Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

CHOLERA
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 15

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIKAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
limpahan rahmat dan nikmat kesempatan sehingga kita bisa menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Dengan judul yang kami bahas pada makalah
kali ini mengenai Penyakit Cholera.
Dalam pembuatan makalah ini tidak jauh dari dukungan berbagai pihak,
baik dari teman - teman, keluarga, maupun dosen yang dengan setia memberi
masukan yang sangat berharga bagi terciptanya makalah ini.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.,makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena sebagai manusia biasa kita tidak lepas dari kesalahan, maka
dari itu kami mohon dukungan dari berbagai pihak demi kebaikan kedepannya.
Demikianlah makalah ini kami buat, atas perhatian dan kesempatannya
untuk membaca kami ucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Pengertian Kolera....................................................................................3
2.2 Penyebab Kolera......................................................................................4
2.3 Patofisiologi..............................................................................................5
2.4 Cara Penularan Penyakit Kolera...........................................................6
2.5 Diagnosa Penyakit Kolera.......................................................................8
2.6 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera.....................................9
2.7 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kolera...............................10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cholera umumnya merupakan penyakit yang menyebar karna sanitasi yang
buruk yang menyebabkan kontaminasi sumber air. Cara ini jelas merupakan
mekanisme utama penyebaran penyakit cholera dalam lingkungan masyarakat
miskin di Amerika selatan.
Fasilitas ssanitasi yang baik dieropa dan amerika serikat mengakibatkan
hamper tidak pernah terjadi wabah choera. Kasus-kasus sporadic muncul karna
kerang yang diambil dari perairan pantai yang tercemar oleh kotoran, dimakan
mentah. Cholera dapat juga ditularkan oleh kerang yang dipanen dari air yang
tidak tercemar karena V. cholera O1 merupakan bagian dari Mikrobiota penghuni
alami perairan pantai.
Vibrio Cholera memproduksi racun Cholera, model untuk Enteretoksin, yang
tindakan pada epitel mukosa bertanggung jawab atas diare karakteristik penyakit
kolera. Dalam masnifestasi exterm, kolera adalah salah satu penyakit fatal cepat
paling dikenal seseorang yang sehat dapat menjadi hipotensi satu jam setelah
timbulnya gejala dan mungkin meninggal dalam waktu 2-3 jam jika pengobatan
tidak disediakan lebih umum, penyakit ini berlangsung dari bangku cair pertama
yang mengejutkan di 4-12 jam, dengan kematian berikut dalam 18 jam untuk
beberapa hari.

1.2 Rumusan Masalah


4

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menjelaskan pengertian penyakit kolera


Menjelaskan gejala penyakit kolera
Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit kolera
Menjelaskan masa penularan
Kekebalan dan kerentanan penyakit kolera bagi tubuh
Menjelaskan penyebab penyakit kolera
Penanganan dan pengobatan penyakit kolera
Pencegahan penyakit kolera dan diagnosis penyakit kolera

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas Epidemiologi
2. Untuk dapat mengetahui Penyebaran dan gejala-gejala yang terserang
penyakit kolera

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kolera


Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus bersifat akut
yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh

seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut


mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare
(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu
hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi
dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah
hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat
menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa
tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan
gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix
keduanya (Dextrose Saline).
Ada dua jenis umum Vibrio cholerae yaitu :
1. Vibrio cholera serogrup O1 non-bakteri
2. Vibrio cholera serogrup O1.
Dalam kebanyakan kasus, Vibrio cholerae serogrup O1 adalah jenis Vibrio
cholerae yang menyebabkan kolera. Vibrio cholera serogrup O139, sebuah Vibrio
cholerae serogrup O1 non-bakteri, adalah penyebab lain dari kolera. Ada sekitar
70 spesies lain dari Vibrio cholera serogrup O1 non-bakteri, namun spesies
lainnya jarang menyebabkan diare.

