BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di
seluruh dunia, terutama Negara-negara beriklim tropis dan subtropics. Setiap
tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta
kematian terutama di negara-negara benua Afrika.(1,2,3)
Upaya penanggulangan di Indonesia telah sejak lama dilaksanakan, namun
daerah endemis malaria bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Dari 295
kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah
endemis malaria.(3)
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian
akibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya
antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan
pengendalian vector yang kesemuanya ditujukan untuk memutuskan rantai
penularan malaria.(3)
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien
Malaria dan keluarganya di Kecamatan Abeli Kota Kendari tanggal 1617 Desember 2014
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan
siklus keluarga) dari keluarga pasien Malaria.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien Malaria dan keluarganya.
c.
C. Manfaat
1.
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
2.
3.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Definisi
C. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.(3,7)
2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(3,7)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi
dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.(3,7)
E. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang
dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oeleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.(6)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag
dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta
peningkatan makrofag.(6)
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit
mengalami
perubahan
struktur
danmbiomolekular
sel
untuk
hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau
secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual)(4,12).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,
berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan
otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin
di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas(12).
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)
secara berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering
seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.
Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur(4,11,`2).
b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka
selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntahmuntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase
dingin
dapat
sampai
jam
atau
lebih,
diikuti
dengan
keadaan
berkeringat(4,11,12).
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita
merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa(4,12).
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan
lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi
setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan
hiperemis(4,12).
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum.
pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan
sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut:(4,12)
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/l.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan
kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena
obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
H. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
10
Anamnesis
a. Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
a.
b.
c.
Kejang-kejang.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
j.
k.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam (37,5oC)
b. Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa
d. Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut:
11
(+)
(++)
(+++)
(++++)
Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal
atau sediaan darah tipis.
12
kloramfenikol,
eritromisin,
sulfametoksazol-trimetoprim
dan
13
I
II
III
Jenis obat
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
Artesunat
Amodiakuin
0-1 bln
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15 th
1
1
1
1
2
2
1
2
2
3
3
2
3
3
4
4
2-3
4
4
Artesunat
Amodiakuin
1
1
2
2
3
3
4
4
Jenis obat
14
I
II-VII
Primakuin *
Kina
Doksisiklin -
**
: 2x50 mg doksisiklin
***
: 2x100 mg doksisiklin
2.
3x
-
1
3x1
-
2
3x
2x1**
2-2
3x2-3
2x1***
I
II
Jenis obat
1
2
3
Primakuin
15 th
3-4
1
Klorokuin
Primakuin -
3-4
1
Klorokuin 1/8
Primakuin -
2
1
III
IV-XIV Primakuin
1
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian
obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari keempat) dan
tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ketujuh(3). Pengobatan tidak
efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:(3)
15
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau
timbul kembali setelah hari ke-14.
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari
ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Jenis obat
*
1-7
Kina
1-14 Primakuin *
: dosis diberikan per kgBB
3x
3x1
3x2
15 th
3x3
1
Hari
Jenis obat
Klorokuin
Primakuin
2
1
3
1
3-4
2
Klorokuin
Primakuin
2
1
3
1
3-4
2
Klorokuin
Primakuin
1/8
-
1
1
1
1
2
2
3
14-14 Primakuin
3. Pengobatan malaria malariae
16
Jenis obat
Klorokuin
Klorokuin
III
Klorokuin 1/8
4. Kemoprofilaksis
1
1
2
2
th
3
3
15 th
3-4
3-4
2
1
1
2
17
J. Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis
serta pengobatan(3).
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan
pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai
50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ(3).
a. Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
b. Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
c. Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
1)
2)
3)
A. Tinjauan kasus
Tanggal kunjungan: 15 Desember 2014
Kelurahan Puday RT 1/RW 1, Kecamatan Abeli
B. Data identitas pasien
Nama Penderita
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Agama
: Tn. Nasruddin
: 34 Tahun
: SMP
: Pencari plasma gaharu
: Bugis
: Islam
18
Nama
Umur
Hubungan
Pendidikan/
Keadaan
anggota
L/P
keluarga
pekerjaan
fisik
1.
Tn. Darwis
L/57 tahun
KK
SD/Nelayan
Sehat
2.
Ny. Musnia
P/55Tahun
Istri
SD/ IRT
Sehat
3.
Tn. Nasruddin
L/ 34 tahun
Anak
SMP/Wiraswasta
Sakit
4.
Tn. John
L/28 Tahun
Anak
SMP/Wiraswasta
Sehat
5.
Ny. Jusnia
P/29 tahun
Menantu
SMP/IRT
Sehat
6.
Muh. Akbar
L/10 tahun
Cucu
SD
Sehat
7.
Muh. Ryan
L/7 tahun
Cucu
SD
Sehat
No.
