PEDIKULOSIS KAPITIS
OLEH:
Dellabella Oceocarly Meliala
173307020035
Pembimbing :
dr. Juliyanti, M.Ked(DV), Sp.DV
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan
puji syukur atas rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang
“Pedikulosis Kapitis”. Terimakasih kepada dr. Juliyanti Tarigan, M.Ked(DV), Sp.DV yang
telah membimbing penulis dalam pembuatan laporan kasus ini. Laporan kasus ini penulis
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga pembuatan
laporan kasus dapat berjalan lancar. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan kasus ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima semua saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus “Pedikulosis Kapitis” dapat
memberikan manfaat maupun menambah wawasan mengenai penyakit kulit terhadap
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap
darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Masalah yang ditimbulkan kutu pada manusia adalah
gatal akibat saliva dan fesesnya. Rasa gatal akan mengakibatkan orang untuk
menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat menyebabkan iritasi,
luka, serta infeksi sekunder.
Pediculosis capitis (kutu) adalah suatu penyakit yang sering diabaikan karena
dianggap ringan. Terutama pada kejadian Pediculosis capitis di negara dimana
terdapat prioritas kesehatan lain yang lebih serius. Walaupun demikian, penyakit ini
telah menyebabkan morbiditas yang signifikan di antara anak-anak sekolah di
seluruh dunia.
Pediculosis capitis (kutu) akan memberikan gejala klinis gatal. Kelainan kulit
kepala akan bertambah berat bila digaruk dan dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Infestasi kronik Pediculosis capitis di antara anak sekolah dapat menyebabkan
anemia. Anemia membuat anak-anak menjadi lesu, mengantuk di kelas dan
mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi kognitif. Selain itu, anak-anak yang
terinfestasi juga mengalami gangguan tidur di malam hari karena rasa gatal dan
sering menggaruk. Dari sisi psikologis, infestasi kutu kepala membuat anak merasa
malu karena diisolasi dari anak lain.
Pediculosis capitis (kutu) paling banyak ditemukan di asrama dan di daerah
padat penduduk. Umumnya penyakit ini masih tertinggi kedua setelah Scabies
terutama pada anak-anak usia sekolah. Kejadian ini sebagian besar tertular secara
langsung melalui perantara (sisir, bantal, kasur, kerudung dan topi) karena kebiasaan
dari penderita tidak memperhatikan personal hygiene sehingga terinfeksi.
Personal hygiene merupakan perilaku perawatan diri indvidu
mempertahankan kesehatannya, oleh karena itu personal hygiene termasuk kedalam
tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene menjadi aspek yang
penting menjaga kesehatan individu karena personal hygiene yang baik akan
meminimalkan masuknya mikroorganisme yang ada di mana-mana dan pada
akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit baik penyakit kulit penyakit infeksi,
penyakit mulut dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi
bagian tubuh tertentu, seperti halnya infeksi Pediculosis capitis pada rambut kepala.
1
Yang menjadi faktor-faktor terjadinya penyakit Pediculosis capitis yaitu
kepadatan hunian. Kejadian Pediculosis capitis akan lebih meningkat lagi apabila
didukung oleh hunian yang padat. Hal ini dipertimbangkan sebagai ancaman
kesehatan dikarenakan ruang yang padat dapat menyebabkan sirkulasi udara yang
kurang baik, dan pencahayaan kamar terhadap matahari berkurang. Kelembaban
kamar yang tinggi akan mempercepat perbiakan tungau.
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara
didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin
cepatudara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah
hunian ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih
dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.
Di Indonesia data mengenai Pediculosis capitis masih kurang, namun
berdasarkan hasil dari survei penelitian sebelumnya yang dilakukan pada sebuah
pesantren Muhammaddiyah di Surakarta ditemukan 72,1% terinfeksi Pediculosis
capitis. Faktor personal hygiene memiliki peranan yang besar terhadap kejadian
Pediculosis capitis. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Ansyah pada tahun
2013 di Pondok Pesantren Modern Assalam Surakarta menyatakan personal hygiene
memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian Pediculosis capitis.
2
BAB 2
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Zefanya Gabriella Sitepu
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Bangsa/Suku : Indonesia/Karo
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Hobi : Berenang
Alamat : Jalan Setia Budi Perumahan Raysa Blok F no. 1 Medan
No.Hp :-
2.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Kulit terkelupas pada daerah kepala
Keluhan tambahan : Gatal di kepala dan rasa panas pada kulit kepala
Telaah : Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dibawa oleh
keluarganya ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Umum Royal Prima Medan pada tanggal 1 Februari 2019
dengan keluhan rasa gatal, nyeri dan panas pada kulit
kepala sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya gatal hanya
terjadi di daerah belakang kepala (tengkuk) dan tidak
mengganggu aktivitas belajar pasien. Tetapi beberapa hari
setelahnya, rasa gatal terasa di seluruh bagian kepala
pasien, mulai dari belakang kepala hingga daerah depan,
dan belakang telinga. Dan rasa gatal yang dialami pasien
telah mengganggu kegiatan belajar pasien. Pasien juga
mengatakan sering menggaruk bagian kepala sangat keras
sehingga menyebabkan kulit kepala ada yang terkelupas
bahkan hingga berdarah.
Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
seperti yang dialami pasien
Riwayat Penggunaan Obat : Pemakaian minyak kelapa dan Minyak Kemiri
3
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis (E: 4, M:6, V:5)
Tekanaan Darah : 121/70 mmHg
Nadi : 92 x/i
Suhu : 36.80C
Gizi : BB = 43 kg; TB = 154 cm
43 𝑘𝑔
𝐼𝑀𝑇 = = 18.1 𝑘𝑔/𝑚2 (Gizi baik)
(1.54 𝑚)2
Status Dermatologis
Lokasi : - Regio Parietal
- Regio Oksipital
Keadaan Spesifik
Kepala : - Regio Parietal
- Regio Oksipital
Leher : Tidak dijumpai kelainan
Thoraks anterior : Tidak dijumpai kelainan
Thoraks posterior : Tidak dijumpai kelainan
Abdomen : Tidak dijumpai kelainan
Ekstremitas inferior : Tidak dijumpai kelainan
Genitalis : Tidak dijumpai kelainan
Ruam Kulit : Krusta tunggal berukuran lentikuler dengan dasar
eritematosa
4
NO. LOKASI RUAM
1. Kepala/daerah wajah Krusta dan Eritematosa
2. Aksila
a. Dextra Tidak dijumpai kelainan
b. Sinistra Tidak dijumpai kelainan
3. Leher Tidak dijumpai kelainan
4. Thoraks
a. Anterior Tidak dijumpai kelainan
b. Posterior Tidak dijumpai kelainan
5. Abdomen Tidak dijumpai kelainan
6. Inguinal Tidak dijumpai kelainan
7. Ekstremitas
a. Superior Tidak dijumpai kelainan
b. Inferior Tidak dijumpai kelainan
8. Genitalia Tidak dijumpai kelainan
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
2.5 RINGKASAN
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dibawa orang tuanya ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan pada tanggal 1 Februari 2019
dengan keluhan gatal dan rasa panas pada daerah kepala. Awalnya gatal hanya terjadi di
daerah belakang kepala (tengkuk) dan tidak mengganggu aktivitas belajar pasien. Tetapi
beberapa hari setelahnya, rasa gatal terasa di seluruh bagian kepala pasien, mulai dari
belakang kepala hingga daerah depan, dan belakang telinga. Dan rasa gatal yang dialami
pasien telah mengganggu kegiatan belajar pasien. Pasien juga mengatakan sering
menggaruk bagian kepala sangat keras sehingga menyebabkan kulit kepala ada yang
terkelupas bahkan hingga berdarah. Kepala akan terasa semakin gatal dan menyengat,
bila terpapar terik sinar matahari atau berkeringat.
Pasien belum pernah berobat ke dokter. Tetapi pasien rutin memakai pengobatan
tradisional seperti menggunakan minyak kelapa dan minyak kemiri serta memakai
sampo.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan Krusta tunggal berukuran lentikuler
dengan dasar eritematosa di daerah kepala, tepatnya di regio parietal.
5
2.6 DIAGNOSIS BANDING
1. Tinea Kapitis
2. Psoriasis
3. Dermatitis Seboroik
2.8 PENATALAKSANAAN
a. Non-farmakologis
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
Menjelaskan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dan
lingkungan tempat tinggal
Bisa menggunakan alat pemanas rambut (catokan) serta memakai serit untuk
membasmi telur kutu
Rendam handuk, selimut, dan Seprai menggunakan air panas dan jemur bantal,
guling dan kasur secara rutin
Minta pasien untuk tidak menggaruk jika terasa gatal, karena garukan dapat
menyebabkan luka dan infeksi yang bertambah berat
Jelaskan pentingnya mengobati keluarga atau teman yang menderita keluhan yang
sama
b. Farmakologis
Topikal
- Peditox powder (dibiarkan selama 12 jam)
Oral
- Cetirizin tab 10 mg, 1 x 1 tab/hari
2.9 PROGNOSIS
Quo et vitam : Bonam
Quo et functionam : Bonam
Quo et sanationam : Dubia ad bonam
6
Foto Saat Kunjungan I
Terapi:
a. Topikal
Peditox Powder
b. Oral
Cetirizin tab 10 mg, 1 x
1 tab/hari
7
Follow-up dan Fotonya Saat Kunjungan II
Hari/Tanggal Gambar Keterangan
Senin Tidak ditemukan kutu
04 Februari dewasa pada seluruh
2019 regio kapitis
Tidak ditemukan
krusta pada regio
parietal
Adanya bercak
eritematosa
Terapi:
a. Oral
Cetirizin tab 10 mg, 1 x 1
tab/hari (Kalau Peerlu)
8
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : CDC
9
Morfologi Pediculus humanus var. capitis: A. Telur; B. Dewasa
Sumber : Winona.edu
Sumber : CD
10
3.3 Epidemiologi Pedikulosis Kapitis
Penyakit ini sering menyerang anak-anak, terutama berusia 3-11 tahun. Di
Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai terjadinya infeksi Pediculosis capitis.
