Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Pada awalnya malaria dianggap sebagai penyakit hukuman para dewa karena
mewabah di sekitar kota Roma, ternyata penyakit tersebut terjadi di daerah rawa-
rawa, penyakit ini dinamakan malaria (mal=buruk, area=udara).
1,23
Malaria
merupakan penyakit menular yang disebabkan parasit (protozoa) dari genus
plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria betina(Anopheles
sp) dan parasit tersebut berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
24

2.2. Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium, family
Plasmodidae dan ordo Coccididae. Infeksi malaria sangat ditentukan oleh 4 jenis
spesies Plasmodium:
a. Plasmodium falciparum (malaria tertiana maligna) penyebab malaria tropika
yang sering menyebabkan malaria berat/malaria otak dan kematian.
b. Plasmodium vivax (malaria tertian benigna) penyebab malaria tertiana yang
ringan.
c. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.
d. Plasmodium ovale (malaria tertian ovale), jenis ini jarang sekali dijumpai,
umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
1,2




Universitas Sumatera Utara



2.3. Gejala Klinis
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam
dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh satu priode (priode laten)
dimana sipenderita bebas sama sekali dari demam. Sebelum demam penderita
biasanya merasa lemah, sakit kepala, tidak nafsu makan, enek atau muntah.
7,23,25

Defenisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukanya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini:
a. Malaria serebral (malaria otak).
b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit < 15%).
c. Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau <1 ml/Kg
BB/jam pada anak setelah dilakukan rehidirasi; dengan kreatinin darah >3 mg%).
d. Edema paru atau ARDS (Acute Respirasi Distres Sindrom).
e. Hipoglikemi: gula darah <40 mg%.
f. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak: tekanan nadi =
20 mmHg), disertai keringat dingin.
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.
i. Asiddemia (pH: <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).
j. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
anti malaria pada seorang dengan defisiensi G-6-PD).
26


Universitas Sumatera Utara



2.3.1. Demam
Penderita malaria akan mengalami serangan demam pertama didahului oleh masa
inkubasi yang bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling
pendek pada P. falciparum dan paling panjang pada P. malariae. Masa inkubasi ini
tergantung pula pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya
dan tingkat imunitas penderita. Cara penularan juga mempengaruhi apakah secara
alamiah atau bukan alamiah seperti penularan melalui transfusi darah dan masa
inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah serta
tingkat imunitas penerima darah.
7,23,25

a. Stadium Dingin (Cold Stage)
Fase menggigil (15 menit sampai 1 jam), dimulai dengan menggigil, nadi cepat,
tetapi lemah, bibir dan jari tangan membiru, kulit kering dan pucat, kadang disertai
muntah (anak-anak dapat kejang).
b. Stadium Demam (Hot Stage)
Fase panas (puncak demam) berlangsung 2-6 jam, terjadi setelah perasaan dingin
sekali yang berubah menjadi panas sekali, wajah menjadi merah, kulit kering dan
panas seperti terbakar, sakit kepala semakin hebat, mual dan muntah, nadi cepat dan
berdenyut keras, merasa haus sekali (suhu sampai 41
0
C).
c. Stadium Berkeringat (Sweating Stage)
Fase berkeringat berlangsung 2-4 jam, setelah puncak panas, penderita
selanjutnya berkeringat banyak, suhu turun dengan cepat, kadang berada dibawah
normal, penderita biasanya tidur nyenyak, tetapi setelah bangun tidur merasa lemah
tetapi sehat.
1,7,23
Universitas Sumatera Utara



Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung 6-10 jam, sering terjadi pada
infeksi P. vivax. Pada P. falciparum menggigil dapat berat atau tidak ada. Priode
tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam P. vivax dan ovale, 60
jam pada P.malraiae.
7

Tabel 2.1. Inkubasi, Priode Prepaten, Priode Demam, dan Gejala Klinis Pada
Plasmodium
Plasmodium Periode
Prepaten
(hari)
Masa
Inkubasi
(hari)
Tipe
Panas
(jam)
Manifestasi Klinis
Falciparum 11 12 (9-14) 24,36,48 Gejala gastrointestinal;
hemolisis; anemia; ikterus,
hemoglobinuria; syok; algid
malaria; gejala serebral; edema
paru; hipoglikemia; gagal
ginjal; gangguan kehamilan;
kelainan retina; kematian.
Vivax 12,2 13 (12-17)
12 bln
48 Anemia kronik: splenogali,
ruptur limpa.
Ovale 12 17 (16-18) 48 Sama seperti vivax
Malariae 32,7 28 (18-40) 72 Rekrudensi sampai 50 tahun,
splenomegali menetap, limpa
jarang ruptur, sindrom
nefrotik.
Sumber : Malaria dari Molekuler ke Klinis.

Gejala infeksi terjadi setelah serangan pertama disebut relaps, dan sifatnya sebagai
berikut:
a. Rekuredensi (short term relaps) terjadi karena infeksi yang disebabkan stadium
masih hidup, biasanya terjadi 8 minggu setelah serangan pertama.
b. Rekurens (long term relaps) terjadi karena infeksi yang ditimbulkan oleh stadium
eksoeritrosit sekunder.
1


Universitas Sumatera Utara



2.3.2. Pembesaran Limpa (Splenomegali)
Pembesaran limpa sering dijumpai pada penderita malaria. Limpa akan teraba tiga
hari setelah serangan infeksi akut. Limpa menjadi bengkak, nyeri, dan hiperemis.
Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.
Dijumpainya riwayat demam dengan anemia, splenomegali merupakan petunjuk
untuk diagnosis infeksi malaria khususnya didaerah endemis.
23
Perubahan pada limpa
disebabkan oleh kongesti. Kemudian limpa berubah bewarna hitam karena pigmen
yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid.
1

2.3.3. Anemia
Pada malaria terdapat anemia yang derajatnya tergantung pada spesies penyebab
malaria. Anemia terutama tampak jelas pada Malaria falciparum dan malaria kronis
dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat. Anemia bersifat hemolitik,
normokrom, dan normositik. Pada serangan akut, kadar Hb turun secara mendadak.
Faktor penyebab anemia diantaranyan karena:
a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak mengandung parasit
terjadi di dalam limpa (faktor autoimun memegang peranan).
b. Reduced survival time, karena eritrosit normal yang tidak mengandung parasit
tidak dapat hidup.
c. Diseritropoeiesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang) retikulosit tidak dilepaskan dalam peredaran
perifer.
1


