma tajam maupun tumpul
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan refleks pupil dan tajam penglihatan.
b) Pemeriksaan mata dengan lup dan senter untuk mengidentifikasi:
i. Luas dan dalamnya laserasi pada kelopak, termasuk identifikasi keterlibatan tepi
kelopak, kantus medial atau kantus lateral. Pemeriksa dapat menggunakan lidi
kapas selama pemeriksaan.
ii. Adanya benda asing
iii. Keterlibatan bola mata
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan

2.6 Tatalaksana

1. Medikamentosa (IDI, 2014)


a) Bersihkan luka apabila diyakini bola mata intak
b) Pertimbangkan pemberian profilaksis tetanus
c) Berikan antibiotik sistemik
d) Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan penanganan
secepatnya

2. Non medikamentosa
a) Memberitahu pasien bahwa luka pada kelopak perlu menjalani pembedahan
(menutup luka)
b) Menggunakan alat / kacamata pelindung pada saat bekerja atau berkendara.
c) Anjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan bertambah berat setelah dilakukan
tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak atau disertai dg penurunan visus.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan pada sistem lakrimal (IDI 2014).
Berikut adalah beberapa komplikasi laserasi palpebra (Sharma, 2006):
1. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan margin
palpebra, dapat berupa:
a) Epifora kronis
b) Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial
c) Exposure keratitis
d) Abrasi kornea berulang
e) Entropion/ ektropion sikatrikal
2. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi penutupan
luka, dapat berupa:
a) Jaringan parut
b) Fibrosis
c) Deformitas palpebra sikatrikal
3. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena penutupan luka
yang tertunda.
4. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.

2.8 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada luas laserasi atau kerusakan palpebra serta
lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam

3. Kesimpulan

Laserasi kelopak mata merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat benda
tajam yang mengakibatkan luka robek/laserasi. Hal ini dapat disebabkan oleh
trauma benda tumpul, trauma benda tajam, gigitan hewan atau manusia, luka bakar.

Berdasarkan areanya laserasi terbagi menjadi laserasi yang tidak melibatkan


margo palpebra, laserasi yang melibatkan margo palpebra, laserasi yang
melibatkan jaringan lunak kantus.

Dalam penatalaksanaannya harus diobservasi secara menyeluruh, dan diberikan


profilaksis antibiotik pada kasus gigitan hewan ataupun manusia. Teknik
rekonstruksi yang digunakan disesuaikan berdasarkan area laserasi. Kehati-hatian
dalam melakukan rekonstruksi harus diperhatikan untuk mencegah berbagai
macam komplikasi yang terjadi setelah operasi. Prognosis ditentukan oleh berbagai
macam faktor.

Anda mungkin juga menyukai