Sedikit data yang bisa di dapatkan angka kejadian tersebut di negara berkembang.
Sekitar 6 juta – 12 juta estimasi anak kelompok umur 3-11 tahun yang terkena penyakit
tersebut di Amerika Serikat.
11
Tungau dewasa dapat ditemukan di kulit kepala berwarna kuning kecoklatan
sampai putih keabu-abuan, tetapi dapat berwarna hitam gelap bila tertutup oleh darah.
Tungau akan berwarna lebih gelap pada orang yang berambut gelap. Telur (nits)
berada di rambut dan berwarna kuning kecoklatan atau putih, tetapi dapat berubah
menjadi hitam gelap bila embryo didalamnya mati.
Gigitan dari tungau dapat menghasilkan kelainan kulit berupa eritema, makula
dan papula, tetapi pemeriksa seringnya hanya menemukan eritema dan ekskoriasi
saja. Ada beberapa individu yang mengeluh dan menunjukkan tanda demam serta
pembesaran kelenjar limfa setempat.
Sumber: Studyblue
Garukan pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya erosi, ekskoriasi dan
infeksi sekunder berupa pus dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut
akan bergumpal akibat banyaknya pus dan krusta. Keadaan ini disebut plica polonica
yang dapat ditumbuhi jamur.
12
6-30 cm per menit dan bersifat menghindari cahaya. Sisir tungau dapat membantu
menemukan tungau dewasa maupun nimfa dan merupakan metode yang lebih efektif
daripada inspeksi visual.
Tungau dewasa meletakkan telur di rambut kurang dari 5mm dari kulit kepala,
maka seiring bertumbuhnya rambut kepala, telur yang semakin matang akan terletak
lebih jauh dari pangkal rambut. Telur yang kecil akan sulit dilihat, oleh karena itu
pemeriksa memerlukan kaca pembesar. Telur-telur terletak terutama di daerah oksipital
kulit kepala dan retroaurikular. Ditemukannya telur bukanlah tanda adanya infeksi aktif,
tetapi apabila ditemukan 0,7 cm dari kulit kepala dapat merupakan tanda diagnostik
infeksi tungau.
Warna dari telur yang baru dikeluarkan adalah kuning kecoklatan. Telur yang
sudah lama berwarna putih dan jernih. Untuk membantu diagnosis, dapat menggunakan
pemeriksaan lampu wood. Telur dan tungau akan memberikan fluoresensi warna kuning-
hijau.
Sangat penting untuk dapat membedakan apakah telur tersebut kosong atau tidak.
Adanya telur yang kosong pada seluruh pemeriksaan memberikan gambaran positif palsu
adanya infeksi aktif tungau
13
3.7 Penatalaksanaan Pedikulosis Kapitis
Pengobatan Pedikulosis Kapitis dapat dilakukan dengan:
a. Non-farmakologis
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan penularannya
Menjelaskan kepada pasien bahwa Pedikulosis kapitis adalah penyakit menular
Menjelaskan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dan
lingkungan tempat tinggal
Bisa menggunakan alat pemanas rambut (catokan) serta memakai serit untuk
membasmi telur kutu
Rendam handuk, selimut, dan Seprai menggunakan air panas dan jemur bantal, guling
dan kasur secara rutin
Minta pasien untuk tidak menggaruk jika terasa gatal, karena garukan dapat
menyebabkan luka dan infeksi yang bertambah berat
Jelaskan pentingnya mengobati keluarga atau teman yang menderita keluhan yang
sama
b. Farmakologis
- Malathion 0,5% atau 1%
Malam sebelum tidur dicucui dengan shampo lalu oleskan losio melathoin dan
tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan shampo,
kemudian disisir dengan sisir rapat atau serit. Jika masih ada telur atau kutu
maka pengobatan dapat diulang seminggu kemudian.
