Oleh :
NIM : 14.101
Penyakit malaia masih menjadi wabah yang sulit dihindari di wilayah kerja Puskesmas di
Desa Blumbungan
B. Fakta
Namun faktanya, pada desa Blumbungan dari survey pada 10 rumah , 8 di antaranya
masyarakat tidak mampu megetahui bahaya dari penyakit malaria tersebut.
C. Teori
Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan,
hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia.
Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung
jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2
miliar orang hidup di daerah endemis malaria (Silalahi, 2004)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh
dunia. Malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika bagian
selatan dan daerah Oceania, serta kepulauan Karibia. Dalam buku The World Malaria Report
2005, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah
dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara
di dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan
bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan
masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria (Silalahi, 2004)
Menurut survey dari data sepuluh penyakit terbanyak pada Puskesmas Blumbungan
Kota pamekasan tahun 2008, malaria menempati peringkat kedua setelah ISPA dengan
jumlah 1332 kasus dari 8460 kunjungan pasien yang datang berobat di Puskesmas
blumbungan Kota Pamekasan ( Profil Kesehatan Puskesmas Blumbungan, 2008).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada rumah keluarga yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Blumbungan, terdapat 21 rumah yang lingkungan rumahnya kurang baik yang
bisa memungkinkan bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kasa di ventilasi
rumah, adanya genangan air hujan di selokan-selokan rumah pada hari hujan membuat
selokan banjir karena sampah yang menumpuk dan membuat genangan air yang
menyebabkan tempat bersarangnya nyamuk. Selain itu dapat dilihat pula lahan kosong,
daerah rawah dan selokan besar yang masih menjadi tempat bersarangnya nyamuk, selain itu
juga disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri, faktor itu berkaitan dengan faktor perilaku
atau kebiasaan masyarakat itu sendiri.Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik
mengambil topik "Hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria di wilayah
puskesmas blumbungan kota pamekasan tahun 2009?".
Penyakit malaria sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk
berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit
malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin, ketinggian. Air merupakan faktor esensial bagi perkembang-biakan
nyamuk. Karena itu dengan adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat
perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air yang tidak dialirkan di sekitar rumah atau
tempat tinggal. Nyamuk dan parasit malaria juga sangat cepat berkembang biak pada suhu
sekitar 20º - 27º C, dengan kelembaban 60-80 % (Ermi, 2006).
Apakah ada hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria wilayah kerja
Puskesmas Blumbungan Kota Pamekasan Tahun 2009?".
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas sebagai salah satu
usaha pencegahan malaria di masyarakat.
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
dijurusan keperawatan sebagai pelayanan kapada masyarakat mengenai penyebab malaria
dan bagaimana cara mengatasinya.
1. Bagi Masyarakat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat
mengenai apa penyebab malaria dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk
pencegahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Malaria
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali
(Mansjoer, A, 1999).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2008).
Malaria adalah penyakit menular yang dapat menyerang semua orang baik laki-laki
maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa (Harijanto, 1997).
2. Etiologi
Malaria terjadi akibat invasi eritrosit oleh masing-masing dari 4 spesies parasit
protozoa dari genus plasmodium yaitu :
Tiga infeksi terakhir hampir tidak menimbulkan akibat yang fatal karena dapat mengalami
rekurensi berminggu-minggu setelah setelah terlihatnya penyembuhan dari suatu serangan
primer secara jelas. Berbeda dengan infeksi-infeksi palsifarum, yang merupakan penyebab
penyakit malaria yang paling berbahaya. Karena infeksi ini dapat menyerang susunan saraf
pusat dan dapat menimbulkan kematian (Nelson, 1992).
1. Patogenesis
2. Menurut Mansjoer, A (1999) daur hidup spesies terdiri dari fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam
badan hospes vertebra termasuk manusia.
a. Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan ,
sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak mebentuk
skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni
praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah
dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P.vivak dan
P.ovale sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat
mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit
dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase Seksual
Fase seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami
pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang
disebut zigot (Ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk
dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai
kelenjar liur nyamuk.
4. Manisfetasi Klinis.
a. Demam
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit,
atau limfosit yang mengeluarkan berbagai sitokin antara lain Tumor Nekrosis
Factor (TNF), TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat
pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat
plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda. P.Falsiparum memerlukan
waktu 36-48 jam, P. Vivax/ovale 48 jam, dan P.Malariae 72 jam. Demam pada
P.Falciparum dapat terjadi setiap hari. P.vivax/ovale selang waktu satu hari dan P.
Malariae demam timbul selang waktu 2 hari. Demam khas malaria terdiri atas 3
stadium, yaitu menggigil (15menit – 1 jam), puncak demam (2-4 jam). Demam
akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam
tubuh dan ada respon imun.
b. Anemia
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut maupun kronis. Plasmodium vivax
dan Plasmodium ovale hanya menginfeksisel darah merah muda yang jumlahnya
hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae
menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah
merah, sehingga anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.
c. Splenomegali
d. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa pasien
di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam
darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat :
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk
melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.
Pemeriksaaan penunjang untuk malaria berat yaitu hemoglobin dan hematokrit,
hitung jumlah leukosit dan trombosit, kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin,
albumin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium), analisis cairan serebrospinalis,
biakan darah dan uji serolaogi, urinalisis.(Depkes RI, 2008)
6. Komplikasi
1. Pengobatan Umum
1. Kina : merupakan obat terpilih untuk malaria berat (life saving, bekerja
cepat). Cara pemberian : parentral tertama bila telah timbul gejala
koma, kejang, muntah dan diare.
