PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, yang disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium dan ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali.
Malaria juga adalah suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (mosquito borne diseases).
Malaria diinfeksikan oleh parasit bersel satu dari kelas Sporozoa, suku Haemosporida,
keluarga Plasmodium. Penyebabnya oleh satu atau lebih dari empat Plasmodia yang
menginfeksi manusia: P. Falciparum, P. Malariae, P. Vivax, dan P. Ovale. Dua P.
Falciparum ditemukan terutama di daerah tropis dengan resiko kematian yang lebih besar bagi
orang dengan kadar imunitas rendah. Parasit ini disebarkan oleh nyamuk dari keluarga
Anopheles.
Malaria hampir ditemukan di seluruh bagian dunia, terutama di negara negara yang beriklim
tropis dan sub tropis dan penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar
orang atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta
kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika
(Prabowo, 2007). Tinjauan situasi di Indonesia tahun 1997 s/d 2001penyakit malaria
ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia dengan jumlah kesakitan sekitar 70
juta orang atau 35 % penduduk Indonesia yang tinggal di daerah resiko malaria (Depkes RI,
2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan malaria?
2. Apa anatomi dan fisiologi malaria?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit malaria?
4. Bagaimana etiologi penyakit malaria?
5. Bagaimana tanda dan gejala penyakit malaria?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic penyakit malaria?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit malaria
2. Untuk anatomi dan fisiologi malaria
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit malaria
4. Untuk mengetahui etiologi penyakit malaria
5. Untuk mengetahui tanda dan gejal penyakit malaria
6. Untuk mengetahui diagnostic malaria
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegal, yang dapat
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa
Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di
daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit malaria juga mempunyai nama
lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam charges, demam kura dan
paludisme (Prabowo, 2008).
Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis
spesies yaitu plasmodium vivax penyebab malaria tertiana,plasmodium malariae menyebabkan
malaria quartana, plasmodium falcifarum menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale
menyebabkan malaria ovale.
Menurur Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium, yaitu :
1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah beriklim
dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga,
pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax antara 12 sampai 17 hari dan salah satu
gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali.
2. Plasmodium faciparu, plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika, secara klinik
berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral dan fatal. Masa inkubasi
malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pagal linu, demam tidak begitu
nyata, serta dapat menimbulakan gagal ginjal.
3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale adalah 12
sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri.
4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan gejala
demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran
rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak
sengaja. Namun malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan (Achmadi, 2010).
3
2.2 Anatomi Fisiologi Darah
Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu
proses fisiologis dalam tubuh. Darah tersusun dari 2 bagian, yaitu plasma darah (55%) dan sel
darah (45%).
A. Anatomi Darah
a. Darah
Darah merupakan komponen esensial mahkluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler,
karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia
luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrein dari saluran cerna ke jaringan
kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal,
menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.
b. Karakteristik darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, viskositas, pH, Volume dan kompisisinya; Warna,
darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigenyang berkaitan dengan hemoglobin
dalam sel darah merah. Viskositas, viskositas darah 3/4 lebih tinggi dari pada viskositas air
yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066. pH, pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai
dengan 7.45 (netral 7.00). Volume, pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75
ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah. Komposisi, darah tersusun atas dua komponen
utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.
c. Struktur sel darah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar7.5 mikron, tebal bagian
tepi dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang. tersusun atas membran yang sangat tipis
sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak
mempunyai inti sel. Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin (terdiri
hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari protein
yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –
phosphate dehydogenase)
d. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M
Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah 32g/dl.
e. Sel darah putih
4
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-10000 sel/mm3. Leukosit
terdiri dari 2 kategori yaitu yang bergranulosit dan yang agranulosit.
f. Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 2-5 um, berasal dari
pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada
keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL darah dan mempunyai masa
hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid
yang penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh darah serta
memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak. Trombosit diproduksi di sumsum tulang
kemudian sekitar 80% beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa
sebagai cadangan.
B. Fisiologi Darah
a. Transport Internal
b. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel
darah putih.
c. Proteksi terhadap cedera dan pendarahan
Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera jaringan. Pencegahan
perdarahanmerupakan fungsi dari trombosit karena adanya faktor pembekuan,
fibrinolitik yang ada dalam plasma.
d. Mempertahankan temperatur tubuh
Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil metabolisme juga
menghasilkan energi dalam bentuk panas.
5
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan
dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung
parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap
hidup. Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam
patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizoni eksoeritrositik mungkin dapat
menyebabkan reaski leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak
menimbulkan perubahan patofisiologik.
Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut:
a. Penghancuran eritrosit
Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang
tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan
6
hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal.
b. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif
endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi
malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran
cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah
suatu monokin, dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan
sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARS = Adult Respiratory Distress
Syndrome) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga
menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit
yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak
dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia,
hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi
Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk
tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria
dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang
mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam,
bukan sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan
membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alam-alat dalam.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan
menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat
menyebabkan kematian. Protein kaya histidin plasmodium falciparum ditemukan pada
tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens
eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. Falciparum.
2.4 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang masuk kedalam genus plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intaseluler. Pada manusia plasmodium terdiri
dari 4 spesies, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, dan
plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun
ditularkan langsung memalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta ibu hamil
kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000).
7
Malaria vivax disebabkan oleh Plasmodium vivax yang disebut juga sebagai malaria tertiana.
Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana.
Plasmodium ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan plasmodium falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya,
karena malaria yang ditimbulkan dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat
menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi didalam
organ-organ tubuh. (Harijanto P.N.2000).
Siklus hidup plasmodium terdiri dari 2, yaitu siklus sporogoni (siklus seksual) yang
terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang terdapat pada manusia. Siklus
ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika nyamuk mengisap darah manusia yang terinfeksi
malaria yang mengandung plasmodium pada stadium gametosit. Setelah gametosit akan
membelah menjadi mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina). Keduanya
mengadakan fertilisasi menghasilkan ookinet. Ookinet masuk ke lambung nyamuk
membentuk ookista. Ookista ini akan membentuk ribuan sporozoit yang nantinya akan pecah
dan sporozoit keluar dari ookista. Sporozoit ini akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk,
salah satunya di kelenjar lunyah nyamuk. Dengan ini siklus sporogoni telah selesai.
8
Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus eksoeritrositik dan siklus eritrositik.
Dimulai ketika nyamuk menggigit manusia sehat. Sporozoit akan masuk kedalam tubuh
manusia melewati luka tusuk nyamuk. Sporozoit akan mengikuti aliran darah menuju ke hati,
sehingga menginfeksi sel hati dan akan matang menjadi skizon. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositik. Pada plasmodium falciparum dan plasmodium malariae hanya mempunyai
satu siklus eksoeritrositik, sedangkan plasmodium vivax dan plasmodium ovale mempunyai
bentuk hipnozoit (fase dormant) sehingga siklus eksoeritrositik dapat berulang. Selanjutnya,
skizon akan pecah mengeluarkan merozoit yang akan masuk ke aliran darah sehingga
menginfeksi eritrosit dan dimulailah siklus eritrositik. Merozoit tersebut akan berubah
morfologi menjadi tropozoit belum matang , lalu matang dan membentuk skizon lagi yang
pecah dan menjadi merozoit lagi. Diantara bentuk tropozoit tersebut ada yang menjadi
gametosit dan gametosit inilah yang nantinya akan dihisap lagi oleh nyamuk. Begitu
seterusnya akan berulang-ulang terus. Gametosit tidak menjadi penyebab terjadinya gangguan
klinik pada penderita malaria, sehingga penderita dapat menjadi sumber penularan malaria
tanpa diketahui (karier malaria).
1) Siklus dalam tubuh manusia
Pada waktu nyamuk Anopheles spp infeksi menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles masuk kedalam aliran farah selama lebuh
kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit menuju ke hati dan menembus hepatosit, dan menjadi
tropozoit. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000
merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik yang berlangsung selama 9-16 hari. Pada
plasmodium falciparum dan plasmodium malariae siklus skizogoni berlangsung lebih cepat
sedangkan plasmodium vivax dan plasmodium ovale siklus ada yang cepat dan ada yang
lambat. Sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, akan tetapi ada
yang menjadi bentuk dorman yang disebut bentuk hipnozoit. Bentuk hipnozoit dapat tinggal
didalam sel hati selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun yang pada suatu saat
bila penderita mengalami penurunan imunitas tubuh, maka parasit menjadi aktif sehingga
menimbulkan kekambuhan.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti,
menghitam, dan menjadi keras karena tibunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang
bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena plasmodium falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
10
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang
belakang (diseritropoesis).
4. Ikterus
Ikterus disebabkan oleh gangguan hemolisis dan hepar. Malaria laten adalah masa
pasien diluar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan
dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. Relaps
adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat :
a. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama
hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
b. Relaps jangka panjan (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan
pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa : malaise, lesu,
sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.
Keluhan prodromal sering terjadi pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sedangkan
plasmodium falciparum dan plasmodium malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berrurutan :
Periode dingin
Dimulai dengan mengigil, kulit dingit, dan kering, penderita sering membungkus dirinya
dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai
sianosis seperti otang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam
siikuti dengan meningkatnya temperatur.
Periwajah panas
11
Wajah penderita terlihat meraj, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi,
dapat sampai 40°C atau lebuh, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri
kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung
lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
12
2. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat
cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak
memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan
metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH)
dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal
dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari
tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai
alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes
serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200
dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi
antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test,
radio-immunoassay
B. Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat
13
(fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan
lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
6. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek
langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
4. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
14
3. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi. menunjukkan perilaku atau
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang
sesuai.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan
makanan klien mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi
makanan
2. Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat Dilatasi gaster dapat
terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia
3. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur. Mengawasi penurunan
berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni. Dapat meningkatkan
masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
5. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6. Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi Perlu bantuan dalam perencanaan
diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan. Menurunkan beban kerja
miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
2. Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi
dan perubahan pada tekanan nadi. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan
kuman yang menyerang darah
3. Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer. Pada awal nadi cepat kuat karena
peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus
menerus, penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
4. Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman
pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan,
menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
5. Berikan cairan parenteral. Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar
cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang pasien masuk rumah sakit umur 26 tahun, laki-laki menyatakan lemah, demam
terlalu tinggi, tidak bisa tidur hanya dua jam perhari, tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Pasien sempat membeli obat diwarung karena badannya masih panas sejak 1 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital TD : 105/75 mmHg, Nadi 82 X/menit,
RR 20X/menit, T 38,0 C Tampak lemah, gelisah, menggigil, tampak mual-mual, pada siang
hari porsi makan yang disediakan hanya dihabiskan ¼ piring, ada area kehitaman pada
kelopak mata sebelah bawah. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan HB: 14,1 g/dl, c,
trombosit 205.000/ul, hematokrit 33%, DDR : (+) plasmodium vivax.
Data Subjektif :
Klien mengatakan :
Lemah
Demam tinggi
Tidak bisa tidur
Tidur hanya dua jam perhari
Tidak nafsu makan
Mual dan muntah
Data Objektif:
Klien tampak :
Lemah
Gelisah
Menggigil
Mual mual
HB: 14,1 g/dl
trombosit 205.000/ul
hematokrit 33%
DDR : (+) plasmodium vivax.
TD : 105/75 mmHg
Nadi : 82 X/menit
RR : 20X/menit
T : 38 Celsius
17
ANALISA DATA:
DO :
Klien tampak Lemah Viremia
Klien tampak Gelisah
Klien tampak Menggigil
TD : 105/75 mmHg Interleukin
Nadi : 82 X/menit
RR : 20X/menit
Peningkatan
T : 38 o hipotalamus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Resiko kekurangan nutrisi b/d intake cairan kurang ditandai dengan klien
mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah, klien tampak lemah, klien
tampak mual, porsi makan yang disediakan hanya dihabiskan ¼ piring, HB: 14,1
g/dl, trombosit 205.000/ul, hematokrit 33%, DDR : (+) plasmodium vivax, TD :
105/75 mmHg, Nadi : 82 X/menit, RR : 20X/menit
18
3. Gangguan pemenuhan istirahat tidur b/d Hipertemia dengan klien mengatakan
tidak bisa tidur, tidur hanya 2 jam perhari, klien tampak lemah, TD : 105/75
mmHg, Nadi : 82x/ menit, RR : 20x/menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
19
Px tidak terbangun pada 3. Kaji fungsi 2. Untuk mengetahui
malam hari pernapasan: bunyi kemudahan dalam
· Tidak terdapat kantong mata napas, kecepatan, tidur.
· Konjungtiva ananemis irama. 3. Untuk mengetahui
tingkat kegelisahan.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang ditandai dengan demam, anemia dan
pembesaran limpa. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae. Malaria juga melibatkan hospes perantara
yaitu nyamuk anopheles betina. Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam
tubuh nyamuk anopheles betina dan fase aseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria
akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan. Pada malaria berat
berkaitan dengan mekanisme transport membrane sel, penurunan deformabilitas, pembentukan
knob, sitoadherensi, resetting, dan lain-lain.
Manifestasin klinik dari penyakit malaria ditandai dengan gejala prodromal, trias malaria
(menggigil panas berkeringat), anemia dan splenomegali. Diagnosis malaria ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gold standard adalah menemukan parasit
malaria dalam pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Pengobatan untuk malaria falsiparum, lini
pertama: artesunat + amodiakuin + primakuin, lini kedua: kina + dosksisiklin / tetrasiklin +
primakuin. Pengobatan malaria vivak dan ovale, lini pertama: klorokuin+primakuin, jika
resistensi klorokuin: kina + primakuin, jika relaps: naikkan dosis primakuin. Pengobatan
malaria malariae diberikan klorokuin. Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan
klorokuin.
21
B. Saran
Perlunya dilakukan program pemberantasan malaria melalui kegiatan:
Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles.
Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunkan berbagai insektisida.
Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologik (ikan, dan
sebagainya).
Mengurangi tempat perindukan.
Mengobati penderita malaria.
Pemberian pengobata pencegahan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien kepada pasien yang meliputi diagnosis secara
dini dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Menganjurkan kepada masyarakat yang akan bepergian ke daerah endemis malaria agar
mengkonsumsi kemoprofilaksis malaria.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Triyanti, Savitri, Ika, Setiowulan. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Mongon Sidi Walter. 2012. Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Malaria Falciparum
diruang Mawar RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas.
http://sinagawalter1.blogspot.co.id/
Novita Liza. 2009. “Diagnosis dan Penatalaksanaan Malaria” (PDF). 30(Oktober, 2017).
Pekanbaru, Riau.
Prihatsari Purwanto Triamawati. 2011. Komplikasi Penyakit Malaria.
http://edisicetak.joglosemar.co/berita/komplikasi-penyakit-malaria-50436.html
Askep Akkes. 2015. Anatomi Fisiologi Sistem Darah Manusia.
http://www.akkesaskep.com/2016/04/anatomi-fisiologi-sistem-darah-manusia.html#
Ayu Arista. 2012. Malaria. http://askepns.blogspot.co.id/2012/09/a.html
23