Oleh
CONNY MANOPE
10310085
PEMBIMBING
dr. H. Nano Sukarno, Sp. An
dr. Teguh Santoso Efendi, Sp. An-KIC,. M.Kes
dr. Andika Chandra Putri, Sp. An
PRESENTASI KASUS
A.IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. N
Usia
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: wanita
Alamat
Tanggal Masuk RS
: 23-6-2015
No. CM
:13756611
Dokter Anestesi
Dokter Bedah
A. PERSIAPAN PRE-OPERASI
1. Anamnesa
a. A (Alergy)
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan
b. M (Medication)
Tidak sedang menjalani pengobatan penyakit tertentu;
c. P (Past Medical History)
Riwayat asma (-)riwayat sakit yang sama dan riwayat operasi (-), Riwayat kejang
(-),
d. L (Last Meal)
Pasien terakhir makan 6 jam pre-operasi;
e. E (Elicit History)
Pasien datang kepoli THT RSUD Kota Tasikmalaya pada tanggal 23 Juni 2015 pukul
10.00 WIB dibawa keluarganya dengan keluhan os mengeluhkan adanya benjolan pada
bagian depan telinga kirinya sejak umur 3 tahun.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal Periksa
: 24 Juni 2015
Waktu pemeriksaan
: 10.05WIB
Dirawat di
: ruangan 5 THT
Vital sign
a. KU
: Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Nadi
: 95x/ menit
d. Respirasi : 23 x/ menit
e. Suhu
: 37,10 C
Status Genealisata
Berat badan
:18 Kg
Kepala
Bentuk ,ukuran
o Mata
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
o Hidung
Pernapasa cuping hidung : ( - )
Sekret `
:(-)
Mukosa hiperemis
:(-)
o Telinga
Nyeri tekan tragus
:(-)/(+)
PRE Auricula
: Tampak Benjolan
Meatus akustikus eksternus
: (+)/(+)
o Mulut
Bibir
: mukosa bibir basah, sianosis ( - )
o Leher
KGB
: pembesaran ( - ) / ( - )
o Thoraks
Infeksi
: Bentuk gerak simetris dextra = sinistra,
rektraksi supraclavicula ( - ) / ( - ), retraksi
intercostalis ( - ) / ( - ), retraksi subcostalis
( - ) / ( - ) dan retraksi epigastrium ( + )
Palpasi
: iktus kordis tidak teraba,
Perkusi
Auskultasi
: sonor
: Vesiculer breathing sound ( + ) / ( + ),
Auskulasi
Palpasi
(-)
Perkusi
: Timpani
: Tidak teraba
2. Pemeriksaan Penunjang
-
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Satuan
Metode
Hematologi
C28
Waktu Perdarahan
1.00
1-3
Menit
Duke
C27
(BT)
Waktu Pembekuan
3.00
1-7
Menit
Slide Test
G28
G29
(CT)
Golongan Darah
Rhesus
A
POSITI
H01
Hemoglobin
H14
Hematokrit
H15
Jml Leukosit
H22
Jml Trombosit
KARBOHIDRAT
K01
Glukosa Sewaktu
FAAL GINJAL
Slide Test
Slide Test
F
11,2
35
8.800
293.000
P: 12-16; L: 14-18
P: 35-45; L: 40-50
5.000-10.000
150.000-350.000
g/dl
%
/mm3
/mm3
Auto Analyzer
Auto Analyzer
Auto Analyzer
Auto Analyzer
98
76-110
mg/dl
GOD POD
K04
Ureum
21
15-45
mg/dl
Urease Klinetik
K05
Keratinin
1,01
P: 0.5-0.9; L: 0.7-
mg/dl
UV
Kinetic Jaffe
1.12
ELEKTROLIT
K27
Natrium
K28
Klium
K29
Kalsium
136
135-145
mmol/
ISE
4,5
3.5-5.0
L
mmol/
ISE
0.80-1.10
L
mmol/
ISE
1,12
L
3. Diagnosa Klinis
Fistula pre aurikula sinistra
4. Kesimpulan
Status ASA I
: Fistula PreAurikula
Jenis Pembedahan
: Ekterpasi
Jenis Anestesi
: Narkose Umum
Premedikasi
:Dexamethason 0,25 mg
Medikasi Induksi
Maintenance
50%
O2 3 L/mnt
50%
Teknik Intubasi
Respirasi
: kontrol
Posisi
: terlentang
Cairan Perioperatif
Maintenance Cairan = 4 : 2 : 1
Kebutuhan Basal
10x 4 = 40 cc
8x 2 = 16 cc
56 cc/jam
Perdarahan
EBV
= BB x Konstanta anak
= 18 x 80
= 1.440 cc
Recuronium 4 mg
Dipastikan pasien sudah dalam kondisi tidak sadar dan stabil untuk
dilakukan intubasi ETT dengan nomor 4,5 cc dengan balon.