Universitas Sumatera Utara



2.4. Patologi
Terdapat tiga stadium parasit yang berpotensi invasif, sporozoit, merozoit, dan
ookinete. Sporozoit malaria dilepaskan kedalam darah manusia melalui gigitan
nyamuk terinfeksi, biasanya kurang dari 1.000 sporozoit. Sporozoit beredar dalam
sirkulasi dalam waktu yang sangat singkat. Sebagian mencapai hati, sebagian lain
disaring keluar.
Dalam beberapa menit kemudian sporozoit yang mencapai hati akan melekat dan
menyerang sel hati melalui pengikatan reseptor hepatosit untuk protein trombospodin
dan serum properdin. Sebagian sporozoit dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian
besar masuk sel parenkim hati dan memperbanyak diri secara aseksual (proses
skizogoni eksoeritrositer), dapat menjadi sebanyak 30.000 merozoit. Dalam 40-48
jam merozoit dapat ditemukan dalam sel hati (fase praeritrositik/eksoeritrositer).
Tiga hari kemudian bentuk intrahepatik ini dapat atau tidak berdifrensiasi kedalam
bentuk skizon atau hipnozoit tergantung pada spesies plasmodium, hal ini akan
menyebabkan relaps, atau tidaknya infeksi malaria.
Setelah 6-16 hari terinfeksi, sel hati yang mengandung skizon jaringan pecah dan
merozoit yang masuk sirkulasi darah mengalami proses skizogoni eritrositer (fase
intraeritrositer). Pada infeksi P.falciparum dan P.malariae, skizon jaringan pecah
semua dalam waktu hampir bersamaan dan tidak menetap dalam hati. Sedangkan
P.vivax dan P.ovale mempunyai 2 bentuk eksoeritrositer. Tipe primer berkembang
dan pecah dalam 6-9 hari, dan tipe sekunder (hipnozoit akan dorman dalam hati
selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau mencapai 5 tahun sebelum
mengembangkan diri dan menghasilkan relaps infeksi eritrositik/parasetemia rekuren.
Universitas Sumatera Utara



Didalam sel darah merah (fase eritrositik/intraeritrositer) parasit akan
berkembang biak sehingga menimbulkan kerusakan sel darah merah dan mengalami
lisis sehinga dapat menyebabkan anemia. Anemia yang terjadi menimbulkan anoksia
(tidak terdapat oksigen) pada jaringan dan menimbulkan berbagai kelainan organ.
Selain itu, demam yang tinggi juga akan semakin mengganggu sirkulasi darah yang
menyebabkan statis pada otak serta penurunan sirkulasi pada ginjal, kongesti
sentrilobular dan degenarasi hati.
7
Gambaran patologis yang terpenting pada malaria
falciparum berat adalah eritrosit yang mengandung parasit tua dipembuluh darah
jaringan, terutama diotak.
1


2.5. Daur Hidup Plasmodium
Dalam siklus hidup nyamuk terdapat tingkatan-tingkatan dimana antara tingkatan
yang satu berbeda dengan tingkatan yang lainya, yaitu berdasarkan tempat
hidupnya/lingkunganya dikenal dua tingkatan kehidupan nyamuk antara lain:
tingkatan dalam air berupa telur lalu menjadi jentik dan dari jentik menjadi
kepompong, tigkatan di luar tempat berair yaitu di udara dan dataran sebagai nyamuk
dewasa (jantan dan betina).
27
Daur hidup keempat spesies plasmodium pada manusia
sama. Proses tersebut terdiri atas fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan
nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrata.
1,23

Reproduksi seksual hasilnya disebut sporozoite sedangkan reproduksinya aseksual
disebut merozoite. Pada penyakit malaria manusia sebagai host intermediate
sedangkan nyamuk sebagai host defenitifnya.
24

Universitas Sumatera Utara



Gambar 2.1 Daur Hidup Malaria.
28


2.5.1. Parasit Dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)
Bila nyamuk Anopheles betina mengandung parasit malaria dalam kelenjar
liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk melalui
prosbosis ditusukan kedalam kulit. Sporozoit segerah masuk kedalam dalam
peredaran darah dan setelah -1 jam masuk dalam sel hati. Banyak yang dihancurkan
oleh fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati (hepatosit) menjadi tropozoit hati
dan berkembangbiak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit/eksoeritrositer primer.
Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk peredaran
darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada disinusoid hati tetapi beberapa
difagositosis. Pada P. vivax dan P. ovale sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit
Universitas Sumatera Utara



setelah beberapa waku (beberapa bulan sampai lima tahun) menjadi aktif kembali dan
mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder.
Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai menyerang eritrosit. Pada
saat merozoit masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini
berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Setelah dua atau tiga generasi (3-15 hari)
merozoit dibentuk, sebagian merozoit tumbuh menjadi stadium seksual. Proses ini
disebut gametogoni (gametositogenesis). Stadium tumbuh tetapi inti tidak membelah.
Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai spesies: pada P.
falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang, pada spesies lain
bentuknya bulat.
23
2.5.2. Parasit Dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif)
Bila Anopheles mengisap darah hospes manusia yang mengandung parasit
malaria, parasit aseksual dicernakan bersama eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh
terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4-8 yang masing-masing menjadi
bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar
dari sel induk, begerak-gerak sebentar kemudian melepaskan diri. Flagel atau gamet
jantan disebut mikrogamet dan makrogametosit mengalami proses pematangan
(maturasi) dan menjadi gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk
mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang membentuk tonjolan kecil tempat masuk
mikrogamet sehingga pembuahan dapat berlangsung. Hasil pembuahan disebut zigot.
Zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak tetapi dalam 18-24 jam
menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak, stadium seperti cacing ini berukuran
panjang 8-24 mikron dan disebut ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding
Universitas Sumatera Utara



lambung melalui sel epitel kepermukaan luar lambung dan menjadi bentuk bulat,
disebut ookista. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan bergerak
dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur. Nyamuk sekarang
menjadi infektif. Bila nyamuk mengisap darah setelah menusuk kulit manusia,
sporozoit masuk kedalam luka tusuk dan mencapai aliran darah. Sporogoni yang
dimulai dari pematangan gametosit sampai menjadi sporozoit yang infektif
berlangsung 8-35 hari, bergantung suhu lingkungan dan spesies parasit.
23

2.6. Cara Penularan Penyakit Malaria
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk Anopheles betina, ternyata
sebenarnya di dunia terdapat 2000 spesies Anopheles dan 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis Anopheles
dan 24 spesies diantaranya telah terbukti sebagai penular malaria.
29
Malaria dapat
ditularkan melalui dua cara, yaitu:

2.6.1. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection)
Penularan malaria secara alamiah melalui gigitan nyamuk malaria betina
(Anopheles) yang mengandung plasmodium terhadap orang sehat. Orang sehat
tersebut yang telah terinfeksi plasmodium dalam sel darah merahya akan berkembang
biak menjadi aktif dan menyebabkan orang sehat tersebut menjadi sakit, apabila
penderita malaria digigit nyamuk malaria betina maka plasmodium akan ikut terhisap
bersama darah penderita. Nyamuk betina yang menghisap sel darah merah dan
didalam tubunya sudah mengalami pematangan (sporozoit) yang siap ditularkan
kepada orang yang sehat
Universitas Sumatera Utara