- Gameksan 1%
Dioleskan dan didiamkan 12 jam lamanya pada seluruh rambut secra merata,
lalu cuci dan bilas. Kemudian rambut tetap disisir dengan sisir rapat atau serit
agar semua kutu terlepas.
- Benzil Benzoat 25%
Cara pemakaian hampir sama
- Pada Infeksi sekunder diobati dengan antibiotik sistemik dan topikal seperti
Eritromisin, Cloxacilin dan Cephalexin kemudian diikuti dengan obat di atas
dalam bentuk shampo.
- Jika infeksi berat terjadi sebaiknya rambut dicukur terlebih dahulu, lalu mulai
pengobatan dari infeksi sekundernya.
14
3.8 Pencegahan Pedikulosis Kapitis
Kutu kepala paling sering menyebar melalui hubungan langsung antar kepala
(dari rambut ke rambut). Meskipun demikian tungau dapat menyebar melalui pakaian
atau aksesoris kepala yang yang digunakan secara bersama. Resiko untuk tertular
melalui karpet atau tempat tidur dimana tempat tungau jatuh sangatlah kecil. Kutu
kepala dapat bertahan kurang dari 1-2 hari jika mereka tidak berada di rambut dan tidak
mendapatkan makanan. Sedangkan telur dapat bertahan sekitar 1 minggu
desinfeksi sisir dan sikat dari orang yang terinfestasi dengan direndam di
lain-lain.
3.10 Komplikasi
Komplikasi pedikulosis kapitis jarang terjadi, tetapi beberapa literatur mengatakan
dapat menimbukan efek gangguan tidur dan anemia defisiensi besi.
.
15
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dibawa orang tuanya ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan pada tanggal 1 Februari 2019 dengan
keluhan gatal dan rasa panas pada daerah kepala. Awalnya gatal hanya terjadi di daerah
belakang kepala (tengkuk) dan tidak mengganggu aktivitas belajar pasien. Tetapi beberapa
hari setelahnya, rasa gatal terasa di seluruh bagian kepala pasien, mulai dari belakang kepala
hingga daerah depan, dan belakang telinga. Dan rasa gatal yang dialami pasien telah
mengganggu kegiatan belajar pasien. Pasien juga mengatakan sering menggaruk bagian
kepala sangat keras sehingga menyebabkan kulit kepala ada yang terkelupas bahkan hingga
berdarah. Kepala akan terasa semakin gatal dan menyengat, bila terpapar terik sinar matahari
atau berkeringat.
Pasien belum pernah berobat ke dokter. Tetapi pasien rutin memakai pengobatan
tradisional seperti menggunakan minyak kelapa dan minyak kemiri serta memakai sampo.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan Krusta tunggal berukuran lentikuler
dengan dasar eritematosa di daerah kepala, tepatnya di regio parietal.
Untuk penatalaksanaannya, diberikan:
a. Non-farmakologis
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan penatalaksanaan
yang akan diberikan.
Menganjurkan kepada pasien untuk menghindari faktor penyebab atau mencegah
pajanan ulang.
Menggunakan alat pelindung diri (memakai sepatu tahan air) saat bekerja untuk
menghindari kontak dengan iritan (air dan sabun cuci).
Meminta pasien untuk tidak menggaruk jika terasa gatal, karena garukan dapat
menyebabkan luka dan infeksi.
b. Farmakologis
Topikal pada bagian lesi
Permetrin Powder 1x (dibiarkan selama 12 jam)
Oral
Cetirizin tab 10 mg, 2 x 1 tab/hari, kalau perlu (bila gatal)
16
4.2 Saran
Untuk pasien disarankan untuk mengikuti edukasi yang telah diberikan, dimana
pasien harus menghindari faktor penyebab dan menjaga kebersihan diri sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ and Wolff K. 2012.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th edition, vol.2. United States: The
McGraw-Hill Companies, Inc., pp.499-507, 2611-2617
2. Sularsito, S.A dan Djuanda, S. 2015. Dermatitis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, edisi-7. Djuanda, A. dkk (ed). Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hh.129-133.
3. Fonacier, L. et al. 2015. Contact Dermatitis: A Practice Parameter. The Journal of
Allergy and Clinical Immunology: In Practice, 3(3): S1-S39.
4. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, and Roh EK. 2017. Fitzpatrick’s Color Atlas
and Synopsis of Clinical Dermatology, 8th edition. United States: McGraw-Hill
Education, pp.20-25.
5. Yousefi, S., Shamsipoor, F., Salim Abadi Y. 2012. Epidemiological Study of Head
Louse (Pediculus humanus capitis) Infestation Among Primary School Students in
Rural Areas of Sirjan, South of Iran.
6. Irianto, K. 2011. Parasitologi: Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan
Manusia. Cetakan 2. CV Yrama Widya. Bandung.
18