Cara pemberian :
Pada dasarnya sama dengan pengobatan pada orang dewasa. Umumnya anak-
anak lebih tahan terhadap kina tetapi pemberian klorokuin ini perlu dilakukan
secara hati-hati.
Pada pasien dalam keadaaan koma dan muntah hebat pengobatan enteral harus
segera diberikan, meskipun pemberian obat per oral jauh lebih aman bagi anak-
anak. Obat yang dapat diberikan adalah :
1). Kina
Cara pemberian :
2). Klorokuin
Cara pemberian :
3). Sulfadoksin/Primetamin
Malaria vivax, prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak
mendapatkan pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selam 2 bulan atau
lebih. Malaria malaria e, jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat
lama. Malaria ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum
dapat menimbulkan komplikasi yang menyebabkan kematian.(Dpkes RI, 2003).
Penggunaan obat anti malaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga termasuk
:
Environment (lingkungan) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Faktor
lingkungan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu :
2. Lingkungan Kimiawi
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat
perindukan. (Depkes RI,2003)
Adapun yang termasuk lingkungan sosial ekonomi adalah status pendidikan, penghasilan,
gizi dan tempat perindukan buatan manusia. Sedangkan yang termasuk lingkungan sosial
budaya berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup seperti perilaku aktifitas di malam hari,
tidur menggunakan kelamu, ventilasi berkawat kassa, menggunakan obat anti nyamuk,
pengetahuan serta persepsi mesyarakat tentang malaria. Faktor tersebut terkadang lebih besar
pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. (Depkes RI, 2003).
Jentik nyamuk akan menjadi nyamuk yang akan menggganggu kenyamanan bahkan
dapat menularkan penyakit, seperti malaria.
Agar rumah bebas dari jentik dan nyamuk perlu dilakukan suatu tindakan
pengendalian mulai dari tempat perindukan nyamuk sampai jentiknya. Khususnya
untuk pengendalian tempat perindukan nyamuk anopheles dan nyamuk Aedes
Aigepty adalah sebagai berikut :
2).Mengganti secra teratur air hewan peliharaan, vas bunga dan lain-lain.
3). Memasang kawat kasa pada jedela pintu dan lubang angin (ventilasi).
4). Menyimpan barang bekas dan barang buangan lainnya dalam bak tertutup.
2). Membuat desain saluran pembuangan air yang tepat guan dan parit
penahan
3). Pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak mengalir seperti
kubangan selokan dan lain-lain.
4). Memangkas semak-semak dan cabang pohon yang tumbuh dekat rumah.
D. Hipotesis
Lingkungan (environment) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Lingkungan
fisik sangat berpengaruh pada perkembang biakan nyamuk. Lingkungan fisik terdiri dari
suhu, kelembaban, serta curah hujan. Lingkungan rimah yang kurang baik bisa
memungkinkan bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kassa di ventilasi rumah,
adanya genangan air hujan diselokan- selokan rumah pada hari hujan membuat selokan
banjir. Walaupun lingkungan tempat tinggal baik baik masih ada yang mengalami malaria.
Hal ini berkaitan dengan lingkungan sekitar tempat tinggal dan berkaitan dengan faktor
manusia itu sendiri seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan
lingkungan.
Ha : Ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria.Ho : Tidak ada
hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah secara observasional analitik
dengan metode cross sectional dimana variabel independent, yaitu lingkungan tempat tinggal
serta variabel dependent, yaitu kejadian malaria akan diukur secara bersamaan (Sudigdo,
2002). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
3. 2Kerangka Konsep
Variabel independent pada penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal, sedangkan
variabel dependent adalah kejadian malaria. Maka dapat dibuat hubungan variabel
sebagai berikut :
1. Popul
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel penelitian yang menyangkut masalah
yang diteliti (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di
Puskesmas Sukamerindu baik yang terkena malaria maupun yang tidak terkena malaria
sebanyak 77 rumah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara total sampling yaitu. Seluruh populasi tempat tinggal keluarga di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu sebanyak 77 rumah.
1. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari register mengenai alamat
rumah dan data primer yang diperoleh langsung dari responden yaitu data observasi
dari rumah penderita malaria.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat komputer yang melalui
beberapa tahap berikut :
1. Editing Data
2. Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan, kemungkinan kesalahan dan
konstitusi data
3. Coding Data Memberikan kode terhadap jawaban yang diberikan untuk
mempermudah proses pengolahan data. Untuk lingkungan kurang diberi kode 0,
baik diberi kode 1, sedangkan untuk kejadian malaria yang menderita malaria diberi
kode 0 dan tidak malaria diberi kode 1.
4. Entrydata
5. Setelah dilakukan coding, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam master
tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian dengan
menggunakan program SPSS for windows
6. Cleaning Data Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan
atau tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses sehingga dapat
diperbaiki dan dinilai (scorer) yang ada sesuai pengumpulan data.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Di lakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel bebas dan terikat
sehingga dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel dengan rumus yang
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :
f
P = x 100 %
Keterangan :
n = jumlah sampel
b. Analisis Bivariat
(0- E )2
X2 = ∑
Keterangan :
X2 : Chi – square
Kejadian Malaria
Variabel Lingkungan Total
Ya Tidak
Kurang A B A+B
Baik C D C+D
Total A+C B+D A+B+C+D
Keterangan :
Apabila X2 hitung > X2 tabel / P≤ 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal berhubungan
dengan kejadian malaria.
Apabila X2 hitung < X2 tabel / P > 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal tidak ada
hubungan dengan kejadian malaria.