2.6.2. Penularan Bukan Alamiah
a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta
sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
Selain melalui plasenta, penularan melalui tali pusat.
b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang
menggunakan jarum suntik yang tidak seteril. Infeksi malaria melalui transfusi
hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.
c. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallanasium),
burung darah (Plasmodium relection), dan monyet (Plasmodium knowlesi) yang
akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.
1,7,29

2.7. Diagnosis
Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah
yang diperiksa dengan mikroskop dan metode lain tanpa mikroskop seperti RDT
(Rapid antigen Detection Test) serta metode berdasarkan deteksi asam nukleat dapat
dibagi dalam dua golongan, yaitu: hibridisasi DNA atau RNA berlabel yang
sensitivitas dapat ditingkatkan dengan PCR (Polymerase Chain Reaction).
23

Pemeriksaan darah juga menujukan gambaran:
a. Hemoglobin, menurun ( Hb, normal: Pria 13,5-18,0 g/dl; Wanita 11,5-16,5 g/dl)
b. Leukosit, normal atau menurun (leukusit normal 4.000-11.000/cm)
c. Trombosit, menurun. (Trombosit normal: 150.000-450.000/cm)
Universitas Sumatera Utara



d. Aspartat amino transferase, meningkat (normal: 8-40 IU/l)
e. Alanin amino transferase, meningkat (normal: 3-60 IU/l)
f. Bilirubin, meningkat (normal total: < 17 mol, direct <5 mo/l).
30


2.8. Epidemiologi Penyakit Malaria
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,
pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit,
kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi
pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit atau masalah kesehatan
masyarakat lainya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu , tempat, orang dan sebagainya.
31

2.8.1 Distribusi Dan Frekuensi Penyakit Malaria
a. Orang
Penyakit ini adalah penyebab utama terjadinya kematian dibanyak negara
berkembang terutama pada anak-anak dan ibu-ibu hamil sebagai kelompok utama
muda terinfeksi. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41%
populasi dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun 300-500 juta penderita
mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantarnya mati karena
malaria.
31

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir disemuah wilayah. Pada tahun 1996
ditemukan kasus malaria di J awa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401
orang, slide positive rate (SPR): 9.215, Annual Paracitic Incidence (API): 0,08.
Case Fatality Rate (CFR) rumah sakit sebesar 10-50%. Menuurut laporan, di provinsi
Universitas Sumatera Utara



J awa Tengah tahun 1999 API sebanyak 0,35, sebagian disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan P.vivax. Angka prevalensi malaria di J awa Tengah terus
menurun dari tahun ketahun, mulai dari 51% pada tahun 2003, menurun menjadi 15%
dan berkurang lagi menjadi 7% pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak
ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT.
33

Selama periode 2000-2005 situasi malaria di daerah luar J awa dan Bali
berdasarkan jumlah penderita klinis, sediaan darah (SD) yang diperiksa, SD positif
dan jenis parasit (P. falciparum +Mix) relatif meningkat. J umlah sediaan darah yang
diperiksa tahun 2000 meningkat dari 404.714 menjadi 606.281 pada tahun 2005.
J umlah sediaan darah positif tahun 2000 sebesar 155.796 kasus meningkat menjadi
309.871 kasus pada tahun 2005. Begitu juga dengan jenis parasit P. falciparum dan
Mix pada tahun 2000 sebesar 30.838 menjadi 145.031 padan tahun 2005.
34

Infeksi malaria pada wanita hamil yang berkembang menjadi malaria berat, sering
disertai kematian janin dalam rahim maupun kematian ibu. Kematian wanita hamil
akibat malaria serebral diperkirakan 50% dan 20% wanita tidak hamil.
34
Kejadian
malaria ditemukan pada semua kelompok umur dan terendah pada bayi dengan angka
kasus baru malaria 11,6, sedangkan kelompok umur lain hampir sama yaitu sekitar
21,4-23,9. Kasus baru malaria lebih banyak pada laki-laki (24,9), pada
pendidikan tidak tamat SD (27,5), petani/nelayan/buruh (29,8) dan di perdesaan
(29,8).
13

b. Tempat
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia, terutama pada Negara-negara yang tersebar diantara 64
0
garis
Universitas Sumatera Utara



lintang utara dan 32
0
lintang selatan.
1,35
Malaria tersebar disekitar 100 negara miskin
di daerah tropis dan subtropis seperti India, Amerika Selatan (kecuali Cili),
Afganistan, Srilangka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, China, Filipina,
Amerika Tengah, Meksiko, dan Afrika.
32

Nyamuk Anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, meskipun
dapat pula hidup di daerah beriklim sedang. Namun, jarang ditemukan pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 2000-2.500 meter diatas permukaan laut. Tempat
perindukannya bervariasi, tergantung spesies, yaitu pada kawasan pantai, pedalaman,
dan kaki gunung. Misalnya, Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus, suka
hidup di air payau. Anopheles aconitus lebih suka pada sawah. Anopheles maculatus,
senang air bersih di pegunungan.
29

Hasil wawancara Anggota Rumah Tangga (ART) menunjukan bahwa kasus baru
malaria dalam satu tahun terakhir (2009/2010) adalah: 22,9. Lima provinsi dengan
kasus baru malaria tertinggi adalah Papua (261,5), Papua Barat (253,4), Nusa
Tenggara Timur (117,5), Maluku Utara (103,2) dan Kepulauan Bangka Belitung
(91,9).
13

P. vivax ditemukan di daerah subtropik, seperti Korea Selatan, Cina, Medirtenia
Timur, Turki, beberapa negara Eropa pada waktu musim panas, Amerika Selatan dan
Utara. Di daerah tropik dapat ditemukan di Asia Timur (Cina, daerah Mekong) dan
Selatan (Srilangka dan India), Indonesia, Filipna, serta wilayah Pasifik seperti Papua
Nugini, Kepulauan Solomon dan Vanuatu. Di Afrika, terutama Afrika Barat dan
Utara. Di Indonesia P. vivax tersebar diseluruh kepulauan dan pada musim kering,
Universitas Sumatera Utara



umumnya didaerah endemik mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang
lain.
Penyakit Malaria kuartana dapat ditemukan di daerah tropik, tetapi frekuensinya
cenderung rendah. Di daerah Afrika tetutama ditemukan dibagian Barat dan di Utara,
sedangkan di Indonesia dilaporkan di Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (termasuk
Timor Leste) dan Sumatera Selatan. P. ovale terutama terdapat di daerah tropik
Afrika bagian Barat, Pasifik Barat dan di beberapa bagian lain didunia. Di Indonesia
parasit ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak di Irian J aya dan di Pulau
Timor. P. falciparum ditemukan di daerah tropik, terutama di daerah Afrika dan Asia
Tenggara. Di Indonesia parasit ini ditemukan di seluruh kepulauan.
24
Kabupaten
Kampar adalah endemis malaria, Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2002
sebesar 8,57, tahun 2003 sebesar 8,66, dan pada tahun 2004 sebesar 6,18
penduduk. Kampar Kiri Tengah merupakan wilayah dengan angka malaria AMI
tertinggi di Kabupaten Kampar yaitu sebesar 79,19pada tahun 2004.
36
Kejadian luar biasa (KLB) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 terjadi di
19 provinsi meliputi 65 kabupaten/kota pada lebih 133 Desa dengan jumlah kasus
58.152 kasus dan meninggal 536 orang. Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Propinsi Kalimantan Barat (Kab. Melawi), Maluku (Kab. Seram Bagian Timur),
Maluku Utara (Kab. Halmahera Tengah), Kalimantan Selatan (Kab. Hulu Sungai
Selatan), Sumatera Utara (Kab. Samosir), Banten (Bayah), Bangka Belitung (Kab.
Bangka), J ambi, Sulawesi Utara, J awa Tengah, dan NTB dengan jumlah penderita
10.560 penderita dan 970 yang meninggal.
34

