Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT MALARIA

Makalah Ini Di Ajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Medah 1

Dosen Pengampu :
Kurniawati S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di susun oleh :
Khairun Nisak (7120009)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles)
betina Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium
yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat
menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin (Irianto, 2011). Menurut Safar Rosdiana (2009)
dikenal empat spesies dari genus plasmodium yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria
pada manusia yaitu : Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat
disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria
menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasite dapat tinggal dalam tubuh manusia
seumur hidup (Sembel, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasidunia dapat terinfeksi
malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500 juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-
kurangnya 1-2,7 juta diantaranya meninggal karena malaria (Sembel, 2009). Menurut WHO
pula, Ini termasuk banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan Amerika Latin. Pada 2015, ada 214
juta kasus malaria di seluruh dunia. Situasi malaria di Indonesia menunjukkan masih terdapat
10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah
tersebut terutama meliputi Papua, Papua Barat, dan NTT. Pada 2017, dari jumlah 514
kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria, 172 kabupaten/kota
(33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%)
endemis tinggi.

Tujuan pengendalian malaria didaerah-daerah yang endemik malaria adalah menurunkan


serendah-rendahnya dampak malaria terhadap kesehatan masyarakat dengan menggunakan
semua sumber daya yang tersedia. Pengendalian dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu
dengan mengendalikan nyamuk anopheles yang menjadi vektor penyakit. Seseorang seharusnya
menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap (tangan dan kaki
tertutup), tidur ditempat tidur yang memakai kelambu, memakai obat penolak nyamuk,
menghindari untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang rawan malaria. Pengendalian nyamuk secara
kimia dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah dan
sekitar rumah untuk membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentikjentik nyamuk dengan
larvasida atau menebar ikan pemakan jentik nyamuk.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Malaria

1. Pengertian
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa
spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik,
2008).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).
Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni
Akhsin, 2009).

2. Anatomi Fisiologi
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada dalam ruang vascular, karena
peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar
karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari jaringan
keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari saluran cerna ke jaringan kemudian
menghantarkan hormone dan materimateri pembekuan darah (Tarwoto, 2008).

3. Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit
(sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan
seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009). Genus Plasmodium
merupakan penyebab penyakit malaria yang mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes,
yakni manusia sebagai hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.
Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitology medik, yaitu : Plasmodium
falcifarum (malaria tertiana maligna) menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan
penyakit malaria berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria
tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana. Plasmodium ovale
(malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat.

4. Manifestasi klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali. Masa
inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit
kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang
nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin. Keluhan
prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum
dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak. Gejala yang klasik
yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal secara berurutan : periode dingin (15-60
menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan
pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan
panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode
berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax, pada plasmodium falcifarum
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam
pada plasmodium falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada
plasmodium malariae.

5) Patofisiologi
Parasit malaria dalam siklus hidupnya membutuhkan dua hospes. Melalui aliran darah, nyamuk
anopheles betina menginokulasi sporozoit ke dalam tubuh manusia
1. Sporozoit menginfeksi sel hati
2, berkembang biak menjadi skizon
3. Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit (p. Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman
4. (hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam
darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak diri dalam hati ini
(exo-erythrocytic schizogony)
A. Selanjutnya parasite memasuki perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit
(erythrocytic schizogony)
B. Merozoit mengifeksi sel darah merah
4. Stadium ring, trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan merozoit
5. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic (gametosit)
6. Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis penyakit ini. Gametosit, jantan
(mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles
melalui darah yang terhisap
7. Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri dengan cara sporogonic cycleC. Di dalam
tubuh nyamuk, mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot
8. Zigot bergerak dan memanjang (ookinet)
9. Keluar dari dinding lambung nyamuk untuk berkembang menjadi ookista
10. Ookista tumbuh, matang dan mengeluarkan sporozoit
11. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan
ke tubuh manusia lainnya dan kembali melangsungkan siklus hidupnya1 (Muslim, 2009).

6. Komplikasi
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria sebagai berikut :
a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Penilaian derajat
kesadaran dilakukan bardasarkan Skala Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada
orang dewasa GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3, 23 atau
koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/uL.
Bila anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia, atau hemoglobinopati lainnya.
c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1 mL/kgBB/jam pada anak
setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah meningkat>3 mg%).
d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).
e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.
f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai keringat dingin.
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.
i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat antimalaria pada
seseorang dengan defisiensi Glukosa-6- Posfat Dehidrogenase) (Widoyono, 2008). 24

