Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MALARIA

Dosen Pengampuh: Ns Jikrun Jaata, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh:
Arshya putri ponongoa : 01909010001
Baso rimba : 01909010010
Elsi batobelinggo : 01909010015
Endra kristiono : 01909010017
Gery eko jovanaldo : 01909010023
Monalisa pakaya : 01909010032
Reza M. Akontalo : 01909010045

PRODI SI KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
pendahuluan makalah Malaria ini. Adapun maksud dari penyusunan ini adalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas 1.

Disusunnya Makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa
pihak dan sumber. Karena itu, Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi
setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing Ns Jukrin Jaata S.Kep.,M.Kep yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan Makalah ini. Kiranya
amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari
beliau di atas yang dapat maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan
imbalan yang semestinya dari Allah SWT.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun pendahuluan makalah ini masih


jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya penyusunan ini. berharap semoga ini bisa
bermanfaat khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Kotamobagu, 14 September 2021

Kelompok V
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………


KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………..
B. Rumusan masalah ……………………………………………..
C. Tujuan …………………………………………………………

BAB II : TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Malaria ……………………………………………….
B. Etiologi Malaria ………………………………………………….
C. Manisfestasi Klinis Malaria ……………………………………….
D. Anatomi Fisiologi Malaria ………………………………………….
E. Patofisiologi Malaria ………………………………………………..
F. Komplikasi Malaria ………………………………………………….
G. Pemeriksaan Diagnostik Malaria …………………………………..
H. Penatalaksanaan Malaria ………………………………………….

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Malaria merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruh
dunia. Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telah
dilakukan program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak
tahun 1959, namun hingga saat ini angka kesakitan dan kematian masih
cukup tinggi (Zein, 2005). Penyakit malaria merupakan salah satu
penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya
terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang Utara dan 40° Lintang
Selatan (Yatim, 2007).
Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian
WHO. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah
endemik infeksi malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua,
Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa
daerah seperti Lampung, Bengkulu, Riau, daerah di Jawa dan Bali,
walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai kasus
malaria (Harijanto, 2011). Malaria merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat karena mempengaruhi tingginya angka kesakitan
dan kematian. Sampai saat ini malaria ditemukan tertular luas di Indonesia
dan bahkan 2 dapat timbul secara tiba tiba di suatu daerah yang telah
dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita malaria klinis di
Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan melalui unit pelayanan
kesehatan di Indonesia setiap tahun (SKRT, 1995).
Kelompok resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah
balita, anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Malaria selain mempengaruhi
angka kematian dan kesakitan balita, anak, wanita hamil dan ibu menyusui
juga menurunkan produktifitas penduduk. Kelompok resiko tinggi yang
lain adalah penduduk yang mengunjungi daerah endemik malaria seperti
para pengungsi, transmigrasi dan wisatawan (Harijanto, 2011).
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian dari malaria ?
2. Bagaiamana Etiologi dari malaria ?
3. Apa manisfestasi klinis dari malaria ?
4. Apa saja anatomi fisiologi dari malaria ?
5. Apa patofisiologi dari malaria ?
6. Apa komplikasi dari malaria ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari malaria ?
8. Apa saja penatalaksanaan dari malaria ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari malaria.
2. Untuk mengetahui etiologi dari malaria.
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari malaria.
4. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari malaria
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari malaria
6. Untuk mengetahui komplikasi dari malaria
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari malaria
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari malaria
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Pengertian Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah
yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan
ke manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008). Malaria
adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual
didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009). Malaria adalah
suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).
Penyakit malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
yang disebabkan oleh protozoa parasit dengan tipe plasmodium. Gejala
malaria umum adalah demam, meriang, dan sakit seperti terserang flu.
Jangan sampai menyalahartikan gejala malaria ini sebagai flu biasa karena
dapat berakibat fatal. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, gejala
malaria yang muncul dapat menimbulkan komplikasi berat yang dapat
berujung pada kematian. (Dokter Sehat, 2018).
Penyakit malaria merupakan penyakit pada sel darah merah yang
mengancam jiwa yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Anopheles.
Setelah manusia digigit nyamuk, parasit penyebab malaria ini berkembang
biak di liver (hati) manusia sebelum menginfeksi dan menghancurkan sel-
sel darah merah.

B. Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di
dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel
satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium
adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles,
plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh
dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari,
Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan
Plasmodium falciparum 10-12 hari (Asel, 2013).
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu:
1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke
tiga).
2. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten
dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum
(demam tiap 24-48 jam).
3. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
4. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan
infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

C. Manifestasi klinis
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
protozoa Plasmodium. Penyakit infeksi ini memiliki gejala klasik, yaitu
demam paroksismal, menggigil, dan diaforesis. Malaria ditularkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp.  betina.  Ada 5 jenis
spesies Plasmodium yang dapat menimbulkan malaria pada manusia,
yakni Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.
Siklus hidup Plasmodium terbagi 2, yakni di dalam tubuh manusia
(aseksual) dan di dalam tubuh nyamuk (seksual). Di dalam tubuh
manusia, Plasmodium mengalami siklus eksoeritrositik (asimtomatik) dan
siklus eritrositik (simtomatik). Pasien yang terinfeksi malaria
menunjukkan gejala setelah beberapa minggu terinfeksi (masa inkubasi
tergantung spesies Plasmodium). Gejala malaria adalah demam
paroksismal, sakit kepala (ditemukan pada hampir semua pasien malaria),
malaise, rasa lelah berlebihan, batuk, nyeri otot dan sendi, penurunan
nafsu makan, mual, muntah, serta diare.
Di dalam sel darah merah, parasit tersebut menggunakan
hemoglobin sebagai sumber nutrisinya dan menghasilkan zat sisa heme
yang diagregasi oleh parasit menjadi pigmen hemozoin yang tidak larut.
Pigmen tersebut menumpuk di berbagai organ seperti otak, hati, dan limpa
yang menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

D. Anatomi Fisiologi
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada
dalam ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar
sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari
jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari
saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan
materimateri pembekuan darah (Tarwoto, 2008).
1. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)
a. Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding
dengan darah arteri
b. Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu
sekitar 1.048 sampai 1.066.
c. pH
pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).
d. Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah
e. Komposisi
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian
besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil
metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor
pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-protein dalam
plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen,
protombine dan protein esensien untuk koagulasi. Serum
albumin dan gamma globulin sangat penting untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin
juga mengandung antibody (immunoglobulin) seperti IgM,
IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%,
terdiri atas eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red blood
cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white
blood cell (WBC), dan trombositplatelet. Sel darah merah
merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel
darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih terdiri dari
basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
2. Struktur sel darah
a. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian 12
tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,
karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel
darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin (terdiri
hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan globin
adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2
rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 – phosphate
dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan
berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Kadar
normal hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin. Hemoglobin
adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah
merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5g/dl dan pada
wanita 14,0g/dl (Susan M Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi
hemoglobin pada sel darah merah 32g/dl.
b. Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-
10000 sel/mm3 . Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
bergranulosit dan yang agranulosit.
c. Trombosit
merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 2-5
um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit
yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada 13 keadaan normal
jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL darah dan
mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kirakira 8 hari.
Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang penting dalam
pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh darah serta
memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak. Trombosit
diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80% beredar
disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa sebagai
cadangan.
3. Hemopoisis (hematopoisis)
Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.
Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:
a. Limpa
Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung.
Tersusun atas 3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan
marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan
pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama pembentukan
darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua
dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan cara
memecah hemoglobin.
b. Hati
Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama
jika produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal.
Hati merupakan tempat utama produksi dari faktor pembekuan 14
darah dan protrombin, menghasilkan empedu, mengaktifkan
vitamin k .
4. Fungsi darah
a. Transport internal
Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi
metabolisme.
a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh
hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian
terjadi pertukaran gas di paru-paru
b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa
dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang digunakan
untuk metabolisme.
c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar
melalui ginjal.
d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa
dan juga berperan dalam hemoestasis.
e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya
mempunyai efek dalam mengaktivitas metabolisme sel, dibawa
dalam plasma. 2) Proteksi tubuh terhadap bahaya
mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel darah putih.
5. Proteksi terhadap cedera dan perdarahan
Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera jaringan.
Pencegahan perdarahanmerupakan fungsi dari trombosit karena adanya
faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam plasma.
6. Mempertahankam temperatur tubuh
Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil
metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas (Tarwoto,
2008).