C. Genogram keluarga
Gambar 1. Genogram keluarga pasien
Istri
Keterangan
Suami/penderita
:
: Penderita
: istri
: perempuan
: Laki-laki
D. Anamnesis
1. Keluhan utama : Demam sejak 3 bulan yang lalu
2. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 3 bulan sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh demam,
demam naik turun, terjadi pada siang hari maupun malam hari. Pasien
mengeluh demam diawali dengan menggigil, lamanya kira-kira 15 menit.
19
Dan ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan badan terasa
lebih baikan.
Pasien juga mengeluh badan terasa pegal-pegal dan kepala pusing, mual
(+), muntah (+) dengan isi apa yang dimakan, nyeri ulu hati (+) dan nafsu
makan berkurang. BAK tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih,
darah(-), nyeri (-). BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan,
darah (-), lendir (-). Pasien mengaku 4 bulan yang lalu ke Timika Papua
dan tinggal di dalam hutan untuk mencari plasma gaharu selama 2,5
bulan. Pasien dalam 2 minggu tinggal di dalam hutan, selama 3 hari ke
kota untuk membeli bahan makanan, dan selanjutnya masuk lagi ke hutan.
Pasien menggambarkan bahwa masyarakat yang tinggal di dalam hutan
tidak menjaga kebersihan dengan baik. Sampah berserakan dan
berkumpul di mana-mana, bahkan pola kebersihan diri tidak terjaga.
Pasien mengaku tinggal di sebuah pondok bambu kecil yang mereka
dirikan di dekat kali. 2 bulan setelah tinggal di dalam hutan, pasien
merasakan gejala tersebut di atas, kemudian memeriksakan diri ke dokter.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil Malaria
Tropikana (++). Pasien kemudian diberi obat (Kina) dan mengonsumsinya
selama 2 hari. Merasa lebih baik, pasien tidak lagi mengonsumsi obat.
Namun gejala tersebut terjadi kembali 3 minggu kemudian, sehingga
3.
4.
5.
6.
20
3.
4.
5.
6.
: (-)
Kelopak
: normal
Conjungtiva : anemis (+/+)
Sklera
: ikterik (-/-)
Kornea
: normal
Pupil
: bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa
: normal, keruh (-)
Hidung
: tak ada kelainan
Telinga
: tak ada kelainan
Mulut dan Lidah
: putih kotor/ulkus (-)
Leher KGB : tak ada pembesaran
Kel.tiroid
7. Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi
: Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/Jantung :
8. Abdomen:
21
9. Ektremitas
F.
Kepadatan parasite
parasit
malaria,
dengan
menggunakan
metoda
22
: 96 x 103 mm3
: 27,2 %
: 8,7 g/dL
I.
- Trombosit
- Hematokrit
- Hb
Diagnosis kerja
J.
K.
L.
M.
narkoba.
Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang di derita
23
24
sarang nyamuk.
Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya.
Penyuluhan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu berupa
Penjelasan tentang Malaria, penyebab, kapan harus memeriksakan diri ke
dokter dan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
dispesia serta pengobatannya.
Selain itu, keluarga pasien harus diberitahu bahwa penyakit malaria
merupakan infeksi yang dapat menular melalui gigitan nyamuk, sehingga
sangat penting untuk menjaga kebersihan & menghindari gigitan nyamuk
dengan menggunakan kelambu ataupun anti nyamuk pada saat
P.
beristirahat.
Upaya pencegahan
yang
disampaikan
pada
keluarganya
Pencegahan primer
Health promotion:
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit malaria dan
akibatnya.
Menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap penyakitnya.
Menjelaskan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko Malaria
dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, yaitu
membersihkan lingkungan di sekitar rumah sehingga tidak
menjadi tempat nyamuk bersarang, serta mengubur barang-barang
bekas. Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan obat
nyamuk, menggunakan jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak
25
Pencegahan sekunder
-
3.
Pencegahan tersier
-
Rehabilitation:
Meminum obat yang teratur dan istirahat yang cukup
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan
yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
Pola hidup yang sehat dan bersih
jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien makan
dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga
komplikasi yang dialami dapat dicegah perburukannya atau
bahkan diminimalisir.
Q.
1.
26
demam naik turun, terjadi pada siang hari maupun malam hari. Pasien
mengeluh demam diawali dengan menggigil, lamanya kira-kira 15 menit.
Dan ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan badan terasa lebih
baikan.
Pasien juga mengeluh badan terasa pegal-pegal dan kepala pusing, mual (+),
muntah (+) dengan isi apa yang dimakan, nyeri ulu hati (+) dan nafsu makan
berkurang. BAK tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih, darah(-),
nyeri (-). BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan, darah (-), lendir
(-). Pasien mengaku 4 bulan yang lalu ke Timika Papua dan tinggal di dalam
hutan untuk mencari plasma gaharu selama 2,5 bulan. Pasien dalam 2
minggu tinggal di dalam hutan, selama 3 hari ke kota untuk membeli bahan
makanan, dan selanjutnya masuk lagi ke hutan. Pasien menggambarkan
bahwa masyarakat yang tinggal di dalam hutan tidak menjaga kebersihan
dengan baik. Sampah berserakan dan berkumpul di mana-mana, bahkan pola
kebersihan diri tidak terjaga. Pasien mengaku tinggal di sebuah pondok
bambu kecil yang mereka dirikan di dekat kali. 2 bulan setelah tinggal di
dalam hutan, pasien merasakan gejala tersebut di atas, kemudian
memeriksakan diri ke dokter. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan darah
dengan hasil Malaria Tropikana (++). Pasien kemudian diberi obat (Kina)
dan mengonsumsinya selama 2 hari. Merasa lebih baik, pasien tidak lagi
mengonsumsi obat. Namun gejala tersebut terjadi kembali 3 minggu
kemudian, sehingga pasien kembali ke Kendari dan memeriksakan diri.
