Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR MEDIS DAN KONSEP KEPERAWATAN

PENYAKIT MALARIA
(Dosen Pengampu : Ns. Indah Sri wahyuningsih, M.Kep)

Disusun Oleh :

1. Alfiria Nabila (40902200008)


2. Maisah Zahra (40902200033)
3. Syahrul Himawan (40902200055)
4. Wisnu Aliansyah (40902200057)
5. Silvia fahrun (40902200053)
6. Mustika Sari (40902200039)
7. Muazzaroh Lailiyah (40902200037)

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
OKTOBER 2023

i
Daftar isi
A. DEFINISI..................................................................................................................3

B. ETIOLOGI...............................................................................................................3

C. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................5

D. PATOFISIOLOGI...................................................................................................6
Fase Sporogenik.............................................................................................................6
Fase eksoeritrositik........................................................................................................7
Fase eritrositik................................................................................................................7

E. PATHWAY..............................................................................................................9

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................10s
1. Pengkajian................................................................................................................12
2. Diagnosa keperawatan.............................................................................................15
3. Intervensi keperawatan...........................................................................................16
Tabel Intervensi Keperawatan............................................................................................................17
4. Evaluasi.....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

ii
A. DEFINISI

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk
(Handayani wiwik, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali
(Harijanto, 2009). Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).
Malaria adalah infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang
menyebabkan penyakit akut yang mengancam jiwa dan menimbulkan ancaman kesehatan
global yang signifikan. Dua miliar orang berisiko tertular malaria setiap tahun, termasuk
di 90 negara endemik dan 125 juta pelancong. Parasit Plasmodium memiliki siklus hidup
bertingkat, yang mengarah ke demam siklus yang khas. Dengan perawatan tepat waktu,
kebanyakan orang mengalami resolusi gejala yang cepat; Namun, komplikasi yang
signifikan dapat terjadi, termasuk malaria serebral, anemia malaria berat, koma, atau
kematian. Kegiatan ini meninjau epidemiologi, presentasi, dan komplikasi malaria
Plasmodium dan peran tim interprofesional dalam mengevaluasi dan mengelola pasien
dengan infeksi yang mengancam jiwa ini.

B. ETIOLOGI
Malaria biasanya berkembang melalui penularan dengan adanya interaksi atau
hubungan seseorang yang sehat dengan yang sakit. Proses penularannya selalu selalu
bersifat sporadis, penularan utamanya yang meliputi perpindahan penduduk,
pertumbuhan dan perkembangan manusia serta berpergian ke daerah yang endemik
Terbagi ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria
memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut
membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk,
yaitu nyamuk anopheles.
Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah
manusia adalah :
a) Plasmodium falciparum

3
b) Plasmodium vivax
c) Plasmodium malariae
d) Plasmodium ovale
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda jenis-jenis tersebut antara lain
a) Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), adalah jenis
penyakit malaria yang terberat dan 7 salah satunya parasit malaria yang menimbulkan
penyakit mikrovaskular, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti
cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan,
sesak nafas, dll.
b) Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan berakhir dalam 2-3 bulan.
Relaps 50% dalam beberapa minggu - 5 tahun setelah penyakit awal.

c) Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama

d) Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan. Seorang penderita dapat dihinggapi
oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi
campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di
daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P. Vivax dan
P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh
spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi tubuh
lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari.
Pada manusia, nyamuk yang dapat menularkan malaria hanya nyamuk Anopheles
betina. Pada saat nyamuk menggigit host terinfeksi (dalam hal ini manusia yang
terinfeksi), nyamuk Anopheles akan menghisap parasit malaria (plasmodium) bersamaan
dengan darah, oleh sebab itu di dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria banyak
terdapat parasit malaria. Parasit malaria tersebut kemudian bereproduksi dalam tubuh
nyamuk Anopheles, dan pada saat menggigit manusia lain (yang tidak terinfeksi malaria),
maka parasit malaria masuk ketubuh korban bersamaan dengan air liur nyamuk. Malaria
pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina anopheles. Dari lebih 400

