Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Etiologi dan Penularan

Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu


Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu
manusia maupun vertebra lainnya, dan hospes definitive yaitu nyamuk
Anopeles.

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan


melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar
nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari,
pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam
sampai fajar.

Manusia yang tergigit nyamuk inefektif akan mengalami gejala sesuai


dengan jumlah sporozoid, kualitas plasmodium, dan daya tahan
tubuhnya. Sporozoit akan memulaii stadium eksoeritrositer dengan
masuk ke sel hati. Dihati sporozoit matang menjadi skizon yang akan
pecah dan melepaskan merozoid jaringan. Mesozoid akan akan
memasuki aliran darah dan menginfeksi eritrosit dan memulai siklus
eritrositer. Merozoid dalam eritrosit akan menglami perubahan
morfologi yaitu:

merozoid bentuk cincin trofozoid merozoid

proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Di antara merozoid


sampai ke merozoid tersebut akan ada yang berkembang menjadi
gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet
(jantan) dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya
pecah yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang
menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada
darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus
seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.

1
Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya. P.
falciparum memerlukan waktu 7-14 hari. P. vivax dan P. ovale 8-14 hari,
sedangkan P. malariae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini
dapat memanjang karena berbagai factor seperti pengobatan dan
pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.

Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat terjangkit


orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan
karena kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan
infeksi vertical. Metode penularan lainnya adalah melalui jarum suntik,
yang banyak terjadi pada penguna narkoba suntik yang sering bertukar
jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah
melalui transfuse darah. Disebutkan dalam literature bahwa melalui
metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi
karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.

B. Patogenesis

Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen


(sporogoni) dalam badan nyamuk anopheles dan fase aseksual
(skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.

a. Fase aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada
fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati
dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung
ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama
fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon
pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut
sporulasi, pada P.vivax dan P.ovale, sebagian sporozit
membentuk hipnoziot dalam hati sehingga dapat menyebabkan
relaps jangka panjang dan rekuens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang
eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk,
sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa
antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasite dalam

2
darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa
tunas/inkubasi intrinsic dimulai dari masuknya sporozoit dalam
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

b. Fase seksual
Parasite seksual masuk kedalam lambung betina nyamuk.
Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dan
makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot
(ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung
nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan
sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.

Pathogenesis malaria ada 2 cara, yaitu :

1. Alami, melalui gigtan nyamuk ke tubuh manusia.


2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk
kedalam darah manusia melalui transfuse, suntikan, atau
pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi
(konginetal)

C. Manifestasi Klinis

Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke


daerah endemic malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan
adalah:

1. Demam
Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporulasi). Pada malaria tertiana (P. vivax dan P. ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke-3, sedangkan malaia kuatana (P. malariae)
pematangannya tiap 72 jam periodisitas demamnya tiap 4 hari.
Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15
menit -1 jam), punca demam (2-6 jam), dan berkeringat (2-4
jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat
beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan respon imun.
2. Splenomegali

3
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik.limpa
mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena
timbunan eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling
berat adalah anemia karena P. valciparum. Anemia disebabkan
oleh :
Penghancuran eritrosit berlebihan
Eritrosit normal tidak dapat hidup dengan lama ( reduced
survival time)
Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sum sum tulang ( deseritropoesis)
4. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

Malaria laten adalah masa pasien diluar masa serangan demam.


Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi,
tetapi stadium eksoerotrosit masih bertahan dalam jaringan hati.

Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama.


Relap dapat bersifat:

Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu


setelah serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit
yang berkembang biak.
Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit
hati masuk ke darah dan berkembang biak.
D. Komplikasi

Malaria P. falciparum berat

Komplikasi biasanya berkaitan dengan parasitemia tinggi, namun


penyakit berat dapat terjadi dengan parasitemia rendah karena jumlah
di perifer tidak menggambarkan jumlah total (ini merupakan parasit
matur yang mengalami pemecahan yang menyebabkan kerusakan
jaringan.

Selain itu, pasien yang awalnya tanpa komplikasi dapat mengalami


perburukan, dan hitung parasit dapat meningkat selama 48 jam

4
selanjutnya walaupun diberi pengobatan, karena adanya siklus
maturasi 48 jam dan insensitivitasnya relative parasit imatur
(trofozoid) terhadap obat antimalaria.

Malaria serebral
Anemia normokromik berat-akibat hemolisis dan supresi
sumsum tulang
Gagal ginjal oligurik-akibat nekrosis tubuar akut
Edema paru dan sindrom gawat napas dewasa
Hipoglikemia-hiperinsulinemia yang diinduksi oleh kuinin atau
akibat parasitemia tinggi
Keadaan syok (malaria algid)-biasanya akibat septikimia gram-
negatif konkomitan
Asidosis laktat
Pendarahan spontan, koagulopati intravascular diseminata
Hemoglobinuria

Bentuk lain malaria

Infeksi P. vivax, P. ovale dan P. malariae yang berulang


Anemia kronik
Rupture limpa (terutama pada P.vivax)
Sindrom nefrotik dengan infeksi kronik P. malariae
Sindrom splenomegali

Malaria serebral

Biasanya berkembang setelah beberapa hari pada orang dewasa


namun pada anak-anak seringkali berkembang kurang dari 2
hari
Kejang, penurunan kesadaran, dan perkembangan kelainan
neurologis (misalnya pandangan diskonjugat, postur
deserebrasi) kadang-kadang dengan progresi yang sangat cepat
Pendarahan retina sering terjadi
Koma dapat menetap selama beberapa hari setelah
pembersihan parasit dari darah
E. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,


meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematocrit, jumlah leukosit,
eritrost, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan darah (gula

5
darah, SGOT,SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto toraks,
EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi.

F. Penata laksanaan
Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain:
Skizontisid jaringan primer yang yang membasmi parasit
praeritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin
Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit
eksoeritrosit, yaitu primakuin.
Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu
kina, klorokuin, dan amodiakuin
Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin
adalah gametosit yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid
untuk P.vivax, P. malariae, P. ovale, adalah kina, klorokuin,
amodiakuin.
Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk
membentuk ookista dan sporozoid dalam nyamuk anopheles,
yaitu primakuin dan proguanin.

Penggunaan obat anti malaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif


saja tapi juga termasuk:

Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah


terjadinya infeksi atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan
dapat di peroleh dengan pemberian terapi jenis ini pada infeksi
malaria P. falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase
eksoeritrosit
Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis
skizontisid
Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada
nyamuk atau mempengaruhi sporogonik nyamuk. Obat
antimalaria yang dapat digunakan seperti jenis gametosid atau
sporontosid.

G. Pengobatan
Pengobatan malaria falciparum
Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut
kelompok umur

6
o Lini pertama pengobatan P.falciparum adalah artesunat
+amodiakuin+primakuin
o Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk
membunuh parasite stadium aseksual, sedangkan
primakuin untuk membunuh gametosit yang ada dalam
darah.
o Setiap kemasan artesunat + amodiakuin terdiri dari dua
blister. Pertama adalah blister amodiakuin yang terdiri
dari 12 tablet, setiap tablet mengandung 153 mg
amodiakuin basa yang setara dengan 200 mg
amodiakuin. Yang kedua adalah blister artersunat yang
terdiri dari 12 tablet @ 50 mg.
o Obat kombinasi diberikan peroral selama 3 hari dengan
dosis tunggal harian amodiakuin basa 10 mg/kgBB dan
artesunat 4 mg/kg berat badan.
o Primakuin tablet berwarna jingga kecoklatan
mengandung 15 mg primakuin basa yang setara dengan
25 mg primakuin, peroral dengan dosis tunggal 0,75 mg
basa/kgBB, diberikan pada hari pertama. Primakuin tidak
boleh diberikan pada ibu hamil, bayi berusia < 1 tahun,
dan penderita defisiansi G6-PD
o Pengobatan efektif jika sampai hari ke 28 setelah
pemberian obat, gejala klinisnya (demam dan gejala lain)
berkurang (sejak H4) dan parasite malaria stadium
aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7)
o Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya
memburuk dan parasite aseksual masih ditemukan
(positif) atau gejala klinisnya tidak memburuk tetapi
parasite aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali (rekrudesensi)
o Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini
pertama tidak efektif, gejala klinis tidak memburuk tetapi
parasite aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali (rekrudesensasi).
Pengobatan lini kedua malaria falciparum
o Pengobatan lini kedua menggunakan kina + doksisiklin
atau tetrasiklin + primakulin.