Setelah intubasi ETT cek suara nafas pada apek paru kanan dan paru kiri,
basis paru kanan dan paru kiri serta lambung dengan stetoskop, pastikan
suara nafas dan dada mengembang simetris
SATURASI
11.30
99
11.45
100
HEART REAT
83
100
104
12.00
100
Pada saat operasi dipasang selimut penghangat dan blood warmer untuk
mengjaga suhu tubuh pasien agar tidak hipotermi. Setelah operasi selesai gas anestesi
yang di pakai hanya Oksigen sebanyak 6 liter/menit. Selanjutnya dilakukan ekstubasi
bangun (awake extubation), sebelumnya dilakukan suction untuk membersihkan jalan
napas. Setelah pasien bangun dan jalan napas benar-benar bersih maka dilakukan
ekstubasi. Oksigenisasi setelah ekstubasi dengan cara di cuff sampai pasien
memberikan respon gerak tangan sebagai tanda bahwa pasien telah bangun dan jalan
napas pasien telah aman. Pasien diperbolehkan pindah ruang (keluar dari ruangan
operasi) bila Bila total Steward Score 5 maka pasien sudah dapat dipindahkan dari
ruang operasi.
C. POST-OPERASI
Setelah pasien dinilai denganBila total Steward Score 5 maka pasien sudah
dapat dipindahkan dari ruang operasi, maka pasien diperbolehkan pindah ruangan.
Infuse
: RL 20 gtt/menit
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
:
N
= 110x/menit
= 36o C
= 18x/menit
F.PEMBAHASAN
1. Pre-Operatif
a. Pemeriksaan Fisik
Berat badan
: 18 kg
Nadi
: 105 x/menit
Nafas
: 23 x/menit
Suhu
: 37.1o C
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan umum
Kepala
Leher
Thoraks
b. Pemeriksaan Penunjang
Data tanggal 24 juni2015
-
BT, CT
HB
HT, Trombosit, Leukosit
Gula darah sewaktu
Ureum, kreatinin
Na, K, Ca
: Ternilai ASA I
Rencana Anestesi
Premedikasi
: Narkose Umum
: dexametason 5 mg
Loading cairan dengan RL 500 cc untuk mengganti cairan puasa 6 jam preoperasi, agar komposisi cairan pasien yang berkurang saat puasa terpenuhi.
2. Durante Operatif
Teknik Anestesi
: Intubasi Endotrachealtube
Obat Anestesi
:
propofol 50 mg
Fentanyl8-24 g
Rocuronium 4,8 - 8 mg
Maitenance
Kebutuhan Cairan
Perdarahan= 50 cc
EBV
N2O 3 L/mnt
50%
O2 3 L/mnt
50%
= 1440 cc
Pada kasus ini pemilihan teknik anestesi yang dipilih adalah anestesi umum
(general Anestesi), yang dikarenakan pasien masih berumur 4 tahun. Pada anestesi
umum trias anestesi dilakukan untuk menginduksi pasien dengan obat hipnotik
sedasi, analgetik dan pelemas otot. Disini pada obat hipnotik sedasi menggunakan
propofol sebnyak 50 mg, lalu berikan gas yaitu 02 ,N2O 3 Liter/menit,dan sevofluran
Propofol merupkan obat hipnotik sedatif yang yang digunakan dalam induksi
dan pemeliharan anestesi maupun sedasi. Injeksi secara intravena pada dosis
terapetik memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam waktu 40 detik
awal dari pemberian injeksi. Serupa dengan obat an dengan aksi cepat yang lain,
waktu paruh dalam darah otak 1-3 menit, dihitung untuk induksi cepat pada
anestesi.