Universitas Sumatera Utara



Vektor penyakit malaria adalah nyamuk anopheles yang di Indonesia banyak
ragam. Vektor utama di Indonesia ada sekitar 12 spesies, tetapi yang penting hanya
tujuh spesies. Misalnya, A.Sundaicus merupakan vektor utama bagi pulau J awa dan
Sumatera. A. hyrcanus, bagi rawa-rawa Kalimantan dan tempat lain. A.maculatus di
Bali, Sulawesi, A. subpictus di J awa dan Sumatera, A. aconitus di persawahan J awa-
Bali, A.leucosphirus di hutan Sumatera dan Kalimantan, serta A. Punctulatus di
Maluku dan Irian. Sarang nyamuk Anopheles sangat bervariasi, ada yang di air tawar,
air payau, dan ada pula yang bersarang di genangan air pada cabang-cabang pohon
yang besar,
37
yang terpenting diantaranya:
a. Di pantai laut : An. sundaicus

b. Di sawah : An. aconitus
c. Di sumber air : An.maculatus
d. Di hutan : An. leucosphyrus
e. Di rawa-rawa : An. hyrcanus
38

a. Waktu
Nyamuk Anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau
mulai senja sampai subuh. J arak terbang nyamuk ini hanya sekitar 300-500 meter dari
tempat perindukannya.
24

Prevalensi malaria Indonesia dalam satu bulan terakhir (Period Prevalence) pada
Riskesdas 2010 adalah 10,7%. Angka ini didapatkan dari kasus kesakitan yang
didiagnosis oleh tenaga kesehatan melalui konfirmasi pemeriksaan apusan darah
malaria (0,6%), dan gejala klinis (10,2%). Gejala klinis ini termasuk kasus
Universitas Sumatera Utara



asimptomatik atau tanpa demam tetapi minum obat anti malaria (0,6%) berdasarkan
hasil wawancara.
11

2.8.2. Determinan Penyakit Malaria
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya intereaksi antara agen atau faktor
penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor lingkungan yang
mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab Penyakit.
39

a. Host (Pejamu)
a.1. Manusia (Host Intermediate)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena
malaria. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada manusia adalah:
a.1.1. Ras atau suku bangsa
Di Afrika di mana prevalensi dari haemoglobin S (Hb S) cukup tinggi
penduduknya ternyata lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum. Hb S terdapat pada
penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit turunan/herediter yang
disebut sickle cell anaemia, yaitu suatu kelainan di mana sel darah merah penderita
berubah bentuknya mirip arit apabila terjadi penurunan oksigen udara. Penyelidikan
terakhir menujukan bahwa Hb S menghambat perkembang biakan P. falciparum baik
sewaktu invasi sel darah merah maupun sewaktu pertumbuhanya.
a.1.2. Kurangnya suatu enzim tertentu
Kurangnya enzim G6PD (glukosa 6 fosfat dehidrogenase) ternyata juga
memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat.


Universitas Sumatera Utara



a.1.3. Kekebalan/imunitas
Kekebalan terhadap malaria baru timbul sesudah masuknya parasit kedalam
darah. Adapun sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah sebagai berikut: darah
mungkin mengandung parasit malaria, hanya aktif pada bentuk eritositer dari parasit,
spesifik terhadap spesies tertentu (tidak ada cross immunity), menjadi kuat dengan
adanya infeksi berulang-ulang, akan segera menurun dan kemudian menghilang
setelah tidak ada lagi parasit dalam tubuh manusia, umumnya lebih efektif dan lebih
cepat serta bertahan lebih lama pada P. vivax daripada P. falciparum.
a.1.4. Umur
Perbedaan golongan umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti
pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lainya.
25

a.1.5. J enis Kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita sebenarnya
disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi
penduduk, kekebalan dan lainya.
25

a.2. Nyamuk Anopheles (Host Defenitif)
Hanya nyamuk anopheles betina yang menghisap darah. Darah ini diperlukan
untuk pertumbuhan telurnya.
a.2.i. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria. Secara
singkat dikemukan disini beberapa prilaku nyamuk yang penting: tempat
hinggap/istirahat (Eksofilik/nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar
rumah, Endofilik/nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah),
tempat menggigit (Eksofagik/lebih suka menggigit di luar rumah,
Universitas Sumatera Utara



Endofagik/lebih suka menggigit didalam rumah), objek yang digigit
(Antrofilik/lebih suka menggigit manusia, Zoofilik/lebih suka menggigit
hewan).
a.2.ii. Faktor lain yang penting: umur nyamuk (longevity) yaitu semakin panjang
umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau
vektor malaria, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit, frekuensi
menggigit manusia, siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk
matangnya telur.
25

a.2.1. Bionomik Vektor
Bionomik vektor dari spesies tertentu hanya berlaku bagi spesies tersebut menurut
tipe lingkungan yang sama, yang dimaksud lingkungan mencakup lingkungan fisik
maupun lingkungan biologi. Lingkungan fisik dan lingkungan biologi akan mengatur
keseimbangan populasi alam. Apabila pengaturan oleh lingkungan tidak terjadi, maka
akan terjadi ledakan populasi.
27
a.2.1.1. Tempat Perindukan (Breeding Place)
Hujan akan mempengaruhi naiknya kelembaban nisbi udara dan menambah
jumlah tempat perkembang biakan (breeding places). Curah hujan yang cukup tetapi
dengan jangka waktu lama akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk
berkembang biak secara optimal.
27,40
Tempat perkembang biakan vektor secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap kejadian malaria. Sawah, saluran irigasi, tepi
danau, genangan air payau, dan tambak ikan merupakan tempat yang cocok dan aman
untuk berkembang biaknya vektor malaria.
27