4
spesies anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan
dapat menularkan malaria (Roach, 2012).
Faktor Lingkungan adalah lingkungan tempat tinggal manusia dan nyamuk.
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap kejadian malaria di suatu daerah, karena
bila kondisi lingkungan sesuai dengan tempat perindukan, maka nyamuk akan
berkembangbiak dengan cepat. Lingkungan fisik meliputi keberadaan tempat perindukan
nyamuk Anopheles. Pada umumnya tempat perindukan nyamuk berupa genangan air
(seperti lagun, aliran sungai, rawa, empang, dan tambak).
Jarak terbang nyamuk Anopheles sangat terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km
dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anophelesbisa terbawa
sampai 30 km. Nyamuk Anopheles dapat terbawa pesawat terbang yang dapat
menyebarkan malaria ke daerah yang non endemik. Nyamuk Anopheles menggigit
penderita malaria dan menghisap juga parasit malaria yang ada di dalam darah penderita.
Parasit malaria berkembang biak di dalam tubuh nyamuk Anopheles (menjadi nyamuk
yang infektif). Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang sehat (yang belum
menderita malaria). Sesudah +12-30 hari (bervariasi tergantung spesies parasit)
kemudian, bila daya tahan tubuhnya tidak mampu meredam penyakit ini maka orang
sehat tersebut berubah menjadi sakit malaria dan mulai timbul gejala malaria.

C. MANIFESTASI KLINIS
Penderita malaria biasanya menunjukan gejala utama demam tinggi yang bersifat
paroksismal disertai menggigil, berkeringat, dan nyeri kepala. Selain itu, sering
ditemukan kelelahan, anoreksia, nyeri punggung, mialgia, pucat, dan muntah. Manifestasi
klinis malaria pada anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga sering salah
diintepretasikan dengan gastroenteritis akut atau infeksi virus akut lainnya.
 Manifestasi klinis pada anak :
 Koma ( malaria serebral )
 Distres pernafasan
 Hipoglikemia (sebelum terapi kina)
 Anemia berat
 Kejang umum berulang
 Asidosis metabolik
 Kolaps sirkulasisyok,hipotensi (sist<50mmHg)
 Gangguan kesadaran selain koma
 Kelemahan yang sangat (severe prostration)
 Hiperparasitemia
 Ikterus
 Hiperpireksia (suhu >41°C)
 Hemoglobinuria

5
 Pendarahan spontan
 Gagal ginjal

 Manifestasi klinis pada dewasa :


 Koma
 Gagal ginjal akut**
 Edema paru, termasuk ARDS**
 Hipoglikemia (umumnya sesudah terapi kina)
 Anemia berat
 Kejang umum berulang
 Asidosis metabolic
 Kolaps sirkulasi, syok
 Hipovolumia
 hipotensi
 Pendarahan spontan
 Gangguan kesadaran selain koma
 Hemoglobinuria
 Hiperparasitemia >5%
 Ikterus (bilirubin total >5%) **
 Hiperpireksia (>40°C)

D. PATOFISIOLOGI
Fase Sporogenik

6
Fase eksoeritrositik

Fase eksoeritrositik dimulai dengan inokulasi sporozoit ke dalam peredaran darah


oleh nyamuk Anopheles betinaDalam hitungan menit, sporozoit akan menginvasi sel-sel
hepatosit, berkembang biak secara aseksual dan membentuk skizonSetelah 1-2 minggu,
sel-sel hepatosit ruptur dan mengeluarkan ribuan merozoit ke dalam sirkulasiSkizon
spesies P. falciparum, P. Malariaedan Pknowlesi sekali ruptur tidak akan lagi berada di
hatiSkizon spesies P. vivax dan Povale ruptur dalam 6-9 hari dan ruptur sekunder pada
skizon yang dorman (hipnozoit) dapat terjadi setelah beberapa minggubulan atau tahun
sebelum mengeluarkan merozoit dan menyebabkan relaps (malaria kronis ).
Fase eritrositik

7
Fase eritrositik dimulai saat merozoit dari hati menginvasi sel darah merah. Di
dalam eritrosit, parasit ini bertransformasi menjadi bentuk cincin yang kemudian
membesar membentuk tropozoitTropozoit berkem- bang biak secara aseksual yang
kemudian ruptur dan mengeluarkan eritrositik merozoityang secara klinis ditandai dengan
demam. Beberapa dari merozoit ini berkembang menjadi gametosit jantan dan gametosit
betina, sekaligus melengkapi fase siklus aseksual pada manusiaGametosit jantan dan
gametosit betina ini dicerna oleh nyamuk Anopheles betina saat mengisap darah dari
manusia. Dalam perut nyamuk, gametosit jantan dan betina ini bergabung untuk
membentuk zigotZigot berkembang men- jadi ookinet kemudian menembus dinding
lambung nyamukPada dinding luarnyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoitSporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia

8
E. PATHWAY Gigitan nyamuk anopheles

Menginvasi sel parenkim hepar

Pembelahan inti

Merozoite lepas

Masuk sirkulasi darah

Protein membran
eritrosit terinfeksi Menginfeksi eritrosit Kompensasi tubuh

Kurang
Pengikatan khusus pada CD 36 MALARIA Peningkatan
informasi
222222
metabolisme

Eritrofagositosis
Sumbatan kapiler
Kurang
pengetahuan
HB menurun Anoreksia
Penurunan aliran darah

Peningkatan
Kadar O2 dalam darah suhu tubuh
menurun
Ginjal Serebral Resiko
perubahan
nutrisi
Hipertermi
Darah keginjal kurang dari
Hipoksia jaringan kebutuhan
mengalami Sirkulasi jaringan terganggu
penurunan

Produksi urine
Penurunan kesadaran
menurun

9
Kekurangan volume
Gangguan perfusi jaringan
cairan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan pemeriksaan sediaan
darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui cara berikut.
1. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku)


untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan membuat
sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
rumah sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:

a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);


b) Spesies dan stadium Plasmodium;
c) Kepadatan parasit:

1) Semi Kuantitatif (-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar) (+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB) (++) =
positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB) (+++) = positif 3 (ditemukan 1
–10 parasit dalam 1 LPB) (++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu: - Kepadatan parasit
< 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 % - Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka
mortalitas > 1 % - Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %

2) Kuantitatif Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit). Contoh : Jika dijumpai 1500 parasit per
200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X
1500 parasit = 60.000 parasit/uL. Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%.
Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50 =
225.000 parasit/uL.

10
2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini digunakan pada unit gawat darurat,
pada saat terjadi KLB, dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas
laboratorium mikroskopis. Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum
RDT dipakai agar terlebih dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang
tersedia dalam kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini
yang digunakan oleh Program Pengendalian Malaria adalah yang dapat
mengidentifikasi P. falcifarum dan non P. Falcifarum.

3. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNA


Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan ini
penting untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P. falcifarum.
Selain itu dapat digunakan untuk identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah
parasitnya rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan dengan
menggunakan PCR juga sangat penting dalam eliminasi malaria karena dapat
membedakan antara parasit impor atau indigenous.

4. Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang


perlu dilakukan adalah:

a. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;

b. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;

c. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas
darah); dan

d. urinalisis.

11
G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan landasan proses
keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang cermat guna mengenal
masalah klien sepertimengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa
lalu dan saat ini, data objektif dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan,
atau budaya. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).

Pengkajian :

a. Identitas pasien
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat serta
penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang tinggal di
daerah atau lingkungan endemic malaria.

b. Data riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan
saat dikaji : demam yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit
kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan tulang,
berkeringat.

2) Riwayat kesehatan yang lalu Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya,


apakah pasien pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat
malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah endemik.

3) Riwayat kesehatan keluarga Menggambarkan adakah anggota keluarga yang


mengalami penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam
keluarga.

4) Riwayat kebiasaan sehari-hari

12
a) Pola nutrisi Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.

b) Pola eliminasi BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti teh,
dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama
sekali. BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.

c) Pola istirahat dan tidur Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya
gangguan istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual, muntah dan
demam menggigil.

d) Pola aktivitas Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau


kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami mual, muntah
dan nyeri kepala.

e) Personal hygiene Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria


masih cukup baik dan bersih.

c. Pemeriksaan Fisik

(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

1) Keadaan umum Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan


kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot 32

2) Tanda-tandavital Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan


darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.

3) Pemeriksaan fisik

a) Pernapasan Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada


simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka. Auskultasi : Suara
nafas vesikuler. Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak
benjolan dan nyeri tekan. Perkusi : Resonan.

b) Pencernaan Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen


simetris/tidak, ada/tidak luka operasi. Auskultasi : Bising usus (+)

13
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak pembesaran hepar
atau limfa. Perkusi: Timpani

c) Penglihatan Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat. Palpasi : Ada/tidak


benjolan dan nyeri tekan.

d) Pengecapan : Mulut terasa pahit 33

e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran

f) Kardiovaskuler Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.


Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung. Perkusi :
Redup pada bagian jantung. Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi
jantung II normal.

g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.

h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.

i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.

j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.

d. Riwayat Psikologis dan Spiritual

1) Psikologi

Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di alami,


cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari orang - orang terdekat
pasien.

2) Spiritual

Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan sejauh mana


kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan pasien.

e. Pemeriksaan penunjang

1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa

2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati dan limpa.

14
3) Laboratorium

a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000 mm3 )

b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat (n :


150.000-400.000 sel/mm3 )

c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)

d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl )

e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif yang telah
diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala
yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

b. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.

c. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik,


diaforesis.

d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung


sirkulasi kuman pada hipotalamus.

e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

f. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik,


mialgia, artralgia.

15
g. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan


dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan
untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009) Terhadap
perencanaan meliputi :

a. Menentukan proritas masalah Menentukan


prioritas masalah menurut maslow memberikan kerangka kerja yang berguna
dalam menentukan masalah prioritas, dengan prioritas utama diberikan pada
kebutuhan fisik diikuti oleh kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap
prioritas masalah menurut maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan
rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai, kebutuhan harga diri,
dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi (Deswani, 2009) Prioritas keperawatan
untuk pasien dengan diagnosa malaria dapat meliputi :

1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

2) Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik,


diaforesis.

3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung


sirkulasi kuman pada hipotalamus.

4) Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.

5) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik,


mialgia, artralgia.

6) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

16
7) Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

b. Menetapkan intervensi keperawatan

1) Menetapkan tujuan Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar


perawatan dan merupakan tujuan dalam mengatasi masalah klien.

2) Menetapkan kriteria hasil Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di


terapkan pada standar, maka dibuatlah kriteria hasil. Kriteria hasil ditegakkan
untuk masing-masing masalah klien sesuai dengan rencana tindakan yang disusun
(Doengoes, 2000)

Tabel Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Perfusi Perifer Setelah dilakukan intervensi Manajemen Sirkulasi
Tidak Efektif keperawatan selama 3 x 24 jam
b.d penurunan maka diharapkan perfusi perifer Observasi :
konsentrasi meningkat , dengan kriteria hasil : - Periksa sirkulasi
hemoglobin  Kelemahan otot menurun perifer
 Pengisian kapiler membaik Terapeutik :

 Turgor kulit membaik - Hindari pemasangan

 Akral membaik infus atau


pengambilan darah di
 Edema perifer menurun
area keterbatasan
perfusi
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dgn
keterbatasan perfusi
Edukasi :
- Ajarkan program diet

17
untuk memperbaiki
sirkulasi

2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia :


b.d keperawatan 3x24 jam maka
peningkatan diharapkan status cairan membaik Observasi :
permeabilitas dengan kriteria hasil: - Periksa tanda dan
kapiler  Turgot kulit meningkat gejala hypovolemia
 Output urine meningkat Terapeutik :

 Kadar Hb membaik - Hitung kebutuhan

 Suhu tubuh membaik cairan

 Tekanan darah membaik


3. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan
peningkatan keperawatan 3x24 jam maka
laju diharapkan status termoregulasi
metabolisme membaik dengan kriteria hasil:
 Suhu tubuh membaik
 Suhu kulit membaik
 Takikardi menurun
 Pengisian kapiler membaik
 Vasokontriksi perifer
menurun
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan
b.d keperawatan 3x24 jam maka
peningkatan diharapkan status nutrisi membaik
kebutuhan dengan kriteria hasil:
metabolisme.  Nafsu makan membaik
 Kekuatan makan mengunyah
membaik
 Kekuatan otot menelan

18
membaik
 Verbalisasi keinginan untuk
meningkatkan nutrisi
 Frekuensi makan membaik
5. Defisit Setelah dilakukan tindakan
pengetahuan keperawatan 3x24 jam maka
b.d kuramg diharapkan tingkat pengetahuan
terpapar meningkat dengan kriteria hasil:
informasi  Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat
 Perilaku sesuai anjuran
meningkat
 Kemampuan menjelaskan
tentang suatu topik
meningkat
 Perilaku membaik
 Persepsi yang keliru terhadap
masalah yang menurun

4. Evaluasi

a. Evaluasi formatif

 Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah
dilakukan tindakan keperawatan
 Beroriantasi pada etiologic
 Dilakukan secara terus menerus • Ditulis pada catatan perawatan

Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing

19
b. Evaluasi Sumatif

 Evaluasi yang dilakukan secara paripurna


 Beroriantasi pada masalah
 Menjelaskan keberhasilan/ ketidakberhasilan
 Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan
 Ditulis pada catatan perkembanga

20
DAFTAR PUSTAKA
Ardyan Renoth Balia, 2022. “Etiologi malaria”

`https://sg.docworkspace.com/d/sIISVy4_WAbbE36gG Diakses tahun 2022

Ayu Sumertini, 2018. “ Pathway”

https://www.scribd.com/document/368459386/Pathway-Malaria Diakses tahun 2018

Emily Buck; Nancy A. Finnigan.2023.”Malaria”.Treasure Island (FL ):StatPearlsPublishing.

Irma Rusmayanti Asis, P. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN


DIAGNOSA MEDIS MALARIA DI RSUD PASARWAJO KABUPATEN BUTON (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Liwan, A. S. (2015). Diagnosis dan penatalaksanaan malaria tanpa komplikasi pada anak. Cermin
Dunia Kedokteran.

WHO, 2013. “ Pemeriksaan Penunjang penyakit malaria.”

https://platform.who.int Diakses tahun 2022

21

Anda mungkin juga menyukai