2.2 Penyebab Kolera


Penyebab kolera adalah bakteri bernama Vibrio cholerae. Bakteri kolera
memproduksi CTX atau racun berpotensi kuat di usus kecil. Dinding usus yang
ditempeli CTX akan mengganggu aliran mineral sodium dan klorida hingga
6

akhirnya menyebabkan tubuh mengeluarkan air dalam jumlah besar (diare) dan
berakibat kepada kekurangan elektrolit dan cairan. Ada dua siklus kehidupan
yang berbeda pada bakteri kolera, yaitu di dalam tubuh manusia &
lingkungan. Bakteri kolera di tubuh manusia ditularkan melalui tinja yang
mengandung bakteri. Bakteri kolera bisa berkembang biak dengan subur jika
persediaan air dan makanan telah terkontaminasi dengan tinja tersebut.
Sumber-sumber infeksi kolera bisa dari faktor makanan dan terpapar air yang
mengandung bakteri. Faktor-faktor yang paling umum adalah sebagai berikut :
1.

Makan kerang mentah atau yang tidak dimasak dengan matang, atau

makanan laut lainnya yang berasal dari lokasi tertentu.


2.
Tumbuhnya bakteri kolera di daerah kolera mewabah bisa melalui nasi dan
milet yang terkontaminasi setelah dimasak dan didiamkan di suhu ruangan
3.

selama beberapa jam.


Bakteri kolera bisa bertahan di air untuk jangka waktu yang lama dan

4.

mencemari sumur-sumur yang digunakan oleh masyarakat umum.


Infeksi kolera bisa bersumber dari sayuran dan buah-buahan mentah yang
tidak dikupas. Lahan pertanian yang terkontaminasi oleh pemupukan yang

tidak baik atau air untuk pengairan yang mengandung sampah.


5.
Lingkungan padat penduduk yang tidak memiliki sanitasi memadai.
2.3 Patofisiologi
Bakteri Vibrio Cholerae akan masuk ke dalam tubuh seseorang melalui
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh Bakteri tersebut. Bakteri
tersebut akan mengeluarkan Enterotoksin atau Racunnya di dalam tubuh
seseorang itu pada bagian saluran usus, sehingga menimbulkan Diare (Diarrhoea)
di sertai muntah yang akut dan sangat hebat.

Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari
diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal.
Beberapa orang yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala. Penyakit biasanya
dimulai dengan diare encer seperti air yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa
sakit dan muntah-muntah.Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan
cairan sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan
menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan
penurunan produksi air kemih.
Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi
cekung

dan kulit jari-jari tangan

menjadi keriput.Jika

tidak

diobati,

ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi garam bisa


menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma. Gejala biasanya menghilang dalam 36 hari. Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2
minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini
(carrier).
Diare cair dan muntah timbul sesudah masa inkubasi 6 jam sampai 72 jam
(rata-rata 2-3 hari) kadang-kadang sampai 7 hari. Kolera dimulai dengan awitan
diare berair tanpa rasa nyeri (tenesmus) dengan tiba-tiba yang mungkin cepat
menjadi sangat banyak dan sering langsung disertai muntah. Feses memiliki
penampakan yang khas yaitu cairan agak keruhdengan lendir, tidak ada darah dan
berbau agak amis. Kolera dijuluki air cucian beras (rise water stool) karena
kemiripannya dengan air yang telah digunakan untuk mencuci beras.

2.4 Cara Penularan Penyakit Kolera


Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi
penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio
cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia. Bila
kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan
sebagainya, maka orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko
terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu
makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri
kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air
tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim
disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kolera.
Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah
terinfeksi menjadi sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan
cepat di tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran
(sewage) dan pengolahan air minum yang memadai.
Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada
tahun 1991, penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar
karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar,
serta sistem penyimpanan air di rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan
minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang
kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun juga tercemar oleh Vibrio

cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu terbukti
berperan sebagai media penularan kolera.
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari
makanan, yang apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat
dapat meningkatkan jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran
dan buah-buahan yang dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah,
juga menjadi media penularan. Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air
payau dan perairan pesisir. Kerang-kerangan (shellfish) yang dimakan mentah
juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di Amerika Serikat, kasus sporadis
kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang yang
ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus kolera yang
muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi
kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai
reservoir alami dari Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak
terkontaminasi oleh air limbah. Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak
menular dari orang ke orang. Oleh karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak
merupakan resiko penularan.