Kebiasaan pasien adalah merokok, mengonsumsi alkohol dan menggunakan
shabu-shabu,
2.
menurut
pengakuannya,
pasien
mulai
3.
namun
tidak
27
R.
Bentuk Keluarga
: Keluarga Besar
S.
Fungsi Keluarga
1. FUNGSI HOLISTIK
Fungsi Biologis : Merupakan extended family yang terdiri dari : Tn.
D, Ny. M, Tn. N, Tn. J, Ny. J , An. M dan An. M.
Fungsi Psikologis : Hubungan keluarga terjalin akrab dan harmonis
dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara musyawarah
Fungsi Sosial : Jarang mengikuti kegiatan masyarakat, namun
komunikasi cukup baik dengan tetangga sekitar, menyalahkan
lingkungan sebagai penyebab sakit yang diderita
Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: penghasilan pasien
sekitar Rp.5.000.000,00/ bulan. Penderita sehari-harinya makan
sebanyak 3x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti telur, tahu,
tempe, kadang-kadang dilengkapi daging, buah dan susu.
Kesimpulan: Keluarga berbentuk extendeed family.
2. FUNGSI PATOLOGIS
SUMBER
PATOLOGI
Sosial
Kultur
Religius
Ekonomi
kurang.
Ekonomi keluarga ini tergolong cukup menurut UMR
Edukasi
(Rp.5.000.000,00)
Pendidikan ayah adalah SD
Medikal
T. Diagnosis holistik
1.
Aspek personal
Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan dapat
28
U.
1. SOSIAL
- Hubungan
keluarga
dengan
membantu
jika
ada
kesulitan.
- Tidak ada masalah baik di
rumah, maupun di masyarakat.
- Pendidikan
tertinggi
pada
Pasien
merupakan
seorang
wiraswasta.
2. Ekonomi
Dari
segi
termasuk
ekonomi
golongan
pasien
ekonomi
memiliki
penghasilan
memiliki
rumah,
29
uang
disesuaikan
pelayanan kesehatan
Keterangan
Kesimpulan tentang
pelayanan
faktor pelayanan
kesehatanFaktor
Sarana pelayanan
kesehatan
Memuaskan
kesehatan yang
dokter praktek
digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai sarana
Menggunakan kendaraan
roda 2
(sangat mahal,mahal,
kesehatan yang
Terjangkau
dirasakan
Kualitas pelayanan
kesehatan yg dirasakan
Baik
30
Kepemilikan rumah :
Berjauhan, cukup
bersih
Kesimpulan tentang
faktor lingkungan
tempat tinggal
Luas rumah :
13m x 10 m
Bertingkat / tidak
tidak
7 orang
15 m x10 m
Kondisi halaman :
Cukup Bersih
Semen halus
Cukup Bersih
Sumber air
PAM
31
Hari /
Tanggal
TINDAK LANJUT.
Kunjungan
pertama,
Senin, 15
Desember
2014
j.
nyamuk bersarang.
memberikan semangat dan dukungan emosional kepada
pasien.
k. Menganjurkan kepada pasien apabila hendak kembali ke
Timika
atau
ke
daerah
endmis
lainnya,
sebaiknya
Tindak
lanjut
diberikan
Hasilnya: pasien memahami kurang lebih 90 % edukasi tentang
malaria yang telah diberikan dan ada keinginan untuk merubah
pola hidupnya, namun pasien menolak untuk ke pusat
32
rehabilitasi narkoba.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
33
A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh
nyamuk anopheles betina dan fase aseksual dalam tubuh manusia.
5.
trias
malaria
(menggigil-panas-berkeringat),
anemia
dan
splenomegali.
6.
7.
8.
Pengobatan
malaria
vivak
dan
ovale,
lini
pertama:
B. Saran
Perlunya dilakukan program pemberantasan malaria melalui kegiatan:
1. Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles.
a.
b.
34
2.
c.
d.
e.
yang meliputi diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX,
tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
5. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 1-15.
6. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 249-60.
7. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis
dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
8. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam:
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis
dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.
9. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI,
2000, Hal: 171-97.
10. Zulkarnaen I. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al (editor).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI, 2000;Hal:504-7.
11. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid
I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.
36
12. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 151-55.
13. Purwaningsih S. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 185-92.
14. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 194-204.
37
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI
38
39