7
o Tablet kina mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat,
diberikan peroral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgBB
selama 7 hari.
o Doksisiklin. Dipasaran sediaan ini antara lain
mengandung dosisiklin HCl atau dosisiklin hiklat yang
setara dengan 50 mg dan 100 mg doksisiklin. Dosis
dewasa 4 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam 2 dosis
perhari selama 7 hari, dosis anak usia 8-14 tahun 2
mg/kg berat badan/hari. Dosisiklin tidak boleh diberikan
pada ibu hamil dan anak usia< 8 tahun. Bila dosisiklin
tidak tersedia maka tetrasiklin bisa digunakan.
o Tetrasiklin. Dipasaran sediaan diantaranya mengandung
tetrasiklin HCl 250 mg dan 500 mg. pemberian obat
dibagi dalam 4 dosis selama 7 hari, dengan dosis 4-
5mg/kgBB/kali. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada
anak berusia < 8 tahun dan ibu hamil.
Pengobatan malaria faliciparum disarana kesehatan yang
belum memiliki obat artesunat-amodiakuin
Bila pengobatan sulfadoksin pirimetadin (SP) tidak efektif
( gejala klinis tidak memburuk tetapi parasite aseksual
tidak berkurang atau timbul kembali), atau penderita
mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan
sulfa lainya, penderita dibagi regimen kina + doksisiklin
atau tetrasiklin + primakuin.
Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
o Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
adalah klorokuin + primakuin
o Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasite
stadium aseksual dan seksual.
o Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh
hipnozoid di sel hati dan parasite aseksual di eritrosit
o Klorokuin difosfat 250 mg setara dengan klorokuin 150 mg
basa, diberikan satu kali perhari selam 3 hari denagn dosis
total 25 mg basa/kg berat badan.
o Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB per hari selama 14 hari
diberikan bersama klorokuin. Klorokuin tidak boleh

8
diberikan pada ibu hamil, bayi berusia < 1 tahun, dan
pasien dengan defisiensi G6-PD.
o Pengobatan efektif jika sampai hari ke 28 setelah
pemberian obat, gejala klinisnya (demam dan gejala lain)
berkurang (sejak H4) dan parasite malaria stadium
aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7)
o Pengobatan tidak efektif jika sampai H 28 gejala klinisnya
memburuk dan parasite aseksual masih ditemukan
(positif) atau gejala klinisnya tidak memburuk tetapi
parasite aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali sebelum H14 (kemungkinan persisten) atau gejala
klinisnya membaik tetapi parasite aseksual timbul
kembali antara H15 sampai H28 (kemungkinan resisten,
relaps, atau terjadi infeksi baru).
o Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini
pertama tidak efektif.
a. Malaria berat
Kasus malaria terbanyak adalah malaria falsiparum fatal yang
memperlihatkan keterlibatan susunan syaraf pusat.
Organ yang terkena adalah:
o Otak: timbul delirium,disorientasi, stupor, koma, kejang dan
tanda neurologis fokal
o Saluran gastrointestinal: muntah, diare hebat, pendarahan dan
malabsorbsi
o Ginjal: nekrosis tubular akut hemoglobinuria, dan gagal ginjal
akut
o Hati: timbul ikterus karena adanya karena adanya gangguan
hepar,
o Paru: edema paru
o Lain-lain: anemia, malaria, hiperpireksia, hipoglikemia, demam
kencing hitam
b. Penatalaksanaan pengobatan malaria berat
1) Syok dengan hipovolemia
Bila pasien menalami renjatan, pemberian cairan sebagai
berikut:
o Satu jam pertama : 30 ml/kgBB/jam, dilanjutkan untuk 23
jam berikutnya 20ml/kgBB/jam
o Dilakukan pengawasan terhadap tekanan darah, volume
urin, kemungkinan terjadinya edema paru
2) Hipertermia
o Ditolong dengan kompres dingin

9
o Diperlukan tambahan cairan 400 ml/hari untuk
mengimbangi cairan yang hilang melalui keringat
o Awasi suhu pasien sebaiknya secara rectal
3) Transfusi darah
Indikasinya:
o Hemoglobin kecil dari 6 g %
o Hematokrit kecil dari 18 %
o Jumlah eritrosit kecil dari 2 juta/mm
4) Gejala serebral
o Edema serebral
o Kejang
5) Gangguan fungsi ginjal
6) Hipoglikemi
H. Prognosis Malaria Berat
Malaria vivax, prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian.
Jika tidak mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung
selama 2 bulan atau lebih. Malaria malariae, jika tidak diobati maka
infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria ovale dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Malaria falsiparum dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat menimbulkan kematian.