2.5 Diagnosa Penyakit Kolera


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2
minggu belum merasakan keluhan berarti. Tetapi saat terjadinya serangan infeksi
maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai
serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yang dialami.

10

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala
yang ditampakkan, antara lain ialah :
1. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau
tenesmus.
2. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah
menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun
amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
3. Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
4. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak
5. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita
tidaklah merasakan mual sebelumnya.
6. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
7. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi
dengan tanda-tandanya seperti: detak jantung cepat, mulut kering, lemah
fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera
mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat
mengakibatkan kematian.
2.6 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan
penaganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang
sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang
paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau
muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu
dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau
golongan Vibramicyn.

11

Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang
terjadi. Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit
kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang
dari hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat
tidak dapat diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera
yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia.

2.7 Pencegahan dan Pemberantasan Kolera


a. Pencegahan Kolera
Untuk waspada terhadap penyakit kolera, hendaknya dilakukan tindakan
preventif, karena penyakit ini tidak dapat disepelekan akibatnya. Adapun
tindakan pencegahan yang dimaksud melalui cara :
1)

Pemberian imunisasi vaksin hidup (strain CVD 103 HgR/orachel/mutacel)

dan vaksin mati (Dukoral, SBL).


2)
Melakukan pengawasan penderita kolera baik menggunakan laporan
3)

kepada instansi kesehatan, melakukan isolasi pada pasien kolera berat.


Lakukan manejemen kontak terhadap penderita penyakit kolera maupun

4)
5)

makanan dan minuman yang diasup.


Pemurnian air minum.
Menyediakan pembuangan feses yang tepat dan jauh dari lingkungan
padat penduduk.

12

Pencegahan penyakit kolera pun dapat dilakukan dengan pembiasaan hidup


sehat, yakni :
1)

Menciptakan kebiasaan cuci tangan sebelum makan ataupun sebelum

masak.
2)
Pastikanlah makanan dan minuman yang diasup steril dari bakteri.
3)
Minimalisirlah makanan setengah matang apalagi jenis kerang-kerangan.
Menu sayuran disertai buah-buahan yang sehat lebih diutamakan.
4)
Hindari konsumsi jajanan di pinggir jalan yang sering dihinggapi lalat dan
tidak terjamin kebersihannya.
b. Pemberantasan Kolera
1.
Tindakan pencegahan
Pemberian Imunisasi aktif dengan vaksin mati whole cell, yang diberikan
secara parenteral kurang bermanfaat untuk penanggulangan wabah maupun untuk
penanggulangan kontak. Vaksin ini hanya memberikan perlindungan parsial
(50%) dalam jangka waktu yang pendek (3 6 bulan) di daerah endemis tinggi
tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi asimptomatik, oleh karena
itu pemberian imunisasi tidak direkomendasikan. Dua jenis Vaksin oral yang
memberikan perlindungan cukup bermakna untuk beberapa bulan terhadap kolera
yang disebabkan oleh strain O1, kini tersedia di banyak negara. Pertama adalah
vaksin hidup (strain CVD 103 HgR, dosis tunggal tersedia dengan nama
dagang Orachol di Eropa dan Mutacol di Kanada, SSV1); yang lainnya adalah
vaksin mati yang mengandung vibrio yang diinaktivasi ditambah dengan sub unit
B dari toksin kolera, diberikan dalam 2 dosis (Dukoral, SBL). Sampai dengan
akhir tahun 1999, vaksin-vaksin ini belum mendapat lisensi di AS.
2.

Pengawasan penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya

13

a) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan kasus kolera umumnya


diwajibkan sesuai dengan Peraturan Kesehatan Internasional (International
Health Regulation,1969).
b) Disinfeksi serentak : Dilakukan terhadap tinja dan muntahan serta bahanbahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain) serta barangbarang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi
asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem
pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung
dibuang ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi
sebelumnya. Pembersihan menyeluruh
c) Karantina :Tidak diperlukan.
d) Manajemen kontak : Lakukan survei

terhadap orang yang minum dan

mengkonsumsi makanan yang sama dengan penderita kolera, selama 5 hari


setelah kontak terakhir. Jika terbukti kemungkinan adanya penularan
sekunder didalam rumah tangga, anggota rumah tangga sebaiknya di beri
pengobatan kemoprofilaksis; untuk orang dewasa adalah tetrasiklin (500 mg 4
kali sehari) atau doksisiklin (dosis tunggal 300 mg) selama 3 hari, kecuali
untuk strain lokal yang diketahui atau diduga resisten terhadap tetrasiklin.
Anak-anak juga bisa diberikan tetrasiklin (50mg/kg/hari dibagi ke dalam 4
dosis) atau doksisiklin (dosis tunggal 6 mg/kg) selama 3 hari, dengan
pemberian tetrasiklin dalam waktu yang singkat, tidak akan terjadi noda pada
gigi.
e) Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi : Lakukan investigasi
terhadap kemungkinan sumber infeksi berasal dari air minum dan makanan
yang terkontaminasi. Makanan yang dikonsumsi 5 hari sebelum sakit harus di

14

tanyakan. Pencarian dengan cara mengkultur tinja untuk kasus-kasus yang


tidak dilaporan hanya disarankan dilakukan terhadap anggota rumah tangga
atau terhadap orang-orang yang kemungkinan terpajan dengan satu sumber
(Common source) didaerah yang sebelumnya tidak terinfeksi.
f) Pengobatan spesifik : Ada tiga cara pengobatan bagi penderita Kolera : 1).
Terapi rehidrasi agresif.
2). Pemberian antibiotika yang efektif.
3). Pengobatan untuk komplikasi. Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif
melalui oral dan intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan
dan elektrolit, juga untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang
berlangsung. Antibiotika yang tepat adalah terapi tambahan yang sangat penting
terhadap pemberian cairan, karena pemberian antibiotika dapat mengurangi
volume dan lamanya diare dan dengan cepat mengurangi ekskresi dari vibrio
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penularan sekunder. Akhirnya pada
saat terapi rehidrasi cukup efektif, dan penderita tertolong dari renjatan
hipovolemik dan tertolong dari dehidrasi berat, penderita dapat mengalami
komplikasi seperti hipoglikemi yang harus di ketahui dan di obati dengan segera
natrium asetat dan 8 gr glukosa/L) dan Larutan Dacca (5 g NaCL, 4 gr
NaHCO3, dan 1 g KCL/L), yang dapat dibuat ditempat pada keadaan darurat.
Penggantian cairan awal sebaiknya diberikan 30ml/kg BB pada jam pertama
untuk bayi dan pada 30 menit pertama untuk penderita berusia diatas 1 tahun, dan
sesudahnya pasien harus di nilai kembali. Sesudah dilakukan koreksi terhadap
sistem cairan tubuh yang kolaps, kebanyakan penderita cukup diberikan rehidrasi