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis,
untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat
dilihat
jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale, tropozoit,
skizon, dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif. Metode
semi-kuantitatif adalah menghitung parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian
sebagai berikut:
(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah menghitung jumlah
parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.
b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test) Metode ini mendeteksi adanya antigen
malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes 25 ini
mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal
spesifisitas dan sensitivitasnya.
c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) Dengan menggunakan pemeriksaan PCR
spesifisitas dan sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan
dapat dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental dan belum untuk
pemeriksaan rutin.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan
kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk
melihat apakah terjadi pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi
(Widoyono, 2008).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan malaria, biasanya
diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan
yang 26 tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya
pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan
adalah dextrose 5% untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila dapat
diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.
3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak yang diberikan mengandung
protein, energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna ,
rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi pada malaria berat terjadi
gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi, mengatur posisi yang
nyaman bagi pasien.
6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan air es) dan bila pasien
menggigil berikan selimut.
b. Penatalaksanaan non medis
1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
3) Menggunakan pembasmi serangga.
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari
kandang ternak.
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar lebih jauh.
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau menebarkan ikan pemakan
jentik.
9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai (Irianto, 2011)
c. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasite malaria terhadap obat malaria,
maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi parasit praeritrosit,
sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit daur eksoeritrosit dan
bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal
infeksi ini bagi anti relaps.
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala
klinik. Skizontisida dapat mencapai penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies
plasmodium. Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium seksual plasmodium
vivax, ovale dan malariae. Skizontisida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan
amodiakuin,
sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk stadium gametosit
plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah
gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah
gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini ialah
primakuin dan poquanil. Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi
standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes. Adalah klorokuin, S-P, kina,
primakuin dan beberapa antibiotika yang beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin
(qinghaosu) dan derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater, pironaridin, atovakuan, yinghausu
(arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian
asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik individu pada suatu
kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual, maupun
potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar klien dapat teratasi. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi (Deswani, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan landasan proses keperawatan.
Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang cermat guna mengenal masalah klien seperti
mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif
dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya. Keberhasilan asuhan
keperawatan sangat tergantung kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).
Pengkajian :
a. Identitas pasien
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat serta penanggung jawab
pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic
malaria.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam yang hilang timbul,
menurunnya nafsu makan, sakit kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan
tulang, berkeringat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah mempunyai riwayat
penyakit malaria atau meminum obat malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah
endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit malaria, riwayat penyakit
genetik, dan congenital dalam keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus menerus, sering juga muntah darah.
b) Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti teh, dan volume air kencing yang
berkurang sampai tidak keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
c) Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan istirahat dan tidur yang disebabkan
oleh nyeri kepala, mual, muntah dan demam menggigil.
d) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau kelelahan saat melakukan aktivitas
dikarenakan pasien mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.
e) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih cukup baik dan bersih.
c. Pemeriksaan Fisik
(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan kesadaran, kelemahan atau
kelumpuhan otot
2) Tanda-tandavital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan darah, nadi berjalan cepat dan
lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
3) Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada simetris/tidak dan ada/tidak benjolan
atau bekas luka. Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Palpasi : Pergerakan dinding dada
simetris/tidak,
ada/tidak benjolan dan nyeri tekan. Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak pembesaran hepar atau limfa.
Perkusi: Timpani
c) Penglihatan
Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f) Kardiovaskuler
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.
d. Riwayat Psikologis dan Spiritual
1) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di alami, cemas dan harapan
pasien mendapatkan dukungan dari orang - orang terdekat pasien.
2) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan sejauh mana kepercayaan tersebut
mempengaruhi kehidupan pasien.
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa
2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati dan limpa.
3) Laboratorium
a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000 mm3)
b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)
c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).
Analisa data
1 Ds : Klien mengeluh kepala terasa pusing
Do :
 TTV : Tensi darah hipotensi, nadi cepat
 Terdapat sianosis
 Akral dingin
 Kulit pucat