Universitas Sumatera Utara



a.2.1.2. Tempat Istirahat (Resting Habit)
Seperti halnya tepat perkembang biakan vektor, maka tempat peristirahatan
vektor juga secara langsung akan mempengaruhi terhadap kejadian malaria. Pada
umumnya vektor malaria akan lebih senang beristirahat pada tempat yang teduh,
lembab dan aman.
40
Pada siang hari nyamuk akan mencari tepat istirahat dan
berlindung dari panas matahari, tempat yang dicari adalah tempat yang teduh dengan
kelembaban yang cukup dan biasanya terdapat dibawah tumbuh-tumbuhan dari pada
dalam rumah.
27

a.2.1.3. J arak Terbang (Flight Range)
J arak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang
tergantung kepada arah angin.
25
Nyamuk Anopheles spp, biasanya tidak ditemukan
dalam jumlah besar lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Normalnya nyamuk
betina menyebar lebih jauh dari jantan tapi angin dapat membawa nyamuk sejauh 30
Km dari perindukanya.
37

a.2.1.4. Aktivitas Mencari Makan (Feeding Habit)
Ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi gigitan nyamuk pada
manusia (cattle barrier), apabila kandang hewan tersebut diletakan di luar rumah
tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah.
40

a.2.2. Tempat Berkembang Biak Nyamuk

Tempat berkembang biak nyamuk pada genangan-genangan air dan pemilihan
tempat peletakan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang
disenangi sebagai tempat perkembang biakan dilakukan secara turun menurun oleh
seleksi alam. Satu tempat perindukan yang disukai Cx. fatigans adalah genangan air
Universitas Sumatera Utara



dengan polusi tinggi sedangkan Anopheles tidak. Berdasarkan ukuran, lamanya air
(genangan air tetap atau sementara) dan macam tempat air dibedakan beberapa tipe:
a.2.2.1. Genangan air yang besar
Genangan air besar terdiri dari dari: Genangan air sementara atau tetap yang
terdiri atas air tawar atau air payau (rawa-rawa, danau, kolam ikan, muara sungai,
waduk, paya-paya, lagun, sawah). Air mengalir (mata air, anak sungai, terusan/kanal,
sungai). Genangan air sementara alamiah (genangan air hujan, genangan air di tepi
sungai, kubakan), dan genangan air buatan (parit-parit irigasi dari kanal, parit-parit
irigasi dari sawah, parit-parit dan got buangan air limbah, bekas roda kendaraan atau
tapak kaki, lubang bekas galian).
a.2.2.2. Genangan Air Kecil
Genangan air kecil terdiri dari: alamiah (lubang dipohon-pohon, lubang di batu,
daun keladi atau semacamnya, lubang pada tonggak bambo atau tonggak besi),
buatan manusia (tangki air, bak mandi, drum, tempayan, vas bunga, tempat minum
burung, barang-barang bekas (kaleng, ban, pecahan gelas, tempurung kelapa, sumur,
jamban yang tidak terpakai).
27

b. Agent
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae dan
ordo Coccidiidae. J enis parasit (plasmodium) sampai saat ini dikenal empat macam
(species) parasit malaria yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malaria, Plasmodium ovale.
25
Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk,
malaria dapat menjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang
disebabkan kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi
Universitas Sumatera Utara



vertikal. Metode penularan lainya adalah melaui jarum suntik, yang terjadi pada
pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril. Model
penularan infeksi yang terakhir adalah melalui transfusi darah. Disebutkan dalam
literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati
tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.
41

c. Environtment (Lingkungan)
Beberapa faktor lingkungan merupakan sangat besar pengaruhnya terhadap
keberadaan dan perkembangan nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria,
fakor-faktor tersebut antara lain:
c.1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik terbagi atas beberapa faktor yang membentuk ekosistem seperti
topografi, suhu lingkungan, kondisi iklim yang berubah setiap musim. Iklim akan
mempengaruhi kelembaban, suhu lingkungan, cahaya matahari, vegetasi. Peruntukan
lahan akan mempengaruhi ekosistem menjadi ekosistem buatan seperti perkebunan,
persawahan, pertambangan.
c.1.1. Suhu.
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa
inkubasi intrinsik.
27
Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan dan siklus hidup parasit. Sebagai contoh, pada suhu dibawah 20
0
C
parasit P. faciparum tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dalam nyamuk
Anopheles sehingga tidak dapat ditularkan. Sementara itu didaerah-daerah yang
panas dekat khatulistiwa penularan dapat terjadi lebih cepat dan sepanjang tahun.
Didaerah ini P. falciparum menjadi parasit penyebab malaria yang sangat menonjol.
Universitas Sumatera Utara



Sebaiknya di daerah yang beriklim agak dingin, P. vivax akan sangat menonjol
karena parasit ini lebih tahan terhadap cuaca dingin.
32
c.1.2. Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat
terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut
menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. J arak terbang nyamuk (fight
range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin.
25
Nyamuk
Anopheles spp, biasanya tidak ditemukan dalam jumlah besar lebih dari 2-3 km dari
tempat perindukannya. Normalnya nyamuk betina menyebar lebih jauh dari jantan
tapi angin dapat membawa nyamuk sejauh 30 km dari perindukanya.
37

c.1.3. Kelembaban udara (relative humidity)
Kelembaban udara rendah akan memperpendek umur nyamuk.
42
Kelembaban
mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dari
nyamuk.
25
c.1.4. Hujan
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk
menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan,
derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan (breeding
places).
25
Hujan yang diselingi panas semakin besar kemungkinan perkembang
biakanya.
42
Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan karena air
hujan yang menimbulkan genangan juga merupakan tempat yang ideal bagi
nyamuk.
29
Dalam musim kemarau, jumlah kasus malaria umumnya menurun,
Universitas Sumatera Utara



sedangkan setelah hujan beberapa minggu jumlah kasus malaria menanjak sampai
mencapai puncaknya.
25

c.1.5. Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An.
sundaicus lebih suka tempat yang teduh.
42
Sebaliknya An. hyrcanus spp lebih
menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik ditempat yang
teduh maupun ditempat yang terang.
41
c.1.6. Arus air
An. barbirostris lebih suka aliran air tenang sedikit mengalir. Oleh sebab itu pada
musim hujan, populasi nyamuk ini berkurang.
42
An. minimus menyukai tempat
perindukan yang aliran airnya cukup deras dan An. letifer ditempat airnya
tergenang.
25

c.2. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari
tempat perindukan. Sebagai contoh kadar garam (salinitas), ternyata An. sundaicus
memilih kadar garam dalam air kondusif bagi pertumbuhan antara 12-18dan tidak
dapat berkembang pada kadar garam 40ke atas, meskipun di beberapa tempat di
Sumatera Utara An. Sundaicus ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat
hidup di tempat yang asam/pH rendah.
25
Menurut Rao, T.R di India ditemukan
tempat perindukan Anopheles sundaicus dengan pH rata-rata 8,2.
44
c.3. Lingkungan Biologi (flora dan fauna)
Tumbuhan bakau (mangroves), lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-
tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat
Universitas Sumatera Utara



menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan mahluk hidup
lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax
spp), gambusia (Gambusia spp), nila (Oreochromis niloticus), mujair (Oreochromis
mossambica) dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.
Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah
gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakan di luar
rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah.
25
Nyamuk Anopheles dapat berbiak
dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air-air yang
tergenang di pinggiran laut.
31
Hampir semua larva nyamuk Anopheles dapat
ditemukan di sekitar jenis tanaman air. J enis tanaman air dikolam seperti Pistia
stratoites, Hydrilla verticillata, Salvina natans, Azzola sp. dan Algae ditemukan larva
An. Sundaicus, An. ningerrimus, An. kochi, dan An. barbirostris.
37,44

c.4. Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini kadang-kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor
lingkungan lainya. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut malam, dimana
vektornya lebih bersifat eksofilik dan esofagik akan memperbesar jumlah gigitan
nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak
nyamuk/repellent yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial
masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan malaria. Faktor yang cukup
penting pula adalah pandangan/persepsi masyarakat di suatu daerah terhadap penyakit
malaria. Apabila malaria dianggap sebagai suatu kebutuhan (demand) untuk diatasi,
upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara
spontan.
Universitas Sumatera Utara