E. Patofisiologi
Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi
sporozoit ke dalam tubuh manusia. Sporozoit menginfeksi sel hati ,
berkembang biak menjadi skizon . Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit
(p. Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman. (hipnozoit) berdiam
dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam
darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak
diri dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony). Selanjutnya parasit
memasuki perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic
schizogony). Merozoit mengifeksi sel darah merah. Stadium ring, trofozoit
matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan merozoit.
Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic
(gametosit). Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis
penyakit ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina
(makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui
darah yang terhisap. Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri
dengan cara sporogonic cycle . Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet
melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigo. Zigot
bergerak dan memanjang (ookinet). Keluar dari dinding lambung nyamuk
untuk berkembang menjadi ookista. Ookista tumbuh, matang dan
mengeluarkan sporozoit. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar
liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan
kembali melangsungkan siklus hidupnya (Muslim, 2009).

F. Komplikasi
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
malaria sebagai berikut :
1. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan
kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala
Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa
GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3,
23 atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak
disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat (Hb 10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik,
harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau
hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut (urin 3 mg%).
4. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).
5. Hipoglikemia : gula darah < 40mg%.
6. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik < 70 MmHg, disertai
keringat dingin.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia
9. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmo1/L).
10. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-
posfat dehidrognase) (widoyono, 2008).

G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah)
tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit
malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis
plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P.
ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu
semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah
menghitung parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian
sebagai berikut:
(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal
adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis,
penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.
2. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan
cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini
mempunyai kelebihan yaitu hasil penguji dengan cepat dapat
diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.
3. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan
sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat
mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat
dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental
dan belum untuk pemeriksaan rutin.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit,
eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah
(gula darah, SGOT, SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk
melihat apakah terjadi pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan
lainya sesuai indikasi (Widoyono, 2008).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
b. Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari
apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang 26
tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut.
Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5%
untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.
Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan
pemberian NaCl bila diperlukan.
c. Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit
lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi
lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna ,
rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
d. Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan
eliminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK
yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
e. Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang
dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.
f. Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
g. Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol
dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut. iperlukan.
2. Penatalaksanaan non medis
a. Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
b. Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
c. Menggunakan pembasmi serangga.
d. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat
tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
e. Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak
menyebar lebih jauh.
f. Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan
memberantas sarang nyamuk.
g. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian
yang bergantungan serta genangan air.
h. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau
menebarkan ikan pemakan jentik.
i. Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa
sepanjang pantai (Irianto, 2011)
3. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria
terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu:
a. Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat
membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya
parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.
b. Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit
daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax
dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi
anti relaps.
c. Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai
penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.
Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium
seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida darah
yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan
yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
d. Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk
stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi
perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina.
Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin
adalah gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina,
klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk
plasmodium vivax, ovale dan malariae.
e. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah
untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk
Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.
f. Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi
standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes.
Adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa antibiotika
yang beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin
(qinghaosu) dan derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater,
pironaridin, atovakuan, yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana,
2009).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di
dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel
satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium
adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles,
plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
Gejala malaria umum adalah demam, meriang, dan sakit seperti
terserang flu. Jangan sampai menyalahartikan gejala malaria ini sebagai
flu biasa karena dapat berakibat fatal. Jika tidak ditangani dengan cepat
dan tepat, gejala malaria yang muncul dapat menimbulkan komplikasi
berat yang dapat berujung pada kematian. (Dokter Sehat, 2018).
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh
dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari,
Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan
Plasmodium falciparum 10-12 hari (Asel, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Irma rusmiyanti asis, asuhan keperawatan malaria http://repository.poltekkes-


kdi.ac.id/1467/1/KTI%20Irma%20Rusmiyanti%20Asis%20Fix.pdf, diakses
pada tanggal 14 September 2021.

http://repository.unimus.ac.id/2410/4/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 14


September 2021.

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/patofisiologi,
diakses pada tanggal 14 September 2021.

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/488/4/BAB%20II%20.pdf, diakses pada


tanggal 14 September 2021.

http://eprints.ums.ac.id/15186/2/bab_1.pdf, diakses pada tanggal 14 September


2021.

Anda mungkin juga menyukai