 Klien tampak gelisah
 Hb dibawah normal
 Conjungtiva anemis
 Mukosa bibir tampak kering
 Hasil pemeriksaan DDR (+)
Perubahan perfusi jaringan
2 Ds : klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu
makan dan perutnya mual,dan pernah muntah >1x
Do :
 Porsi makan yang dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan
 Keadaan umum tampak lemah
 BB klien di bawah normal/biasanya
 Tinggi badan tidak seimbang dengan BB
 Klien tampak pucat
 Mukosa bibir tampakk kering
Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3 Ds : Klien mengatakan merasa mual, dan muntah > 3x, tidak ada keinginan untuk minum.
Do : Aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit
 TTV : TD : hipotensi, nadi : takikardi, suhu >380C.
 Tugor kulit tidak elastis
 Haluaran urin tidak adekuat
 Intake dan output tidak seimbang
 Membran mukosa kering
4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas yang dirasakan hilang timbul.
Do :
 Pada palpasi klien teraba panas
 Suhu >370C
 Hasil pemerikasaan DDR (+)
 Klien tampak gelisah
 Mukosa bibir tampak kering
Hipertermi
5 Ds : klien mengatakan tubuhnya terasa lemas
Do :
 Klien tampak lemah
 Aktivitas klien hanya ditempat tidur
 Semua kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat
 Kekuatan otot
Gangguan aktifitas
6 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada persendian tulang dan juga otot, tubuh terasa
pegal-pegal.
Do :
Nyeri dan ketidaknyamanan
 Klien tampak meringis kesakitan
 Klien tampak gelisah
 Sakala nyeri (1-5)= <2
7 Ds : klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang apa penyakit malaria dan cara penularan
penyakit malaria.
Do :
 Keluarga dan klien tidak menjawab ketika ditanya tentang cara penularan penyakit malaria
dan hanya mengelengkan kepala.
 Keluarga dan klien tidak mengetahui cara pencegahan malaria.
 Keluarga bertanya tentang apa penyakit yang di derita keluarganya.
Resiko penularan penyakit malaria.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada
tahap pengkajian untuk menegakan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan
pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan pada pasien dengan
malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
b. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
c. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis.
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman
pada hipotalamus.
e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia,
artralgia.
g. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yangdiharapkan dari klien, dan
atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien
mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009)
Terhadap perencanaan meliputi :
a. Menentukan proritas masalah
Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan kerangka kerja yang berguna dalam
menentukan masalah prioritas, dengan prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti
oleh
kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah menurut maslow adalah
meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan
mencintai, kebutuhan harga diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi (Deswani, 2009)
Prioritas keperawatan untuk pasien dengan diagnosa malaria dapat meliputi :
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
2) Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis.
3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman
pada hipotalamus.
4) Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
5) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia,
artralgia.
6) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7) Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
b. Menetapkan intervensi keperawatan
1) Menetapkan tujuan
Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar perawatan dan merupakan tujuan dalam
mengatasi masalah klien.
2) Menetapkan kriteria hasil
Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di terapkan pada standar, maka dibuatlah
kriteria hasil. Kriteria hasil ditegakkan untuk masing-masing masalah klien sesuai dengan
rencana tindakan yang disusun (Doengoes, 2000). Adapun perencanaan keperawatan yang dapat
diisusun pada klien dengan malaria menurut Muttaqin (2011) ialah :
Diagnosa Keperawatan
Hipertermia
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 2x24jam terjadi penurunan suhu tubuh dan panas
tidak berulang.
Kriteria hasil/Standart :
1. Asupan cairan meningkat (5)
2. Keluaran urin meningkat (5)
3. Kelembapan membrane mukosa meningkat (5)
4. Edema menurun (5)
5. Dehidrasi menurun (5)
6. Tekanan darah membaik (5)
7. Denyut nadi radial membaik (5)
8. Tekanan arteri rata-rata membaik (5)
9. Membran mukosa membaik (5)
10. Turgor kulit membaik (5)
Rencana tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
incubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar eleektrolit
4. Monitor haluan urine
Terapeutik :
1. Longgarkan atau lepskan pakaian
2.Berikan cairan oral
3. ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdosis (kerigat berlebih)
4. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang
ditularkan pada manusia melaluit gigitan nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat
menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin. Dikenal empat spesies dari genus plasmodium
yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu : Plasmodium falcifarum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-
penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan
gejalagejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat
tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Adapun tanda dan gejala yang dapat di timbulkan
oleh malaria berupademam periodik, anemia dan splenomegali.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan alternative pemecahan masalah yang
berupa saran-saran, yaitu untuk mencapai asuhan keperawatan yang optimal.
1. Institusi pendidikan/Akademik
Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam pemberian materi tentang
malaria dan dapat menambah buku-buku tentang Malaria edisi terbaru sehingga peneliti
selanjutnya tidak kesulitan mencari untuk referensi.
2. Penulis selanjutnya
Diharapkan pada penulis selanjutnya yang berminat untuk meneliti masalah ini lebih jauh dan
mendalam hendaknya untuk meneliti masalah ini dengan menggunakan tempat yang berbeda
dengan teknik yang lain sehingga diperoleh keragaman hasil penelitian yang berkaitan dengan
penyakit malaria seperti “Hubungan prilaku pencegahan malaria terhadap kejadian malaria”.
“Faktor faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria” dengan menggunakan metode
penelitian observasional.

DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC


Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta
: Kemenkes RI; 2014.
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes
RI Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun
2016. Kendari
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Cetakan Pertama. Trans Info Media: Jakarta
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Moorhead, sue et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5.
Singapore: Elsevies, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta:
Medication Publishing
Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta :
Bumi Medika
121
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
6. Singapore: Elsavier, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor.

Anda mungkin juga menyukai