Supervisor:
d r. I r e n e R a t r i d e w i , S p . A ( K ) , M . K e s
2
Definisi
Pelepasan muatan
Difusi Ion K+ dan Na+ KEJANG
listrik
5
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Kejang demam sederhana
(Simple Febrile Seizure) 80%
• Berlangsung singkat, <15
menit
• Kejang umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal
• Umumnya berhenti sendiri
• Tidak berulang dalam waktu 24
6
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM 20%
• Tidak direkomendasikan
Elektroensefalogr • pada kejang demam yang tidak khas:
af kejang demam fokal, kompleks yang sering
berulang, usia > 5 tahun
• X ray kepala, CT Scan, atau MRI jarang
dikerjakan,
Pencitraan • tidak rutin dan dikerjakan jika ada indikasi :
Kelainan neurologik fokal yang menetap, Paresis
nervus VI, Papiledema
9
PENATALAKSANAAN
10
PENATALAKSANAAN SAAT DEMAM
Antipiretik
Antikonvulsan
Diazepam Intravena
• Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit,
• Dosis maksimal 20 mg.
Catatan :
Jika setelah pemberian diazepam IV masih kejang maka ditatalaksana
sesuai algoritme tatalaksana status epileptikus
13
PENATALAKSANAAN SAAT KEJANG
Fenitoin Intravena
• Dosis awal : 10-20mg/Kg/kali dengan
kecepatan 1mg/Kg/menit
• Bila kejang berhenti maka diberikan dosis
lanjutan dengan dosis 4-8mg/Kg/hari, dimulai
12 jam setelah dosis awal
• Jika kejang belum berhenti setelah diberikan
fenitoin. Maka pasien harus dimasukkan ke
dalam ruang perawatan intensif
14
PEMBERIAN OBAT RUMATAN
15
PEMBERIAN OBAT RUMATAN
• Pengobatan rumatan:
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis,
dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis
• Perlunya pengetahuan efek samping obat fenobarbital atau
asam valproat harus diberikan secara selektif
• Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
16
PROGNOSIS
17
PROGNOSIS
• Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya
kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
18
PROGNOSIS
• Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari adalah:
1. Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas
sebelum kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau
lebih dalam satu tahun.
19
EDUKASI ORANG TUA
• Orangtua harus mengetahui pada suhu berapa anak mengalami
kejang
• Sediakan termometer – ukur suhu tubuh setiap anak demam
• Sediakan diazepam oral (puyer, sirup). Berikan pada suhu di atas
38,5o C.
• Sediakan diazepam rektal. Berikan bila suhu > 39 oC atau anak kejang.
• Bila anak kejang: miringkan posisi anak, longgarkan pakaian,
perhatikan jalan napas, berikan diazepam rektal
• Temani anak sewaktu kejang, dan 10 menit setelah kejang berhenti
20
LA P ORA N K A SU S
21
IDENTITAS
• Nama : An. N
• Usia : 8 Bulan
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. KH Amir RT 10/05, Wajak, Malang
• Agama/suku : Islam/Jawa
• MRS : 21-11-2017
• No. Register :1136xxxx
22
DATA ORANG TUA
• Ayah
– Nama : Tn. S
– Usia: 31 tahun
– Pekerjaan : Wiraswasta
- Riw. Pendidikan terakhir : SMA
• Ibu
– Nama : Ny. A
– Usia: 28 tahun
– Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
– Riw. Pendidikan terakhir : SMA
23
ANAMNESIS
Keluhan Utama : (Heteroanamnesis dari Ibu Pasien)
Post Kejang
• Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pasien datang dengan keluhan mata melirik ke atas (kejang) 1
kali, pada tanggal 21 November pukul 05.30, ± 3 jam SMRS.
Mata melirik ke atas tanpa disertai kaku pada tangan dan kaki,
durasi kejang < 1menit. Pasien langsung sadar setelah kejang
dan kemudian menangis. Kejang tidak berulang, tidak pernah
ada riwayat kejang sebelumnya dan sebelum kejang pasien
demam.
• Demam timbul sejak pagi hari tanggal 19 November 2017 dan
meningkat tinggi pada malam hari namun suhu tidak diukur.
24
ANAMNESIS
• Pasien juga dikeluhkan batuk & pilek sejak 3 minggu yang lalu dan tiap 1 minggu
kontrol ke bidan. Didapatkan riwayat kakak pasien (7 tahun) batuk sejak 3
minggu yang lalu.
• Keluar cairan dari telinga (-) sesak (-)
• BAB normal, terakhir pagi sebelum MRS. BAK normal
25
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya, tidak ada riwayat MRS
• Riwayat Pengobatan :
Obat sirup dari bidan
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Kakak pasien (7 tahun) mengalami batuk sejak 3 minggu yang
lalu.