I. Pencegahan
a. Berbasis masyarakat
o Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus
selalu tingatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan,
kesehatan, diskusi kelompok maupun kampanye masal untuk
mengurangi tempat sarang nyamuk. Kegiatan ini meliputi
menghilangkan genangan air kotor, dintaranya dengan
mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang atau
wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang.
o Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan
sangat mambantu mencegah penularan.
o Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang
bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak
terbang, dan resistensi terhadap insektida.
b. Berbasis pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain :
a. Tidak keluar antara senja dan malam hari, bila terpaksa
keluar, sebaiknya mengenakan kemeja dan celana
panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai
warna gelap.

10
b. Menggunakan repelan yang mengandung demitilfelat atau
antinyamuk lainnya.
c. Membuat kontruksi rumah yang tahan nyamuk dengan
memasang kasa antinyamuk pada ventilasi pintu dan
jendela
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektida
(insectida-treated mosqouito net, ITN)
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau
menggunakan obat nyamuk bakar.
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic,
meliputi :
a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive
terhadap klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau
500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1
tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4
minggu setelah meninggalkan tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien
memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin
5 mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100 mg/hari atau
sulfakdoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg (suldox), 3 tablet
sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita ibu hamil,
meliputi:
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi.
b. Profolaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan
proguanil 3 mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih
sensitif terhadap klorokuin.
c. Meflokuin 5 mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan
keempat kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya
resisten terhadap klorokuin.
d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah. Calon donor darah yang
datang ke daerah endemic dan berasal dari daerah
nonendemik serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala
klinis malaria, boleh mindonorkan darahnya selama 6 bulan
sejak dia datang. Calon donor tersebut , apabila telah diberi
pengobatan profilaksis malaria dan telah menetap di daerah
itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan gejala klinis,
maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun. Banyak

11
penelitian melaporkan bahwa donor darah dari daerah
endemic merupakan sumber infeksi.

J. Telaah Jurnal

N Judul Tah Tempat Objek Metode Hasil


o Jurnal un Peneliti Peneliti
an an

12
1 HUBUNGA 2011 Sukajaya Rumah cross Prevalensi kejadian infeksi
N FAKTOR Punduh, Tangga sectional malaria di Kecamatan
RISIKO Kampun dengan Punduh Pedada adalah
INDIVIDU g Baru, metode 52,2% dan
DAN Pulau survey jenis plasmodium adalah
LINGKUNG Pahawan P. vivax
AN RUMAH g,
Faktor individu
DENGAN Sukaram
MALARIA e, Kota (pengetahuan, persepsi,

DI Jawa, penggunaan kelambu,

PUNDUH Bawang, penggunaan obat anti

PEDADA Sukamaj nyamuk, penggunaan

KABUPATE u, Pagar kawat kassa, penutup

N Jaya di tubuh, aktivitas ke luar

PESAWARA Punduh rumah malam dan

N Pedada pekerjaan) merupakan

PROVINSI faktor

LAMPUNG risiko

INDONESI
Faktor lingkungan
A
perumahan (kondisi
perumahan, lingkungan
perindukan nyamuk,
pemeliharaan ternak dan
jarak rumah dengan
perindukan nyamuk)
merupakan faktor risiko

13
2 GAMBARA 2013 Pesisir Pendudu cross Jumlah kasus malaria
N Selatan k yang sectiona yang positif di puskesmas
PENYAKIT yaitu di dirawat l study Tarusan dan Balai selasa
MALARIA Puskesm di periode Januari Maret
DI as puskes 2013 adalah 12 orang di
PUSKESMA Taruan mas Puskesmas Tarusan dan 6
S dan Balai orang di Puskesmas Balai
TARUSAN Puskesm Selasa Selasa.
DAN as Balai dan
Penelitian tentang
PUSKESMA Selasa Puskesm
distribusi malaria di
S BALAI as
Puskesmas Tarusan dan
SELASA Tarusan
Balai Selasa mendapat
KABUPATE
data 18 orang pasien
N PESISIR
yang positif malaria
SELATAN
melalui pemeriksaan
PERIODE
mikroskopik selama Bulan
JANUARI -
Januari 2013 sampai
MARET
Bulan Maret 2013
2013

18 kasus malaria yang


positif ini didapatkan
dengan rincian 12 orang
di Puskesmas Tarusan dari
38 orang yang diperiksa
dan 6 orang di Puskesmas
Balai Selasa dari 43 orang
yang datang dengan
gejala klinis malaria.

14
3 DETERMIN 2011 Kabupat Pendudu Studi Hasil statistic :
AN en lahat, k kasus
1. Breeding-place , p=0,000
KEJADIAN Sumater kabupat kontrol,
MALARIA a Selatan en Lahat kuisione 2. Jarak rumah ke breeding-
DI r place p=0,145
WILAYAH
3. Penggunaan kelambu,
ENDEMIS
p=0,291

4. Anti nyamuk p=0,411

5. Kebiasaan keluar rumah


pada malam hari , p=0,439

4 PENGARU 2013 Kota Biak Anak Observa Selama bulan Oktober


H umur 5- sional Desember 2013 jumlah
LINGKUNG 14 deskripti penderita malaria pada
AN DAN tahun f anak umur 5 14 tahun
TEMPAT berjumlah 150 penderita.
TINGGAL
Anak lakilaki berumur 5
PADA
7 tahun merupakan yang
PENYAKIT
terbanyak yang terkena
ANAK
penyakit malaria.
UMUR 5
14 TAHUN
DI KOTA
BIAK
TAHUN
2013

15
Penderita malaria pada
bulan desember 38%,
november 36.7% dan
oktober 25.3%.

penderita yang paling


banyak menderita
penyakit malaria yaitu
umur 57 tahun 50.7%,
diikuti dengan umur 810
tahun 28% dan paling
sedikit yaitu umur 1114
tahun 21.3%

lakilaki 64% dan


perempuan 36%.

penderita tidak
menggunakan kelambu
saat tidur 62%.

penderita yang tidak


menggunakan obat
nyamuk yaitu 94%.

berdasarkan bentuk
bangunan rumah di
peroleh hasil sama yaitu
bentuk bangunan rumah
yang tidak permanen
50% dan permanen 50%.

Observasi disekitar
lingkungan rumah tempat

16
tinggallebih banyak
memiliki semak semak
yaitu 79,3%

17
Berdasarkan jenis parasit
yang menginfeksi di
peroleh hasil tertinggi
yaitu plasmodium vivax
44%.

Observasi ditemukannya
genangan air di sekitar
rumah yaitu 61,3%

Di peroleh hasil tertinggi


71,3% yaitu disetiap
rumah penderita tidak
menutup tempat
penampungan air

Didapatkan hasil tertinggi


yaitu 51,3% pada rumah
penderita tidak
menggunakan kawat kasa
pada ventilasi rumah.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan


melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif.

Pathogenesis malaria ada 2 cara, yaitu :

1. Alami, melalui gigtan nyamuk ke tubuh manusia.


2. Induks

Manifestasi klinis dari penyakit malaria yaitu :

1. Demam
2. Splenomegali
3. Anemia
4. Ikterus

Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


2. mengobati penderita sedini mungkin
3. Melakukan penyemprotan
4. Tidak keluar antara senja dan malam hari
5. Menggunakan repelan yang mengandung demitilfelat
6. Menggunakan kelambu

B. Saran
Dengan terbitnya makalah ini, penulis berharap dapat
memberikan manfaat kepada pembaca. Penulis menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Jika ada kritik dan saran,
silakan disampaikan. Kami berharap agar dapat meningkatkan
kualitas makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

19
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga

Triyanti, Arif Masjoer Kapuji , Rakhmi Safitri, Wahyu Ika Wardani, Wiwiek
Setiowulan. 2001. Kapasita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Ausculapius

Mandal, BK, dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga

20

Anda mungkin juga menyukai