Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di
seluruh dunia, terutama Negara-negara beriklim tropis dan subtropics. Setiap
tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta
kematian terutama di negara-negara benua Afrika.(1,2,3)
Upaya penanggulangan di Indonesia telah sejak lama dilaksanakan, namun
daerah endemis malaria bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Dari 295
kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah
endemis malaria.(3)
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian
akibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya
antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan
pengendalian vector yang kesemuanya ditujukan untuk memutuskan rantai
penularan malaria.(3)
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien
Malaria dan keluarganya di Kecamatan Abeli Kota Kendari tanggal 1617 Desember 2014
2.

Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan
siklus keluarga) dari keluarga pasien Malaria.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien Malaria dan keluarganya.

c.

Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien Malaria dan


keluarganya

C. Manfaat
1.
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
2.

penatalaksanaan malaria dengan pendekatan kedokteran keluarga.


Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap
memberikan penatalaksanaan kepada pasien malaria dilakukan secara
holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga

3.

dalam proses penyembuhan


Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa
keluarga juga memiliki peranan yang cukup penting dalam
kesembuhan pasien.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Definisi

Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan


oleh protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam,
anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan
suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
limpa.(4)
B. Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan
dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan
laki-laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa
faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah (5,6):
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat
menghambat perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)
memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat.
Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi
utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan
Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.

C. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan

oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi


darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. (6,7)
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria
kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.(3,7)
D. Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk anopheles betina.(7)
1. Silkus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah
selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivak dan
P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon,
tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahuntahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps (kambuh).(3,7)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30
merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.(3,7)
2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(3,7)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi
dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.(3,7)
E. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang
dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oeleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.(6)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag
dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta
peningkatan makrofag.(6)
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung

parasit

mengalami

perubahan

struktur

danmbiomolekular

sel

untuk

mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,


diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting(8).
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah
terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler.
Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga
terbentuk roset. (4).
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit
non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.(4,8)
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga
terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan
anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat
dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan
gagal ginjal(9).
2. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag
yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin
mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat
melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin,
ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit
malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan
sndrom penyakit pernapasan pada orang dewasa(9).
3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka

Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan


(knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan
bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit
yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga
skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi
menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung
kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan(9).
F. Patologi Malaria
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa
menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi
eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya
patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah
terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi
leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset
eritrosit yang terinfeksi(4,10).
G. Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI
(glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada
beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik)
banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari
malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali(4,8,10,11).
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies
parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae),
beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi

hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau
secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual)(4,12).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,
berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan
otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin
di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas(12).
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)
secara berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering
seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.
Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur(4,11,`2).
b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka
selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntahmuntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase
dingin

dapat

sampai

jam

atau

lebih,

diikuti

dengan

keadaan

berkeringat(4,11,12).

c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita
merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa(4,12).

Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan
lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi
setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan
hiperemis(4,12).
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum.
pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan
sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut:(4,12)
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/l.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan
kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena
obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
H. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

10

Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah


secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1.

Anamnesis
a. Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
a.

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

b.

Keadaan umum yang lemah.

c.

Kejang-kejang.

d.

Panas sangat tinggi.

e.

Mata dan tubuh kuning.

f.

Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.

g.

Nafas cepat (sesak napas).

h.

Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.

i.

Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.

j.

Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.

k.

Telapak tangan sangat pucat.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam (37,5oC)
b. Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa
d. Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut:

11

a. Temperature rectal 40oC.


b. Nadi capat dan lemah.
c. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg
pada anak-anak.
d. Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali
permenit pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
e. Penurunan kesadaran.
f. Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
g. Tanda-tanda dehidrasi.
h. Tanda-tanda anemia berat.
i. Sklera mata kuning.
j. Pembesaran limpa dan atau hepar.
k. Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
l. Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah
tepi(13). Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
1) Ada/tidaknya parasit malaria.
2) Spesies dan stadium Plasmodium
3) Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB

(+)

: ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB

(++)

: ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB

(+++)

: ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB

(++++)

: ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB

Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal
atau sediaan darah tipis.