• Riwayat sosial ekonomi
Pasien adalah anak ke 2, anak pertama usia 7 tahun
Ayah/31 tahun/ Wiraswasta
Ibu/28 tahun/Ibu Rumah Tangga
26
• Riwayat Nutrisi :
ASI 0-Sekarang (8 bulan)
Bubur susu 2x 5 sendok takar, pisang ½ buah sejak usia 6
bulan
• Riwayat Kehamilan :
ANC rutin tiap bulan di bidan. Mual muntah (+) sampai masa
akhir kehamilan. Berat badan Ibu naik 17kg selama masa
kehamilan. Mengkonsumsi vitamin dari bidan. Perdarahan (-),
Keputihan (-), Riw HT & DM (-) Riwayat mengkonsumsi jamu
(-)
27
• Riwayat Kelahiran
Pasien lahir pada tanggal 28 Februari 2017 di bidan, cukup bulan, langsung
menangis, BBL 3100 gram, PB 48cm, kuning(-), biru (-), sesak (-)
• Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap (kurang campak usia 9 bulan).
28
NO Fitur Diskripsi
29
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum
Tampak sakit sedang, GCS 456, Compos Mentis
• Tanda vital
– Denyut nadi : 122x / menit, reguler
– Laju pernapasan : 36 x / menit, reguler adekuat
– Suhu aksila : 37,2°C
• Status Antropometri (Z-Scores)
• Berat Badan : 7,5 kg (-2 s/d mean) SD
• Panjang Badan : 66 cm (-2 SD) ; 5 bulan
• Lingkar kepala : 45 cm (mean s/d 1) SD
• Lingkar Lengan Atas : 13 cm (-1 SD)
• BB/TB : mean s/d 1 SD
30
Kepala
• Bentuk : simetris, tidak ada benjolan dan massa
• Ukuran : normosefali
• Rambut : rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut
• Wajah : simetris
• Mata :
– Konjungtiva : anemis -/-
– Sklera : ikterik -/-
– Palpebra : edema -/-
– Perdarahan subkonjungtiva (-)
– Strabismus -/-
– Mata cowong (-)
Telinga : bentuk normal, posisi normal, sekret (-), nyeri tekan (-).
Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-), perdarahan (-), hiperemi (-)
31
• Mulut : Mukosa mulut kering (-), mucosa sianosis (-),
Mukosa leukoplakia (-)
Gigi : tidak ditemukan kelainan
Lidah: tidak terdapat leukoplakia
Tonsil: hiperemi (-)
Faring: hiperemi faring (+)
• Leher : Pembesaran kelenjar limfe D/S -/ -, trachea ditengah
• Thoraks : Inspeksi tampak simetris, retraksi (-), deformitas (-),
jaringan parut (-)
– Jantung: bunyi jantung S1 S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
– Paru : gerak simetris kedua sisi, retraksi (-)
suara nafas: vesikuler vesikuler
vesikuler vesikuler
vesikuler vesikuler
Rhonki - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
32
• Abdomen : Inspeksi soefl ; distensi (-)
Auskultasi bising usus (+) normal, Bruit (-)
Perkusi meteorismus (-), shifting dullness (-)
Palpasi turgor kulit cukup baik (crt <2 detik)
Hepar dan Lien : Tidak teraba besar
• Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
33
STATUS NEUROLOGIS
– GCS 456
– Pupil bulat isokor 3mm/3mm
– Reflex fisiologis +2/+2
+2/+2
– Reflex patologis : (-)
– Meningeal sign : (-)
34
WORKING DIAGNOSA
35
PLANNING DIAGNOSIS
• Darah Lengkap
• GDA
• Chest X-Ray
36
PEMERIKSAAN LAB (21/11/17)
• Hb : 9,30 (13,4-17.7)
• RBC : 4,49x106 (4.0-5.5)
• WBC : 15,88 x103 (4,3-10.3)
• Hematokrit : 27,8 % (40-47)
• Trombosit : 246 x 103 (142-424)
• MCV : 61,90 (80-93)
• MCH : 20,70 (27-31)
• MCHC : 33.50 (32-36)
• Eosinofil : 0.0 % (0-4)
• Basofil : 0.1 % (0-1)
• Neutrofil : 54,4 % (51-67)
• Limfosit : 31,3% (25-33)
• Monosit : 14,2 % (0,16-10)
37
TERAPI
• O2 NC 1 Lpm
• IVFD
• IV : Ampicillin 3x250mg (100mg/kg/hr)
Chloramphenicol 3x125mg (50mg/kg/hr)
PCT 4x80mg (10mg/kg/hr) jika demam
Diazepam 3,75mg (0,5mg/kgbb)
• PO : M.vit 1xcth 1
38
RENCANA MONITORING
• Tanda-tanda vital
• Kejang
• Kesadaran
• Intake
39
TERIMA KASIH
40