Pembangunan yang semakin cepat dapat menimbulkan tempat perindukan
nyamuk buatan manusia sendiri (man made breeding places). Pembangunan
bendungan, penambangan timah dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah
sebagai contoh kegiatan pembangunan yang sering menimbulkan perubahan
lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk malaria.
25

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Tahiland oleh Piyarat, ditemukan
bahwa penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara kontinyu cendrung
mempunyai resiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan menggunakan kelambu
secara kontinyu.
45
Menurut Yudihastuti, R (Romi 2001) lingkungan sosial budaya
kadang-kadang lebih besar pengaruhnya terhadap penularan penyakit malaria. Faktor
sosial meliputi pendidikan, pekerjaan, adat kebiasaan dan budaya setempat seperti
kebiasaan berada di luar rumah, tidur dikebun, memungkinkan untuk kontak dengan
malaria yang kebetulan bersifat eksopagik. Kebiasaan penduduk dalam hal
pemakaian kelambu, pemakaian kawat kasa pada lobang angin sangat berpengaruh
kontak manusia dengan nyamuk. Kondisi keamanan juga sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan program pengendalian malaria.
46


2.9. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Malaria
2.9.1. Pencegahan Penyakit Malaria
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal tersebut terjadi dengan cara promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
31
Edukasi merupakan
Universitas Sumatera Utara



faktor yang penting yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang
akan bertugas di daerah endemis. Pencegahan malaria dengan kemoprofilaksis serta
pencegahan gigitan nyamuk, pengetahuan tentang upaya untuk menghilangkan
tempat perindukan nyamuk.
Upaya yang paling efektif mencegah malaria adalah dengan menghindarkan
gigitan nyamuk Anopheles, upaya tersebut berupa proteksi pribadi dengan
menggunakan insektisida dan repllent. J endela dan pintu rumah ditutup mulai sore
hari dan sebaiknya dipasang kassa nyamuk pada kisi-kisi udara. Modifikasi
lingkungan ditujukan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk, berupa
perbaikan drainase sehingga mengurangi genangan air, menghilangkan tempat
pembiakan nyamuk seperti kaleng, bak mandi, ban bekas, menghilangkan alang-alang
atau semak belukar, perbaikan tepi sungai untuk memperlancar aliran air.
7
Pada
daerah yang penderitanya banyak, upaya untuk menghindari gigitan nyamuk sangat
penting. Di pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, tambak ikan, maupun
rawa, sangat dianjurkan memakai baju lengan panjang, celana panjang saat keluar
rumah, terutama malam hari. Nyamuk ini suka menggigit pada malam hari.
Menggunakan kelambu saat tidur, merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk
menghindari gigitan nyamuk. Penggunaan minyak anti nyamuk (mosquito repplent)
juga dapat dipertimbangkan untuk mencegah gigitan nyamuk.
42

Obat pencegahan (profilaksis) terhadap malaria dapat dilakukan, dengan tujuan
agar tidak terjadi infeksi, serta timbul gejala-gejala malaria.
29
Hal ini sebaiknya
dilakukan pada orang-orang yang melakukan perjalanan ke derah endemis malaria.
Orang yang akan mengunjungi daerah endemis ini harus minum obat antimalaria
Universitas Sumatera Utara



sekurang-kurangnya seminggu sebelum berangkat, sampai empat minggu setelah
orang yang bersangkutan meninggalkan daerah endemis malaria.
47

B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan sekrining kesehatan dan
deteksi untuk menemukan patogenik setiap individu didalam populasi.
31
Program
pembrantasan malaria (menurut tujuannya) dikenal: pengobatan presumtif dengan
pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis malaria dan
mencegah penyebarannya, pengobatan radikal diberikan untuk malaria relaps jangka
panjang, dan pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis
malaria secara teratur.
48

B.1. Klorokuin
Indkasi:
1. Malaria akut: P. malaria dan P. falciparum yang masih sensitif dapat diterapi hanya
dengan klorokuin. Untuk P. vivax dan P. ovale, sesudah terapi dengan klorokuin
sebaiknya diikuti pengobatan dengan primakuin untuk pemberantasan bentuk
intrahepatik parasit ini. Hari pertama 1 gram klorokuin difosfat per oral, diikuti
0,5 gram 6 jam kemudian. Hari kedua dan ketiga: 0,5 gram per hari.
2. Malaria pencegahan: klorokuin dapat digunakan untuk pencegahan malaria pada
perempuan hamil dan inividu nonimun yang berada di daerah malaria falciparum
yang masih peka atau resisten ringan terhadap klorokuin.
Dosis dan pengunaan:
Peroral (sebaiknya diberikan sesudah makan). Dewasa dan perempuan hamil:
diberikan dengan dosis 1500 mg (base) dalam waktu 3 hari. Hari I dosis awal 600
Universitas Sumatera Utara



mg, diikuti 300 mg 6-12 jam kemudian. Hari II dan hari III: 300 mg/hari. Anak: dosis
total, 25 mg (base)/kg/BB, diberikan dalam waktu 3 hari. Hari I dosis awal 10 mg/kg
BB, diikuti 5 mg/kg/BB, 6-12 jam kemudian. Hari II dan hari III: 5 mg/kgBB/hari.
30

B. 2. Kinin (quinine)
Indikasi:
Kina dapat diberikan per oral terhadap malaria akut tanpa komplikasi yang sudah
resisten klorokuin atau malaria falciparum yang sedah resisten terhadap banyak obat.
Terapi parenteral dengan kina merupakan terapi pilihan (drug of choice) untuk
Malaria falciparum yang berat.
Dosis dan penggunaan:
Malaria yang sensitif kina: dewasa dan perempuan hamil: Kinin sulfat 3 x 600 mg
diberikan selama 7 hari. Anak: Kinin sulfat (garam) 10 mg/Kg/BB, tiga kali sehari
selama 7 hari.
Malaria yang resisten terhadap banyak obat: dewasa: Kinin sulfat (garam) 3 x
600 mg, dikombinasikan dengan Tetrasiklin 4 x 250 mg, diberikan selama 7 hari.
Perempuam hamil: Kinin sulfat (garam) 3 x 600 mg, diberikan selama 7 hari. Anak:
Kinin sulfat (garam), 10 mg/Kg/BB tiga kali sehari selama 4 hari, diikuti kinin 15
mg/Kg/BB selama 4 hari.
30

