Anda di halaman 1dari 5

PATHWAY

Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui dua
cara yaitu :

1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria

2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,
misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu
yang terinfeksi (congenital). Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :

Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit

Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit


Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler

b. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag


Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator
endotoksin.

c. Pelepasan TNF ( Tumor necrosing factor atau factor nekrosis tumor )


Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung jawab
terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.

d. Sekuetrasi eritrosit

Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandung antigen
malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel
pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan.

1. Patofisiologi

Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik melalui gigitan


nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang terkandung dalam
air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap darah

Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalan dapat secara spontan
menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan, parasit, memperluas infeksi.
Sejumlah kecil parasit menjadi gametocytes, yang mengalami reproduks, seksual ketika diisap
oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi sporozoites. yang terus berkembang
menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam host baru. Secara garis besar semua
jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia dan
sebagian di tubuh nyamuk.
Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi siklus malaria
yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).

a. Siklus eksoeritrosit.

Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati. Penularan terjadi bila
nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya memasukkan
sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel hepatosit di
parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9 hari skizon menjadi
dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian merozoit memasuki sel-
sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan
lain, antara lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai kembali.

b. Siklus eritrosit.

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

c. Siklus sporogonik.

Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa siklus,
sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual
jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan berkembang lalu mati bila tidak
diisap oleh Anopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil akan
memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi sitolisis sel darah
merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah dan memberikan
gejala, seperti menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini terjadi dalam siklus
eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan anemia. Plasmodium.
falciparummerupakan jenis yang paling berbahaya dari lima spesies plasmodium karena dapat
menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian. Kematian akibat malaria dapat dicegah. jika
perawatan yang tepat dicari dan diimplementasikan.

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat menghasilkan bentuk yang tidak
aktif tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan muncul di lain waktu.

Parasit memperoleh energi mereka semata-mata dari glukosa dan mereka


mencernanya 70 kali lebih cepat dari sel darah merah yang mereka tempati sehingga
menyebabkan insufisiensi insulin (Gambar 2.2) yang akan memberikan manifestasi penurunan
intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap hipoglikemia intrasel
danekstrasel.

Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan respons peningkatan glukogenesis dan


glukoneogenesis yang memberikan manifestasi pemecahan lemak dan perubahan sintesis protein.
Peningkatan pemecahan lemak akan meningkatkan produksi keton yang juga akan meningkatkan
risiko terjadinya ketoasidosis diabetikum. Perubahan sintesis protein akan meningkatkan risiko
kaheksia, letargi, dan terjadi penurunan gama globulin yang juga meningkatkan risiko infeksi
akibat kerusakan jaringan kulit.

Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan manifestasi peningkatan osmotik plasma


dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal. Pada kondisi peningkatan osmotik plasma
akan terjadi dehidrasi sel yang berlanjut pada koma hiperglikemi. Respons dari peningkatan
pengeluaran glukosa oleh ginjal akan menyebabkan diuresis osmotik dengan manifestasi poliuri,
polidipsi, hipokalemi, dan hiponatremi.

Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang terinfeksi dan yang
tidak terinfeksi), penekananproses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah merah
oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia serta splenomegali. Seiring waktu, malaria dan
infeksi juga dapat menyebabkan trombositopenia.

Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
pasien (Gambar 2.3) dan memberikan implikasi pada asuhan keperawatan. Masalah keperawatan
yang muncul berhubungan dengan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
yang memberikan berbagai manifestasi pada respons sistemik, respons intestinal, respons sistem
saraf pusat, respons kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.

Anda mungkin juga menyukai