Sevofluran merupakan sedative/hipnotika inhalasi yang digunakan dalam
menginduksi atau memelihara anestesi.dengan waktu induksi dan pulih yang cepat.
Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari
untuk induksi anestesi inhalasi.Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang
menyebabkan
aritmia.Sevofluran
menurunkan
curah
jantung,
tekanan
dan
reflek
vasomotor
(peningkatan
tahan
perifer)
terhadap
Pernafasan
: gerak bertujuan
tidak bergerak
: batuk, menangis
perlu bantuan
Kesadaran
: menangis
tidak bereaksi
Bila total Steward Score 5 maka pasien sudah dapat dipindahkan dari ruang
operasi
3. Post-Operatif
Pasien dipuasakan sekitar 4 6 jam atau setelah bising usus positif. Tes minum
4 6 jam post-operasi atau setelah bising usus positif
Diberikan obat analgetik
: Paracetamol 200 mg
Selalu monitoring tanda tanda vital (suhu, saturasi dan nadi) dan kesadaran pasien
atau sesuai advice dokter bedah.
Pembahasan teori
A. ANESTESI PEDIATRI
Kata pediatri diambil dari dua kata Yunani kuno, paidi () yang berarti
"anak"dan iatro () yang berarti "dokter". Pediatri berbeda dengan kedokteran
dewasa.
Perbedaan
fisik
tubuh
yang
jelas
dan
kematangan
Pasien anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil. Terdapat
pembagiananak berdasarkan umur : neonatus bila umur kurang dari 30 hari, bayi bila
umur 1 bulan
1 tahun, balita bila umur 1
5 tahun, anak bila umur 6
12 tahun. Secarafisiologis, anatomis, farmakologis pada anak dan orang dewasa
berbeda. Olehkarenanya, resiko terjadinya morbiditas serta mortalitas juga semakin
tinggi dengan makin mudanya usia,
B. FISIOLOGI
C. ANATOMI
D. PENGARUH PD FARMAKOLOGI
E. PERSIAPAN PREOPERATIF
Wawancara preoperatif
- anak : takut sakit & berpisah dgn ortu
- Penjelasan diberikan sesuai usia
Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
- Infeksi sblm anestesi resiko komplikasi pulmo (hipersekresi,
wheezing 10x, laringospasme 5x, hipoksemia & atelektasis) harus
diobatidulu .
- Bila terpaksa operasi : pemberian antikolinergik, ventilasi
masker, kelembaban udara pernafasan, pengawasan yang lebih
lama di RR.
Laboratorium
Puasa pre operasi
- bayi = 4 jam
- anak = 5 jam
Premedikasi
- midazolam (0,07-0,2 mg/kgBB)
- ketamin 2-3 mg/kgBB
- atropin menurunkan insiden hipotensi pd anak < 3 bln, mengurangi
secret
Monitoring : suhu (malignant hipertermia & hipotermia)kadar
Induksi intravena
- Thiopental (3mg/kg neonate, 5-6 mg/kg u/ infant & children) efek
sedasi pasca operasi
- Ketamin 1-2 mg/kgBB
- Propofol 2-3 mg/kg hipnosis kuat, gejolak HD
- Midazolam 0,3-0,5 mg/kgBB
- Diazepam 1-2 mg/kgBB
Induksi inhalasi anestesi :
a.Alternatif, bila iv line blm terpasang
b.Sevoflurane & Halothan
Sevoflurane induksi halus, iritasi minimal
Halothan bronkodilatasi, aritmogenik
Desflurane & isofluran batuk, iritasi jahan nafas, laringospasme
F. INTUBASI TRAKEA
Blade lurus memudahkan intubasi e/c lidah relatif besar
Uncuffed ET pada anak < 8-10 tahun meresiko batuk, me resiko
barotrauma/edema laring
Ukuran diameter ET4 + Umur/4 = tube diameter (mm)
Rumus lain: (umur + 2)/2
Ukuran panjang ET
12 + Umur/2 = panjang ET (cm)
G. MAINTENANCE
H. PASCA OPERASI
Posisi pasca operasi :
1. Head up : pada pasca operasi daerah abdomen
2. Head down : riwayat prdrhn banyak, hipovolemi
3. Lateral/semiprone : post TE, puasa kurang
Pengelolaan di RR gunakan Steward Score
I. MANAGEMEN CAIRAN PERIOPERATIF
1. Defisit cairan diganti harus tepat
a. Aturan 4 : 2 : 1 (4 ml/kg/jam utk 10 kg pertama, 2 ml/kg/jam utk 10
b.
seimbang
c. Larutan D5 NS cocok utk neonatus, krn kemampuan mengatasi
2.
Na terbatas.
Blood loss/Kehilangan darah
a. EBV = Neonatus prematur (100 mL/kg), neonatus full term (8590mL/kg), infants (80 mL/kg)b. Perdarahan > 10% EBV --- berikan darah (Pilihan :PRC !)
c. Hematokrit neonatus (55%), bayi 3 bln (30%), bayi 6 bln (35%)
Maintenance durance operasi
jaga hemodinamik dan oksigenasi yang baik
agen inhalasi maintenance durance op:
a. Sevofluran : onset cepat, iritasi kurang
b. Halotan : bronkodilator, tidak iritasi jalan nafas
K. LARINGOSPASME
Merupakan spasme kuat, involunter karena stimulasi nervus
laringeus superior
Pencegahan : ekstubasi pasien awake atau deep
Terapi : jaw thrust- ventilasi tekanan positif, paralisis dgn suksinil
Terjadi pada anak umur 1-4 thn, intubasi berulang, operasi lama,
1.definisi
Fistula
preaurikular
adalah
kelainan
yang
terjadi
akibat
kegagalan penggabungan 2 dari 6 hillocks yang muncul dari arkus branchial 1 dan 2.
2. Gejala klinis
1. Sebagian
orang
dengan
kelainan
ini
asimptomatik.
Hanya
sepertiga
infeksi.
Sekali
infeksi,
fistula-fistula
ini
jarang
3.Pemeriksaan fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil kearah
tepidepan dari helix bagian ascending. Kecuali fistula ini mengalami infeksi yang
aktif atausebelumnya telah mengalami infeksi dengan gejala sisa berupa scarring,
kelainan inihanya berupa lubang kecil di depan daun telinga. Jika dihubungkan
dengan kondisiyang ada, salah satunya mungkin terlihat anomali telinga luar,
seperti kegagalan pembentuka telinga.Pemeriksaan fisik dapat ditemukan fistula
branchiogenik dan/atau penurunan pendengaran.
Pada tahun 2006, Saltzmann dan Lissner melaporkan sebuah kasus yang
tidak biasanya dari familial punctal atresiayang berhubungan secara genetik
dengan fistula preaurikular bilateral yang mengalami pengurangan beberapa
gambaran syndrome yangkomorbid, dimana biasanya ini jarang terjadi.
Choiet al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai
fistula preaurikular dapat terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area
postaurikulamemperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%)
daripada area preaurikular (2.2%).
Kondisi
ini
berhubungan
dengan
fistula
preaurikular
Celah palatum, spina bifida, anus imperforata, hypoplasia renal atau agenesis
renal, reduplikasi dari duodenum, undesensus testes, dan hernia umbilicalis
dialporkan berhubungan dengan kondisi ini.
Fistula
preaurikular
melibatkan
syndrome;branchio-oto-renal
beberapa
(BOR)
sindrom:Treacher
syndrome;hemifacial
Collins
microsomia
Anestesi Lokal
Prosedur pembedahan telinga seperti operasi premeatal,stapedektomi, dan
pembedahan telinga tengah yang tidak disertai komplikasi dmna lamanya
kurang dari 2 jam, dapat dipberikan pada pasien yang terseleksi penggunnaan
infiltrasi dari local anestesi dan titrasi sedasi yang hati-hati. Pasien harus
mengerti, komunikatif, kooperatif (harus selalu ingat, terutama seama bedah
mikroskopik telinga tengah ). Pada kunjugan preoperative, snestesiolog
sebaiknya memprsiapkan juga pemeriksaan yang sama seperti anestesi umum.
Tujuan sedasi pre operatif adalah membuat pasien tenang, kooperatif dan
nyaman tetapi tidak overmedicated atau kehilangan kontak dengan sekitar.
sedasi ringan dapart di berikan titrasi iv propofol (0,5-0,7 mg/kgbb) selama
penyuntikan lokas anestesi dan jika perludisertai midazolam (0,02-0,04
mg/kgbb iv) selama prosedur.
Anestesi umum.
Anestesi umum pada bedah telinga membutuhan perhatian utuk menjaga
n.fasialis dan efek N2O pada telinga tengah, posisi kepla yang ekstrim,
kemungkinan emboli udara , kehilangan darah, dan selama bedah mikro pada
telinga, control perdarahan dan pencegahan mual muntah.
Menjaga N.Fasialis
Indentifikasi pembedahan dan penjagaan terhadap n. fasialis merupakan
hal yang esnsial dalam banyak pembedahan pada telinga. Hal tersebut menjadi
lebih mudah diketahui dan informasikan jika pasien tidak lumpuh total. Jika
teknik pelumpuh otot narkotik harus dipakai, efek dari pelumpuh otot harus
dimonitor untuk memastikan masih tersisanya 10- 20 % respon otot. Prosedur
pembedahan telinga dihubungkan dengan 0,6 3,0% insiden paralisis n.
fasialis. Monitoring intraoperatif berupa bangkita aktivitas electromyographic
wajah dapat mejaga fungsi n. fasialis selama pembedahan pada mastoid/ area
tulang temporal.
Nirrous oksida dan tekanan telinga tengah
Telinga tengah dan sinu-sinus
paranasal
merupakan
rongga
Bedah telinga
Bedah telinga yang seringkali dilakukan antara lain adalah stapedektomi
(biasanyadilakukan dengan anestesi lokal), timpanoplasti, dan mastoidektomi.
Miringotomi dengan insersi timpanostomi tube, adalah tindakan bedah yang
paling sering dijumpai pada bedah anak.
Manajemen Intraoperatif
A. N2O
Oleh karena N2O lebih mudah larut dibandingkan dengan Nitrogen di
dalamdarah, maka nitrit oksid lebih mudah berdifusi melalui ronggarongga
udara dibandingkan nitrogen (komponen utama adalah udara) dan lebih
mudahdiabsorbsi di pembuluh darah . Secara normalnya perubahan tekanan udara
di dalam telinga tengah yang disebabkan oleh N2O dapat ditolerir dengan aliran
pasif ke tuba eustachius. Pasien dengan riwayat penyakit telinga kronis(misalnya
otits media, sinusitis), seringkali tuba eustachius tidak mengalamikerusakan dan
pengalaman yang sangat jarang hilangnya pendengaran atau pun ruptur membran
timpani akibat N2O.
Selama timpanoplasti, telinga tengah terbuka terhadap atmosfer dan tidak
adanya tekanan disekelilingnya. Suatu ketika ahli bedah akan menempatkan
graftpada membran timpani dan pada saat itu rongga telinga tengah akan
menjadiruang yang tertutup. Jika N2O diperbolehkan untuk berdifusi ke dalam
ronggatelinga tengah pada saat itu, maka tekanan di dalam telinga tengah
akanmeningkat dan graft mungkin dapat terlepas. Kebalikannya, diskontinu N2O
setelahpeletakkan graft akan menyebabkan tekanan rongga telinga
tengah menjadi tekanan negatif, yang akan menyebabkan graft tidak menempel.
Oleh karena itu,N2O haruslah dihindari pada operasi timpanoplasti atau
dimatikan sebelum peletakkan graft. Kenyataannya, lama waktu yang diperlukan
untuk mengeluarkansisa N2O tergantung oleh banyak faktor, termasuk ventilasi
alveolar dan fresh gasflow , tapi biasanya dibutuhkan waktu 15-30 menit.
Oleh
karena
telinga
tengah
sangat
erat
berhubungan
dengan
Prognosis
Baik jika cepat ditangani dan di diobati.