15

oral untuk melengkapi penggantian 10 % defisit awal cairan dan untuk mengganti
cairan hilang yang sedang berlangsung.
Antibiotika yang tepat dapat memperpendek lamanya diare, mengurangi volume
larutan rehidrasi yang dibutuhkan dan memperpendek ekskresi vibrio melalui
tinja. Orang dewasa diberi tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari dan anak anak 12.5
mg/kg 4 kali sehari selama 3 hari. Pada saat Strain V. cholerae yang resisten
terhadap tetrasiklin sering ditemukan, maka pengobatan dilakukan dengan
pemberian antimikroba alternatif yaitu TMP-SMX (320 mg trimethoprim dan
1600 mg sulfamethoxazol dua kali sehari untuk orang dewasa dan 8 mg/kg
trimethoprim dan 40 mg/kg sulfamethoxazol sehari dibagi dalam 2 dosis untuk
anak-anak, selama 3 hari); furazolidon (100 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa
dan 1.25 mg/kg 4 kali sehari untuk anak-anak, selama 3 hari); atau eritromisin
(250 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa dan 10 mg/kg 3 kali sehari untuk anakanak selama 3 hari). Siprofloksasin, 250 mg sekali sehari selama 3 hari, juga
merupakan regimen yang baik untuk orang dewasa. V. cholerae strain O139
resisten terhadap TMP-SMX. Oleh karena ditemukan strain O139 atau O1 yang
mungkin resisten terhadap salah satu dari antimikroba ini, maka informasi tentang
sensitivitas dari strain lokal terhadap obat-obatan ini perlu diketahui, jika fasilitas
untuk itu tersedia, informasi ini digunakan sebagai pedoman pemilihan terapi
antibiotika yang tepat.

16

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluranpencernaan yang
disebabkan oleh kelompok enterotoksin yangdihasilkan oleh vibrio Kolera yang
ditandai dengan diare cairringan, diare cair berat dengan muntah yang dengan
cepatdapat menimbulkan syok hipovolemik, asidosis metabolik dantidak jarang
menimbulkan kematian.
Penyebab kolera adalah mikroorganisme berbentuk batang,berukuran pendek,
sedikit melengkung, dapat bergerak, bersifat gram negatif dan mempunyai flagela
polar

tunggal.

Biasanya

penyebaran

melalui

makanan

dan

air

yang

terkontaminasi merupakan media perantara penularan kolera. Penularan biasanya


terjadi di tempat yang padat penduduknya dengan tingkat sosial ekonomi dan gizi
penduduk yang rendah dan keadaan sanitasi lingkungan yang tidak bersih.
Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari
diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat
17

fatal.Beberapa orang yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala. Penyakit


biasanya dimulai dengan diare encer seperti air yang terjadi secara tiba-tiba,
tanpa rasa sakit dan muntah-muntah.Pada kasus yang berat, diare menyebabkan
kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang
berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot,
lemah dan penurunan produksi air kemih. Penyakit kolera menular melalui
feces(tinja)
3.2 Saran
a) Untuk masyarakat
Sebaiknya memperhatikan tempat pembuangan tinja pada tempatnya, menutup
makanan bila belum di makan,dan menghindari makanan setengah masak baik
sayuran,daging, dan makanan laut.
b) Untuk mahsiswa D-IV Bidan Pendidik
Sebaiknya mempelajari penularan penyakit kolera, agar menanmbah
pengetahuan kita sebagai tenaga kesehatan, karena penyakit kolera adalah
penyakit yang umum sering terjadi di masyarakat.

18

DAFTAR PUSTAKA

Gomez H.F dan Cleary T.G., Kolera, Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2,
edisi 12, EGC, Jakarta, 1992, hal 102
Hassan R dkk, Kholerae, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I,Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta, 1985, hal 302-306.
Keusch G.T dan Deresiewicz R.L., Kolera, Harrison Prinsip-prinsipIlmu Penyakit
Dalam, Volume 4, Edisi 5, EGC, Jakarta, 2000, hal766-768.
Noersahid H Suraatmadja S dan Asnil P.O, Gastroenteritis Akut Gastroenterologi
Anak Praktis, FKUI 1988, hal 51-70.

19

Anda mungkin juga menyukai