B.3. Primakuin
Indikasi:
Memberantas bentuk intrahepatik (hipnozoit) Plasmodium vivax dan P. ovale sesudah
pengobatan terapi radikal dengan klorokuin dan memberantas gametosit P.
falciparum.
Universitas Sumatera Utara



Dosis dan pemberian:
1. Terapi radikal malaria vivax dan malaria ovale
Dewasa:
b. Penderita dengan G6PD normal: Primakuin 15 mg (base) perhari selama 14 hari
sesudah pemberian klorokuin.
c. Penderita dengan defisiensi G6PD: primakuin 45 mg (base) ditambah klorokuin
300 mg per minggu selama 8 minggu.
Anak: hanya untuk anak berumur diatas satu tahun.
a. G6PD normal: 0,25 mg/Kg/BB/Hari selama 14 hari
b. G6PD defisiensi: 0,75 mg/Kg/BB ditambah klorokuin per minggu selama 8
minggu.
2. Terapi gametosidal
Dewasa: primakuin 45 mg (base) dosis tunggal. Anak: primakuin 0,5-0,75 mg
(base)/Kg/BB, dosis tunggal.
30


Pengobatan Artemesinin Combination Therapy (ACT) yang direkomendasikan
WHO pada tahun 2006 ialah:
1. Kombinasi artemeter-lumefantrin
Kombinasi aman dan ditoleransi, baik pada anak-anak seperti juga pada orang
dewasa, meskipun dalam suatu penelitian menujukan gangguan pendengaran yang
ireversibel. Absorbsi lumefantrin meningkat jika diberikan bersama makanan, hal
ini menyebabkan masalah pada anak yang sulit makan. Satu tablet mengandung 20
mg artemeter dan 120 mg lumefantrin. Rekomendasi yang dianjurkan adalah
Universitas Sumatera Utara



regimen yang diberikan selama 3 hari. Obat ini diberikan 0, 8, 24, 36, 48 dan 60
jam. Pada regimen 3 hari diberikan berdasarkan berat-badan. Berat badan 10-14,9
kg satu tablet, 15-24,9 kg dua tablet, 25-34,9 kg tiga tablet dan >35 kg empat
tablet. Tablet diberikan dua kali sehari selama tiga hari.
2. Kombinasi artesunate +amodikuin
Kombinasi artesunat dan amodikuin dengan nama dagang Artesdiaquine atau
Artesumoon telah diedarkan disemua propinsi yang terdapat resistensi tinggi
(>25%) terhadap obat klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Dosis obat ini
adalah artesunat 4 mg/kg/BB sekali sehari selama 3 hari dan amodikuin hari
pertama dan hari kedua serta hari ketiga 10 mg/kg/BB.
3. Kombinasi artesunate +meflokuin
Regimen artesunat +meflokuin yang diberikan selama 3 hari telah menjadi terapi
malaria yang paling disukai di Thailand selama hampir satu dekade. Kombiansi ini
aman, ditoleransi baik dan sangat efektif. Dosis pada anak yaitu, 2 mg/kg/BB
sekali sehari selama 5 hari untuk hari pertama diberi 2 dosis, dan meflokuin 15 mg
meflokuin basa/kg/BB, dosis tunggal.
4. Kombinasi artesunate +sulfadoksin-pirimetamin.
Artesunat diberikan dengan dosis 4 mg/kg/BB sekali sehari selama 3 hari dan
sulfadoksin-pirimetamin dengan dosis 25 mg/kg/BB sulfadoksin dan 1,25
mg/Kg/BB pirimetamin dosis tunggal pada hari pertama.
7
C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi rehablitasi untuk memulihkan orang sakit sehingga
menjadi manusia berdaya guna, produktif, mengikuti gaya hidup yang memuaskan,
Universitas Sumatera Utara



dan untuk mermberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkat penyakit
dan ketidakmampuanya.
30
Dalam pencegahan tersier untuk mencegah agar individu
atau masyarakat tidak jatuh sakit, diringankan gejala sakitnya dan ditingkatkan fungsi
tubuh penderita setelah perawatan, serta penanganan akibat komplikasi dan
rehablitasi mental/psikologis. Perwatan pasien yang akan meninggal bersifat
paliatif.
49, 50

2.9.2. Pemberantasan Penyakit Malaria
Peroses terjadinya penyakit (pathogenesis) di uraikan dalam 4 simpul, yaitu
simpul 1 disebut sumber penyakit, simpul 2 merupakan komponen lingkungan,
simpul 3 merupakan penduduk dengan berbagai variabel seperti pendidikan, perilaku,
kepadatan, dan jender serta simpul 4 adalah penduduk yang dalam keadaan sehat
maupun sakit setelah mengalami intereaksi (exsposure) dengan komponen
lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agen penyakit. Dalam hal ini
prinsip manajemen berbasis lingkungan memegang peranan penting, terutama
manajemen simpul 2 (media penularan/transmisi) dan simpul 3 (perilaku pemajanan).
Disini lebih menekankan pemberantasan pada media transmisi plasmodium yaitu
nyamuk Anophles. Upaya dilakukan untuk mencegah timbulnya habitat nyamuk,
pemberantasan jentik maupun nyamuk dewasa, yang terkait pula dengan perilaku
manusia dalam mengelolah lingkungannya.
42

A. Mengurangi Pembawa Gametosit
Dikatakan menjadai sumber infeksi, sebgai pembawa gametosit seorang penderita
harus mengandung gametosit dalam jumlah yang besar dalam darahnya. Dengan
demikian nyamuk dapat mengisapnya dan menularkan kepada orang lain. Hal ini
Universitas Sumatera Utara



dapat dicegah dengan mengobati penderita malaria akut, hal ini sebagai simpul 1
(sumber penular). Dengan pengobatan yang efektif diharapkan gametosit tidak
sempat terbentuk dalam darah penderita.
42

B. Membunuh jentik dan nyamuk dewasa
Untuk membunuh jentik dan nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan beberapa
langkah sebagai berikit:
a. Penyemprotan rumah. Sebaiknya, penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis
malaria dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida yang sesuai, dua kali
setahun, dengan interval waktu enam bulan.
b. Larvaciding. Merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa, yang potensial
sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c. Biological control. Merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah (panchax-
panchax) dan ikan wader cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air
yang mengalir maupun persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai
pemangsa jentik-jentik nyamuk anopheles pembawa malaria.
d. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk ini bermacam-macam, tergantung jenis nyamuknya.
Ada hidup dipantai, rawa-rawa, persawahan, empang, tambak ikan maupun air
bersih dipegunungan. Perinsipnya sedapat mungkin meniadakan tempat
perindukan nyamuk tersebut, dengan menjaga kebersihan lingkungan.
d.1. Tambak ikan yang kurang terpelihara, harus dibersihkan. Parit-parit di pantai
yang berisi air payau, harus ditutup. Sawah dengan sistem irigasi, harus
dipastikan bahwa airnya mengalir dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara



d.2. Usaha lain secara alamiah, misalnya dengan pengeringan secara berkala dari
sawah-sawah yang berteras (intermiten irrigation) juga banyak dianjurkan
untuk mengurangi populasi nyamuk penular malaria.
d.3. Anjuran yang melibatkan sektor pertanian, adalah mengusahakan untuk
melakukan panen padi secara serempak. Panen yang berangsur-angsur justru
dapat melanggengkan keberadaan nyamuk karena habitatnya selalu ada.
Apabila panen dilakukan secara serentak, akan memutuskan siklus hidup
nyamuk di daerah setempat.
42