12

b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
c. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah
beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan
tes >1:20 dinyatakan positif.
I. Pengobatan Malaria
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin,
sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin
merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis
dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan
malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita
malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan
untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina
juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis,
pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk
pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.(14).
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di
Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria
lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah
diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate
tetrasiklin,

kloramfenikol,

eritromisin,

sulfametoksazol-trimetoprim

dan

siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang


bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina(14).
1.

Pengobatan malaria falciparum

Lini pertama: Artesunat+Amodiakuin+Primakuin

13

dosis artesunat= 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin= 10 mg/kgBB (dosis


tunggal), primakuin= 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita,
pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur. Dosis makasimal
penderita dewasa yan dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin masingmasing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin.
Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Kelompok
Umur(3).
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari

I
II
III

Jenis obat
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
Artesunat
Amodiakuin

0-1 bln

2-11 bln

1-4 th

5-9 th

10-14 th

15 th

1
1

1
1

2
2
1
2
2

3
3
2
3
3

4
4
2-3
4
4

Artesunat
Amodiakuin

1
1

2
2

3
3

4
4

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria


falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh
parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh
gametosit yang berada di dalam darah(3).
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan lini
pertama tidak efektif.
Lini kedua: Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin
Dosis kina=10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin= 4 mg/kgBB/hr
(dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari),
tetrasiklin= 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
Tabel 2. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum
Hari

Jenis obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-11 bln 1-4 th
5- 9 th
10-14 th
15 th
*
Kina
3x
3x1
3x
3x2-3
**
Doksisiklin 2x1
2x1***

14

I
II-VII

Primakuin *
Kina
Doksisiklin -

: dosis diberikan per kgBB

**

: 2x50 mg doksisiklin

***

: 2x100 mg doksisiklin

2.

3x
-

1
3x1
-

2
3x
2x1**

2-2
3x2-3
2x1***

Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale

Lini pertama: Klorokuin+Primakuin


Kombinasi ini digunakan sebagai piliha utama untuk pengobatan malaria
vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium
aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh
hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit(3).
Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25
mg/kgBB/hr (selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan
tabel.
Tabel 3. Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale
Hari

I
II

Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)


0-1 bln
2-11 bln 1-4 th
5-9 th
10-14 th
Klorokuin

1
2
3
Primakuin

15 th
3-4
1

Klorokuin
Primakuin -

3-4
1

Klorokuin 1/8
Primakuin -

2
1

III
IV-XIV Primakuin

1
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian
obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari keempat) dan
tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ketujuh(3). Pengobatan tidak
efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:(3)

Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau

15

Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau
timbul kembali setelah hari ke-14.

Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari
ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).

Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin


Lini kedua: Kina+Primakuin
Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB
(selama 14 hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur sebagai berikut:
Tabel 4. Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin
Hari

Jenis obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1 bln 2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th

*
1-7
Kina
1-14 Primakuin *
: dosis diberikan per kgBB

3x

3x1

3x2

15 th

3x3
1

Pengobatan malaria vivax yang relaps


Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang
ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis
total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur(3).
Tabel 5. Pengobatan Malaria vivax yang Relaps
0-1 bln

Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur


2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th 15 th

Hari

Jenis obat

Klorokuin
Primakuin

2
1

3
1

3-4
2

Klorokuin
Primakuin

2
1

3
1

3-4
2

Klorokuin
Primakuin

1/8
-

1
1

1
1

2
2

3
14-14 Primakuin
3. Pengobatan malaria malariae

16

Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB.


Klorokuin dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan seksual P. malariae.
Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan golongan umur penderita(3).
Tabel 6. Pengobatan Malaria Malariae
Hari
I
II

Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur


0-1 bln 2-11 bln 1-4 th
5-9 th
10-14

Klorokuin
Klorokuin

III
Klorokuin 1/8
4. Kemoprofilaksis

1
1

2
2

th
3
3

15 th
3-4
3-4
2

Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria


sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain.
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka
waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian
kelambu, kawat kassa, dan lain-lain(3).
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup
tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum terhadap
klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari
dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis
untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu.
Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4
minggu setelah kembali.(3).
Tabel 7. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin
Golongan umur (thn)
<1
1-4
5-9
10-14
>14

Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, 1x/minggu)

1
1
2

17

J. Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis
serta pengobatan(3).
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan
pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai
50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ(3).
a. Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
b. Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
c. Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
1)

Kepadatan parasit <100.000/L, maka mortalitas


<1%.

2)

Kepadatan parasit >100.000/L, maka mortalitas


>1%.

3)

Kepadatan parasit >500.000/L, maka mortalitas


>5%.
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH

A. Tinjauan kasus
Tanggal kunjungan: 15 Desember 2014
Kelurahan Puday RT 1/RW 1, Kecamatan Abeli
B. Data identitas pasien
Nama Penderita
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Agama

: Tn. Nasruddin
: 34 Tahun
: SMP
: Pencari plasma gaharu
: Bugis
: Islam

Tabel 8. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

18

Nama

Umur

Hubungan

Pendidikan/

Keadaan

anggota

L/P

keluarga

pekerjaan

fisik

1.

Tn. Darwis

L/57 tahun

KK

SD/Nelayan

Sehat

2.

Ny. Musnia

P/55Tahun

Istri

SD/ IRT

Sehat

3.

Tn. Nasruddin

L/ 34 tahun

Anak

SMP/Wiraswasta

Sakit

4.

Tn. John

L/28 Tahun

Anak

SMP/Wiraswasta

Sehat

5.

Ny. Jusnia

P/29 tahun

Menantu

SMP/IRT

Sehat

6.

Muh. Akbar

L/10 tahun

Cucu

SD

Sehat

7.

Muh. Ryan

L/7 tahun

Cucu

SD

Sehat

No.

C. Genogram keluarga
Gambar 1. Genogram keluarga pasien

Istri

Keterangan

Suami/penderita

:
: Penderita
: istri
: perempuan
: Laki-laki

D. Anamnesis
1. Keluhan utama : Demam sejak 3 bulan yang lalu
2. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 3 bulan sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh demam,
demam naik turun, terjadi pada siang hari maupun malam hari. Pasien
mengeluh demam diawali dengan menggigil, lamanya kira-kira 15 menit.

19

Dan ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan badan terasa
lebih baikan.
Pasien juga mengeluh badan terasa pegal-pegal dan kepala pusing, mual
(+), muntah (+) dengan isi apa yang dimakan, nyeri ulu hati (+) dan nafsu
makan berkurang. BAK tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih,
darah(-), nyeri (-). BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan,
darah (-), lendir (-). Pasien mengaku 4 bulan yang lalu ke Timika Papua
dan tinggal di dalam hutan untuk mencari plasma gaharu selama 2,5
bulan. Pasien dalam 2 minggu tinggal di dalam hutan, selama 3 hari ke
kota untuk membeli bahan makanan, dan selanjutnya masuk lagi ke hutan.
Pasien menggambarkan bahwa masyarakat yang tinggal di dalam hutan
tidak menjaga kebersihan dengan baik. Sampah berserakan dan
berkumpul di mana-mana, bahkan pola kebersihan diri tidak terjaga.
Pasien mengaku tinggal di sebuah pondok bambu kecil yang mereka
dirikan di dekat kali. 2 bulan setelah tinggal di dalam hutan, pasien
merasakan gejala tersebut di atas, kemudian memeriksakan diri ke dokter.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil Malaria
Tropikana (++). Pasien kemudian diberi obat (Kina) dan mengonsumsinya
selama 2 hari. Merasa lebih baik, pasien tidak lagi mengonsumsi obat.
Namun gejala tersebut terjadi kembali 3 minggu kemudian, sehingga
3.

4.

5.

6.

pasien kembali ke Kendari dan memeriksakan diri.


Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat berpergian ke luar daerah sebelum sakit (+).
Riwayat transfuse darah sebelum sakit (-).
Riwayat kebiasaan pasien
Pasien seorang perokok yang menghabiskan 1 bungkus rokok dalam 2
hari.
Pasien mengonsumsi alkohol sudah dalam waktu yang lama
Pasien pengguna sabu-sabu sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat penyakit keluarga
Ayah menderita katarak
Ibu menderita hipertensi
Riwayat Kontak

20

Diakui pasien bahwa teman yang berangkat bersamanya ke Timika Papua


juga mengalami hal yang sama, namun gejala mereka timbul hampir
bersamaan.
E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
: tampak sakit sedang
2. Kesadaran
: compos mentis
3. Suhu
: 36,4C
4. Tekanan darah
: 110/70 mmHg
5. Nadi
: 92 x/menit
6. Pernafasan
: 18 x/menit
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata
Exopthalmus/enophtal

3.
4.
5.
6.

: (-)

Kelopak
: normal
Conjungtiva : anemis (+/+)
Sklera
: ikterik (-/-)
Kornea
: normal
Pupil
: bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa
: normal, keruh (-)
Hidung
: tak ada kelainan
Telinga
: tak ada kelainan
Mulut dan Lidah
: putih kotor/ulkus (-)
Leher KGB : tak ada pembesaran
Kel.tiroid

: tak ada pembesaran

7. Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi
: Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


Palpasi
: iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

8. Abdomen:

21

Inspeksi : datar, venektasi (-), jaringan parut (-)


Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba,

tugor kulit baik.


Perkusi : Timpani, nyeri CVA (-)

9. Ektremitas

: Akral hangat, edema (-), petechi (-), uji torniquet


(-), Reflek fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-,
CRT < 2 detik.

F.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

1. Pemeriksaan darah rutin


2. Pemeriksaan Urin rutin
3. Pemeriksaan darah tepi (apusan darah tebal, apusan darah tipis)
4. P-F Test / Rapid test
Alasan diperlukan pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin bertujuan untuk mengetahui anemia,
leukopeni, monositosis, dll.
2. Pemeriksaan urin rutin bertujuan untuk mengetahui adanya
albimuria/proteinuria, adanya hialin atau Kristal yang granuler,
dll.
3. Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis untuk mengetahui :

Ada/tidaknya parasit malaria.

Spesies dan stadium Plasmodium

Kepadatan parasite

4. P-F test/Rapid test : Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi


antigen
H.

parasit

malaria,

dengan

menggunakan

metoda

immunokromatografi dalam bentuk dipstik.


Hasil laboratorium

Berdasarkan pemeriksaan mikroskopik di Timika Papua, didapatkan


hasil pemeriksaan mikroskopik (++) untuk plasmodium falsiparum,

namun hasil pemeriksaan ada di Timika.


Hasil pemeriksaan DR pada 9/12/2014 :
- Eritrosit
: 4.52 x 106 mm3
- Leukosit
: 5,4 x 103 mm3

22

: 96 x 103 mm3
: 27,2 %
: 8,7 g/dL

I.

- Trombosit
- Hematokrit
- Hb
Diagnosis kerja

J.

Febris e.c Malaria klinis


Diagnosis Banding
Febris et causa Malaria
Febris et causa DBD

K.

Febris et causa Demam Dengue


Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Mengingat bahwa demam yang dirasakan oleh pasien lebih disebabkan
karena gigitan nyamuk, maka pasien dianjurkan untuk membersihkan
lingkungan disekitar rumah sehingga tidak menjadi tempat nyamuk
bersarang, serta mengubur barang-barang bekas. Tidur menggunakan
kelambu atau menggunakan obat nyamuk, menggunakan jaring pada
ventilasi agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah, menguras bak mandi
dan tempat-tempat panampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali,
menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, salah satunya tidak sering menggantung
atau menumpuk baju yang akan menjadi tempat nyamuk bersarang, meminum oabt
yang teratur dan istirahat yang cukup, meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengatur pola makan yang bergizi untuk pemulihan kesehatan
tubuh pasien, pola hidup yang sehat dan bersih.
Selain itu, diketahui bahwa pasien adalah seorang yang merokok,
mengonsumsi alcohol dan shabu-shabu, maka dianjurkan kepada pasien
untuk menghindari hal tersebut. Merokok dikurangi secara perlahanlahan, sedangkan alcohol dan narkoba harus dihentikan. Sebaiknya
pasien perlu ke pusat rehabilitasi narkoba, sehingga dapat bertahan dari

L.

kecanduan terhadap narkotika tersebut.


Pasien ini perlu dirujuk
Pasien ini perlu dirujuk apabila gejala yang ada semakin berat. Selain itu,
pasien juga perlu dirujuk untuk melakukan rehabilitasi sebagai pengguna

M.

narkoba.
Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang di derita

23

Adapun penjelasan yang diberikan kepada pasein dan keluarganya


tentang penyakit yang diderita yaitu menjelaskan tentang malaria,
penyebab dan faktor pencetusnya, komplikasi dan penatalaksanaannya.
Misalnya menjelaskan bahwa malaria itu merupakan suatu penyakit akut
maupun kronik, yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.
Parasit malaria yang terdapat di Indonesia yaitu, Plasmodium vivax yang
menyebabkan Malaria tertiana dan Plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria tropikana. Plasmodium malariae juga pernah
dijumpai, tapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan di
Irian Jaya dan Pulau Owi (utara Irian Jaya). Terdapat daerah-daerah
dengan insiden malaria yang tinggi, seperti daerah Papua, umumnya
ditemukan infeksi malaria karena P. falciparum. Daur hidup parasit
malaria dimulai ketika nyamuk anopheles menggigit manusia. Parasite
ini kemudian menuju ke hati dan limpa, kemudian berinvasi ke dalam sel
darah merah dan menghancurkannya. Hal ini yang menyebabkan pasien
dengan malaria mengalami demam, kurang darah dan kadang disertai
pembesaran organ (limpa). Malaria apabila tidak diobati, dapat
menyebabkan komplikasi berupa malaria serebral, derajat kesadaran
menurun, anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%), gagal ginjal
akut, pembengkakan paru, gula darah turun, syok: tekanan sistolik <70
mmHg diserta keringat dingin, perdarahan spontan dari hidung, gusi,
saluran cerna, kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam, dll, sehingga
N.

malaria harus dicegah dan diobati.


Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan
keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita
-

Pasien dapat secara aktif untuk selalu mengontrol penyakit yang di


derita di puskesmas setiap bulan atau setiap ada keluhan, sebaiknya
makan makanan yang sehat&bergizi, olahraga teratur, istirahat yang
cukup, Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan obat
nyamuk, merokok dikurangi secara perlahan-lahan, sedangkan

24

alkohol dan narkoba harus dihentikan. Sebaiknya pasien perlu ke


pusat rehabilitasi narkoba, sehingga dapat bertahan dari kecanduan
terhadap narkotika tersebut.
Peran keluarga sangat penting untuk selalu mengingatkan pasien

agar minum obat secara teratur, mengontrol makanan yang akan


dikonsumsi pasien dan menjaga agar pasien selalu merasa nyaman
dan tidak terbebani oleh pikiran yang dapat membuat stress.
Membantu untuk membersihkan rumah, sehingga tidak terdapat
O.

sarang nyamuk.
Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya.
Penyuluhan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu berupa
Penjelasan tentang Malaria, penyebab, kapan harus memeriksakan diri ke
dokter dan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
dispesia serta pengobatannya.
Selain itu, keluarga pasien harus diberitahu bahwa penyakit malaria
merupakan infeksi yang dapat menular melalui gigitan nyamuk, sehingga
sangat penting untuk menjaga kebersihan & menghindari gigitan nyamuk
dengan menggunakan kelambu ataupun anti nyamuk pada saat

P.

beristirahat.
Upaya pencegahan

yang

disampaikan

pada

keluarganya

( pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)


-

Pencegahan primer
Health promotion:
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit malaria dan
akibatnya.
Menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap penyakitnya.
Menjelaskan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko Malaria
dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, yaitu
membersihkan lingkungan di sekitar rumah sehingga tidak
menjadi tempat nyamuk bersarang, serta mengubur barang-barang
bekas. Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan obat
nyamuk, menggunakan jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak

25

masuk ke dalam rumah, menguras bak mandi dan tempat-tempat


panampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, menjaga
kebersihan dan kerapihan rumah, salah satunya tidak sering menggantung
atau menumpuk baju yang akan menjadi tempat nyamuk bersarang,
meminum oabt yang teratur dan istirahat yang cukup,
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan
yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
2.

Pencegahan sekunder
-

Early diagnosis dan prompt treatment: Upaya penanggulangan


Malaria dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.

3.

Pencegahan tersier
-

Disability limitation: pola hidup harus baik dan pengobatan harus


cepat dan tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi maupun
kematian, serta menghindari penggunaan narkoba dan konsumsi
alkohol.

Rehabilitation:
Meminum obat yang teratur dan istirahat yang cukup
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan
yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
Pola hidup yang sehat dan bersih
jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien makan
dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga
komplikasi yang dialami dapat dicegah perburukannya atau
bahkan diminimalisir.

Q.

Kegiatan Yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah


Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan
diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik.

1.

Perjalanan penyakit saat ini :


Sejak 3 bulan sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh demam,

26

demam naik turun, terjadi pada siang hari maupun malam hari. Pasien
mengeluh demam diawali dengan menggigil, lamanya kira-kira 15 menit.
Dan ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan badan terasa lebih
baikan.
Pasien juga mengeluh badan terasa pegal-pegal dan kepala pusing, mual (+),
muntah (+) dengan isi apa yang dimakan, nyeri ulu hati (+) dan nafsu makan
berkurang. BAK tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih, darah(-),
nyeri (-). BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan, darah (-), lendir
(-). Pasien mengaku 4 bulan yang lalu ke Timika Papua dan tinggal di dalam
hutan untuk mencari plasma gaharu selama 2,5 bulan. Pasien dalam 2
minggu tinggal di dalam hutan, selama 3 hari ke kota untuk membeli bahan
makanan, dan selanjutnya masuk lagi ke hutan. Pasien menggambarkan
bahwa masyarakat yang tinggal di dalam hutan tidak menjaga kebersihan
dengan baik. Sampah berserakan dan berkumpul di mana-mana, bahkan pola
kebersihan diri tidak terjaga. Pasien mengaku tinggal di sebuah pondok
bambu kecil yang mereka dirikan di dekat kali. 2 bulan setelah tinggal di
dalam hutan, pasien merasakan gejala tersebut di atas, kemudian
memeriksakan diri ke dokter. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan darah
dengan hasil Malaria Tropikana (++). Pasien kemudian diberi obat (Kina)
dan mengonsumsinya selama 2 hari. Merasa lebih baik, pasien tidak lagi
mengonsumsi obat. Namun gejala tersebut terjadi kembali 3 minggu
kemudian, sehingga pasien kembali ke Kendari dan memeriksakan diri.
Kebiasaan pasien adalah merokok, mengonsumsi alkohol dan menggunakan
shabu-shabu,
2.

menurut

pengakuannya,

pasien

mulai

menggunakan shabu-shabu lagi dan mengindari konsumsi alkohol.


Riwayat penyakit keluarga :
-

3.

namun

Ayah menderita katarak


Ibu menderita hipertensi

Riwayat penyakit dahulu


-

Riwayat sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.


Riwayat berpergian ke luar daerah sebelum sakit (+).
Riwayat transfuse darah sebelum sakit (-).

tidak

27

R.

Bentuk Keluarga

: Keluarga Besar

S.

Fungsi Keluarga

1. FUNGSI HOLISTIK
Fungsi Biologis : Merupakan extended family yang terdiri dari : Tn.
D, Ny. M, Tn. N, Tn. J, Ny. J , An. M dan An. M.
Fungsi Psikologis : Hubungan keluarga terjalin akrab dan harmonis
dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara musyawarah
Fungsi Sosial : Jarang mengikuti kegiatan masyarakat, namun
komunikasi cukup baik dengan tetangga sekitar, menyalahkan
lingkungan sebagai penyebab sakit yang diderita
Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: penghasilan pasien
sekitar Rp.5.000.000,00/ bulan. Penderita sehari-harinya makan
sebanyak 3x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti telur, tahu,
tempe, kadang-kadang dilengkapi daging, buah dan susu.
Kesimpulan: Keluarga berbentuk extendeed family.
2. FUNGSI PATOLOGIS
SUMBER

PATOLOGI

Sosial

Interaksi sosial cukup

Kultur

Ada beberapa tradisi budaya yang masih diikuti

Religius

pemahaman terhadap ajaran agama kurang, ketaatan ibadah

Ekonomi

kurang.
Ekonomi keluarga ini tergolong cukup menurut UMR

Edukasi

(Rp.5.000.000,00)
Pendidikan ayah adalah SD

Medikal

Ketika sakit, penderita dan keluarga biasa berobat ke


Puskesmas, RS, Dokter praktek.

T. Diagnosis holistik
1.

Aspek personal
Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan dapat

berkurang dengan bantuan dokter.


Aspek risiko internal

28

Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:


merokok dan konsumsi alkohol serta menggunakan narkoba.
3

Aspek psikososial keluarga


- Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik. Semua
masalah yang ada selalu dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan
diambil berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan bersama.
- Hubungan dengan tetangga atau orang sekitar juga baik
- Faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan pasien : Faktor
lingkungan, seperti pencahayaan rumah yang masih kurang, tempattempat penampungan air yang terbuka, penggunaan kelambu atau
anti nyamuk yang belum terlaksana.

U.

Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

1. SOSIAL

- Hubungan

keluarga

dengan

tetangga atau orang sekitar baik,


saling

membantu

jika

ada

kesulitan.
- Tidak ada masalah baik di
rumah, maupun di masyarakat.
- Pendidikan

tertinggi

pada

keluarga tersebut yaitu SMP.


-

Pasien

merupakan

seorang

wiraswasta.

2. Ekonomi

Dari

segi

termasuk

ekonomi
golongan

pasien
ekonomi

menengah ke atas dengan melihat


pasien

memiliki

penghasilan

minimal 5 juta, walaupun tidak


menetap,

memiliki

rumah,

29

barang-barang elektronik yang


cukup memadai, serta kendaraan
roda 2 sebanyak 1. Prioritas
penggunaan

uang

disesuaikan

dengan kebutuhan dari kebutuhan


3. Penggunaan

primer hingga kebutuhan tersier.


- Jika salah satu keluarga pasien

pelayanan kesehatan

sakit maka pasien lebih sering

ke tempat praktek dokter.

4.. Perilaku yang tidak - Pasien adalah seorang perokok


menunjang kesehatan.

aktif, mengonsumsi alcohol dan


pengguna shabu-shabu.

V. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga


Tabel : Faktor

Keterangan

Kesimpulan tentang

pelayanan

faktor pelayanan

kesehatanFaktor
Sarana pelayanan

Puskesmas, Rumah sakit,

kesehatan
Memuaskan

kesehatan yang

dokter praktek

digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai sarana

Menggunakan kendaraan

pelayanan kesehatan tsb


Tarif pelayanan

roda 2
(sangat mahal,mahal,

kesehatan yang

terjangkau, murah, gratis)

Terjangkau

dirasakan
Kualitas pelayanan

(sangat baik, baik, biasa,

kesehatan yg dirasakan

kurang baik, buruk)

W. Lingkungan tempat tinggal

Baik

30

Kepemilikan rumah :

Milik ayah pasien

(milik sendiri, kontrak, menumpang.)


Daerah perumahan :

Berjauhan, cukup

(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)

bersih

Karakteristik rumah dan lingkungan

Kesimpulan tentang
faktor lingkungan
tempat tinggal

Luas rumah :

13m x 10 m

Bertingkat / tidak

tidak

Jumlah penghuni rumah :

7 orang

Luas halaman rumah :

15 m x10 m

Kondisi halaman :

Cukup Bersih

Lantai rumah dari :

Semen halus

Dinding rumah dari :

Papan dan Rumbia

Kondisi dalam rumah :

Cukup Bersih

Sumber air

PAM

X. INTERVENSI PADA KELUARGA

31

Hari /

INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA

Tanggal

TINDAK LANJUT.

Kunjungan

a. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan,

pertama,

pemberantasan, serta pengobtan malaria.


b. Edukasi kepada pasien untuk menggunakan kelambu atau

Senin, 15
Desember
2014

anti nyamuk pada saat akan istirahat.


c. pentingnya keteraturan dalam berobat sehingga pasien
menjadi cepat sembuh
d. menganjurkan makan-makanan yang bergizi, olahraga di
tempat-tempat yang mempunyai udara segar, tidur cukup
dan istirahat yang teratur.
e. Menghindari merokok, konsumsi alcohol dan penggunaan
narkoba, jika perlu ke pusat rehabilitasi narkoba.
f. Membersihkan lingkungan disekitar rumah sehingga tidak
menjadi tempat nyamuk bersarang, serta mengubur barangbarang bekas.
g. Menggunakan jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak
masuk ke dalam rumah.
h. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air
i.

sekurang-kurangnya seminggu sekali.


Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, salah satunya tidak sering
menggantung atau menumpuk baju yang akan menjadi tempat

j.

nyamuk bersarang.
memberikan semangat dan dukungan emosional kepada

pasien.
k. Menganjurkan kepada pasien apabila hendak kembali ke
Timika

atau

ke

daerah

endmis

lainnya,

sebaiknya

Tindak

mengkonsumsi kemoprofilaksis malaria.


Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah

lanjut

diberikan
Hasilnya: pasien memahami kurang lebih 90 % edukasi tentang
malaria yang telah diberikan dan ada keinginan untuk merubah
pola hidupnya, namun pasien menolak untuk ke pusat

32

rehabilitasi narkoba.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

33

A. Kesimpulan
1.

Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun


kronik, yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang ditandai
dengan demam, anemia dan pembesaran limpa.

2.

Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu


P. falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae.

3.

Malaria juga melibatkan hospes perantara yaitu nyamuk anopheles


betina.

4.

Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh
nyamuk anopheles betina dan fase aseksual dalam tubuh manusia.

5.

Manifestasin klinik dari penyakit malaria ditandai dengan gejala


prodromal,

trias

malaria

(menggigil-panas-berkeringat),

anemia

dan

splenomegali.
6.

Diagnosis malaria ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik


dan laboratorium. Gold standard adalah menemukan parasit malaria dalam
pemeriksaan sediaan apus darah tepi.

7.

Pengobatan untuk malaria falsiparum, lini pertama: artesunat +


amodiakuin + primakuin, lini kedua: kina + dosksisiklin/tetrasiklin +
primakuin.

8.

Pengobatan

malaria

vivak

dan

ovale,

lini

pertama:

klorokuin+primakuin, jika resistensi klorokuin: kina+primakuin, jika relaps:


naikkan dosis primakuin. Pengobatan malaria malariae diberikan klorokuin.
9.

Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan klorokuin.

B. Saran
Perlunya dilakukan program pemberantasan malaria melalui kegiatan:
1. Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles.
a.

Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunkan berbagai insektisida.

b.

Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologik


(ikan, dan sebagainya).

34

2.

c.

Mengurangi tempat perindukan.

d.

Mengobati penderita malaria.

e.

Pemberian pengobata pencegahan.


Penatalaksanaan yang efektif dan efisien kepada pasien

yang meliputi diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3.

Menganjurkan kepada masyarakat yang akan bepergian ke


daerah endemis malaria agar mengkonsumsi kemoprofilaksis malaria.

35

DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX,
tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
5. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 1-15.
6. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 249-60.
7. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis
dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
8. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam:
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis
dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.
9. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI,
2000, Hal: 171-97.
10. Zulkarnaen I. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al (editor).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI, 2000;Hal:504-7.
11. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid
I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.

36

12. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 151-55.
13. Purwaningsih S. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 185-92.
14. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 194-204.

37

LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI

Gambar 2. Anamnesis pasien

Gambar 3. Pemeriksaan fisik pasien

38

Gambar 4. Rumah pasien dari depan

Gambar 5. Ruang tamu

Gambar 6. Kamar tidur

39

Gambar 7. Ruang makan

Gambar 8. Ruang dapur

Gambar 9. Tempat penampungan air

Anda mungkin juga menyukai