Anda di halaman 1dari 60

askep malaria

 A. Konsep Dasar Malaria

1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies
plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus
plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).

2. Anatomi Fisiologi Sel Darah


Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.

3. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/
vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang
cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum
(demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam
tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di
Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan
tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya.
Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium
malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
4. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama mungkin
berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang
mengandung parasit pada endothelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang
dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat
dalam patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni ekso-eritrositik mungkin dapat
menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan
perubahan patofisiologik.(9,13)
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut
Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang mengandung parasit dan yang
tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan
hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu
makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang rupanya
menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria. Endotoksin tidak
terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran pencernaan dan parasit
malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin,
ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan
sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglikemia dan sindrom penyakit
pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult Respiratory Disease Sindrom) dengan sekuestrasi
sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro
dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endothelium kapiler.
Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung
dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P. falciparum
dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung
antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit
yang mengandung P. falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam organ tubuh, sehingga
skizogoni berlangsung di sirkulasi organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang
terinfeksi menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang
membendung kapiler dalam organ tubuh.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi lebih permeabel)
dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat
menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan
tersebut.

5. Manifestasi klinik
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
– Malaria tertiana
Disebabkan oleh plasmodium vivax. Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodormal
berupa: sakit kepala, sakit punggung, mual, malaise umum. Demam tidak teratur pada 2-4 hari
pertama, tetapi kemudian menjadi intermitten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore
hari, dimana suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.
– Malaria quartana atau Malaria malariae
Disebabkan oleh plasmodium malariae. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari.
Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat
– Malaria tropika atau Malaria serebral
Disebabkan oleh plasmodium falciparum. Penyakit ini merupakan spesies yang paling berbahaya
karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Demam tidak teratur, disertai gejala
terkenanya otak, koma, dan kematian mendadak.

– Malaria ovale
Disebabkan oleh plasmodium ovale. Gejalanya mirip dengan malaria vivax, serangannya sama
hebat tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang.
Perjalanan penyakit malaria terdapat serangan demam yang disertai oleh gejala lain diselingi
oleh periode bebas penyakit. Gejala khas demamnya adalah periodisitasnya masa tunas intrinsik
pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala
demam, biasanya berlangsung antara 8-38 hari, tergantung pada spesies parasit. (terpendek untuk
P. Falciparum, terpanjang untuk P. malariae), pada beratnya infeksi dan pada pengobatan
sebelumnya atau derajat resistensi hospes. Disamping itu juga tergantung pada cara infeksi, yang
mungkin disebabkan oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfusi darah
yang mengandung stadium aseksual.
Masa prepaten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah
untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik (Microscopic
threshold).
Periode laten klinis, yaitu bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan
pertama dan relaps, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali.
Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium
ekso-eritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Demam. Pada infeksi malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya
sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi).
Pada malaria vivax dan ovale (tersiana), skizon setiap Brood (kelompok) menjadi matang setiap
48 jam sehingga periodisitas demamnya bersifat tersiana. Pada malaria kuartana yang disebabkan
oleh P. malariae hal ini terjadi dengan interval 72 jam. Masa tunas intrinsik parasit malaria yang
ditularkan oleh nyamuk kepada manusia adalah 12 hari untuk malaria falciparum, 13-17 hari
untuk malaria vivax dan ovale dan 28-30 hari untuk malaria malariae (terlama). Masa tunas
intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan demam pertama (first attack).
Serangan demam yang khas terdiri 3 stadium :
a. Stadium frigonia (menggigil)
Dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya
dengan baju tebal dan dengan selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya
menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak
sering disertai kajang-kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b. Stadium akme (puncak demam)
Dimulai pada saat perasaan dingin sekali berulang menjadi panas sekali. Muka menjadi merah,
kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat. Biasanya ada mual dan
muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 41°C
(106°F) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2-6 jam.
c. Stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun)
Dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah, suhu turun
dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak dan waktu bangun, merasa lemas tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Tiap serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang timbulnya secara periodik, bersamaan
dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga bergantung kepada jumlah parasit
(pyrogenic level, fever threshold). Berat infeksi pada seseorang ditentukan dengan hitung parasit
(parasit count) pada sediaan darah. Demam biasanya bersifat intermitten (febris intermitens),
dapat juga remiten (febris remittens) atau terus menerus (febris kontinous).(7,8,11)
Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu: sakit kepala, tidak
nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah diikuti dengan masa bebas gejala
dimana penderita merasa sehat seperti sediakala, namun setelah beberapa hari gejala-gejala
seperti di atas akan berulang kembali, demikian seterusnya berulang-ulang. Serangan ini makin
lama makin berkurang beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam
badan dan karena adanya respon imun hospes.
Serangan demam berbeda-beda sesuai dengan spesies penyebab penyakit malaria ini. Serangan
demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam setelah itu terjadi
stadium apireksia. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama disebut Relaps.
Relaps dapat bersifat :
a. Rekrudensi (short term relapse)
Yaitu timbul karena parasit malaria dalam eritrosit menjadi banyak. Timbul 8 minggu setelah
penyakit sembuh.
b. Rekurensi (long term relapse)
Karena parasit siklus ekso-eritrosit masuk ke dalam darah dan menjadi banyak. Biasanya timbul
kira-kira 6 bulan (24 minggu) atau lebih setelah sembuh.
Splenomegali. Pembesaran limpa merupakan gejala klinis terutama pada malaria menahun.
Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah
berwarna hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam
kapiler dan sinosoid. Eritrosit yang tampaknya normal dan yang mengandung parasit dan butir-
butir hemozin tampak dalam histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid. Pigmen tampak bebas atau
dalam sel fagosit raksasa hiperplasia, sinus melebar dan kadang-kadang trombus dalam kapiler
dan fokus nekrosis tampak dalam pulpa limpa. Pada malaria menahun jaringan ikat makin
bertambah sehingga konsistensi limpa menjadi keras.
Anemia. Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang
menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada malaria falciparum dengan penghancuran
eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun. Jenis anemia pada malaria adalah
hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara
mendadak.
Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di
dalam limpa, dalam hal ini faktor auto imun memegang peranan.
2. Reduced survival time, eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup
lama.
3. Diseritropoesis, bagian dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang; retikulosit tidak dilepaskan dalam peredaran perifer.
4. Derajat fagositis RES meningkat, sehingga akibatnya banyak eritrosit yang hancur.
Sumbatan-sumbatan pada pembuluih kapiler darah dapat menyebabkan kerusakan organ yang
sangat sensitif terhadap kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya. Pada malaria
berat, gejala dapat memperlihatkan adanya gangguan kesadaran, kejang-kejang, diare sampai
kehilangan kesadaran.
Malaria pada anak-anak. Anak-anak penderita malaria dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
mereka yang sebelumnya tanpa kontak (dimana tidak ada atau sedikit imunitas terhadap penyakit
dan akan mengalami sakit berat kecuali diobati), dan anak-anak dengan infeksi-infeksi malaria
berulang sejak lahir yang dapat bertahan pada awal masa kanak-kanak dan mencapai derajat
toleransi tinggi pada sekitar usia 10 tahun, meskipun pertumbuhan dan perkembangannya dapat
mengalami gangguan.
Pada anak-anak yang tidak imun, tanda-tanda klinis biasanya tampak 8-15 hari setelah infeksi.
Dapat diobservasi adanya perubahan-perubahan tingkah laku seperti perasaan sedih, anoreksia,
menangis tidak sebagaimana biasanya, perasaan mengantuk secara lambat, kemungkinan demam
tidak ditemukan atau meningkat secara lambat selama 1-2 hari atau awitan dapat mendadak
dengan peningkatan suhu tubuh hingga 40 °C (105° F) atau lebih tinggi dengan atau tanpa gejala
menggigil prodromal. Paroksismal demam dapat demikian pendek atau dapat berlangsung
selama 2-12 jam. Pola karakteristik biasanya tidak jelas pada anak kurang dari 5 tahun. Keluhan-
keluhannya terdapat nyeri kepala, mual, muntah, nyeri umum terutama punggung serta kadang-
kadang nyeri pada abdomen jika limpa membesar dengan cepat serta nyeri tekan.
Pada infeksi-infeksi vivax dan kuartana yang didominasi oleh satu brood, demam merupakan
manifestasi karakteristik yang terjadi dalam interval 48 jam pada keadaan pertama dan 72 jam
pada keadaan terakhir. Bila terjadi kejang, maka biasanya akan mereda jika demam turun. Tidak
jarang, terjadi lesi-lesi herpes pada mulut. Hitung jenis eritrosit dan kadar hemoglobin dapat
menurun dengan cepat; leukopenia bervariasi tetapi monositosis sering terjadi.
Pada infeksi-infeksi falciparum, demam kurang karakteristik bahkan dapat terus menerus, dapat
ditutupi oleh manifestasi berat yang berkaitan dengan sistem otak, paru, usus atau saluran kemih.
Penyulit-penyulit otak dibuktikan dengan adanya kejang atau koma dan cairan serebrospinal
normal (kecuali dibarengi pula oleh infeksi bakteri atau virus pada SSP). Mual dan muntah yang
menetap, hati yang membesar dan keras, dan ikterus progresif dapat berlanjut menjadi kegagalan
hati. Terjadi diare berat atau kadang-kadang dapat menyerupai tanda-tanda appendisitis akut.
Limpa umumnya lebih membesar pada infeksi P. vivax daripada infeksi P. falciparum,
kemungkinan terjadi perisplenitis, infark dan bahkan ruptura limpa dan setelah serangan-
serangan berulang, limpa dapat menjadi sangat besar dan keras. “Splenomegali Idiopatis” (yang
disebut sebagai penyakit limpa besar di Afrika) merupakan respon imun yang abnormal terhadap
P. malariae. Pada anak-anak yang mengalami malnutrisi di negara-negara berkembang,
pembesaran limpa disertai infiltrasi sinusoid-sinusoid hati dan peningkatan titer antibodi
fluoresen malaria dengan atau tanpa parasitemia.

6. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah
penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan
diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.

Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik


yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode
berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan
cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume
3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.

4)Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya
digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)


Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine
orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat
sebagai instrumen hitung parasit.

c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit
plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium
teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim
immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium
dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

7. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pencegahan bila obat diberikan
sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk mencegah timbulnya
gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi terdiri dari
serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi atau penularan bila obat
digunakan terhadap gametosit dalam darah
Program pemberantasan malaria dikenal 3 cara pengobatan, yaitu :

1. Pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala
klinis malaria dan mencegah penyebaran

2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang

3. Pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara teratur.
Saat ini pengobatan massal hanya di berikan pada saat terjadi wabah.

Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain(11,15) :


1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit, yaitu primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh
bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan
amidokuin
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam
nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Terapi Non Farmakologi


The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal berikut untuk
membantu mencegah merebaknya malaria:
• Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
• Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
• Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk mendekat
• Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat lain yang bisa
menjadi sarang nyamuk

8. Komplikasi

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :

a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau
setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal
diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan
kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan
meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya
disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

d. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada Malaria :


1. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase
demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso
kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
6. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
4. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.

3. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal,
tidak mengalami tanda malnutrisi. menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan
klien mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan
2. Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat Dilatasi gaster dapat terjadi
bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia
3. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur. Mengawasi penurunan berat
badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni. Dapat meningkatkan masukan,
meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
5. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan Gejala GI dapat
menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6. Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan nutrisi.

2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi


kuman pada hipotalamus.
Tujuan: suhu antara 36 – 37 0C
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil. Hipertermi menunjukan proses
penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
2. Pantau suhu lingkungan. Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. Dapat membantu mengurangi
demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat
mengeringkan kulit.
4. Berikan antipiretik. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di


perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Tujuan : pemenuhan oksigen ke jaringan cukup

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan. Menurunkan beban kerja miokard
dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
2. Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan
perubahan pada tekanan nadi. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang
menyerang darah
3. Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer. Pada awal nadi cepat kuat karena
peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus,
penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
4. Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat. Peningkatan
pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan.
Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan
pernafasan akut.
5. Berikan cairan parenteral. Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
4. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
Tujuan: memahami prognosis dan cara pengobatan malaria

No INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan.
2. Berikan informasi mengenai terapi obat – obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan
terhadap program. Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam
penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
3. Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang. Perlu untuk
penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4. Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal. Mencegah pemenatan, penghematan
energi dan meningkatkan penyembuhan.
5. Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan. Membantu mengontrol
pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
6. Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis. Pengenalan dini dari
perkembangan / kambuhnya infeksi.
7. Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan. Pengguaan terhadap pencegahan
terhadap infeksi.

4. Discharge Planning
a. Menjaga lingkungan rumah dengan baik
b. Menggunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
c. Menggunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
d. Menggunakan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk mendekat
e. Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat lain yang bisa
menjadi sarang nyamuk

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

uesday, August 2, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MALARIA

I. PENGERTIAN
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan
hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari
gejala meriang. (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. (www.infeksi.com/articles.php?
lng=in&pg=46 )
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk
golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. (www.depkes.go.id)

II. ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang
seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium dari family plasmodidae.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi erotrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles
betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis
burung dan reptil dan 22 pada primata.
Parasit Malaria yang Terdapat di Indonesia
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana
(Benign malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria).
Plasmodium malariae pernah juga dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan
dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya). (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)

III. EPIDEMIOLOGI
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena setiap tahun 500 juta
manusia terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di
Afrika namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa negara Eropa. Diduga
sekitar 36% penduduk dunia terkena risiko malaria. (Depkes, 2008)
Di Indonesia pada tahun 2007 telah terjadi 1.700.000 kasus klinis malaria dengan 700 kematian. Dari 576
kabupaten yang ada, 424 kabupaten diantaranya merupakan daerah endemis malaria dan diperkirakan
45% penduduk Indonesia berisiko tertular. Pengukuran angka kesakitan menggunakan Annual Parasite
Incidence (API) dan Annual Malariae Incidence (AMI). Untuk provinsi Kepulauan Riau yang merupakan
daerah endemis malaria pada tahun 2007 melaporkan, bahwa dalam upaya pemberantasan malaria
dengan API 0.87 per 1000 penduduk, AMI 0.88 per 1000 penduduk.
Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola curah air hujan
(nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi perkembangbiakan nyamuk
dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa daerah memililki angka kasus yang
cenderung tetap sepanjang tahun – Negara tersebut digolongkan sebagai "endemis malaria ". Di daerah
lain, ada “musim malaria” yang biasanya berhubungan dengan musim hujan.
Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke
wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama
sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah
pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim
basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik. (www.depkes.go.id)

IV. KLASIFIKASI
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan
jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas
yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa
inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal
dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi
penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat
obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)


Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan
sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam
dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10
merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan
Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain
nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang
terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya
mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam
hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)


Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar
dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi,
tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning
tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen
kuning. Gejalamalaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malariadan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis
malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang
paling berat ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan
sering terjadinya komplikasi.

V. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999)
antara lain sebagai berikut :

a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana
(P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap
4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala umum (gejala klasik)
yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung
dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),
kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2
jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun,
penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami
kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat
bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar
sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada
batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih
lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum.
Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup
lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411)

d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah.
Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada
destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di
hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut
dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan
ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

VI. PATOFISIOLOGI
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite yaitu spesies plasmodium.
Plasmoodium yang menimbulkan penyakit pada manusia terdapat 4 spesies. Plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropikana, Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium ovale
menyebabkan malaria ovale, Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana.Untuk membedakan
jenis infeksi dari masing – masing plasmodium dapat dianalisis dari pemeriksaan penunjang yang
menunjukkan perbedaan morfologi dari hapusan darah, serta manifestasi klinis baik karakteristik
demam, serta manifestasi klinis lainnya yang khas pada setiap plasmodium.
Infeksi plasmodium melibatkan manusia sebagai host dan nyamuk sebagai vektor dan hosr definitif.
Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam
tubuh nyamuk. Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes perantara/manusia ; daur dalam darah
(skozogoni eritrosit),daur dalam sel parenkim hati/stadium jaringan (skizogoni ekso-eritrosit).
Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif. Dalam lambung
nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing telah menjadi mikrogamet
dan makrogamet yang kemudian kawin (singami): zigot oosistaookinet (proses sprogoni) keluar
puluhan ribu – ratusan ribulisisdalam dinding lambung nyamuk sporozoit yang akan menuju kelenjar
liur nyamuk inangnya. Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah selama 1/2-1
jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya berpuluh-puluh ribu merozoit masuk ke dalam
darah dan masuk ke dalam eritrosit untuk berkembang biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah
(disebut sporulasi), sambil membesarkan puluhan merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit
baru dan sebagian lagi membentuk mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh nyamuk
Anopheles saat menghisap darah penderita untuk memulai fase sporogoni.(Darmowandowo,2007)
Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari bentuk aseksual yaitu sporozoite ke dalam sirkulasi darah.
Sporozoite menuju hepatocytes (sel hati) membentuk schizont (bentuk asexsual). . Schizonts mengalami
maturasi dan multiplikasi disebut hepatic schizogony atau preerythrocytic. Pada infeksi P vivax and P
ovale , sporozoite berubah menjadi hupnozoite yang merupakan bentuk dorman sehingga dapat
menyebabkan penyakit setelah terinfeksi beberapa bulan atau tahun. (WHO,2010)

Preerythrocytic schizogony membutuhkan waktu 6-16 hari dan menghasilkan pecahnya sel dan ledakan
invasi ribuan merozoites di darah . Merozoites menuju erythrocytes dan menginisiasi asexual
reproductive siklus, kemudian disebut erythrocytic schizogony. Parasite sukses meleawati fase tersebut
kemudian menjadi trophozoite dan schizont, dan akhirnya berhsil membentuk merozoites yang lebih
poten. Merozoites yang matur menyebabkan rupturnya sel darah merah dan melepaskan merozoite
baru multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang menyebabkan demam) menuju aliran darah.
Sebagian merozoite yang baru akan menginfeksi sel darah merah yang baru, dan sebagian
berdiferensiasi membentuk fase seksual : gametosis jantan dan betina yang merupakan bagian dari
siklus erythrocytic schizogony. Nyamuk yang menghisap darah pasien dengan gametocymia
mendapatkan betuk seksualyang merupakan bagian dari siklus hidup plasmodium. (WHO,2011)

Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak pyrigen yang menyebakan paroxysms
dari demam malaria. Periode demam malaria sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk siklus
eritrosit yang mendefinisikan masing-masing jenis plasmodium. P malariae memerlukan 72 jam untuk
setiap siklus , disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain memerlukan 48 jam untuk 1 siklus dan
menyebabkan alternatife demam di lain hari (tertian malaria). Namun periode ini sesuai dengan
perkembangan parasit dan stimulasi pelepasan substansi kimia biila tidak singkron maka periode demam
tidak dapat diamati.
Selain melalui gigitan nyamuk , malaria juga dapat ditularkan melalui tranfusi darah dan penularan
tranplancental. Parasitemia pada donor kadang tidak menimbulkan manifestasi klini berupa demam. Hal
ini disebabkan karena merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena tidak terjadi perkembangan dalam hati
bila maka pengobatan pada serangan akut merupakan pilihan pengobatan yang lengkap. Selain ini
transmisi juga dapat terjadi melalui transplantasi organ. Penularan lain yaitu transplancental dari ibu
dengan malaria kepada bayinya di dalam kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya adalah orang
yang bepergian dari daerah endemis, serta pasca bepergian namun tidak lengkap mendapatkan
chemoprofilaksis, serta bayi dan orang dengan imunocompromise (WHO,2010)
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : serangan primer, periode latent,
recrudescense, relapse atau rechute. Periode latent mulai akhir masa inkubasi hingga timbul gejala
paroksima trias malaria (dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu masa tanpa keluhan fisik
dan tanpa parasitemia.Recrudescense adalah berulangnnya parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya
serangan primer. Relaps adalah berulangnnya keluhan klinik lama setelah terjadi masa latent biasanya
terjadi pada P vivax atau ovale. (Harijanto,2007)

Infeksi P falciparum menyebabkan malaria yang parah. Spesies ini lebih virulen dari yang lain karena
menyebabkan parasitemia yang tinggi dan tumpukan virus yang berkontribusi pada kematian sel organ.
Faktor parasit yang mempengaruhi P,falcifaraum adalah sitoadherensi (perlekatan eritrosit parasit pada
permukaan endotel vaskuler sehingga memiliki variasi antigenik yang sangat besar), sekuetrasi (karena
adanya sitoadherensi menyebabkan P.falciparum terperangkap dalam mikrovaskuler dan menghabiskan
seluruh siklus hidupnya pada pembuluh darah perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung, usus, dan kulit
yang mememgang peranan patofisiologi malaria berat), Rosetting (berkelompoknya eritrosit parasit
matur diselubungi 10 atau lebih eritrosit non parasit; rosetting akan menyebabkan obstruksi dan
mempermudah terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit oksida) yang
berlebihan karena respon infeksi.Penyimpanan bagian dari parasite ini merupakan cirri spesifik dari
spesies ini. Sesuai dengan perkembangan siklusnya setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum masih
tertingal pada pembulu postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal infeksi parasit ini
dapat dideteksi pada pembuluh darah perifer dan merupakan waktu penting diagnostik malaria infeks P
falcifarum. Sequestrasi dari parasit menyebabkan perubaman status mental hingga koma pada infeksi P
falciparum pada anak kejang, konvulsi sering menuju kematian karena infeksi hingga microvaskular pada
jaringan otak.Selain itu cytokine dan ivasi parasit dalam jumlah besar menyebabkan kematian sel
tertuama pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal. Bebberapa penderita infeksi P
falciparum meninggalkan sequele seperti (hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity)
Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia karena glukosa darah banyak diambil alih oleh plasmodium.
Anemia berat dapat karena banyaknya sel darah merah yang lisis. Mekanisme lain dari anemia pada
malaria adalah dyserythropoiesis, dan hypersplenism sehingga anemia pada malaria cenderung berat
dan dapat menyebabkan kematian. Berkurangnya umur sel darah merah yang beredar diikuti dengan
penekanan sumsum tulang ditunjukkan dengan trombositopenia mengganggu koagulasi intravaskular
sehingga dapat mengarah pada perdarahan sistemik. Anemia kronik pada anak menyebabkan malnutrisi
dan terhentinya pertumbuhan.malaria serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler
darah di otak karena sitoadherensi dan sekuetrasi. Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat
biasanya disertai dengan gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan edema paru.
Gagal ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria dewasa diduga disebabkan adanya anoksia
karena penurunan darah ke ginjal akibat dari obstruksi kapiler. Kecenderungan terjadinya perdarahan
karena trombositopenia karena pengaruh sitokin sehingga terjadi gangguan intrakoagulai pada infeksi P
falciparum. Edema paru yang disebabkan adanya kelebihan cairan dibuktikan dalam otopsi terdapat
edema yang difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan membran hialin. Manifestasi
gastrointestinal yang sering muncul adalah nausea dan muntah , diare, konstipasi, kembung diduga
terkait dengan proses infeksi virus. Hiponatremia bersamaan penurunan osmolalitas plasma akibat
kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret (Harijanto,2007)

VII. WOC (terlampir)


VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Imunoserologis
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk
anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita.
Pemeriksan Biomolekuler
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange
akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat) merupakan
teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai
instrumen hitung parasit. Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
Pemeriksaan mikroskopis malaria
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap paraasit
plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini
terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
Pemeriksaan tes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa
malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dengan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat
dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dalam
pemeriksaan parasit malaria. Adapau pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui:

Tetesan preparat darah tebal


Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak
dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan
dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan
selama 5 menit
Tetesan darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit dilakukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah
eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria,
walaopun komplikasi dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal.
Tes antigen: P-F test
Yaitu mendeteksi antigen P-Falciparum (histidine rich protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit,
tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.
Tes serologi
Tes serologi mulai dikembangkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik indirect fluorescent
antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diganostik sebab antibodi baru
terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi
atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test>1:20 dinyatakan
positif. Metode-metode tes serologi antara lain indirect hemagglutinin test, immunoprecipitation
techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
Pemeriksaan ini dianggap paling peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktunya singkat dan
sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit
dapat memberikan hasil positif.

IX. PENATALAKSANAAN
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina,
primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis,
pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program
pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita
malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk pengobatan
radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk pengobatan malaria
berat atau malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada
malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk
pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah Sakit, obat tersebut
dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria diuji coba sebagai profilaksis dan pengobatan
malaria diantaranya adalah derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim
dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat antimalaria yang bekerja cepat dan
menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.
a. Pengobatan malaria falciparum
Lini pertama : Arte sunat+Amodiakuin+Primakuin. Dosis artesunat = 4 mg/kgBB (dosis tunggal),
amodiakuin = 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal). Apabila pemberian
dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan
berdasarkan golongan umur. Dosis makasimal penderita dewasa yang dapat diberikan untuk artesunat
dan amodiakuin masing-masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin.

Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Kelompok Umur.

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th > 15 th

I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3

II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

III Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria falciparum. Pemakaian
artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin
bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di dalam darah.
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif. Lini kedua
: Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin
= 4 mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr se lama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin =
4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari). Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan
berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th > 15 th

I Kina * 3x ½ 3x1 3 x ½ 3x2-3


Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-2

II-VII * 3x ½ 3x1 3x ½ 3x2-3


- - - 2x1** 2x1***
* : Dosis diberikan per kgBB
** : 2x50 mg Doksisiklin
*** : 2x100 mg Doksisiklin

b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale


Lini pertama : Klorokuin+Primakuin. Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan
malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan
seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat
membunuh parasit aseksual di eritrosit. Dosis total klorokuin = 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari),
primakuin = 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari). Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan
berdasarkan berat badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan
tabel.
Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th

I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2


Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
IV-XIV Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaan
sebagai berikut : klinis sembuh (sejak hari keempat) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak
hari ketujuh. Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat :
- Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
- Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul kembali setelah hari
ke-14.
- Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15 sampai hari ke-28
(kemungkinan resisten, relaps atau infe ksi baru).

Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin


Lini kedua : Kina+Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/ka li (3x/hr selama 7 hari), primakuin = 0,25
mg/kgBB (selama 14 hari). Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan
golongan umur sebagai berikut :
Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin :
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
1-7 Kina * * 3x ½ 3x1 3x2 3x3
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
* : Dosis diberikan per kgBB

Pengobatan malaria vivax yang relaps


Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1
kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari
dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur.
Pengobatan malaria vivax yang relaps :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th

1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

2 Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
14-14 Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

c. Pengobatan malaria malariae


Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh
parasit bentuk aseksual dan seksual P. malariae. Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan golongan
umur penderita.
Pengobatan Malaria Malariae :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
d. Kemopofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka
gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah
endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan
lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang lama,
sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.
Oleh karena P.falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi maka kemoprofilaksisnya
terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi
P.falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari
dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P.vivax dapat
diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum
masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.
Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin :
Golongan Umur (tahun) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, 1x/minggu)
< 1 ¼ 1-4 ½ 5-9 1 10-14 1 ½ > 14 2

X. PROGNOSIS
Uncomplicated malaria yang disebabkan P vivax,P malariae, and P ovale memiliki prognosisyang baik.
Kebanyakan pasien puluh dengan sempurna tanpa sequelae. Malaria P falciparum sangat berbahaya bila
tidak ditangani dengan cepat dan tuntas karena akan menyebabkan severe malaria dan menuju
progonosis yang buruk
Malaria pada anak dibawah 5 tahun memiliki prognosis buruk di daerah endemic. Pada daerah endemic
dengan imunitas yang lemah dapat menyebabkan kematian pada umur tersebut, malaria berulang,
anemia kronis, malnutrisi, pertumbuhan yang terlambat.

XI. COMPLICATIONS
• Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, memiliki mortality rate of 25%, mentmeski dengan
treatment terbaik. Kebanyakan kematian disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada anak
umur 6 bulan-3 tahun dapat diobservasi . Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat
meyelamatkan anak dengan malaria. Penderita biasanya meninggalkan sequelae (seperti , hemiparesis,
cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P falciparum melakukan sekuetrasi pada mikrovaskular sehingga
Seizures dan comabiasa terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa cerebral malaria , anak yang
mengalami konvulsi berulang dapat menuju kematian.
• Perdarah terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah karena parasitemia yang tinggi
menyebabkan gangguan intrakoagulasi.
• hemolisis pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gagal ginjal terkait glucose-6-phosphatase
dehydrogenase (G-6-PD) deficiency or an antibody-mediated yang menyebabkan destruksi eritrosit..
• Anemia terjadi karena ada mekanisme dyserythropoiesis, hypersplenism, erythrocyte survival
memendek , bone marrow suppressn. Malarial anemia bisa sangat parah dan menyebabkan kematian.
• Parsite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat menyeababkan hypoglycemia, serta
berasosiasi dengan quinine and quinidine therapy. Hypoglycemia susah dibedakan dengan cerebral
malaria
• Blackwater fever adalah kondisi hemolysis gagal ginjal akut. Jarang dapat diamati sekarang lebih
diakibatkan karena profilaksis terapi dengan menggunakan quinine.
Komplikasi lainnya adalah :
• Pulmonary edema
• Hyperpyrexia
• Circulatory collapse (algid malaria)
• Jaundice

XII. PENCEGAHAN
Metode yang digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit, atau untuk melindungi individu-individu
di daerah di mana malaria endemik, termasuk obat-obatan profilaksis, pemberantasan nyamuk, dan
pencegahan gigitan nyamuk.
1. Pengendalian vektor
Upaya untuk membasmi malaria dengan menghilangkan nyamuk telah berhasil di beberapa daerah.
Malaria pernah umum di Amerika Serikat dan Eropa selatan, tetapi program pengendalian vektor, dalam
hubungannya dengan pemantauan dan pengobatan pada manusia yang terjangkit, dieliminasi dari
daerah-daerah.
Teknik serangga steril yang muncul sebagai metode pengendalian nyamuk potensial. Kemajuan menuju
transgenik, atau rekayasa genetika, serangga menunjukkan bahwa populasi nyamuk liar bisa dibuat
malaria resisten. Para peneliti di Imperial College London menciptakan malaria pertama di dunia nyamuk
transgenik, dengan plasmodium tahan spesies pertama diumumkan oleh tim di Case Western Reserve
University di Ohio pada tahun 2002. Penggantian berhasil populasi saat ini dengan populasi rekayasa
genetika baru, bergantung pada mekanisme drive, seperti elemen transposabel untuk memungkinkan
non-Mendel warisan dari gen yang diinginkan. Namun, pendekatan ini mengandung banyak kesulitan
dan keberhasilan adalah prospek yang jauh. Sebuah metode bahkan lebih futuristik pengendalian vektor
adalah gagasan bahwa laser dapat digunakan untuk membunuh nyamuk terbang.

2. Profilaksis obat
Beberapa obat, yang sebagian besar juga digunakan untuk pengobatan malaria, dapat diambil preventif.
Umumnya, obat ini diminum setiap hari atau mingguan, pada dosis yang lebih rendah daripada yang
digunakan untuk pengobatan orang yang benar-benar tertular penyakit itu. Obat modern yang
digunakan preventif meliputi mefloquine (''Lariam''), doxycycline (tersedia umum), dan kombinasi
atovakuon dan hidroklorida proguanil (''Malarone''). Pilihan obat yang akan digunakan tergantung pada
obat parasit di daerah tersebut resisten terhadap, serta efek samping dan pertimbangan lainnya. Efek
profilaksis tidak memulai segera setelah mulai meminum obat, sehingga orang sementara mengunjungi
daerah endemis malaria biasanya mulai mengambil obat satu sampai dua minggu sebelum tiba dan
harus terus membawa mereka selama 4 minggu setelah meninggalkan (dengan pengecualian proguanil
atovakuon yang hanya perlu dijalankan 2 hari sebelum dan dilanjutkan selama 7 hari setelahnya).
Penggunaan obat profilaksis mana nyamuk pembawa malaria yang hadir dapat mendorong
perkembangan imunitas parsial.
3. Indoor sisa penyemprotan
Penyemprotan residu dalam ruangan (IRS) adalah praktek penyemprotan insektisida pada dinding
interior rumah di daerah yang terkena malaria. Setelah makan, istirahat banyak spesies nyamuk pada
permukaan yang terdekat sementara mencerna bloodmeal, jadi jika dinding tempat tinggal telah dilapisi
dengan insektisida, nyamuk istirahat akan dibunuh sebelum mereka dapat menggigit korban lain,
mentransfer parasit malaria.
Satu masalah dengan semua bentuk Penyemprotan Indoor Residual insektisida resistensi melalui evolusi
nyamuk. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Perilaku Nyamuk dan Pengendalian Vector,
spesies nyamuk yang dipengaruhi oleh IRS adalah spesies endophilic (spesies yang cenderung untuk
beristirahat dan tinggal dalam ruangan), dan karena iritasi yang disebabkan oleh penyemprotan,
keturunan evolusi mereka untuk menjadi tren exophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan
hidup di luar pintu), yang berarti bahwa mereka tidak terpengaruh-jika terpengaruh sama sekali-oleh
IRS, rendering itu agak tidak berguna sebagai mekanisme pertahanan.
4. Kelambu dan seprai
Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan sangat mengurangi infeksi dan
penularan malaria. Jaring bukan penghalang sempurna dan mereka sering diperlakukan dengan
insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum memiliki waktu untuk mencari cara
melewati net. Jaring insektisida (ITN) diperkirakan akan dua kali lebih efektif sebagai jaring tidak diobati,.
Meskipun ITN terbukti sangat efektif terhadap malaria, kurang dari 2% dari anak-anak di daerah
perkotaan di Sub-Sahara Afrika yang dilindungi oleh ITN. Sejak feed Anopheles''''nyamuk di malam hari,
metode yang disukai adalah untuk menggantung "kelambu" besar di atas pusat tempat tidur sedemikian
rupa sehingga tirai turun dan meliputi tempat tidur sepenuhnya.

Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida seperti permetrin atau deltametrin telah terbukti menjadi
metode yang sangat efektif pencegahan malaria, dan juga salah satu metode yang paling efektif-biaya
pencegahan. Jaring ini sering dapat diperoleh untuk sekitar $ 2,50-$ 3,50 (2-3 euro) dari PBB, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), dan lain-lain. ITN telah terbukti menjadi metode pencegahan paling efektif-
biaya terhadap malaria dan merupakan bagian dari WHO Millenium Development Goals (MDGs).
Untuk efektivitas maksimum, jaring harus kembali diresapi dengan insektisida setiap enam bulan. Proses
ini menimbulkan masalah logistik yang signifikan di daerah pedesaan. Teknologi baru seperti Olyset atau
DawaPlus memungkinkan produksi tahan lama kelambu insektisida (LLINs), yang melepaskan insektisida
sekitar 5 tahun, dan biaya sekitar US $ 5,50. ITN melindungi orang-orang tidur di bawah jaring dan
sekaligus membunuh nyamuk bahwa kontak net. Perlindungan juga diberikan kepada orang lain dengan
metode ini, termasuk orang-orang tidur di ruangan yang sama tetapi tidak berada di bawah net.

5. Vaksinasi
Imunitas (atau, lebih tepat, toleransi) tidak terjadi secara alami, tetapi hanya sebagai respons terhadap
infeksi berulang dengan beberapa strain malaria.
Saat ini, ada berbagai macam kandidat vaksin di atas meja. Pra-erythrocytic vaksin (vaksin yang
menargetkan parasit sebelum mencapai darah), dalam vaksin tertentu berdasarkan CSP, membentuk
kelompok terbesar penelitian untuk vaksin malaria. Kandidat vaksin lainnya termasuk: orang-orang yang
berusaha untuk membujuk kekebalan terhadap darah tahap infeksi, orang-orang yang berusaha untuk
menghindari patologi yang lebih parah dari malaria dengan mencegah kepatuhan dari parasit ke venula
darah dan plasenta, dan transmisi-blocking vaksin yang akan menghentikan perkembangan parasit di
kanan nyamuk setelah nyamuk telah mengambil bloodmeal dari orang yang terinfeksi. Diharapkan
bahwa pengetahuan dari P.'' falciparum''genom, urutan yang selesai pada tahun 2002, akan
memberikan target untuk obat baru atau vaksin.

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : Meningkat (di atas 37,5o C)
Tekanan darah : Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Nadi : Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam)
Respirasi : Tackipnea, Napas pendek
3. Pola Fungsi keperawatan
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit
hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,
penurunan aliran darah. Konjungtiva anemis dan capillary refill >2 detik.
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan
haluaran urine, kosentrasi urine .
e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

f. Pernapasan
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru
saja menjalani operasi/prosedur invasif, luka traumatik.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan malaria sesuai dengan tingkat
keparahan klinis dan prioritas :
Uncomplicated malaria
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan suhu tubuh klien > 37,5 derajat celcius,
aklral teraba hangat.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan haluaran cairan aktif (muntah, berkeringan,
demam)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada
kepala , dan nyeri pada badan, klien tampak meringis.
4. Hipotermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan klien tampak menggigil, suhu tubung
dibawah 36,5 derajat celcius, klien tampak berkeringat.
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan penyakit
6. Nausea berhubungan dengan toksin (infeksi plasmodium di daerah saraf yang mempengaruhi pusat
muntah) ditandai dengan klien mengeluh mual, anoreksia.
7. Kelelahan berhubungan dengan ketidakseimbangan energi ditandai dengan klien tampak lelah , klien
tampak mengantuk.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan pada lingkungan
9. PK Infeksi

Severe Malaria
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas (sekret) ditandai dengan
dispnea, takipnea.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan takipnea, penggunaan
otot bantu pernapasan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveoli ditandai dengan AGD
abnormal (asidosis metabolik), dispnea
4. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan aliran arteri terhambat ditandai dengan
klien mengeluh pusing, convulsi, kejang.
5. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi oksigen melewati
membran kapiler dan alveolar ditandai dengan akral teraba dingin, kulit tampak pucat.
6. Retensi urin berhubungan dengan hambatan ditandai dengan Klien mengeluh berkemih sedikit
,disuria, anuria
7. Resiko cedera
8. PK Asidosis metabolik
9. PK perdarahan
10. PK hipoglikemia
11. PK anemia
ASKEP MALARIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ’’ Sistem Hematologi Dan Imunologi ” Malaria“

Kami menyadari tugas ini masih kurang sempurna karena keterbatasan sumber buku dan
pengetahuan kami baik segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membantu demi kesempurnaan tugas ini.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, kami mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya.

Jambi, Desember,2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ....................................................................................................... 3

2.2 Penyebab (etiologi) .......................................................................................... 4


2.3 Patofisiologi ...................................................................................................... 5

2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 6

2.5 Woc .................................................................................................................. 7

2.6 Penatalaksanaan .............................................................................................. 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................... ................8

2.8 Komplikasi......................................................................................................... 9

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... ...............10

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Tinjauan kasus .......................................................................................... 10

3.2 Analisa Data...................................................................................................... 11

3.3 NCP.................................................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 19

4.2 Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi
oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi
melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu
antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan
yang juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan
bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan,
dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh
alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.

1.2       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya maka penulis merumuskan
masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini yaitu tentang ”Malaria” yang meliputi :

1. Pengertian

2. Penyebab (etiologi)

3. Manifestasi Klinis

4. WOC

5. Penatalaksanaan

6. Pemeriksaan penunjang
7. Komplikasi

8. Konsep dasar keperawatan

1.3        Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi dan
Imunologi yang berjudul ”Malaria”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep Anemia
Hemolytic serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

2.1        Pengertian
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa (genus
plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh protozoa ganas
plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan spelomegali (Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi III, 2001).

Malaria adalah penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa ganas plasmodium
yang merupakan parasit pada sel darah merah. Malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles dan ditandai
oleh serangan menggigil dan demam berkeringat yang terjadi pada interval yang bergantung pada waktu
yang diperlukan untuk perkembangan generasi bara parasit dalam tubuh (Ghipson. JM., Mikrobiologi
dan Parasiologi Modern Untuk Perawat, 1996).

Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali

2.2         Penyebab (etiologi)

Disebabakan oleh gigitan nyamuk anopheles yang mengandung plasmodium yang terdapat
dalam kelenjar ludah nyamuk anopheles

Disebabakan oleh parasit (protozoa)

Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang terdiri dari empat spesies,
yaitu :

1)      Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika

2)      Plasmodium ovale penyebab malaria ovale

3)      Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana

4)      Plasmodium malariae penyebab malarua Quartanu


Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan rosper
definitif yaitu nyamuk anopheles.

Faktor penyebab malaria

1.      nyamuk anopheles : penyakit malaria hanya dapat ditularkan oleh nyamuk

2.      manusia hanya rentan terhadap inveksi malaria :secara alami penduduk disuatu daerah endemis malaria
ada yang meudah dan ada yang sukar terinveksi malaria, meskipun gejala klinis nya ringan

3.      lingkungan sangat mempengaruhi terhadap penularan malaria, apabila lingkungan kumuh dan kotor
maka malaria mudah terjangkit

4.      iklim, suhu, dan curah hujan disuatu daerah berperan penting dalam penularan malaria

Penyebab malaria berdasarkan pendarahan

1.      malaria kongenital (bawaan) : malaria kongenital terhadap pada bayi baru lahir karena ditularkan oleh
ibunya yang menderita malaria

2.      penularan mekanik (transfusi malaria ) :inveksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari
donor yang terinveksi malaria dengan pemakaian jarum suntik yang sama

2.3 Patofisiologi

Dibagi 2 :

         Fase aseksual, dalam tubuh manusia.

Siklus dimulai ketika anopheles betina nenggigit manusia dan memasukkan sporozoid yang terdapat
pada air liurnya, kedalam darah manusia. Jasat yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit
sampai satu jam memasuki sel parenkim hati dak berkembang biak membentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoid. Proses ini disebut skitogani eksoeritrosit karena parasit belum masul
kedalam sel darah merah. Lama fase ini berbeda, untuk tiap spesies plasmodium. Pada akhir fase skizon
hati pecah, merozoid keluar, lalu masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi).

Fase eritrosit dimulai saat merozoid dalam darah menyerang sel darah merah dan membentuk
trofozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoid – skizon – merozoid. Setelah dua sampai 3 generasi
merozoid berubah menjadi bentuk seksual
         Fase seksual, dalam tubuh nyamuk.

Jika nyamuk anopheles betina menghisab darah manusia yang mengandung parasit malaria,
parasit bentuk seksual masuk kedalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi
mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yangdisebut zygot. Selanjutnya ookinet
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ooksida. Jika ooksida pecah, ribuan sporozoid
dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh
manusia.

2.4 Manifestasi klinis

Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria tanda dan gejala
yang dapat ditemukan adalah :

1. Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada malaria tertiana
(P. Vivax dan P. Ovale). Pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke 3,
sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap
4 hari. Tiap seangan ditandai dengan bebeapa serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri
atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit – 1 jam), puncak demam (2 – 6 jam), dan tingkat berkeringat (2
– 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam
tubuh dan ada respon imun.

2. Splenomegali

Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori menghitam dan menjadi keras karena
timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.

3. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling kerap adalah anemia karena P.
Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a.       Penghancuran eritrosit yang berlebihan

b.      Eritrosit normal tidak dapat hidup lama


c.       Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam sum-sum tulang belakang.

d.      Ikterus

Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.


2.5       
WOC
 
2.6        Penatalaksanaan

         Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaktu progruanil, pirimetamin

         Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin

         Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin dan amoalakuin

         Gametosid yang menghancurkan benuk seksual

         Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporotozoid dalam
nyamuk anopheles yaitu primakuin dan pnoguanil.

2.7        Pemeriksaan Penunjang


1.      Happus darah tepi
a. Tetes darah tepi dengan pewarnaan gimsa (spesies parasit)
b.Tetes tebal (lebih sensitive dekteksi parasit)
2.      Res serosol
a. IFA (inderat Flovorescen Antibody)
b.IHA (interean Hemoglotinatiaon)
c. Untuk diagnostic akut (+) bila beberapa hari setelah infeksi parasit
3.      Pemeriksaan GBC

2.8. Komplikasi
1.      Malaria serebal adalah kejang-kejang penurunan keadaan sampai koma. Terjadi karena edema pada
otak akibat tersumbatnya pembuluh darah otak akibat dipenuhi oleh kuman malaria.
2.      Malaria imperpirealia; penderita tidak mampu berkeringan sehingga suhu tubuh terus naik sampai 42-
430 C.
3.      Gangguan Hepar ; urine menjadi merah tua atau hitam kerena hemoglobin akibat hemolisis berlebihan.
4.      Gangguan tearktus gastro intesitinalis, sehiingga timbul diare hebat, kadang mengandung lender dan
darah.
5.      Black Water Fever ; urine menjadi merah tua atau hitam kerena hemoglobin akibat hemolisis
berlebihan.
6.      Kambuh kembali
a.       Rekrudensi (shor team relapses) yaitu timbul karena parasit malaria dalam eritrosit menjadi banyak,
timbul beberapa minggu setelah penyakit sembuh.
b.      Rekuren (log team relapses) yaitu karena parasit siklus eksoeristoris masuk dalam darah dan menjadi
banyak. Biasanya timbul kira-kira 6 bulan setelah penyakit sembuh.
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1. Tinjauan Kasus

Tn.G umr 40 thn datang kepoly rumah sakit umum raden mataher jambi dengan keluhan badan terasa
dingin mengigil, setelah dingin mengigil hilang timbul suhu badan makin lama makin panas dan pada
saat badan panas banyak mengeluarkan keringan seperti orang mandi, dan gejala udah 3 kali berulang,
perut muat bersertai muntah, kepala terasa sakit, timbulnya setiap 2 hari sekali, mukosa bibir tampak
kering TD 110/70 mmHg, RR 26 x/i, HR 90x/i, suhu 40 0 C.

Pengkajian

DS :

         Tn.G mengeluh badan terasa dingin mengigil

         Pada saat badan dingin mengigil hilang, timbul suhu badan makin lama makin panas 400 C.

         Dan banyak mengeluarkan keringat seperti orang mandi

         Tn.G menguluhkan gejala tersebut sudah 3 kali berulang

         Tn.G mengeluhkan perut terasa mual dan disertai muntah

         Tn.G mengatakan kepala terasa sakit setiap 2 kali sehari

DO :

         TD : 110/60 mmhg

         RR : 26x/i

         HR : 90X/i

         SUHU : 40 C

         Mukosa bibir tampak kering


3.2 Analisa Data

no DATA PENYEBAB MASALAH

1 DS : - Tn g mengeluhkan badan - virus - hipotermi


terasa dingin menggigil

       TN G mengatakan padan saata


dingin dan menggigil hilang
timbul suhu badan makin panas

DO : - suhu 40 C

2 DS : - pada saat suhu badan Kekurangan volume


cairan dalam tubuh
panas Tn G bnayak
mengeluarkan keringat seperti
mandi

       Tn G mengeluhkan, perut


terrasa mual dan disertai
muntah

DO : - mukosa bibir tampak


kering

3 DS : - Tn G mengatakan perut - mual dan muntah Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
terasa mual disertai muntah

DO : - mukosa bibir tampak


kering

4 DS : - Tn G mengatakan demam Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas


menggiigil, badan panas, sakit
kepala

DO : - TD 110/60 mmhg

- suhu 40 c
3.3 NCP

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Kriteria hasil

1 Hipotermi b/d infeksi suhu tubuh klien kembali -Beri kompres hangat Dengan memberi
protozoa normal dan selimut klien kompres hangat dan
memberi selimut pada
KH :
klien diharapkan klien
- tidak menggigil dan
tidak mersa
kedinginan

       memberi min um yang


banyak akan memberi
rasa nyaman

       dengan

mengobservasi TTV
kita dapat mengetahui
keadaaan klien
-    berikan minum yang
banyak        anti malaria bertujuan
mengobati malaria
dan anti piretik
bertujuan
menurunkan panas
- ganti pakaian yang
basah

       ajarkan keluarga cara


perawatan demam
       observasi TTV

       kolaborasi dalam


pemberian obat anti
malaria dan anti
piretik

2 Gangguan Cairan dan elektrolit        beri banyak minum        beri banyak minum,
keseimbangan cairan kembali seimbang oralit dan cairan infus
       ukur intake dam
b/d muntah untuk mengganti
KH : output
cairan yang hilang
       beri cairan infus
       dengan mengukur
sesuai dengan
intake dan output
program pengobatan
dapat mngetahui
       obsevasi TTV pencapaian
keseimbangan cairan
       kolaborasi dengan
dan elektrolit tubuh
dokter dalam
pemberian obat        dengan kolaborasi
dengan dokter
diharapkan dapat
diberikan terapi yang
tepat

3 Nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi dapat        jelaskan pentingnya        dengan menjelaskan
kebutuhan tubuh b/d terpenuhi makan bagi tubuh tentang penting nya
anoreksia makanan bagi tubuh
KH :        hidangkan makanan
diharapkan klien
dalam kedaaan
mengerti dan
hangat dan porsi
berusaha menghabisi
kecil tapi sering
porsi yang
       beri makan tanpa dihidangkan
lemak secara variasi
       dengan menghidang
       anjurkan pada klien makanan dalam
untuk sering makan- keadaan hangat dan
makanan ringan porsi yang kecil tapi
sering membiasakan
       kolaborasi dengan
klien untuk makan
ahli gizi dalam
walaupun sedikit
pemberian makanan
/diet        dengan makanan
tanpa lemak dan
bervariasi dan
mencegah muntah
dan berselera untuk
makan

       dengan sering makan-


makanan ringan
mengurangi rasa mual

       denga kolaborasi


dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan

       dan vitamin yan tepat.

4 Intoleransi aktifitas Kebutuhan sehari-hari klien        lakukan observasi        dengan mengobsevasi
b/d kelemhan fisik terpenuhi secara mandiri secara menyeluruh kemampuan klien
terhadap dalam memenuhi
KH :
kemampuan klien kebutuhannya kita
untuk memenuhi dapat mengetahui apa
kebutuhan yang dapat dan tidak
dapat dilakukan oleh
       bantu klien dalam
klien sendriri
mmberi makan,
minum, obat-obatan        membantu klien
sesuai dengan dapat memberi
program terapi dan makan, minum dan
membantu dalam dan obat-obatan seta
eliminasi eliminasi adlah karena
ini merupakan
       bantun klien mandi
kebutuhan sehari-hari
dan mengosok gigi
dan dapat mengurangi
       bantu klien mencuci aktifitas sebab fisik
rambut dan klien masih lemah
memotong kuku
       membantu klien
       libatkan keluarga mandi, menggosok
dalam tindakan gigi, mencuci rambut,
keperawatan dan memotong kuku
akan memberi rasa
nyaman dan
mencegah infeksi
sekunder

       memeberikan dan


merapikan tempat
tidur, akan memberi
rasa nyaman pada
klien

       dengan melibatkan


keluarga klien maka
akan membantu
dalam kegiatan
keperawatan
BAB 1V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa (genus
plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh protozoa ganas
plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan spelomegali (Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi III, 2001).

Malaria disebabkan karena infeksi oleh parasit :

ax : Menyebabkan malaria tertiana benigna

ale : Menyebabkan malaria tertiana benigna

parum : Menyebabkan malaria kuartana

ciparum : Menyebabkan malaria tertiana maligna yang berat, progrefsif dan biasanya fatal.

Usaha yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan


pemberantasan terhadap penularan parasit.

1.      Menghindari gigian nyamuk malaria

Disarankan untuk memakai baju lengan baju panjang dan celana panjang saat keluar rumah, terutama
pada malam hari. Biasanya nyamuk malaria menggigit pada malam hari. Serta menggunakan kelambu
saat tidur, masyarakat juga bisa memakai minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur dimalam
hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.

2.      Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat dilakukan beberapa tindakan berikut ini :

-          Penyemprotan Rumah

Sebaiknya, penyemprotan rumah-rumah didaerah endemis malaria dengan insektisida dilaksanakan dua
kali alam setahun dengan interval waktu enam bulan.
4.2. Saran

Dalam penulisan makalah yang berjudul ”Asuhan keperawatan pada malaria S” nantinya makalah ini
dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Namun penulis menyadari
dalam penulisan makalah ini masih bnyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun
penyusunannya. Oleh karena itu kritik dan saran yng bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Karpenito, Lynda jual.2009.Diagnosis Keperawatan.jakarta. EGC

Muttakin, Arif,S.kep,2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem kardiovaskular dan
hematilogi. Jakarta. EGC

Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Volume 3 ). jakarta. vEGC

www. Google.com (eksiklopedi bebas)http.asuhan keperawatan sistem hematologi .co.id.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MALARIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MALARIA versi ppt


kik di bawah ini
donlowad 
3,364 kb
A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies
plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus
plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).

2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/
vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang
cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum
(demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam
tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di
Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan
tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya.
Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium
malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

3. Jenis-jenis malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan
banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water
Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)


Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil
dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua
sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun
dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan
akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya
mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai
untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau
ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria
disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4
tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi
dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)


Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya
lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun
seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit
ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan
gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak
demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika
merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

4. Karakteristik nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti
mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies
Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang
bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).

Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :


a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap
darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g. Lebih senang hidup di daerah rawa

5. Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni).
Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-
bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap
oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan
dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang
menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk
(Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid.
Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk,
sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi
intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis
demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).

b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat
manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk
selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak
dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer
primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari.
Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah.
Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di
limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel
eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari
sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit.
Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut
“ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit
yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah,
penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing
yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama
yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer
(1999) antara lain sebagai berikut :

a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria
Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam
periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan
:
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun,
penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa
infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan
pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat
umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal
tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).

d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam
darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain
:
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi
pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
bilirubin yang di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di
sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut
dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah
penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan
diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.

Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik


yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi
dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume
3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya
digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)


Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine
orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat
sebagai instrumen hitung parasit.

c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit
plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium
teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim
immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium
dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:

a. Malaria Tersiana/ Kuartana


Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin
single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan
pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)

b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak
2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama
7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari

9. Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau
setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal
diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan
kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

d. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan
meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya
disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun (< style="font-weight: bold;">B. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian

Dasar data pengkajian


a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase
demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso
kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.

c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan


Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasif
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :

a Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .

Tindakan/ Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan
klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode
anoreksia
3) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4) Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

b Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama
tidak adekuat), prosedur invasif.

Tindakan/ Intervensi :
1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah
tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.
2) Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa
terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari
organisme.
4) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum
5) Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria

c Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi


kuman pada hipotalamus.

Tindakan/ intervensi :
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan
diagnosis.
2) Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan
kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4) Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
5) Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.

d Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh

Tindakan/ intervensi :
1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas
dari perfusi jaringan.
2) Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan
perubahan pada tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah
3) Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah atau
lambat karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
4) Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari
kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan,
menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
5) Berikan cairan parenteral.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan
untuk mendukung volume sirkulasi.

e Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.

Tindakan/ intervensi:
1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
2) Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan
terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan
mengurangi kambuhnya komplikasi.
3) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.
5) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab
penyakit yang ada.
6) Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
7) Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.

Anda mungkin juga menyukai