2.10. Parameter Pengukuran Epidemiologi Dan Stratifikasi Daerah Malaria
Keadaan penyakit malaria di suatu daerah sangat ditentukan melalui pengamatan
(surveilans) epidemiologi, yaitu pengamatan terus-menerus atas distribusi dan
kecendrungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis dan ada
hubunganya (relevan). Dari kegiatan tersebut dapat diketahui angka kesakitan
(morbidity) yang bisa berbentuk insidens atau prevalens, dan angka kematian
(mortality) yang biasanya dinyatakan dalam case fatality rate.
Pengamatan dapat dilakukan secara rutin seperti pencarian penderita secara pasif/
Passive Case Detection (PCD) oleh unit kesehatan seperti Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Rumah Sakit dan aktif mencari kasus/Active Case Detection (ACD) oleh
petugas khusus seperti Pembantu Malaria Desa (PMD) di J awa dan Bali, atau melalui
survai malariometrik (Malariometric Survey/MS), Mass Blood Survey (MBS), Mass
Fever Survey (MFS).
25,40

Universitas Sumatera Utara



a. Annual Parasite Incidence (API)
Untuk menghitung API diperlukan data sebagai berikut: jumlah kasus malaria
sebagai pembilang dalam 1 tahun dan jumlah penduduk sebagai penyebut dalam
tahun yang sama.
J umlah kasus malaria SD positif dalam satu tahun
API= X 1000 per mil
J umlah penduduk dalam tahun yang sama

API digunakan untuk daerah yang berada di J awa-Bali, pembagianya yaitu:
a.1. Low Parasite Incidence, yaitu API <1 kasus per 1000 penduduk
a.2. Medium Parasite Icidence, yaitu API 1-5 kasus per 1000 penduduk
a.3. High Parasite Incidence, yaitu API >5 kasus per 1000 penduduk
25,40

b. Annual Malaria Incidence (AMI)
Untuk menghitung AMI diperlukan angka kesakitan (malaria klinis) per 1.000
penduduk dalam satu tahun yang dinyatakan permil ().
AMI =
Jumlah Kasus malaria klinis dalam satu tahun
Jumlah penduduk dalam tahun yang sama
X 1000 per mil
AMI digunakan untuk daerah yang berada diluar J awa-Bali, pembagianya yaitu:
b.1. Low Malaria Incidence, yaitu AMI <10 kasus per 1000 penduduk
b.2. Medium Malaria Incidence, yaitu AMI 10-50 kasus per 1000 penduduk
b.3. High Malaria Incidence, yaitu AMI >50 kasus per 1000 penduduk
25,40

c. Case Fatality Rate (CFR)
Untuk mengukur angka kematian yang disebabkan malaria dibandingkan dengan
jumlah penderita malaria pada priode waktu yang sama.
40
Universitas Sumatera Utara



CFR =
Jumlah kasus malaria meninggal karena malaria
pada priode waktu tertentu
Jumlah kasus malaria yang positif dalam
priode waktu yangsama
X 1000 per mil
d. Annual Blood Examination Rate (ABER)
Untuk mengukur jumlah Sediaan Darah (SD) yang diperiksa dari penduduk dalam
satu tahun dinyatakan dalam persen (%).
40

ABER =
Jumlah SD yang diperiksa dalam satu tahun
Jumlah penduduk dalam priode waktu yang sama
X 100 persen
e. Slide Positivity Rate (SPR)
Untuk mengukur persentase dari Sediaan Darah (SD) yang positif dari seluruh SD
yang diperiksa yang dinyatakan dalam persen (%).
40

SPR =
Jumlah sediaan darah yang positif
Jumlah seluruh sediaan darah yang diperiksa
X 100 persen

f. Parasit Rate (PR)

Sama dengan SPR tetapi Parasit Rate (PR) ini digunakan untuk mengukur survey
malariometrik pada anak yang berumur 0-9 tahun yang positif dalam sel darah dan
dinyatkan dalam persen (%).
40

PR =
Jumlah sediaan darah yang positif
Jumlah seluruh sediaan darah yang diperiksa
X 100 persen
Didapatkan dari hasil pemeriksaan sediaan darah (SD) positif dari kegiatan survey
malariometrik, maka daerah malaria dapat dibagi menjadi:
f.1. Low Provalence Area (LPA), yaitu PR <2%
f.2. Medium Prevalence Area (MPA), yaitu PR 2-4%
f.3. High Prevalence Area (HPA), yaitu PR> 4%
40

Universitas Sumatera Utara



g. Spleen Rate (SR)
Adanya pembesaran limpa pada golongan umur tertentu terhadap jumlah
penduduk yang diperiksa limpanya pada golongan umur yang sama dan tahun yang
sama dan dinyatakan dalam persen (%).
SR =
Jumlah anak (2 9 tahun) yang mengalami
pembesaran limpa
Jumlah anak (2 9 tahun)yang diperiksa limpanya
100 persen
Menurut World Health Organization (WHO), berdasarkan indeks limpa
endemisitas daerah malaria diklasifikasikan atas empat tingkatan, yaitu:
1. Hipoendemis: indeks limpa antara 0-10 persen
2. Mesoendemis: indeks limpa antara 11-50 persen
3. Hiperendemis: indeks limpa selalu diatas 75 persen disertai tingginya indeks limpa
pada orang dewasa.
4. Holoendemis: indeks limpa selalu diatas 75 persen dengan indeks limpa pada
orang dewasa adalah rendah. Hal ini menunjukan toleransi yang kuat orang
dewasa terhadap malaria.
40


2.11. Perilaku
2.11.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak dan menujukan tingkah laku seseorang. Pola
perilaku merupakan mode tingkah laku yang dipakai seorang dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatanya.
51
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
Universitas Sumatera Utara



perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
52

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang
dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri
manusia.
53

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
52

2.11.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

Universitas Sumatera Utara



1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini
adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.
52

2.11.3. Domain Perilaku
Menurut Bloom, membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), yang
terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan
ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para
ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur
dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
52

A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi.
52


Universitas Sumatera Utara



B. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behaviour)
52

C. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support).
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang
lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
52






Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai