Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

MALARIA

Guru Pengampu : Ibu Ns. Salsabilla Rachmatia, S.Kep

Disusun oleh : Naayra Nabila

NISN : 0064909536

Kelas : XI Keperawatan 4

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KESEHATAN LETRIS INDONESIA 2

TAHUN AJARAN

2023
MALARIA

A. Definisi
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh parasite dari kelompok
Plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati yang ditularkan oleh
nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi sebanyak 80 spesies anopheles
dan 18 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vector malaria.

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoan dari genus
plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati.
Sampai saat ini dikenal cukup banyak spesies dari plasmodia yang terdapat pada Burung,
Monyet, Kerbau, Sapi, serta Binatang melata.

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali
( Mansjoer, 2001, hal 406)
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala , yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles ( Tjay & Raharja, 2000)

B. Etiologi
Agen penyebab malaria dari genus Plasmodium, Familia Plasmodiidae, dari ordo
Coccidiidae. Penyebab malaria pada manusia di Indonesia sampai saat ini empat spesies
plasmodium yaitu,
 Plasmodium falciparum sebagai penyebab malaria tropika yakni nyamuk
anopheles
 Plasmodium vivax sebagai penyebab malaria tertiana
 Plasmodium malaria sebagai penyebab malaria kuartana
 Plasmodium olvale, jenisnini jarang di jumpai kecuali di Afrika.

C. Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval
tertentu (parokisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) dimana penderita
bebas sama sekali dari demam. Jadi gejala klinis lain seperti :
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan sel darah merah dan berkeringat, napsu
makan menurun, mual–mual, kadang-kadang diikutin muntah, sakit kepala dengan rasa
berat yang terus menerus, khususnya pada infeksi dengan falsiparum. Dalam keadaan
menahun (kronis) gejala tersebut di sertai dengan pembesaran limpa. Padda malaria berat,
gejala-gejala tersebut diatas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran sampai
koma. Pada anak, makin muda makin tidak jelas gejala klinisnya, tetapi yang menonjol
adalah diare dan anemia serta adanya Riwayat kunjungan atau berasal dari daerah
malaria.
a. Stadium menggigil
Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, nadi cepat lemah, bibir dan
jari pucat/kebiruan. Penderitaan mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 – 1 jam.

b. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering,
nadi lebih kuat. Penderitaan merasa sangat haus dan suhu tubuh bisa mencapai 41°C.
Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
c. Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak, suhu berat badan menurun cepat, kadang-kadang
sampai bawah suhu normal, dapat tidur nyenyak dan setelah bangun tidur badan
terasa Lelah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antar 2-4 jam.
Beberapa klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah :

D. Patofisilogi
Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori
dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama
mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekat ya
entrosit yang mengandung parasite pada endothelium kapiler. Perubahan ini cepat
reversible pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator humoral masih
belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan peradangan.
Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit,
sedangkan sprozoit dan gametosittidak menimbulkang perubahan patofsiologi.
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut:
Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandut parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia
ddan anoksida jaringan. Dengan hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi
hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang megandung parasite
memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan sebagai mediator yang
rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria.
Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari ronga saluran
pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF).
TNF adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dna hewan yang
terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokn lainnya yang berhubungan, menimbulkan
demam, hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS =
Adult Respiratory Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrophil dalam pembuluh
darah paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat
meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasite pada endothelium kapiler.
Konsentrasi TNF daalam serum pada anak denga malaria falciparum akut berhubungan
langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

Sekuestrasi eritrosir yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.
falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaaannya. Tonjolan
tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan
berhubungan dengan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap
endothelium kapiler darah alam organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi
organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada
endothelium kapiler darah dabn membentuk gumpalan (sludge) yang membendungf
kapiler dalam organ tubuh.
Protein dan cairan merembes melalui kapiler yang bocor (menjadi lebih permeable) dan
menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat
menyebabkan kematian. Protein kaya histidine P. falciparum ditemukan tonjolan-tonjolan
tersebut.
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat melalui dua
cara yaitu :
1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasite
malaria
2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,
misalnya melalui plasenta ibu yang terinfeksi (congenital)
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut :
1. Penghancuran eritrosit yang terjad oleh karena :
 Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit
 Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasite
akibatnya terjadinya anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
2. Pelepasan mediator Endotoksin-akrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksu, makrofag melepaskan berbagai
mediator endotoksin..
3. Pelepasan TNF (Tumor necrosing factor atau faktor nekrosis tumor)
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasite malaria.
Ini bertanggung jawab terhaddap demam, hipoglikemia, ARDS.
4. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob yang di permukaannya. Knob ini
mengandung antigen malaria yang kemudian akan beraksi bdengan anitbodi. Eritrosit
yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam membentuk gumpalan
sehingga terjadi bendungan.

E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosa malaria didasarkan atas maniffestasi klinis (termasuk anamnesis). Uji
imunoserologis dan menemukan parasite (Plasmodium) malaria dalam darah penderita.
Penegakkan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium memerlukan persyaratan
tertentu agar mempunyai nilai diagnostic yang tinggi yaitu : waktu pengambila sampel
harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode berkeringat, karena pada
periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi mencapai maksimal dan cukup matur
sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit. Volume darah yang diambil sebagai
sampel cukup, yaitu darah kapiler. Kualitas preparate harus baik untuk menjamin
identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
Diagnosa malaria dibagi menjadi dua :
a. Secara laboratorium (Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah)
Darah lengkap dilakukan guna mengetahui kadar eritrosit, leukosit, daan trombosit.
Biasanya pada kasus-kasus malaria, dijumpai kadar eritrosit dan hemoglobin yang
menurun. Hal ini disebabkan karena pengrusakan eritrosit pada parasit, penekanan
eritropeosis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh proses imunologis.
Pada sumsum tulang, dapat dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses
koagulasi. Pada malaria tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat menurun
yang disebabkan peningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya koagulasi
intravaskuler.

b. Tes Antigen : p-fest


Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi yang
sangat cepat hanya 3-4 menit, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen
vivaks sudah bersebar di pasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan
mendeteksi laknat dehydrogenase dari plasmodium (Pldh) dengan cara
immunomatographic telah dipaasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih
rendah dari teks deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid
test).

c. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai Teknik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasite sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru : dan test > 1:20
dinyatakan positif. Metode-metode tes serologi antara lain indirect hemagglunation
test, Immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, Waktu
dipakai cukup cepat dan sensivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlahnya parasite sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini
baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

G. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
The Center for Diseas Contol and Prevention (CDC) merekomendasikan hal berikut
untuk meembantu mencegah merebaknya malaria :
1. Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
2. Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
3. Atau bisa menggunakan kelambu diatas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk
mendekat
4. Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat
lain yang bisa menjaddi sarang nyamuk

b. Terapi Farmaklogi
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di alam tubuh manusia.
Adapun tujuannya pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap
akan minum obat anti malaria.
1. Pemberian obat anti malaria
a. Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu
proguanil, primetamin
b. Skizontizid jaringan ssekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit, yaitu
primakuin
c. Skinzontizid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakuin
d. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid
yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivak, P.malaria,
P.ovale, adlah kina, klorokuin, dan amidokuin
e. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookistadan
sprozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin proguanil.
2. Pemmberian obat anti malaria berat
Artesunat parenteral direkomendasikan utnuk digunakan d Rumah Sakit atau
Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuscular direkomendasikan
untuk di lapangan atau puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak
digunakan oleh ibu hamil trimester 1 yang menderita malaria besar.
Kemasn dan cara pemberian artesunate parenteral tersedial dalam vial yang berisi
60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml
natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan Dextrose 5% sebanyak 3-5
ml. Artesunat dengan loading dose secara bolus : 2,4 mg/kgbb per-iv Selama
kurang lebih 2 menit, dan diulang setelah jam dengan dosis yang sama.
Selanjutnya artesunate diberikan secara intamuskular (i.m) dengan dosis yang
sama.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen artesunate + amodiakuin + primakuin (lihat dosis pengobatan lini
pertama malaria falsiparum tanpa komplikasi).
Kemasan dan cara pemberian artemeter. Artemeter intramuskular selannjutnya
artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai penderita
mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen artesunate + amodiakuin + primakuin.
3. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria, sehingga
bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditunjukan
kepada orang yang berpergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak
terlalu lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian
kelambu, repellent, kawat kassa dan lain-lain.
Sehubung dengan laporan tingginya tingkat resistensi plasmodium falciparum
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis
Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2mg/kgbb selama tidak lebih dari
4-6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan
ibu hamil.
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita malaria, antara lain :
1. Anemia parah
Anemia terjadi karena banyaknya sel darah merah yang hancur atau rusak (hemolisis)
akinat parassit malaria
2. Malaria otak
Komplikasi ini terjaddi saat sel darah dipenuhi parasit sehingga menghambat
pembuluh darah kecil pada otak. Akibatnya, otak menjadi bengkak atau rusak. Gejala
malaria otak berupa kejang dan koma.
3. Gagal fungsi organ tubuh
Beberapa organ yang dapat terganggu akibat parasit malaria antara lain ginjal, hati,
atau limpa, Kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa penderita. Padda beberapa
kasus, limpa bahkan membesar (splenomegali) hingga lebih dari 10 cm.
4. Gangguan pernapasan
Komplikasi ini terjadi saat cairan menumpuk di paru-paru (edema paru) sehingga
membuat penderita sulit bernapas
5. Hipoglikemia
Malaria yang parah bisa menyebabkan hipoglikemia atau kadar gula darah rendah.
Gula darah yang sangat rendah bisa berakitbat koma atau bahkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai